Pengaruh Penggunaan Kontrasepsi Hormonal terhadap Kadar pH Saliva

ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 633 Selain pengaruh hormone progesterone dan estrogen pada pat berpengaruh kontrasepsi hormonal. Factor lain seperti makanan, minuman, obat-obatan dan juga pola stress dapat berpengaruh pada hasil penelitian. Jenis makanan minuman tertentu dapat meningkatkan dan menurunkan status PH. Lamanya waktu makan dan minum sebelum maupun baru beraktivitas dapat mempengaruhi PH saliva. Pada penelitian ini pH saliva pada pengguna kontrasepsi pil lebih tinggi dibandingkan pada pengguna kontrasepsi suntik dan implant. Hal ini diduga akibat efek dari kandungan hormone progesterone dan estrogen dalam bentuk estradol yang terdapat pada kontreasepsi pil teriutama pil kombinasi akan memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap kortisol jika dibandingkan dengan kandungan hormone pada kontrasepsi suntik dan implant yang hanya mengandung hormone progesterone saja, sehingga akan memberikan hasil yang berbeda dalam peningkatan status pH. Kandungan yang terdapat pada pil adalah estrogen Ethinyl estradiol EE dan Mestranol diubah di hepar menjadi EE yang aktif, progesteron dari kelompok Norethindron bervariasi antara 0,4 – 2 mg. Dosis progestin dari kelompok Norgestrel bervariasi anatar 0,05 – 0,15 mg.Progestin dari kelompok Norgestrel lebih baik dalam mengontrol perdarahan ireguler dibandingkan dengan Progestin dari kelompo Norethindrone. Dari penelitian yang saya lakukan pada penggunaan kontrasepsi pil kadar pHnya lebih tinggi dibandingkan dengan pengguna kontrasepsi hormonal suntik dan implan hal ini diakibatkan efek dari kandungan hormon progesteron dan estrogen dalam bentuk estradiol yang terdapat pada kontrasepsi pil akan memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap kortisol, jika dibandingkan dengan kontrasepsi hormonal suntik dan implan yang hanya mengandung hormon progesteron saja. Pada responden yang mengalami keasaman pH saliva akan mempengaruhi kesehatan mulut terutama gigi, sehingga responden harus menjaga kesehatan mulut dan gigi. Karena keasaman kadar pH saliva mengakibatkan demineralisasi elemen-elemen gigi dengan cepat yang nantinya akan berupa pengeroposan gigi. KESIMPULAN. Ada pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kadar pH saliva di RB Muslimat Desa Selorejo Kec. Mojowarno Kab. Jombang. nilai asymp.sigh 0,014 α = 0,0. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 634 DAFTAR PUSTAKA Amalia, R. 2013. Gambaran Status Ph dan Volume Saliva Pada Pengguna kontraepsi Hormonal. 13. anna glasier, a. g. 2006. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi 4 ed.. S. Ns. Yuyun Yuningsih, Penyunt. jakarta: EGC. Ariani. 2008. Makanan Pendamping ASI MP ASI. Dipetik Maret 4, 2014, dari www.parentingislami.wordpress.com. BKKBN. 2012, februari. Hasil pelaksanaan subsistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi. Dipetik maret 2014, dari www.bkkbn.go.id Diana Soesilo, R. E. 2005. Peranan sorbitol dalam mempertahankan kestabilan pH saliva. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga , 1-2. guncu GN, T. T. 2005. Effect of endogenous sex hormones on the periodontium-review of literature. Australian dental journal , 138-145. Hartanto, d. H. 2013. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi 6 ed.. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. halen, v., jan M, K., Carolyn L, G. 2007. buku ajar asuhan kebidanan 4 ed., Vol. 1. w. Esty, k. renata, y. yuyun, m. eny, Penyunt., l. ana, m. laily, t. gita, e. wilda, Penerj. jakarta: EGC. Handajani, J. M. 2010. Contraceptive pill and injection increase pH and volume of saliva. Dentika Dental Journal , 1-5. Hidayat, A. A. 2010. Riset Keperawatan Teknik Penulisan Ilmiah. janet medfort, s. b. 2012. Kebidanan Oxford dari Bidan untuk Bidan. W. Praptiani, Penyunt., D. Yulianti, Penerj. jakarta: EGC. Kartiningrum, e. d. 2013. Modul Pengantar Biostatistik. Mojokerto. Marasabessy, f. a. 2013, november. Hubungan Volume Dan Ph Saliva Pada Lansia. 25. Notoatmodjo, S. 2010. metodologi penelitian kesehatan. jakarta: PT.Rineka Cipta. Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Parvasani, A. 2012. pengaruh radioterapi area kepala dan leher terhadap pH Saliva. 27-29. prawirohardjo, s. 2006. ilmu kandungan. jakarta: bina pustaka sarwono prawirohardjo. Primada. 2004. The effect of hormonal contraception usage on gingivitis. 76-82. Prof.Dr.Sugiono. 2008. statistika untuk penelitian. bandung: CV Alfabeta. Prof. Dr. dr. Biran Affandi, S. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Rahayu, F. s. 2010. Mengonsumsi minuman beralkohol dapat menurunkan derajat keasaman dan volume saliva. Dentika Dental Journal , 15-19. Rose F, L. M. 2004. Periodontics Medicine surgery and implants. Sauer JR, E. R. 2006. Salivary gland in ixodid ticks: control and mechanism of secretion. Journal of Insect Physiologi . sibue M, H. I. 2010. The gingivl of oral contraceptives users at desa Hergarmanah, kec.Jatinangor. Padjajaran Journal Of Dentistry , 58-62. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 635 Simatupang dedy, 2006. Metode Pengukuran Saliva dan Pemeriksaan kelenjar Saliva Skripsi. Medan Universitas Sumatera Utara. Sibue M, hendiani I, Rusyanti Y., 2010. The Ginggiva of oral contrasepsi user at desa Hergamanah kec. Padjajaran journal of density 20110: 22 1: 58-62. Simatupang, D. 2006. Metode pengukuran saliva dan pemeriksaan iva of saliva. Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta. Wiknjosastro, H. 2005. Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 636 EFEKTIVITAS TERAPI BEKAM TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS Yudha Anggit Jiwantoro 1 , Siti Nurhayati 2 1,2 Stikes Pertamedika stikespertamedikagmail.com ABSTRAK DiabetesMelitus adalah salah satu dari penyakit tidak menular yang sedang mengancam kesehatan penduduk Indonesia saat ini. Jumlah penderita diabetes terus meningkat dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain keturunan genetik, pola makan diet, tingkat aktivitas olahraga, dan kurangnya pengetahuan tentang penyakit. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas terapi bekam terhadap penurunan kadar gula darah DM di RW 10 Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.Penelitian ini menggunakan metode one group pre test post test design, sampel penelitian adalah seluruh warga di RW 10 Kebayoran Lama, Jakarta Selatan dan yang terdiagnosa diabetes melitus sebanyak 32 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Analisa uji statistik yang digunakan wilcoxon 0,05.Hasil uji wilcoxon menunjukkan nilai Z 4,938 dan p value 0,000 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh secara statistik terhadap penurunan kadar gula darah antara sebelum dan setelah pemberian terapi bekam. Selain itu dari nilai mean antara sebelum dan setelah dilakukan bekam menunjukkan penurunan yang siginifikan, dari 236,88 menjadi 189,75. Kata Kunci : terapi bekam, kadar gula, diabetes melitus ABSTRACT Diabetes mellitus is one of the non-communicable diseases that are threatening the health of the indonesian population today. The number of diabetics are increasing from year to year, this is due to several factors including heredity genetics, diet diet, the level of activity sports, and lack of knowledge about the disease. The purpose of this study was to determine the effectiveness of cupping therapy to decrease blood glucose levels DM in RW 10 Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. this research methode was using one group pretest post test design, sample research are all residents in RW 10 Kebayoran Lama, South Jakarta with was diagnosed diabetes mellitus as many as 32 people. The sampling technique was using total sampling. The statistical analysis was using Wilcoxon test 0.05 The results of Wilcoxon test showed the value of Z 4.938 and p value 0,000 0,05. It can be concluded that there was a statistically significant effect on reducing blood sugar levels before and after administration of cupping therapy. Addition of the mean value between before and after cupping showed significant decline, from 236.88 to 189.75. Keyword : Cupping therapy, blood glucose levels, diabetes mellitus. PENDAHULUAN Diabetes Melitus adalah salah satu dari penyakit tidak menular yang sedang mengancam kesehatan penduduk Indonesia saat ini. Jumlah penderita diabetes terus meningkat dari tahun ke ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 637 tahun, hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain keturunan genetik, pola makan diet, tingkat aktivitas olahraga, dan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.Diabetes melitus diklasifikasikan menjadi tipe 1 dan tipe 2 Ganong, 2010. Pada tahun 2013, proporsi penduduk Indonesia yang berusia ≥ 15 tahun dengan DM adalah 6,9 persen. Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di Yogyakarta 2,6, DKI Jakarta 2,5, Sulawesi Utara 2,4, dan Kalimantan Timur 2,3 Kemenkes, 2013.Berdasarkan studi pendahuluan di RW 10 Kelurahan Kebayoran Lama Utara didapatkan data dari hasil pendataan sebanyak 43 warga dengan berbagai keluhan, sebanyak 32 69 warga dengan keluhan glukosa darah tinggi, dan sisanya 11 31 dengan hipertensi, kolesterol, dan keluhan pusing. Data 2 dua tahun terakhir masyarakat yang meninggal karena penyakit diabetes di RW 10 sebanyak 7 orang. Diabetes pada anak atau remaja ini sering juga disebut dengan Maturity Onset Of Diabetes In The Young MODY. Penyakit diabetes ini umunya dimulai pada usia pertengahan dengan masalah utama pada reseptor insulin. Permasalah lainnya adalah karena terlalu banyaknya asupan karbohidrat dalam tubuh seperti gula dan tepung gandum, lemak jahat yang tidak sehat, anak yang kurang menyukai sayur dan buah serta anak yang sangat kurang beraktifitas atau bergerak seperti berolahraga Herlinawati, 2013. Bekam berperan menstimulasi sirkulasi darah dan suplai nutrisi ke sel-sel beta di pankreas. Zat nitrit oksida NO yang diproduksi tubuh karena stimulasi sayatan dalam proses bekam, berperan meningkatkan sirkulasi darah di pankreas dan membantu meningkatkan kadar insulin. Bekam juga mengendalikan produksi insulin, baik dalam kasus kekurangan insulin hipoinsulinisme yang terjadi pada penderita diabetes tipe1 maupun dalam kasus kelebihan insulin hiperinsulinisme sebagaimana yang terjadi pada penderita diabetes tipe 2 Maulana, 2014. METODE PENELITIAN Penelitian ini jenis pra eksperimen dengan one group pre test post test design, yaitu melakukan pre test kadar gula darah pada penderita Diabetes Melitus, kemudian dilakukan terapi bekam dan setelah itu dilakukan pengukuran post test kadar gula darah pada penderita Diabetes Melitus. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga di RW 10 Kebayoran Lama, Jakarta Selatan yang terdiagnosa diabetes melitus sebanyak 32 orang. Teknik samping yang digunakan adalah total sampling. Sampel penelitian adalah seluruh warga di RW 10 Kebayoran Lama, Jakarta Selatan yang terdiagnosa diabetes melitus sebanyak 32 orang. Instrumen yang digunakan untuk Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 638 mengukur kadar gula darah adalah glucometer, dan terapi bekam menggunakan alat bekam sebanyak 2 set. Analisa data menggunakan uji wilcoxon. Alur penelitian peneliti melakukan pengecekan gula darah yang kemudian dilanjutkan melakukan terapi bekam, kemudian dilakukan pengecekan ulang kadar gula darah. HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil penelitian selanjutnya dilakukan uji statistik dengan program SPSS 21 for windows dengan menggunakan uji wilcoxon. Tabel 1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RW 10 Kebayoran Lama Utara, 27 Juli 2015 No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase 1 Laki-laki 14 43,8 2 Perempuan 18 56,3 Jumlah 32 100 Sumber: Data Primer, 2015 Data tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 18 56,3 dan laki-laki sebanyak 14 43,8. Tabel 2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di RW 10 Kebayoran Lama Utara, 27 Juli 2015 No. Umur Jumlah Persentase 1 ≤ 50 tahun 15 46,9 2 50 tahun 17 53,1 Jumlah 32 100 Sumber: Data Primer, 2015 Data tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas responden berumur 50 tahun sebanyak 17 53,1 dan ya ng berumur ≤ 50 tahun sebanyak 6 46,9. Tabel 3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di RW 10 Kebayoran Lama Utara, 27 Juli 2015 No. Pendidikan Jumlah Persentase 1 SMA 27 84,4 2 D3S1 5 15,6 ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 639 Jumlah 32 100 Sumber: Data Primer, 2015 Data tabel 3 menunjukkan bahwa mayoritas responden berpendidikan akhir SMA sebanyak 27 84,4 dan yang berpendidikan D3S1 sebanyak 5 15,6. Tabel 4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di RW 10 Kebayoran Lama Utara, 27 Juli 2015 No. Pekerjaan Jumlah Persentase 1 Ibu Rumah Tangga 15 46,9 2 Swasta 10 31,3 3 Wiraswasta 6 18,8 4 PNS 1 3,1 Jumlah 32 100 Sumber: Data Primer, 2015 Data tabel 4 menunjukkan bahwa mayoritas responden bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 15 46,9, bekerja swasta sebanyak 10 31,3, bekerja wiraswasta sebanyak 6 18,8, dan yang bekerja PNS sebanyak 1 3,1. Tabel 5 Hasil uji wilcoxonkadar gula darah pre dan post terapi bekam di RW 10 Kebayoran Lama Utara, 27 Juli 2015 Mean Pre Mean Post Z P value Kadar Gula Darah 236,88 189,75 -4,938 0,000 Sumber: Data Primer, 2015 Hasil uji wilcoxon menunjukkan nilai Z 4,938 dan p value 0,000 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh secara statistik terhadap penurunan kadar gula darah antara sebelum dan setelah pemberian terapi bekam. Selain itu dari nilai mean antara sebelum dan setelah dilakukan bekam menunjukkan penurunan yang siginifikan, dari sebelum terapi bekam 236,88 dan setelah terapi bekam menjadi 189,75. Berdasarkan data yang telah di peroleh di dapatkan responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 18 56,3 dan sisanya 14 laki laki 43,8 dari total responden sebanyak 32 orang, dari hasil penelitian yang di lakukan PERKENI, menunjukan bahwa, dengan tinggi dan berat badan sama, wanita Asia lebih berisiko mengidap diabetes dibandingkan wanita yang tinggal di benua lainnya. Indonesia termasuk dari bagian wilayah asia. Menurut dugaan, penyebabnya karena mereka telah meninggalkan pola makan dan gaya hidup tradisional, dan menggantinya dengan gaya hidup yang tidak sehat. Misalnya: pola makan yang serampangan dan porsi olahraga Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 640 yang semakin minim. Perubahan gaya hidup seperti ini bisa memicu semacam dampak biologis yang dapat mengganggu proses pengolahan gula darah, yang pada akhirnya berakibat diabetes. Selain itu faktor yang sangat berpengaruh adalah kondisi stress yang dapat menyebabkan system saraf pusat simpatis dan axis hipotalamus pituitari adrenal teraktivasi sehingga mengakibatkan produksi hormone kortisol yang berlebihan dan menyebabkan ketidakseimbangan dalam tubuh. Hal ini dapat menyebakan terjadinya obesitas,resistensi insulin, dan peningkatan profil lipid dalam darah. Bila berlangsung terus maka akan berlanjut menjadi diabetes mellitus tipe 2. Berdasarkan umur pada penelitian ini didapatkan mayoritas responden berumur 50 tahun sebanyak 17 53,1 dan yang berumu r ≤ 50 tahun sebanyak 6 46,9. Pada penderita diabetes tipe 2 akan terjadi peningkatan seiring bertambahnya usia dan berkaitan dengan peningkatan resistensi terhadap efek insulin di tempat tempat kerjanya. Diabetes Melitus dapat menyerang warga penduduk dari berbagai lapisan, baik dari segi ekonomi rendah, menengah, atas, ada pula dari segi usia. Tua maupun muda dapat menjadi penderita DM. Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi yang secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan, terutama setelah usia 45 tahun pada mereka yang berat badannya berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin. Teori yang ada mengatakan bahwa seseorang ≥ 45 tahun memiliki peningkatan resiko terhadap terjadinya DM dan intoleransi glukosa yang di sebabkan oleh faktor degeneratif yaitu menurunya fungsi tubuh, khususnya kemampuan dari sel β dalam memproduksi insulin. Data hasil responden berdasarkan pendidikan akhir SMA sebanyak 27 84,4 dan yang berpendidikan D3S1 sebanyak 5 15,6. Menurut penelitian yang diadakan di Amerika Serikat, tingginya pendidikan turut berpengaruh terhadap prevalensi diabetes mellitus. Penelitian yang dilakukan oleh Aliasgharzadeh, et al. menunjukan hasil meningkatnya tingkat pendidikan seiring dengan meningkatnya kepatuhan dalam berdiet, berolah raga dan obat-obatan pada penderita diabetes melitus White K, Borell L, 2013. Hasil tersebut sesuai dengan teori bahwa sebagian besar responden penelitian ini berpendidikan SMA, sehingga kepatuhan mereka terhadap minum obat ataupun olahraga kurang yang menyebabkan sebagian besar pada penelitian ini. Berdasarkan pekerjaan pada penelitian ini bahwa mayoritas responden adalah ibu rumah tangga sebanyak 15 46,9, bekerja swasta sebanyak 10 31,3, bekerja wiraswasta sebanyak 6 18,8, dan yang bekerja PNS sebanyak 1 3,1. Aktifitas fisik dapat mengontrol gula darah. Glukosa akandiubah menjadi energi pada saat berkatifitas fisik. Aktifitas fisik mengakibatkan insulin semakin meningkat sehingga kadar gula dalam darah akan berkurang. Pada orang yang ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 641 jarang berolahraga, zat makanan yang masuk kedalam tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi energi maka akan timbul DM. Rata-rata semua informan memiliki aktivitasnya masing masing. Secara umum aktifitas fisik di bagi dalam tiga kategori, yaitu aktivitas Ringan, Aktivitas Sedang, dan aktifitas berat. Di mana ibu rumah tangga tidak terlalu banyak melakukan aktifitas sehingga proses metabolisme di dalam tubuhnya tidak sempurna. Hasil uji bivariat pada penelitian ini di dapatkan angka signifikan pada responden yang di lakukan terapi bekam basah. Hasil uji wilcoxon menunjukkan nilai Z 4,938 dan p value 0,000 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh secara statistik terhadap penurunan kadar gula darah antara sebelum dan setelah pemberian terapi bekam. Penurunan pada kadar gula darah penderita diabetes melitus ini dapat disebabkan oleh karena bekam berperan menstimulasi darah dan mensuplai nutisi ke sel-sel beta pankreas, kekuatan isapan dalam proses pembekaman dapat mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme usus dari sirkulasi portal dihati, zat asam heksosamin dari otot dan jaringan lemak dibawah kulit sehingga dapat membuka jalan bagi insulin untuk melekat pada reseptor-reseptornya serta meningkatkan kepekaan reseptor insulin yang menyebabkan kadar gula dalam darah menurun. Bekam juga mengendalikan produksi insulin, baik dalam kasus kekurangan insulin hipoinsulinisme yang terjadi pada penderita diabetes tipe 1 maupun dalam kasus kelebihan insulin hiperinsulinisme sebagaimana yang terjadi pada penderita diabetes tipe 2 Maulana, 2014. KESIMPULAN 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian terapi bekam secara signifikan berpengaruh terhadap penurunan kadar gula darah, dengan nilai z hitung Z 4,938 dan p value 0,000 0,05. 2. Hasil terapi bekam lebih efektif jika dikombinasi dengan menjaga pola makan yang sehat dan olahraga teratur. 3. Terapi bekam efektif dilakukan 1 satu bulan sekali untuk menjaga sirkulasi darah dalam tubuh tetap baik. UCAPAN TERIMA KASIH 1. Dr.Mardjo Soebiandono, Sp.B., selaku Direksi Pertamedika dan pembina Yasayan Pendidikan Pertamedika. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 642 4. Dr.Dany Amrul Ichdan, SE, MSc., selaku Ketua Pengurus Yayasan Pendidikan Pertamedika. 5. Muhammad Ali, SKM.M.Kep, selaku Ketua STIKes Pertamedika yang selalu memberi motivasi selama pembuatan penelitian ini. 6. Ketua RW 10 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan, yang telah memberi ijin peneliti dalam melakukan pengambilan data awal penelitian. 7. Seluruh masyarakat RW 10 yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian. DAFTAR PUSTAKA Andari, Rizki 2013. Pengaruh Bekam Basah Terhadap Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus Di Semarang. UNDIP : Jurnal Media Medika Muda. Brunner Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC. Ganong, W.F. 2010. Patofisiologi Penyakit: Pengantar Menuju Kedokteran Klinis. Edisi 5. Jakarta: EGC. WHO. 2010. Data statistik jumlah penderita diabetes di dunia versi WHO. Bersumber dari http:indodiabetes.comdata-statistik-jumlah-penderita-diabetes-di-dunia-versi-who.html [diakses pada 26 Mei 2015]. Kemenkes. 2013. Riset Kesehatan Dasar2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Herlinawati, E. 2013. Penyakit diabetes pada anak dan remaja. Bersumber dari http:buletinkesehatan.compenyakit-diabetes-pada-anak-dan-remaja. [diakeses pada 26 Mei 2015]. PDPERSI. 2011. RI Rangking Keempat Jumlah Penderita Diabetes Terbanyak Dunia. Bersumber dari http:www.pdpersi.co.idcontentnews.php?mid=5catid=23nid=618 [diakses pada 26 Mei 2015]. Kasmui. 2013. Bekam Pengobatan Menurut Sunnah Nabi [Internet]. Semarang: Komunitas Thibbun Nabawi ‘ISYFI’. Bersumber dari: http:assunnah- qatar.comphocadownloadPDFBEKAM.pdf [diakses pada 26 Mei 2015]. Maulana, Y.A. 2014. Mengobati Diabetes Dengan Bekam. Bersumber dari https:www.islampos.commengobati-diabetes-dengan-bekam-2-habis-136516 [diakses pada 27 Mei 2015]. Nashr, M, 2005, Bekam Cara Pengobatan Menurut Sunah Nabi, Jakarta: Pustaka Imam Asy- syafi’i. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2011. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Omar, et.al 2006. Metode pengobatan nabi. Jakarta: Griya Ilmu. Riyanto, A . 2009. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis Bagi Pemula. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press. Soegondo, Sidartawan, dkk. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 643 Sugiyono . 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, dan RD. Bandung : CV.Alfabeta. Suhardi, K, dan Syafa’ah A, 2006, Uraian Kode Anatomi Hijamah Titik-titik Bekam, Jakarta: Pustaka As-Sabil. Zawiyah, S. 2006. Teknik Bekam Hijamah Tingkat Dasar: Kaedah Perawatan dan Penyembuhan menurut Sunnah Rasul SAW. Pusat Penyelidikan Perubatan Jawi, Darul Aman, Malaysia. Yasin, Syihab Al Badri. 2005. Bekam: Sunnah Nabi dan Mukjizat Medis. Al Qowwam, Solo. Lampiran 1 Distribusi Data Jenis Kelamin Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Perempuan 18 56.3 56.3 56.3 Laki-laki 14 43.8 43.8 100.0 Total 32 100.0 100.0 Umur Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 50 th 17 53.1 53.1 53.1 50 th 15 46.9 46.9 100.0 Total 32 100.0 100.0 Pendidikan Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SMA 27 84.4 84.4 84.4 D3S1S2 5 15.6 15.6 100.0 Total 32 100.0 100.0 Pekerjaan Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Ibu Rumah Tangga 15 46.9 46.9 46.9 Wiraswasta 6 18.8 18.8 65.6 Swasta 10 31.3 31.3 96.9 PNS 1 3.1 3.1 100.0 Total 32 100.0 100.0 Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 644 Lampiran 2 Hasil Penelitian Tests of Normality KELOMPO K Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. NILA I PRE .156 32 .047 .888 32 .003 POST .183 32 .008 .873 32 .001 a. Lilliefors Significance Correction Ranks N Mean Rank Sum of Ranks Post - Pre Negative Ranks 32 a 16.50 528.00 Positive Ranks b .00 .00 Ties c Total 32 a. Post Pre b. Post Pre c. Post = Pre Test Statistics a Post - Pre Z -4.938 b Asymp. Sig. 2- tailed .000 a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on positive ranks. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 645 USAHA PENINGKATAN RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI NILAM BAGI PETANIPENYULING MINYAK NILAM DI DESA PAMOTAN KABUPATEN MALANG Aning Ayucitra 1 , Wenny Irawaty 1 , Ery Susiany Retnoningtyas 1 , dan Hadi Santosa 2 1 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya 2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya email: aningukwms.ac.id ABSTRAK Minyak atsiri nilam merupakan salah satu komoditas ekspor non migas Indonesia yang cukup strategis peranannya dalam menghasilkan devisa negara. Minyak atsiri nilam Indonesia sangat digemari oleh pasar Eropa dan Amerika dan banyak digunakan untuk bahan baku industri pembuatan minyak wangi, kosmetik, farmasi, sabun, dll. karena merupakan bahan fiksatif pengikat wewangian. Di Desa Pamotan Kabupaten Malang, penyuling minyak nilam masih menggunakan metode dan peralatan yang sederhana sehingga rendemen minyak nilam yang dihasilkan relatif rendah 1,7. Penanganan hasil pasca produksi, seperti proses pemisahan dan penyimpanan minyak, juga belum dilakukan dengan optimal sehingga kualitas minyak nilam yang dihasilkan kurang baik kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam rendah sehingga kurang mampu bersaing di pasar internasional. Harga jual crude minyak atsiri nilam dari penyuling minyak cukup rendah. Oleh karena itu, inovasi dan penerapan teknologi tepat guna dalam pengolahan minyak nilam merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan rendemen dan kualitas minyak nilam. Program “IbM Kelompok Penyuling Minyak Atsiri Nilam di Desa Pamotan Kabupaten Malang” ditujukan bagi penyuling minyak nilam yang berada di Dukuh Dawuhan dan Dukuh Umbulrejo, Desa Pamotan Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. Kegiatan program ini meliputi: perancangan alat dan implementasi teknologi tepat guna, diskusi upaya peningkatan rendemen dan kualitas minyak nilam, dan pendampingan di lapangan pasca implementasi alat hasil inovasi teknologi baru yang tepat guna. Dengan berbekal pengetahuan dan alat teknologi tepat guna sebagai luaran program IbM ini, diharapkan dapat meningkatkan produksi dan kualitas minyak nilam yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan penyuling minyak atsiri nilam di Desa Pamotan Kabupaten Malang. Kata kunci : Distilasi uap, fraksinasi, minyak nilam, patchouli alcohol ABSTRACT Patchouli essential oil is one of major non-oilgas commodity of Indonesia which has strategic role in state revenues. It is very popular in Europe and US market due to its fixative property for perfumery, cosmetics, pharmaceutical, and soap products. In Desa Pamotan Kabupaten Malang, farmers and distillers of patchouli oil have been using very simple and conventional method and equipments, thus the quantity and quality of patchouli oil is relatively low 1.7. Its patchouli alcohol content is about 29. This situation reduces oil competitiveness in global market. An innovative method is thus needed in processing this patchouli oil to impr ove oil’s quantity and quality. Through IbM program entitled “IbM Kelompok Penyuling Minyak Atsiri Nilam di Desa Pamotan Kabupaten Malang”, the quantity and quality of patchouli oil product could be improved. A pilot scale fractionation equipment was designed and built. By discussion, workshop, and implementation of this fractionation equipment, as part of the IbM program, farmers and distillers may get better understanding of knowledge as well as better technology in processing of patchouli oil.Therefore, the economic level and prosperity of farmers and distillers in Desa Pamotan Kabupaten Malang may also be improved. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 646 Keywords : steam distillation, fractionation, patchouli oil, patchouli alcohol PENDAHULUAN Minyak nilam merupakan salah satu minyak atsiri yang banyak digunakan di industri parfum dan kosmetik. Aroma parfum yang dicampur dengan minyak nilam dimana komponen utamanya adalahpatchouli alcohol C 15 H 26 dapat bertahan lebih lama mengingat sifatnya sebagai bahan fiksatif. Kandungan senyawa patchouli alcohol di dalam minyak nilam dapat mencapai 23,2 , disamping senyawa aktif lainnya seperti α-patchoulene 3,3, β-patchoulene 4,2, dan α- guaiene 14,6 Sundaresan dkk., 2009. Selain itu, minyak nilam juga dapat digunakan sebagai campuran minyak rambut dan saus tembakau.Di pasaran minyak atsiri dunia,mutu minyak nilam Indonesia dikenal paling baik dan rnenguasai pangsa pasar dunia sampai 80-90Sarifudin, 2009; Redaksi Trubus, 2012.Sentra produksi minyak nilam di Indonesia adalah Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, dan Sulawesi. Tanaman nilam merupakan salah satu komoditas perkebunan yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat Kabupaten Malang, Jawa Timur, selain tebu dan kopi. Iklim yang cocok sekaligus nilai jual minyak nilam yang tinggi berpotensi mengangkat perekonomian masyarakat Kabupaten Malang yang membudidayakan tanaman tersebut. Berbagai permasalahan seperti keterbatasan modal dan proses produksi yang konvensional seringkali menjadi kendala pengembangan usaha produksi minyak nilam. Permasalahan yang sering dijumpai di dalam proses produksi minyak atsiri nilam adalah rendahnya rendemen dan kualitas minyak atsiri yang diperoleh. Rendemen berkaitan dengan perolehan minyak nilam dari proses penyulingan, sedangkan kualitas minyak atsiri nilam terkait dengan besarnya kandungan bioaktif utama dalam minyak yaitu patchouli alcohol. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendemen minyak nilam adalah cara penanganan bahan baku pemotonganperajangan, pelayuan, dan pengeringan danteknik penyulingan yang masih menggunakan metode dan peralatan sederhana. Sementara itu,faktor yang mempengaruhi mutu minyak nilam antara lain adalah lokasi penghasil nilam, teknik penyulingan, dan penanganan hasil pasca penyulingan Sarifudin, 2009. Di Desa Pamotan, Kecamatan Dampit,Kabupaten Malang, minyak nilam yang dibudidayakan dan diolah berasal dari tanaman nilam jenis nilam Aceh Pogostemon cablin Benth. Contoh perkebunan nilam Aceh di Desa Pamotan dapat dilihat pada gambar di Lampiran 4. Proses produksi minyak ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 647 atsiri nilam di Desa Pamotan melibatkan beberapa pihak seperti petani tanaman nilam, penyuling minyak nilam, dan pengusaha mikromakro pengolah minyak nilam. Hasil survey ke lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar penyuling minyak nilam di Desa Pamotan masih menggunakan metode dan peralatan penyulingan yang sederhana sehingga rendemen minyak nilam yang dihasilkan relatif rendah 1,7, lebih rendah dari rendemen minyak nilam Aceh yang umum diperoleh dan dijumpai di literatur 2,5. Demikian pula halnya dengan penanganan hasil pasca produksi, seperti proses pemisahan dan penyimpanan minyak, masih belum dilakukan dengan optimal sehingga kualitas minyak nilam yang dihasilkan kurang baik kadar patchouli alcohol dalam minyak nilam rendah dan kurang mampu bersaing di pasar internasional. Disparitas harga dari petani tanaman nilam selaku penyuplai bahan baku, penyuling nilam selaku penghasil crude minyak nilam, dan pengusaha pengolah minyak nilam, cukup besar. Daun dan ranting nilam basah dari petani nilam dihargai Rp 1.400,- hingga Rp 1.600,- per kg oleh kelompok penyuling nilam; sedangkan yang kering dihargai Rp 10.000,- hingga Rp 15.000,- per kg. Kadar air dalam daun dan ranting nilam basah tanpa proses pengeringan adalah sekitar 80. Cuaca seringkali menjadi faktor penentu bagi petani dalam menjual nilamnya, dengan atau tanpa pengeringan, karena masih mengandalkan proses pengeringan di bawah sinar matahari. Fluktuasi harga yang terjadi pada beberapa tahun terakhir yang cukup tajam telah menyebabkan banyak petani nilam beralih pilihan menjadi petani tebu atau kopi. Petani nilam yang masih bertahan jumlahnya menurun dan suplai daunranting nilam menjadi sangat terbatas. Harga jual crude minyak atsiri nilam dari penyuling minyak ke pengepul cukup rendah, hanya sebesar Rp 610.000,- hingga Rp 640.000,- per kg-nya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti: 1 metode penyulingan yang sederhana pada kondisi operasi yang tidak optimum sehingga dihasilkan rendemen dan kualitas minyak yang rendah; 2 hasil penyulingan dijual dalam bentuk crude, masih mengandung pengotorendapan karena tidak diolah lebih lanjut. Metode penyulingan saat ini hanya menggunakan ketel uap air sederhana berkapasitas rata-rata 1 ton daunranting nilam basah yang dilengkapi dengan bakkolam pendingin. Rangkaian alat penyulingan yang umum digunakan oleh para penyuling di Desa Pamotan – Kabupaten Malang dapat dilihat pada Gambar3. Proses penyulingan memakan waktu sekitar 8 jam, sehingga rata-rata dalam 1 hari para penyuling bisa menjalankan 2 kali proses penyulingan, bila bahan bakunya mencukupi. Para penyuling lebih memilih untuk langsung menjual produknya ke pengepul karena keterbatasan wawasan dan teknologi yang dimiliki. Proses pengolahan lebih lanjut diserahkan kepada para pengusaha makro pengolah minyak nilam, yang mendapatkan crude minyak dari para pengepul dengan harga rendah, Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 648 dan kemudian menjual produk akhirnya pada kisaran harga Rp 1.800.000,- per kg minyak nilam patchouli oil. Saat ini, para penyuling minyak nilam di Desa Pamotan, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang lebih memilih rendemen minyak yang tinggi dibandingkan kualitasnya, karena harga yang diterima para penyuling dari pengolah minyak nilam lebih didasarkan pada kuantitasnya per kg minyak, bukan kualitasnya. Oleh karena itu, inovasi dan penerapan teknologi tepat guna dalam proses produksi dan pengolahan minyak nilam merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan rendemen dan kualitas minyak nilam. Inovasi pengembangan teknik penyulingan minyak nilam merupakan salah satu terobosan dalam usaha meningkatkan rendemen dan kualitas minyak atsiri nilam yang selama ini merugikan baik bagi para petani maupun penyulingpenghasil minyak atsiri karena sumber minyak nilam dinilai tidak ekonomis dan harga jualnya tidak dapat maksimal. Melalui program I b M ini diharapkan dapat memberikan bekal ilmu pengetahuan dan teknologi sekaligus menggugah motivasi para petani tanaman nilam dan penyuling minyak atsiri nilam untuk dapat terus meningkatkan kuantitas dan kualitas produk minyak atsiri nilam yang dihasilkan. METODE PENELITIAN Program abdimas “IbM Kelompok Penyuling Minyak Atsiri Nilam di Desa Pamotan Kabupaten Malang” ditujukan bagi penyuling minyak nilam yang berada di Dukuh Dawuhan dan Dukuh Umbulrejo, Desa PamotanKecamatan Dampit, Kabupaten Malang. Program ini dirancang berlangsung selama 10 sepuluh bulan dengan berbagai kegiatan yang meliputi : perancangandan implementasi teknologi tepat guna, workshop serta penyuluhan peningkatan rendeman dan kualitas minyak nilam, pendampingan di lapangan pasca implementasi teknologi fraksinasi, penyusunan laporan dan publikasi, serta diseminasi hasil program. Sebagai awalan, survey dan studi lapangan telah dilakukan untuk bertemu dan berdiskusi langsung dengan kelompok petani dan penyuling minyak nilam di Desa Pamotan sekaligus mengamati secara langsung proses budidaya dan penyulingan minyak nilam yang dilakukan oleh para petani dan penyuling di dua dukuh yang termasuk dalam Desa Pamotan, Kabupaten Malang. Dari studi lapangan yang telah dilakukan dapat diperoleh gambaran teknologi inovasi apa yang paling tepat untuk diberikan kepada para mitra sehingga dapat membantu meningkatkan rendemen dan kualitas minyak atsiri nilam para mitra. Sebagai tindak lanjut atas hasil survey dan studi lapangan yang dilakukan, tim mengusulkan metode dan teknologi tepat guna yang akan diimplementasikan di lapangan. Proses diskusi dengan para mitra terus dijalin sehingga dapat dihasilkan metode dan teknologi yang paling tepat untuk ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 649 para mitra yang meliputi metode ekstraksi dan fraksinasi. Pada tahap inidilakukan uji coba proses ekstraksi dan proses fraksinasi terlebih dahulu di Laboratorium Proses Jurusan Teknik Kimia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya dan juga pengujian kualitas minyak nilam yang diperoleh dengan menggunakan Gas Kromatografi GC di Laboratorium Analisa Instrumen Jurusan Teknik Kimia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Setelah uji coba laboratorium berhasil, dilakukan perancangan alat fraksinasipemurnian skala pilot yang sederhana dan ekonomis sehingga dapat digunakan oleh mitra di Desa Pamotan, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. Proses pembuatan, pengecatan, dan perakitan alat fraksinasi melibatkan empat bengkel yang berbeda yang berlokasi di Surabaya maupun Sidoarjo. Selain implementasi teknologi baru, juga dilakukan penyuluhan bagi para mitra petanipenyuling minyak nilam. Penyuluhan yang diberikan mencakup kajian mengenai analisis finansial yang dibutuhkan beserta perkiraan keuntungan ekonomis yang dapat diperoleh. Kelayakan produksi minyak nilam juga dilihat dari mutu kualitas minyak nilam yang dihasilkan yang dibandingkan dengan data standar mutu produksi minyak nilam Indonesia SNI 06-2385- 1991.Setelah kegiatan workshop dan penyuluhan dilaksanakan, pendampingan di lapangan dilakukan pada saat proses produksi yang meliputi kajian dan pemecahan persoalan yang mungkin timbul dalam proses pengolahan minyak nilam menggunakan teknologi yang telah diimplementasikan. Gambar 1. Kerangka Berpikir Pelaksanaan Program IbM CAPAIAN DAMPAK BAGI MITRA MAUPUN PEMERINTAH DAERAH LUARAN SOLUSI PROBLEM Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 650 HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi implementasi program IbM dilakukan pada dua mitra pelaku usaha tanisuling minyak nilam di Desa Pamotan, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. Program ini dilaksanakan sejak bulan Februari dan selesai pada bulan November 2015.Pada tahap awal program, dilakukan observasi dan diskusi untuk melihat kondisi nyata dari proses produksi yang dilakukan oleh mitra di lapangan. Hal ini mencakup proses tanam dan panen nilam, ketersediaan nilam untuk disuling, proses penyulingan, hingga pemasaran crude minyak nilam yang diperoleh. Dengan demikian, diharapkan transfer ilmu dan teknologi dapat sesuai dengan yang dibutuhkan oleh mitra. Tahapan ini dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: 1 wawancara langsung dengan kedua mitra, dan 2 observasi di lapangan. Proses wawancara dilakukan kepada kedua mitra dengan materi mencakup hal-hal yang tersebut di atas. Keluhan dari mitra antara lain: a metode tanam nilam masih asal tanam dan seadanya, belum ada upaya intensif untuk meningkatkan hasil panen; hal ini berpengaruh pada suplai ketersediaan daun nilam untuk disuling; b musim keringkemarau yang berkepanjangan menyebabkan langkanyasuplai bahan baku nilam segar yang berujung pada terhambatnya proses produksi minyak atsiri nilam; c metode pengeringan dilakukan dengan bantuan sinar matahari untuk mengurangi biaya produksi sehingga sangat bergantung dengan musim; apabila musim kemarau seperti saat ini hanya dibutuhkan waktu 3 hari sedangkan bila musim penghujan dibutuhkan waktu setidaknya 1 minggu; d rendemen yang dihasilkan relatif rendah karena keterbatasan alat penyulingan metode uap yang sederhana + 2; e harga jual minyak nilam cukup rendah, yaitu antara Rp 610.000,- – Rp 640.000,-kg karena yang dijual adalah crude minyak hasil pemisahan sederhana dekantasi dan tidak adanya tahap pemurnian lebih lanjut; minyak nilam yang bagus kualitasnya harganya bisa naik 3 kali lipat; f margin laba yang diperoleh relatif kecil, sebagai gambaran, untuk memproses sejumlah 1 ton daun nilam kering laba bersih yang didapat kurang lebih Rp 200.000,- dengan rendemen minyak yang berhasil diperoleh sekitar 2; dan g keterbatasan jalur pemasaran dimana selama ini minyak nilam dijual ke pengusaha pemurnian minyak nilam di dekat desa sebagai pengepul, dan saat ini hanya ada satu perusahaan saja sehingga harga jual dimonopoli oleh perusahaan tersebut. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 651 Gambar 2. Tumpukan nilam dan alat penyuling sederhana di lokasi mitra Berdasarkan observasi mendalam ke lapangan, pada dasarnya diperlukan alat pendukung proses produksi yaitu seperangkat alat pemurnian atau fraksinasi yang cukup sederhana teknologinya dan ekonomis dalam hal biaya operasionalnya. Di samping itu, diperlukan juga adanya pelatihanpenyuluhan dan pendampingan untuk membantu meningkatkan hasil rendemen maupun kualitas minyak nilam sekaligus kemungkinan perbaikan pemasarannya dan alternatif cara pemanfaatan limbah ampas nilam untuk menambah pendapatan penyuling.Dari informasi yang diperoleh di lapangan dan serangkaian percobaan di laboratorium, dirancanglah suatu alat pemurnian minyak nilam yang sederhana dan ekonomis dalam pengoperasiannya. Sketsa desain alat pemurnian dapat dilihat pada Gambar3. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 652 Gambar 3. Rangkaian alat fraksinasi yang diserahkan ke mitra a ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 653 b Gambar 4. Proses diskusi dengan mitra: a Pak Panenadi; b Pak Yanto Berikut adalah spesifikasi peralatan fraksinasi minyak nilam yang dihasilkan: 1 alat yang dirancang memiliki kapasitas maksimum 15 L dengan dimensi total 2 m x 1,5 m x 1,5 m; 2 bagian utama dari rangkaian alat ini antara lain: tungku pembakaran, kolom fraksinasi, dan bak pendingin; 3 alat juga dilengkapi dengan tangki umpan, keran pengeluaran minyak, keran pengeluaran, perpipaan, cerobong asap, dan penyangga; 4 bahan bakar untuk operasional adalah kayu bakar, sesuai permintaan mitra supaya tidak menambah beban biaya produksi; dan 5 bahan konstruksi untuk rangkaian alat ini terdiri dari stainless steel, aluminium, pipa PVC, batu bata. KESIMPULAN Program abdimas “IbM Kelompok Penyuling Minyak Atsiri Nilam di Desa Pamotan Kabupaten Malang” yang ditujukan bagi penyuling minyak nilam yang berada di Dukuh Dawuhan dan Dukuh Umbulrejo, Desa Pamotan, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang telah berlangsung dengan baik dan sesuai rencana. Para mitra memperoleh manfaat dari adanya kegiatan abdimas ini dan mengharapkan adanya program pemberdayaan masyarakat lainnya di masa mendatang.Seperangkat alat fraksinasi minyak nilam telah diserahkan kepada mitra penyuling Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 654 minyak nilam. Hasil analisis dengan kromatografi gas menunjukkan bahwa minyak nilam yang dihasilkan memiliki kandungan patchouli alcohol sebesar 29,87. UCAPAN TERIMAKASIH Terima kasih kepada Kemristekdikti yang telah membantu membiayai kegiatan ini melalui program Ipteks bagi Masyarakat IbM pendanaan tahun 2015. DAFTAR PUSTAKA Sundaresan, V., Singh, S.P., dan Mishra, A.N., 2009. Composition and Comparison of Essential Oils of Pogostemon cablin Blanco Benth. Patchouli and Pogostemon travancoricus Bedd. var. travancoricus. Journal of Essential Oil Research, Vol. 21, pp. 220-222. Sarifudin, A., 2009. Peningkatan Budi Daya dan Produksi Pengolahan Minyak Nilam di Tingkat Petani Desa dan Agroindustri Skala Kecil dan Menengah, Institut Pertanian Bogor. Redaksi Trubus, 2012. My Potential Business: Potensi Baru Nilam. PT. Trubus Swadaya, Depok.Goldman, C. R. and A. J. Horne. 1983. Limnology. International Student Edition. Mc. Graw Hill. Int. Book. Co. Tokyo. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 655 KARAKTERISASI OLEORESIN DAUN SIRIH DAN BANGLE AMPAS DESTILASI UKM YLANG-YLANG BOYOLALI Lia Umi Khasanah 1 , RohulaUtami 2 , Godras Jati Manuhara 3 Prodi IlmudanTeknologiPangan, FakultasPertanian, UniversitasSebelasMaret Jl. Ir. Sutami No. 36 A, Kentingan, Surakarta, Indonesia Email: liaumikhasanahyahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik mutu oleoresin daun sirih dan bangle ampas destilasi UKM Ylang-ylang Boyolali yang meliputi rendemen, kadar minyak atsiri dan kandungan senyawa aktif. Oleoresin ampas destilasi daun sirih mempunyai rendemen sebesar 11,35 , kadar minyak atsiri 4,27 dan kandungan senyawa aktif 2-propanone, propane dan 2-methyl-2 α -thienyl-1,3-dithiolane berturut- turut sebesar 89,39 ; 15,03; 5,05. Oleoresin ampas destilasi bangle mempunyai rendemen sebesar 4,43 , kadar minyak atsiri 17,46 dan kandungan senyawa aktif 2- propanone, Ethenonaphthalenedan Penta-2-en-4-yne berturut-turut sebesar 47,88 ; 11,67 ; 9,85 . Kata kunci: oleoresin, ampas, sirih, bangle ABSTRACT This study aims to determine the characteristics and quality of oleoresin betel leaf bangle distillation residue SMEs Ylang-ylang Boyolali which include yield, essential oil content and the content of the active compound . Oleoresin distillation residue betel leaf has a yield of 11.35 , 4.27 volatile oil content and the content of the active compound 2-propanone, propane and 2-methyl- 2 α -thienyl -1,3-dithiolane row by 89.39 ; 15.03 ; 5.05. Oleoresin distillation residue bangle has a yield of 4.43 , 17.46 essential oil content and the content of the active compound 2-propanone, Ethenonaphthalenedan Penta-2-en-4-yne , respectively for 47.88 ; 11.67 ; 9.85 . Keywords: oleoresin, pulp, betel, bangle PENDAHULUAN Minyak atsiri merupakan komoditi di sector agribisnis yang memiliki prospek dan berdaya saing kuat di pasaran luar negeri. Indonesia merupakan salah satu pusat megabiodiversiri, yang menghasilkan 40 jenis dari 80 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan dipasar dunia. Dari jumlah tersebut, 13 jenis telah memasuki pasar atsiri dunia, yaitu nilam, serai wangi, cengkih, jahe, pala, lada, kayumanis, cendana, melati, akarwangi,kenanga, kayuputih, dankemukus Agusta, 2000 Sebagian besar minyak atsiri yang diproduksi petani diekspor dengan pangsa pasar untuk nilam 64, kenanga 67, akarwangi 26, seraiwangi 12, pala 72, cengkih63, jahe 0,4, danlada 0,9dari ekspor dunia. Negara tujuan ekspor minyak atsiri Indonesia antara lain adalah Amerika Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 656 Serikat23, Inggris 19, Singapura18, India 8, Spanyol 8,Perancis 6, Cina 3, Swiss3, Jepang 2, dan Negara lainnya 8. Kabupaten Boyolali Jawa Tengah menyimpan potensi agribisnis yang cukup besar. Memiliki iklim dan topografi yang cocok untuk tumbuhnya berbagai tanamam yang merupakan komoditas penghasil minyak atsiri. Oleh karena itu tidak mengherankan jika di Kabupaten Boyolali, khususnya kecamatan Cepogo dan Musuk terdapat puluhan usaha penyulingan minyak atsiri, diantaranya penyulingan minyak cengkeh, minyak kenanga, minyak nilam, minyak akarwangi, minyak pala, minyak kayuputih dan minyak sereh wangi. UKM Ylang-ylang merupakan salah satu produsen minyak atsiri di Boyolali. Dibawah kepemilikan Bapak Purwanto, UKM Ylang-ylang menekuni usaha penyulingan atsiri sejak tahun 2007. Komoditas yang disuling beragam, antara lain ylang-ylang, kenanga, sirih, nilam, kayumanis, sereh wangi, cengkeh, jahe, kayu putih dan juga sisa ekstrak sirempah atau ampas dari industry jamu sebagaicontoh Air Mancur. Salah satu permasalahanyang terjadi di UKM Ylang-ylangmenyangkut limbah berupa ampas destilasi. Selama ini ampas destilasi hanya dimanfaatkan sebagai bahan bakar tungku destilasi, padahal jumlah limbah yang dihasilkan melebihi kebutuhan limbah untuk bahan bakar. Selain peruntukan limbah untuk bahan bakar kurang disukai karena menghasilkan sedikit bara tetapi banyak asap dan kotoran. Sehingga ampas destilasi banyak menumpuk di area penyulingan. Padahal menurut Uyun 2013, ampas destilasi daun kayu manis dapat diproses lebih lanjut menjadi oleoresin. Hal ini dikarenakan ampas destilasi masih mengandung resin dan komponen fraksi berat lain yang tidak ikut terambil pada proses destilasi. Khasanah dkk 2013, melakukan optimasi produksi oleoresin dari ampas destilasi minyak atsiri daun jeruk purut, didapatkan rendemen optimum sebesar 7,7621 pada kondisi suhu ekstraksi 73,6255°C dan waktu ekstraksi 5,2360 jam. Dengan kadar sitronelal 6,25, kadar minyak atsiri 4,9 dan kadar sisa pelarut 0,43. Sebayang dkk 2013 juga menyatakan hal yang sama untuk ampas wedang uwuh. Sehingga ampas destilasi yang selama ini kurang termanfaatkan oleh mitra, dapat diolah lebih lanjut menjadi oleoresin. METODE PENELITIAN Bahandan Alat

1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ampas destilasi daunsirih dan bangle yang diperoleh dari UKM Ylang-ylang yang beralamatkan di Desa Jelok, Kecamatan Cepogo, ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 657 Kabupaten Boyolali. Dalam proses ekstraksi pelarut yang digunakan adalah pelarut etanolteknis kadar 70. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan untuk analisis antara lain analisis kadar minyak atsiri: aquadest dan xylol, dan analisis sisa pelarut sisa etanol menggunakan pelarut aquadest serta bahan untuk kromatografi gas.

2. Alat

Alatyangdigunakandalam proses pembuatan oleoresin ampas destilasi daun sirih dan bangle adalah labu lehertiga, hot plate, pendingin balik, rotary evaporatorvacuum, pipet, corong, gelasukur, beaker glass, pompavakum, kertas saring. Sedangkan alat-alat yang digunakan untuk analisis antara lain: a. Analisis Rendemen: timbangan analitik b. Analisis Kadar Minyak Atsiri: labu distilasi, pendingin balik, hot plate, pipet, dan gelas ukur. c. Analisis Senyawa Aktif menggunakan Kromatografi gas-spektrometer massa GC-MS. TahapanPenelitian Pada penelitian ini terdapat beberapa tahapan proses antara lain: 1. Persiapan bahan Ampas destilasi daunsirihdipotong secara acak, sedangkan ampas destilasi bangle digiling menggunakan blender sehingga didapatkan bubuk bangle lolos 15 mesh. 2. Ekstraksi Ekstrasi dilakukan dengan cara maserasi pada suhu 75°Cdan waktu kontak4jam. Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi adalah etanol 70 dengan perbandingan 1:6. 3. Penyaringan Penyaringan digunakan untuk memisahkan antara ampas endapan dan filtrat. Proses penyaringan menggunakan kertas saring dan corong. 4. Evaporasi Proses pembuatan oleoresin ampas destilasi daun sirih dan bangle menggunakan alat rotary evaporator vacuum pada suhu 80 o C dengan kecepatan yang konstan dan proses ini dihentikan setelah pelarut etanol teruapkan semua serta didapatkan oleoresin. 5. Analisis Pengujian karakteristikmutu oleoresin ampas destilasi daun sirih dan bangle meliputi rendemen, kada rminyak atsiri, dan kadar senyawa aktif.