Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
280 berpengaruh terhadap kadar air yang dikandungnya menjadi semakin tinggi, sehingga kadar volatil
menjadi  rendah  dan  nilai  kalor  juga  ikut  menjadi  rendah.  Hasil  tersebut  menunjukkan  semua paramater uji saling berpengaruh satu dengan yang lainnya.
Penelitian  sebelumnya  yang  dilakukan  oleh  Zhou  2014  rata-rata  nilai  VS,  abu,  fixed carbon, dan nilai kalor dari sampah plastik berturut-turut adalah 87,09; 10,84; 2,07 dan 43,18
kg  MJkg.  Kandungan  kadar  volatil  tertinggi  berada  di  lapisan  kedua,  sedangkan  fixed  carbon tertinggi  dan  nilai  kalor  berada  di  lapisan  pertama.  Nilai  VS,  karbon  tetap  dan  nilai  kalor  dari
sampah  plastik  tidak  menunjukkan  hasil  berbeda  secara  signifikan  berdasarkan  lapisan  TPA tersebut, tetapi kadar abu sampah plastik di lapisan ke-empat sebesar 0,93, yang secara signifikan
lebih  tinggi  dari  lapisan-lapisan  lainnya.  Plastik  biasa  yang  telah  lama  berada  di  TPA  rata-rata memiliki  nilai  vollatille  matter  adalah  98,5,  nilai  abu  1,2,  fixed  carbon  0,1  dan  nilai  kalor
sebesar 10.408 kalgram Tchobanoglous et al., 2000.
Tabel 7. Hasil uji karakteristik sampah plastik lokasi 1 Parameter
Umur Sampah tahun 16
18 20
Rata-rata
Kadar air 42,82
34,51 27,82
35,05 Volatile Matter
12,17 17,72
16,27 15,39
Kadar Abu 40,58
45,17 50,25
45,33 Fixed carbon
4,44 2,60
5,66 4,23
Nilai kalor kalkg 808,42
1487,13 1361,87
1219,14
Tabel 8. Hasil uji karakteristik sampah plastik lokasi 2 Parameter
Umur Sampah tahun 16
18 20
Rata-rata
Kadar air 39,54
33,84 32,48
35,29 Volatile Matter
12,81 19,90
13,72 15,48
Kadar Abu 45,07
45,49 50,66
47,07 Fixed carbon
2,58 0,77
3,14 2,16
Nilai kalor kalkg 1091,15
1653,83 1209,17
1318,05
3. Potensi Pemanfaatan Sampah Plastik
Sampah plastik yang dihasilkan dari kegiatan penambangan TPA dikelola dengan teknologi secara  thermal  dan  secara  manual.  Adapun  teknologi  thermal  yang  dibahas  dalam  artikel  ini
menggunakan teknologi RDF.
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
281
3.1 Refuse Derived Fuel RDF
RDF merupakan salah satu teknik penanganan sampah dengan mengubah sampah menjadi suatu  yang  bernilai  kalor.  RDF  dihasilkan  dari  pemisahan  mekanis  fraksi  yang  mudah  terbakar
combustion fraction dan fraksi sampah yang sulit dibakar non combustibale fraction dari sampah McDougall  et  al,  2001.  Data  karakteristik  sampah  plastik  yang  ditampikan  pada  analisis
proximate  di  atas  menggunakan  data  yang  mendekati  dengan  penelitian  yang  dilakukan  oleh Bosman  et  al  menunjukkan  perbandingan  potensi  pemanfaatan  sampah  plastik  dengan  teknologi
RDF.  Sampah  yang  dihasilkan  sama  yaitu  berasal  dari  hasil  pengerukan  sehingga  dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan di TPA Piyungan. Karakteristik dari sampah plastik yang menjadi
perbandingan pada penelitian lain dan standar kualitas RDF  yaitu karakteristik pada umur sampah plastik  18  tahun.  Pada  parameter  kadar  air  proses  RDF  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Bosman
2014 yaitu sebesar 2,5 dengan nilai kalor sebesar 534.298,3 Kcalkg, sedangkan pada penelitian yang dilakukan di TPA Piyungan menghasilkan kadar air yang berasal dari umur sampah plastik 18
tahun  sebesar  33,84  sehingga  menghasilkan  nilai  kalor  yang  lebih  rendah  sebesar 1653,83Kcalkg.
Jika dibandingkan dengan standar berbagai negara, kadar air sampah plastik TPA Piyungan lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  semua  standar.  Contohnya  standar  kadar  air  yang  ditetapkan  di
Finlandia  adalah  sebesar  25-35  jika  dibandingkan  dengan  kadar  air  sampah  plastik  yang dihasilkan  pada  umur  18-20  tahun  pada  lokasi  ke-2  sebesar  27-34  masih  memenuhi  standar
kualitas RDF. Tetapi jika dibandingkan dengan standar nilai kalor sebesar 13-16 Mjkg atau setara dengan  3.104,9  Kcalkg
–  3.821,5  Kcalkg.  Nilai  tersebut  masih  rendah  bila  dibandingkan  nilai kalor  yang  dihasilkan  dari  sampah  plastik  pada  umur  18  tahun  yaitu  sebesar  1.653,83  KcalKg.
Nilai kalor yang rendah tersebut, sehingga tidak memenuhi standar kualitas RDF di berbagai negara yang memiliki standar kualitas produk RDF. Untuk meningkatkan nilai kalor perlu dilakukan pre-
treatment terlebih dahulu, sebelum dapat dijadikan bahan baku RDF, untuk mengurangi kandungan air yang terdapat dalam sampah sehingga memenuhi standar yang ditetapkan. Kadar air yang tinggi
akan  mempersulit  pembakaran  RDF  dan  memperbesar  energi  yang  dibutuhkan  untuk  membakar produk RDF. Energi pembakaran menjadi lebih besar disebabkan RDF dengan kadar air yang tinggi
memerlukan  energi  tambahan  untuk  menghilangkan  kadar  airnya  terlebih  dahulu,  sebelum  RDF akhirnya dapat dibakar dan menghasilkan energi, namun tetap rendah kualitasnya.
Menurut  Sari  2012,  Alternatif  pre-treatment  untuk  mendapatkan  kadar  air  yang  rendah sesuai  dengan  standar  bahan  baku  RDF  adalah  dengan  mencacah  shredding  sampah  yang  akan