Uji Overoll Keadaan Sebelum Tindakan

Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 446 Dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95, data yang ada tidak mendukung H yang artinya konstanta pada model tersebut signifikan  Pengujian parameter koefisien - Hipotesis: H : Koefisien tidak siginifikan H 1 : ≠ 0 Koefisien signifikan - Tingkat signifikansi α = 5 - Daerah kritis = Tolak H jika P-value α - Statistik uji = P-value 0.000 - Keputusan = Karena P-value 0.000 α 0.05 maka keputusannya adalah tolak H - Kesimpulan: Dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95, data yang ada tidak mendukung H yang artinya koefisien pada model tersebut signifikan Setelah di lakukan uji kecocokan model yang meliputi uji overal dan uji parsial dapat dipastikan bahwa model tersebut refresentatif. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil regresi menunjukkan nilai koefisien determinasi R-square sebesar 0.274 lihat tabel 1. Artinya 27.4 keragaman volume dari variabel nilai ujian nasional dapat dijelaskan oleh keragaman pada variabel nilai akreditasi, dan sisanya sebesar 73.6 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Adapaun beberapa faktor-faktor lain tersebut diantaranya; 1. Faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa, seperti kecerdasan intelektual, kecemasan, kesiapan mental dan kondisi fisik. 2. Faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan siswa, seperti lingkungan belajar di rumah atau sekolah, lingkungan fisik tempat ujian, situasi dan kondisi saat ujian dan masalah teknis berkenaan dengan cara mengisi lembar jawab. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 447 KESIMPULAN Dari hasil analisis dan pembahasan dalam studi kasus dalam laporan ini , maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Terdapat hubungan atau korelasi linier positif antara Akreditasi dan Nilai Ujian Nasional tahun 2014 di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jadi semakin tinggi akreditasi suatu sekolah maka Nilai Ujian Nasional juga tinggi, dengan nilai korelasi sebesar 0.523. b. Berdasarkan hasil uji kecocokan model yang meliputi uji overal dan uji parsial dapat dipastikan bahwa model tersebut refresentatif. Dimana model regresinya adalah : c. Nilai koefisien determinasi sebesar 0.274. Artinya 27.4 keragaman volume dari variabel nilai ujian nasional dapat dijelaskan oleh keragaman pada variabel nilai akreditasi, dan sisanya sebesar 73.6 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. UCAPAN TERIMAKASIH Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang memiliki keistimewaan dan pemberian segala kenikmatan besar, baik nikmat iman, kesehatan dan kekuatan didalam penyusunan makalah ini. Salawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Sayyidina Muhammad SAW serta keluarga dan para sahabatnya. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak Prof. Akhmad Fauzy, M.Si.,Ph. D. selaku Dosen Pembimbing, disela-sela rutinitasnya namun tetap meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk, dorongan, saran dan arahan sejak rencana penelitian hingga selesainya penulisan makalah ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada : 1. Bapak Drs. Allwar, M.Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. 2. Bapak Dr. R. Fajriya Hakim, M.Si., selaku Ketua Jurusan Statistika beserta seluruh jajarannya. 3. Bapak Drs. R. Kadarmanta Baskara Aji selaku Kepala Dinas serta keluarga besar Dinas Pendidikan, Pemuda, Dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah memberikan ijin penulis melakukan penelitian. 4. Sahabat- sahabat ku Sejurusan Angkatan 2012 yang dengan penuh keikhlasan membantu penulis kebersamaan kita selama menempuh hari-hari perkuliahan. Kepada Ayah dan Ibunda tercinta dengan penuh kasih sayang dan kesabaran telah membesarkan dan mendidik kami hingga dapat menempuh pendidikan yang layak. Akhirnya kepada Allah SWT jugalah senantiasa penulis Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 448 berharap semoga pengorbanan dan segala sesuatunya yang dengan tulus dan ikhlas telah diberikan dan penulis dapatkan akan selalu mendapat limpahan rahmat dan hidayah-Nya, Amin. DAFTAR PUSTAKA Danardono. n.d.. Bahan Perkuliahan Statistika MMS-1001. Yogyakarta: Statistika FMIPA UGM. Lende. 2015. Penerapan Antara Korelasi untuk Mengetahui Hubungan Antara Hasil Belajar Siswa. Retrieved Maret 23, 2015, from mynewbloganderias: http:mynewbloganderias.blogspot.com201501penerapan-analisis-korelasi-untuk.html Raharjo. 2012. Evaluasi Trend Kualitos Pendidikan di Indonesia. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 511-532. Selatan., B. A. 2014. Pedoman Akreditasi. Jakarta Selatan: Badan Akreditasi Nasional SekolahMadrasah. Sjafrudin. 2014. Analisis Korelasi Akreditasi dan Hasil Ujian Nasional 2012. Retrieved Maret 23, 2015, from asepsjafrudin: http:asepsjafrudin.blogspot.com201412analisis-korelasi- akreditasi-dan-hasil.html Sudrajat. 2008. Konsep Akreditasi Sekolah. Retrieved Maret 23, 2015, from akhmadsudrajat.wordpress.com: https:akhmadsudrajat.wordpress.com20080203 akreditasi-sekolah Utami. 2003. Modul Praktikum Analisis Regresi Terapan. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 449 PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI AKADEMIK PONDOK PESANTREN UII Anang Andrianto 1 , Nur Wijayaning R. 2 , Hanson Prihantoro P. 3 123 Universitas Islam Indonesia nnurfti.uii.ac.id ABSTRAK Pondok pesantren Universitas Islam Indonesia Ponpes UII merupakan sebuah institusi pendidikan yang para santrinya juga merupakan mahasiswa UII. Sistem pendidikan dan pengajaran dalam ponpes ini menganut sistem Satuan Kredit Semester SKS yang dipaketkan dalam setiap semester selama 8 semester. Selain perkuliahan, Ponpes UII juga menyelenggarakan beragam kegiatan seperti ekstrakurikuler wajib dan kegiatan pengabdianprestasi. Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kapasitas ponpes, pemantauan perkembangan santri dalam bentuk sistem terkomputerisasi telah menjadi sebuah kebutuhan baru. Oleh karena itu, Ponpes UII berinisiatif mengembangkan sistem informasi akademik sejak tahun 2014. Dengan mempertimbangkan kebiasaan para santri Ponpes yang sekaligus mahasiswa UII, maka sistem yang dibangun ini mengadopsi sistem informasi akademik serupa yang telah ada sebelumnya di UII, yaitu UNISYS. Dari hasil analisis diperoleh informasi bahwa sistem digunakan oleh dua pengguna, yaitu admin dan santri. Admin memiliki fitur-fitur seperti kelola daftar ustad, santri, matakuliah, ruang, nilai, daftar bidang non akademik, KRS Kartu Rencana Studi, KHS Kartu Hasil Studi, dan presensi. Perancangan kebutuhan sistem Ponpes UII bersifat berorientasi objek dengan menggunakan SRS Software Requirements Specification. Pengujian sistem dilakukan oleh kedua pihak yaitu pengembang dan dari pihak pengguna. Hasil pengujian kepada pengguna menunjukkan bahwa kualitas sistem telah dinilai 81,04. Hal ini berarti bahwa sistem yang dibangun telah menyajikan data informasi secara tepat dan jelas, mudah dipelajari, mudah dimengerti, sudah sesuai kebutuhan, diyakini membantu mengolah data akademik Ponpes UII, serta bisa mempercepat kerja admin. Kata kunci : sistem informasi akademik, pondok pesantren UII ABSTRACT Pondok Pesantren Universitas Islam Indonesia Ponpes UII is a Islamic boarding school which its students are also UII students. It adopts Semester Credit System, which is bundled every semester during eight semesters study. In addition to lectures, Ponpes UII also organizes various activities such as compulsory extracurricular. Along with information technology trend and capacity rising, monitoring students in the form of a computerized system has become a need. Therefore, Ponpes UII initiates to develop school information systems since 2014. Since Ponpes’ students are also UII students, the management decided to build a ne w system that is similar to UII’s academic information systems UNISYS. Analysis phase found that administrators and students use new system. Administrator has some features such as manage lists of lecturers, students, courses, room, grades, non-academic activities, KRS Study Plan Card, KHS Study Result Card, and presence. The system is designed by object-oriented approach using Software Requirements Specification SRS. At last, developer and users perform testing of the implemented system. User evaluation shows the system quality is graded 81.04. This value indicates that the system has been built to present the data and information clearly, easy to learn, easy to understand, the suitable to the needs, and perceived helpful to the processing of the academic data. Keywords: school information system, UII boarding school Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 450 PENDAHULUAN Pondok Pesantren UII selanjutnya disingkat Ponpes UII telah diresmikan oleh Bupati Sleman pada tahun 1996 UII, 2008. Pada tahun pertama sejak didirikannya, Ponpes ini hanya diperuntukkan bagi mahasiswa Fakultas FIAI. Seiring berjalannya waktu, Ponpes UII saat ini diperuntukkan bagi mahasiswa di seluruh fakultas yang terdapat di Universitas Islam Indonesia. Sistem pendidikan dan pengajaran dalam pesantren ini adalah sistem satuan kredit semester SKS yang dipaketkan dalam setiap semester selama 8 semester. Di dalam pengajarannya, Ponpes UII menerapkan model pembelajaran klasikal dengan menggunakan bahasa Arab atau bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Terdapat banyak kegiatan yang dilakukan di Ponpes UII, antara lain kuliah, ekstrakurikuler wajib, dan kegiatan lain. Namun pencatatan dan dokumentasi segala kegiatan akademik santri di Ponpes UII masih dilakukan dengan Microsoft Word atau Microsoft Excel yang belum terintegrasi dengan sempurna menjadi sebuah sistem yang utuh. Hal tersebut dapat menyebabkan kesalahan pengisian data, seperti kesalahan memasukkan data ganda atau penghapusan data yang tidak disengaja. Oleh karena itu dalam penelitian ini dikembangkan sebuah sistem terkomputerisasi yang utuh untuk mendokumentasikan kegiatan akademik santri agar informasinya menjadi lebih baik dan lebih mudah diperoleh. Selain itu sistem ini juga dimaksudkan dapat memantau perkembangan akademik santri selama berada di pesantren UII. Sistem yang dibangun mengadopsi dari sistem informasi akademik yang telah ada dan digunakan di UII, yaitu UNISYS. UNISYS adalah sebuah sistem informasi akademik yang berfungsi untuk mengatur kegiatan akademik seluruh mahasiswa UII dan mengelola data mahasiswa, dosen, perkuliahan, transaksi pembayaran hingga transaksi peminjaman buku di perpustakaan UII UII, n.d.. Sistem Informasi Akademik SIA adalah sistem yang melakukan berbagai kegiatan administrasi akademik, memproses transaksi belajar mengajar antara guru dengan siswa dan administrasi akademik yang baik menyangkut kelengkapan dokumen dan biaya yang muncul pada kegiatan registrasi ataupun kegiatan operasional harian administrasi akademikAndrianto Rahayu, 2014. Kesamaan sistem pembelajaran SKS dan semester dan kebiasaan para santri dalam mengakses sistem UNISYS tidak menjamin bahwa proses pengembangan sistem akan berjalan mudah karena perbedaan tim pengembang kedua sistem dan adanya perbedaan data yang akan dikelola, seperti data rekaman pengabdian para santri selama dan setelah lulus dimana data tersebut tidak terekam di UNISYS. Berdasarkan latar belakang ini, masalah yang diangkat dalam penelitian ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 451 ini adalah bagaimana membangun sebuah SIA Ponpes UII yang dapat memberikan segala informasi terkait akademik santri. METODE PENELITIAN Pengembangan sistem informasi akademik menggunakan metodologi prototyping, dengan tahapan: 1. Pengumpulan kebutuhan pelanggan Perencanaan sistem di awal penoleh agen pengubah, yaitu pengasuh Ponpes UII. Analisis kebutuhandi setiap iterasi melalui komunikasi antara tim analis dari pihak pengembang sistem dan penanggung jawab proyek dari Ponpes UII. 2. Pembangunan prototipe di awal pengembangan dan perbaikan prototipe di setiap iterasi, yang meliputi: Perancangan, yaitu: i. Perancangan fitur sistem dengan menggunakan model Unified Modelling LanguageUML, 2015. ii. Perancangan basisdata sistem Koratamaddi Greenberg, 2006. iii. Perancangan antarmuka sistem berbasis web. b. Implementasi berbentuk aplikasi berbasis web dengan menggunakan framework CodeIgniterEllisLab, 2015 dalam bahasa pemrograman PHP. c. Pengujian prototipe oleh pengguna yaitu tahap yang memastikan apakah prototipe yang dibangun adalah sistem yang dibutuhkan serta evaluasi kualitas sistem menurut persepsi pengguna DeLone McLean, 2003; Petter, DeLone, McLean, 2008. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari pengembangan SIA Ponpes UII adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan kebutuhan pengguna Perencanaan sistem di awal oleh pengelola Ponpes UII. Hasil dari tahap ini adalah identifikasi kebutuhan untuk membuat SIA seperti yang digunakan oleh UII lihat Gambar 1. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 452 Gambar 1 Tampilan utama UNISYS Analisis kebutuhan di setiap iterasi melalui komunikasi antara tim analis dari pihak pengembang sistem dan penanggung jawab proyek dari Ponpes UII. Dalam hal ini yang menjadi narasumber adalah pihak pengelola Ponpes UII serta pihak yang ditunjuk oleh pengelola sebagai penanggung jawab penelitian ini yaitu Ustad Annas yang menjelaskan tentang alur proses akademik yang berjalan di Ponpes UII, yang selanjutkan akan diproses menjadi sebuah SIA Ponpes UII. 2. Pembangunan prototipe di awal pengembangan dan perbaikan prototipe di setiap iterasi, yang meliputi: Perancangan: i. Perancangan fitur sistem dengan menggunakan model Unified Modelling Language UML. Model perancangan ini bersifat berorientasi obyek dan dirancang dengan diagram use case dan diagram aktivitas. Prototipe SIA Ponpes UII dirancang memiliki enam fitur utama, yaitu presensi siswa, pengelolaan pengambilan kuliah sistem paket, ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 453 pengelolaan dosen tidak termasuk penggajian, penjadwalan, kartu Hasil Studi KHS santri dan portal santri. ii. Perancangan basisdata sistem dengan menggunakan pemodelan yang umum dipakai, yaitu Entity Relationship Diagram ERD. Terdapat 14 tabel sebagai penyimpan data, antara lain: a. Tabel ustad untuk menyimpan semua data ustad yang mengajar di Ponpes UII, yang meliputi nomor induk ustad, status, tempat dan tanggal lahir, keluarga, riwayat pendidikan S1-S3, hingga karya dan penghargaan yang pernah diperoleh. b. Tabel santri untuk menyimpan semua data santri di Ponpes UII, yang mencakup nama santri, angkatan, alamat, tempat dan tanggal lahir, golongan darah dan cacat badan. c. Tabel kelompok mata kuliah yang digunakan untuk mengelompokkan matakuliah berdasarkan kategori yang ditetapkan oleh Ponpes UII. d. Tabel matakuliah untuk menyimpan data matakuliah dan bobot SKSnya. e. Tabel bidang dan sub bidang untuk menyimpan data sub bidang dari bidang non akademik yang ditentukan oleh Ponpes UII, termasuk jumlah poin yang akan diperoleh santri yang telah melaksanakan pengabdian di sub bidang tersebut. f. Tabel nilai yang digunakan untuk mengelola nilai untuk menentukan bobot nilai yang didapatkan dari hasil ujian. g. Tabel jadwal untuk mengelola jadwal kuliah santri selama masa pendidikan di Ponpes UII dan mencakup data ruang, mata kuliah, dan pengajarnya. h. Tabel presensi untuk mencatat data masuknya santri selama kuliah di Ponpes UII. i. Tabel KRS untuk digunakan mengelola KRS Kartu Rencana Studi santri setiap semesternya selama masa pendidikan di Ponpes UII. iii. Perancangan antarmuka sistem berbasis web dengan menggunakan software Pencil. Contoh rancangan antar muka untuk admin ditunjukkan di Gambar 2a sedangkan rancangan untuk santri terdapat di Gambar 2b. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 454 a b Gambar 2 Rancangan antarmuka a untuk admin, dan b untuk santri iv. Implementasi dalam bentuk aplikasi berbasis web dengan menggunakan framework CodeIgniter dalam bahasa pemrograman PHP. Framework ini dipilih karena popularitas dan fasilitas keamanan yang diberikan, termasuk proteksi terhadap SQL Injection dan XSS. Sistem yang telah dibuat kemudian diunggah ke internet agar bisa diakses dimana saja dan kapan saja dan sistem tersebut telah dipakai sejak tahun 2015. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 455 a b Gambar 3 Implementasi SIA a untuk admin, dan b untuk santri v. Penggunaan dan pengujian prototipe yang meliputi: a. Pengujian fungsionalitas oleh pengembang dengan menguji keenam fitur utama yang terdapat pada sistem. Pengujian ini menunjukkan hasil yang baik, termasuk untuk penanganan kesalahan seperti yang tampak pada Gambar 4. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 456 Gambar 4 Penanganan kesalahan di halaman Tambah Santri b. Evaluasi prototipe oleh pengguna, mulai dari pengelola hingga santri mengenai tingkat kepuasan pengguna. Pengujian awal dilakukan berupa kuesioner kepada 12 pengguna dengan menggunakan 8 pertanyaan terkait kualitas sistem yang diadaptasikan dari penelitian Petter et al., 2008. Kualitas sistem sendiri didefinisikan sebagai karakteristik yang diharapkan dari sebuah sistem informasi, seperti mudah dipakai, mudah dipelajari, dan reliabilitas sistem. Setiap pertanyaan memiliki skala 1 sampai 5 sangat tidak setuju = 1, tidak setuju = 2, cukup = 3, setuju = 4, sangat setuju = 5. Hasil dari kuisioner tersebut ditunjukkan pada Tabel 1. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 457 Tabel 1 Tingkat kepuasan pengguna Persentase hasil akhir adalah 81,04 dihitung dari 389480 x 100. Dari perhitungan ini dapat disimpulkan bahwa para pengguna memberikan rentang penilaian antara Sangat Setuju di atas 80. KESIMPULAN Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, menunjukan bahwa sistem yang dibangun sudah memenuhi persyaratan fungsional. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan masih terjadi kesalahan pada prosesnya. Secara fungsional sistem yang telah dibangun sudah dapat menghasilkan keluaran sesuai yang diharapkan. Dari hasil kuesioner yang telah dibagikan dilapangan didapat kesimpulan bahwa sistem yang dibangun menyajikan data informasi yang sudah tepat dan jelas, mudah dipelajari, sistem mudah dimengerti, sistem sudah sesuai kebutuhan, sistem membantu mengolah data akademik Ponpes UII, serta mempercepat kerja admin. Selain itu tampilan sistem yang cukup bagus dan user setuju dengan dibangunnya sistem akademik Ponpes UII ini. UCAPAN TERIMAKASIH Peneliti menyampaikan terimakasih atas dukungan dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyakarat DPPM UII yang telah memberikan kesempatan kepada tim untuk memperoleh dana Hibah Institusi guna terlaksananya penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Andrianto, A., Rahayu, N. W. 2014. Sistem Informasi Akademik Ponpes UII. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 458 DeLone, W. H., McLean, E. R. 2003. The DeLone and McLean Model of Information Systems Success : A Ten-Year Update. Journal of Management Information Systems, 194, 9–30. doi:10.1073pnas.0914199107 EllisLab. 2015. CodeIgniter - Official Site. Retrieved from http:www.codeigniter.com Koratamaddi, C., Greenberg, N. 2006. Oracle Database 10g: SQL Fundamentals I. Petter, S., DeLone, W., McLean, E. 2008. Measuring information systems success: models, dimensions, measures, and interrelationships. European Journal of Information Systems, 17December 2006, 236 –263. doi:10.1057ejis.2008.15 UII. n.d.. UNISYS. Retrieved from http:unisys.uii.ac.id UII, P. 2008. Tentang Kami. Retrieved February 17, 2015, from http:www.pesantren.uii.ac.id UML. 2015. Unified Modeling Language - Official Site. Retrieved from http:uml.org ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 459 OPINI PENONTON RBTV JOGJA TERHADAP PENYAJIAN TAYANGAN STASIUN TELEVISI LOKAL “RBTV JOGJA” Nurul Hasanah 1 , Melinda Kusuma Wardani 1 , Awan Arga Saputra 1 , Atya Arma Nindani 1 , Indira Ihnu Brilliant 1 , Vivien Ayuningtyas 1 , Kariyam 2 1 Mahasiswa Program Studi Statistika Universitas Islam Indonesia 2 Dosen Program Studi Statistika Universitas Islam Indonesia nurulhasanah889gmail.com, kariyamuii.ac.id ABSTRAK Dewasa ini, stasiun televisi lokal sudah mulai berkembang dengan pesat, termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini membawa konsekuensi pada pengelolaan stasiun televisi, khususnya RBTV Jogja untuk bersaing dengan ketat agar mampu membidik penonton dari berbagai segmen masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui opini masyarakat terhadap penyajian program acara RBTV Jogja yang ada sampai saat ini dan ingin mengetahui ada tidaknya perbedaan pemberian pendapat atau penilaian penonton stasiun televisi lokal RBTV Jogja berdasarkan klasifikasi umur penonton. Penelitian menggunakan responden yang tersebar di daerah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Gunung Kidul, Kulon Progo, Magelang, Sukoharjo, Klaten, dan Sragen. Teknik pengambilan data yang digunakan yaitu snowball sampling yang kemudian dianalisis menggunakan analisis Kruskall Wallis dan Mann Whitney. Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa RBTV Jogja sudah memiliki program acara berkualitas, informatif, kualitas penyiarnya baik, kreatif, mampu menghibur masyarakat, mudah diakses, dan sudah mampu menarik penonton untuk menyaksikan tayangan RBTV Jogja. Namun menurut responden, kualitas penyiaran dan kreativitas dekorasi RBTV Jogja masih kurang baik. Program acara RBTV Jogja yang banyak diketahui dan disenangi masyarakat yaitu Leyeh-leyeh, News Kabar Jogja, dan Music Box. Selain itu, gambaran televisi sesuai keinginan masyarakat diperoleh hasil yaitu program acara yang menarik berita, talkshow, infotainment, hiburan musik, sinetronfilm, gameshow, dan reality show, kualitas gambar dan suara bagus,pembawa dan pengisi acara yang menarik, serta penempatan jam tayang yang sesuai. Kata kunci: Opini, RBTV Jogja, Kruskall Wallis, Mann Whitney ABSTRACT Now, the local television stations had started growing rapidly, including in the special region of Yogyakarta. This brings the consequences on the management of the television stations, particularly the RBTV Yogyakarta to contend with tight so that it is able to target the audience of the various segments of thecommunity. Based on the foregoing, the researchers would like to know the opinion of the community against the tv program serving the Yogyakarta RBTV around today and wanted to determine whether their is a difference of opinion or assessment giving audiences a local television station based clasification RBTV Jogja age audience.Research using the respondents who are scattered in an area of the city of Yogyakarta, Sleman Regency of Gunung Kidul, Kulon Progo, Magelang, Sukoharjo, Klaten, and Sragen. Data capture techniques used snowball sampling, then analyzed using Kruskall Wallis and Mann Whitney test. The result States that the RBTV Jogja tv program already has a quality, informative, good quality broadcaster, creative, capable of entertaining the community, easily accessible, and Its been able to attract an audience to watch RBTV impressions. However, according to the respondents, the broadcasting quality and creativity decor RBTV Yogyakarta is still less Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 460 well.RBTV program that many known and acceptable to the community i.e. Leyeh-leyeh, Jogja News, and Music Box. In addition, the television picture according to the wishes of the community obtained the result that is an exciting event programs news, infotainment, talkshows, entertainment music, sitcomsmovies, gameshow, and and reality shows, the quality of picture and sound is great, hosts and invited artists, as well as the placement of a broadcast in accordance. Keywords: Opinion, RBTV Jogja, Kruskall Wallis, Mann Whitney PENDAHULUAN Televisi merupakan salah satu media massa elektronik yang menyajikan informasi dalam bentuk audio dan visual. Banyak stasiun televisi yang menyiarkan beberapa program acara TV yang bersifat menghibur, mendidik, dan informatif. Salah satunya adalah stasiun televisi swasta bernama RBTV Jogja. RBTV saluran 40 UHF adalah pelopor TV lokal swasta komersial di Yogyakarta dan di bawah manajemen PT Reksa Birama Media dengan kantor pusat di Grha Amikom Unit 1 Lt. 3, Ringroad Utara, Condong Catur, Sleman, Yogyakarta. Seiring dengan otonomi daerah dan semangat menciptakan TV yang sesuai dengan masyarakat Yogyakarta sebagai kota pelajar, budaya, dan tujuan wisata, maka kehadiran RBTV sangat bermanfaat bagi masyarakat pemirsa maupun industri pendukung pertelevisian Rumah Produksi, Penyelenggara Acara, Periklanan, dan lain sebagainya. Mulai 1 Maret 2012 RBTV berafiliasi dengan KOMPAS TV sebagai penyedia konten siaran non-lokal. Pada era globalisasi sekarang ini, stasiun televisi lokal sudah mulai banyak berkembang dengan pesat. Begitu pula dengan stasiun televisi lokal di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini membawa konsekuensi pada pengelolaan stasiun televisi, khususnya RBTV Jogja untuk bersaing dengan ketat dalam menyuguhkan program-programnya yang diharapkan mampu membidik penonton dari berbagai segmen masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui penilaian masyarakat terhadap penyajian program RBTV yang ada sampai saat ini dengan cara melakukan survei langsung ke masyarakat. Hasil dari penelitan ini diharapkan mampu menjadi evaluasi bagi RBTV Jogja agar mampu bertahan dan lebih berkembang untuk ke depannya. Selain itu, diharapkan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya semakin banyak menonton stasiun televisi lokal RBTV Jogja agar nantinya menambah rasa cinta terhadap Daerah Istimewa Yogyakarta itu sendiri. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 461 METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember 2015 di daerah yang masuk ke dalam radius pemancar stasiun RBTV Jogja di Daerah Istimewa Yogyakarta dan beberapa kabupaten di Jawa Tengah. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara survei lapangan menggunakan kuesioner. Data sekunder dalam penelitian ini berupa data spasial data yang memiliki keterangan tempat di permukaan bumi yang diperoleh melalui website Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB. Subjek penelitian yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah penonton stasiun televisi lokal Reksa Birama Televisi RBTV Jogja yang berada dalam radius pemancar stasiun RBTV Jogja. Objek penelitian yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah opini penonton stasiun televisi lokal Reksa Birama Televisi RBTV Jogja yang berada dalam radius pemancar stasiun RBTV Jogja. Teknik Sampling Populasi dalam penelitian ini adalahseluruh masyarakat yang menjadi penonton stasiun televisi lokal Reksa Birama Televisi RBTV Jogja yang berada dalam radius pemancar stasiun RBTV Jogja. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah snowball sampling karena responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang pernah dan tahu betul bagaimana acara-acara yang ditayangkan oleh RBTV Jogja, serta tahu bagaimana konsistensi RBTV Jogja dalam menyajikan tayangan-tayangan program acara yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan konsumen atau penonton. Alasan lain digunakan snowball sampling, karena RBTV Jogja hanya memiliki beberapa jam penayangan program acara, sehingga banyak masyarakat yang tidak dapat menonton tayangan RBTV Jogja karena jam tayangnya. Sampel yang diambil sebanyak 70 orang yang masuk kedalam karakteristik responden. Karakteristik yang dimaksud yaitu masyarakat yang masuk ke dalam zona penelitian berdasarkan hasil pemetaan dan pernah melihat tayangan program acara di RBTV. Menurut Ronald E Walpole dan Raymond H Myers 1995:297, menyatakan apabila dipakai sebagai taksiran p, maka dengan kepercayaan 1- α 100 galat akan lebih kecil dari besaran tertentu g bila ukuran sampel n sebesar Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 462 Berdasarkan rumus di atas, diperoleh hasil perhitungan besar sampel di atas menggunakan derajat kepercayaan 90, galat 10 dan estimasi proporsi sebesar 50 karena proporsi tidak diketahui, maka dipakai proporsi maksimal yaitu 50, sehingga didapatkan hasil besar sampel adalah 67,24. Untuk mengantisipasi kekurangan, maka peneliti mengambil sampel sebanyak 70 sampel. Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu nomor urutan, ID batas wilayah, nama kabupaten, ID jalan, titik koordinat, kepuasan konsumen, kebutuhan konsumen. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif dan analisis Kruskall Wallis dan Mann Whitney. Selain itu, untuk membuat hasil pemetaan jangkauan pemancar stasiun RBTV berdasarkan radius yang dicapai menggunakan pemetaan wilayah. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Validitas dan Reliabilitas Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat untuk mengukur persepsi dan minat penonton stasiun televisi lokal RBTV Jogja. Sebelum peneliti melakukan analisis lebih lanjut, maka dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas terlebih dahulu terhadap kuesioner yang digunakan. Dari hasil uji validitas dan reliabilitas dinyatakan bahwa seluruh butir penyataan pada kuesioner sudah valid dan tingkat reliabelnya tinggi. Penilaian Masyarakat DIY dan sekitarnya terhadap Stasiun Televisi RBTV Jogja Penelitian ini memiliki salah satu tujuan yaitu untuk mengetahui bagaimana penilaian masyarakat D.I. Yogyakarta dan sekitarnya yang masuk dalam radius stasiun televisi RBTV Jogja dan pernah menonton RBTV Jogja terhadap stasiun televisi lokal RBTV Jogja itu sendiri. Berikut merupakan hasil penilaian masyarakat terhadap stasiun RBTV dengan responden sebanyak 70 orang. Tabel 1.Penilaian Masyarakat D.I. Yogyakarta dan sekitarnya terhadap Stasiun Televisi Lokal RBTV Jogja No Kode Pernyataan SS S TS STS 1 X 1 RBTV menyajikan program yang berkualitas 7 70 20 3 2 X 2 RBTV memberikan informasi di DIY dan 19 63 17 1 ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 463 No Kode Pernyataan SS S TS STS sekitarnya dengan cepat 3 X 3 RBTV memberikan informasi yang bermanfaat 13 67 20 4 X 4 RBTV memberikan kualitas penyiaran bagus gambar, warna, suara 24 34 39 3 5 X 5 RBTV memiliki pembawa dan pengisi acara yang menarik dan komunikatif 9 56 34 1 6 X 6 Pembawa dan pengisi acara RBTV berkualitas tingkah laku, pakaian, bahasa sopan 14 64 22 7 X 7 Pembawa dan pengisi acara RBTV mampu membawa suasana kepada penonton 10 57 30 3 8 X 8 RBTV memiliki program acara yang menarik 17 53 30 9 X 9 RBTV mengangkat tema yang menarik untuk setiap acara 11 53 36 10 X 10 RBTV memiliki kreativitas dalam penyajian setiap program acara 10 53 37 11 X 11 RBTV memberikan dekorasi yang menarik untuk setiap program acara 11 29 57 3 12 X 12 Penonton merasa senang setelah menyaksikan program acara RBTV 6 70 23 1 13 X 13 Penonton merasa bangga setelah menyaksikan program acara RBTV 17 57 23 3 14 X 14 Penonton dapat merasakan suasana yang ada dalam program acara RBTV 10 50 39 1 15 X 15 RBTV memiliki enempatan jam tayang yang sesuai 6 62 31 1 16 X 16 Penonton mudah dalam mengakses dan menyaksikan tayangan RBTV 23 57 17 3 17 X 17 Penonton tidak membutuhkan biaya operasional untuk mengakses RBTV 24 60 10 6 18 X 18 Penonton merasa ingin menonton kembali tayangan acara RBTV 14 60 26 19 X 19 Penonton menceritakan dan mengajak orang lain untuk menonton acara RBTV 11 49 39 1 Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa sudah dapat dikatakan RBTV Jogja memiliki program acara yang berkualitas, informatif, kualitas penyiarnya baik, kreatif, mampu menghibur masyarakat, mudah diakses, dan sudah mampu menarik penonton untuk menyaksikan beberapa tayangan program acara yang disajikan. Namun menurut responden, pada bagian kualitas penyiaran dan kreativitas dekorasi yang dimiliki RBTV Jogja masih kurang baik sehingga masih sangat perlu untuk diperbaiki. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 464 Gambaran Stasiun Televisi Harapan Masyarakat DIY dan Sekitarnya Hasil dari penelitian yang didapatkan dengan menggunakan 70 responden ternyata semua responden pernah menonton siaran televisi lokal di D.I. Yogyakarta. Kemudian didapatkan informasi mengenai stasiun TV lokal yang sering ditonton masayarakat DIY yaitu RBTV dengan persentase yang memilih stasiun tv tersebut sebesar 43. Selanjutnya besar persentase yang memilih stasiun Jogja TV, TVRI Jogja, dan AdiTV masing-masing 28, 23, dan AdiTV. Sedangkan untuk 3 program acara RBTV yang paling dikenaldiketahui bahkan disenangi oleh masyarakat adalah program acara Leyeh-leyeh, News Kabar Jogja, dan Music Box. Berdasarkan hasil yang didapatkan masyarakat memiiki alasan dalam menyukai 3 program acara tersebut yaitu, masyarakat menyenangi leyeh-leyeh karena program yang disajikan berupa musik tradisional campursari, untuk masyarakat yang menyenangi News Kabar Jogja dikarenakan masyarakat jogja menginginkan informasi terbaru tentang jogja dan sekitarnya, dan masyarakat yang menyenangi Music Box dikarenakan masyarakat menyenangi musik-musik yang disajikan dan dapat menghibur mereka saat melakukan aktivitas. Sebuah stasiun tv perlu mengetahui jam menonton masyarakat karena ketepatan jam penayangan suatu acara perlu diperhatikan agar menyesuaikan acara-acara tersebut dengan kebutuhan masayarakat. Dari hasil penelitian didapatkan informasi untuk stasiun RBTV mengenai jam kebiasaan masyarakat dalam menonton tv bahwa masyarakat paling banyak menonton televisi pada pukul 18.00-00.00 dengan persentase 36, hal ini dikarenakan pada rentang pukul tersebut merupakan jam bersantai masyarakat untuk menghiangkan lelah dari aktifitas mereka sehari-hari . Sedangkan pada pukul 06.00-09.00 20, pukul 15.00-18.00 18, pukul 09.00-12.00 13, dan 12.00 – 15.00 9 merupakan jam masyarakat beraktivitas seperti bekerja, sekolah, kuliah dan lain sebagainya.Kemudian untuk rentang pukul 00.00-06.00 memiiki nilai persentase paling kecil dengan nilai persentase sebesar 4 hal ini dikarenakan pada pukul tersebut merupakan jam istirahat masyarakat jam tidur. Masyarakat DIY juga menonton stasiun TV non lokal. Berdasarkan hasil penelitian dengan peneliti mendapatakan 3 tiga stasiun TV non lokal yang sering ditonton oleh masyarakat DIY, stasiun TV non lokal tersebut sebagai berikut Trans TV, Net TV, dan RCTI dengan jumlah responden masing-masing sebanyak 18, 14, dan 10. Berdasarkan hasil berikut, RBTV dapat menjadikan ketiga stasiun tersebut sebagai acuanperbandingan untuk meningkatkan kualitas dari RBTV sendiri.Berdasarkan hasil dari stasiun televisi non lokal yang sering ditonton oleh masyarakat dikarenakan oleh beberapa alasan. Alasan tersebut diantaranya program acara menarik, ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 465 kulaitas gambar dan suara bagus, pembawa dan pengisi acara menarik, dan lainnya. Namun alasan yang paling kuat sampai terendah dari keempat alasan tersebut adalah program acaranya menarik, kualitas gambar dan suara bagus, pembawa dan pengisi acara menarik dan alasan lainnya seperti mengikuti kebisaan yang sering ditonton oleh orang disekitarnya. Kemudian didapatkan juga informasi bahwa Masyarakat DIY paling sering menonton jenis program acara berupa berita dan informasi sedangkan program acara gameshow, masyarakat DIY sedikit yang menonton. Analisis Non-Parametrik Tabel2 merupakan tabel yang menyajikan hasil pengujian hipotesis untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pemberian pendapat atau penilaian penonton stasiun televisi lokal RBTV Jogja berdasarkan umur penonton. Tabel2 menunjukkan masing-masing nilai signifikansi Asymptotis untuk masing-masing butir pernyataan. Kemudian, nilai-nilai signifikansi Asymptotis tersebut dibandingkan dengan nilai α 0,05. Hipotesis awal yang digunakan yaitu “tidak terdapat perbedaan penilaian penonton RBTV Jogja berdasarkan umur penonton”, sedangkan hipotesis alternatifnya yaitu “terdapat perbedaan penilaian penonton RBTV Jogja berdasarkan umur penonton”. Hipotesis awal ditolak apabila nilai signifikansi Asymptotis kurang dari α 0,05. Tabel 2. Hasil Uji Kruskall Wallis No Butir Asymp Sig. Keputusan 1 X 1 kualitas acara 0,321 Gagal Tolak H 2 X 2 informasi cepat 0,145 Gagal Tolak H 3 X 3 informasi bermanfaat 0,679 Gagal Tolak H 4 X 4 kualitas penyiaran 0,000 Tolak H 5 X 5 penyiar komunikatif 0,221 Gagal Tolak H 6 X 6 penyiar berkualitas 0,005 Tolak H 7 X 7 penyiar membawa suasana 0,024 Tolak H 8 X 8 acara menarik 0,555 Gagal Tolak H 9 X 9 tema menarik 0,386 Gagal Tolak H 10 X 10 kreativitas penyajian 0,335 Gagal Tolak H 11 X 11 dekorasi menarik 0,374 Gagal Tolak H 12 X 12 penonton senang 0,024 Tolak H 13 X 13 penonton bangga 0,294 Gagal Tolak H 14 X 14 penonton terbawa suasana 0,015 Tolak H 15 X 15 jam tayang sesuai 0,254 Gagal Tolak H 16 X 16 mudah diakses 0,000 Tolak H 17 X 17 tidak keluar biaya 0,122 Gagal Tolak H 18 X 18 ingin menonton kembali 0,020 Tolak H 19 X 19 mengajak orang lain menonton 0,005 Tolak H Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 466 Berdasarkan Tabel2, karena nilai signifikansi Asymptotis pada X 1 , X 2 , X 3 , X 5 , X 8 , X 9 , X 10 , X 11 , X 13 , X 15 , dan X 17 lebih besar dari 0,05, maka hipotesis awal gagal ditolak. Sehingga, diperoleh kesimpulan yaitu dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95, data yang ada mendukung H atau data yang ada menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara penilaian penonton pada butir X 1 , X 2 , X 3 , X 5 , X 8 , X 9 , X 10 , X 11 , X 13 , X 15 , dan X 17 berdasarkan klasifikasi umur penonton. Sedangkan nilai signifikansi Asymptotis pada X 4 , X 6 , X 7 , X 12 , X 14 , X 16 , X 18 , dan X 19 kurang dari 0,05, maka hipotesis awal ditolak. Sehingga, diperoleh kesimpulan yaitu dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95, data yang ada tidak mendukung H atau data yang ada menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara penilaian penonton pada butir X 4 , X 6 , X 7 , X 12 , X 14 , X 16 , X 18 , dan X 19 berdasarkan umur penonton. Untuk mengetahui kelompok umur mana yang memberikan perbedaan penilaian atau pendapat pada 8 delapan butir tersebut, maka digunakan uji statistik non- parametrik yaitu uji Mann Whitney. Tabel3 merupakan tabel yang menyajikan hasil pengujian hipotesis untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pemberian pendapat atau penilaian penonton stasiun televisi lokal RBTV Jogja berdasarkan klasifikasi umur penonton yang diuji untuk dua kelompok umur berpasangangan yang diuji secara bergantian. Tabel 3.Hasil Uji Mann Whitney No Butir Uji Perbedaan Kelompok Umur Asymp Sig. 2-tailed Keputusan 1 X 4 Remaja vs Dewasa 0,006 Tolak H 2 Remaja vs Lansia 0,000 Tolak H 3 Dewasa vs Lansia 0,083 Gagal Tolak H 4 X 6 Remaja vs Dewasa 0,012 Tolak H 5 Remaja vs Lansia 0,009 Tolak H 6 Dewasa vs Lansia 0,710 Gagal Tolak H 7 X 7 Remaja vs Dewasa 0,149 Gagal Tolak H 8 Remaja vs Lansia 0,011 Tolak H 9 Dewasa vs Lansia 0,207 Gagal Tolak H 10 X 12 Remaja vs Dewasa 0,297 Gagal Tolak H 11 Remaja vs Lansia 0,005 Tolak H 12 Dewasa vs Lansia 0,158 Gagal Tolak H 13 X 14 Remaja vs Dewasa 0,325 Gagal Tolak H 14 Remaja vs Lansia 0,003 Tolak H 15 Dewasa vs Lansia 0,139 Gagal Tolak H 16 X 16 Remaja vs Dewasa 0,000 Tolak H 17 Remaja vs Lansia 0,027 Gagal Tolak H 18 Dewasa vs Lansia 0,369 Gagal Tolak H 19 X 18 Remaja vs Dewasa 0,009 Tolak H 20 Remaja vs Lansia 0,098 Gagal Tolak H 21 Dewasa vs Lansia 0,729 Gagal Tolak H ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 467 No Butir Uji Perbedaan Kelompok Umur Asymp Sig. 2-tailed Keputusan 22 X 19 Remaja vs Dewasa 0,043 Gagal Tolak H 23 Remaja vs Lansia 0,002 Tolak H 24 Dewasa vs Lansia 0,387 Gagal Tolak H Tabel3 menunjukkan masing-masing nilai signifikansi Asymptotis 2-tailed untuk masing- masing kelompok umur berpasangan. Kemudian, nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan nilai α2 0,025. Hipotesis awal yang digunakan yaitu “tidak terdapat perbedaan penilaian penonton kelompok umur terhadap tayangan RBTV Jogja”, sedangkan hipotesis alternatifnya yaitu “terdapat perbedaan penilaian penonton kelompok umur terhadap tayangan RBTV J ogja”. Hipotesis awal ditolak apabila nilai signifikansi Asymptotis 2-tailed kurang dari 0,025. Berdasarkan Tabel3 , diperoleh hasil untuk kelompok umur “Remaja vs Dewasa” pada butir X 4 , X 6 , X 16 , dan X 18 memiliki nilai signifikansi Asymptotis 2-tailed kurang dari 0,025, maka hipotesis awal ditolak. Sehingga, diperoleh kesimpulan yaitu dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95, data yang ada tidak mendukung H atau data yang ada menunjukkan bahwa ada perbedaan antara penilaian penonton kelompok umur remaja dan dewasa pada butir X 4 , X 6 , X 16 , dan X 18 . Sedangkan pada butir X 7 , X 12 , X 14 , dan X 19 memiliki nilai signifikansi Asymptotis 2-tailed lebih besar dari 0,025, maka hipotesis awal gagal ditolak. Sehingga, diperoleh kesimpulan yaitu dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95, data yang ada mendukung H atau data yang ada menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara penilaian penonton kelompok umur remaja dan dewasa pada butir X 7 , X 12 , X 14 , dan X 19 . Kemudian diperoleh hasil untuk kelompok umur “Remaja vs Lansia” pada butir X 4 , X 6 , X 7 , X 12 , X 14 , dan X 19 memiliki nilai signifikansi Asymptotis 2-tailed kurang dari 0,025, maka hipotesis awal ditolak. Sehingga, diperoleh kesimpulan yaitu dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95, data yang ada tidak mendukung H atau data yang ada menunjukkan bahwa ada perbedaan antara penilaian penonton kelompok umur remaja dan lansia pada butir X 4 , X 6 , X 7 , X 12 , X 14 , dan X 19 . Sedangkan pada butir X 16 dan X 18 memiliki nilai signifikansi Asymptotis 2-tailed lebih besar dari 0,025, maka hipotesis awal gagal ditolak. Sehingga, diperoleh kesimpulan yaitu dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95, data yang ada mendukung H atau data yang ada menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara penilaian penonton kelompok umur remaja dan lansia pada butir X 16 dan X 18 . Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 468 Kemudian diperoleh hasil untuk kelompok umur “Dewasa vs Lansia” pada butir X 4 , X 6 , X 7 , X 12 , X 14 , X 16 , X 18 dan X 19 memiliki nilai signifikansi Asymptotis 2-tailed lebih besar dari 0,025, maka hipotesis awal gagal ditolak. Sehingga, diperoleh kesimpulan yaitu dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95, data yang ada mendukung H atau data yang ada menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara penilaian penonton kelompok umur dewasa dan lansia pada butir X 4 , X 6 , X 7 , X 12 , X 14 , X 16 , X 18 dan X 19 . Berdasarkan hasil pembahasan pada Tabel 2, diperoleh perbedaan pendapat antara responden remaja dengan dewasa dan lansia tentang kualitas penyiaran. Hal ini dapat disebabkan karena usia remaja lebih menginginkan kualitas penyiaran yang lebih bagus seperti warna dan gambar yang lebih tajam, serta kualitas suara yang lebih jernih. Kemudian, terdapat pula perbedaan pendapat antara responden remaja dengan dewasa dan lansia tentang kualitas penyiar. Hal ini dapat disebabkan karena usia remaja lebih menginginkan penyiar yang menggunakan pakaian atau bahasa yang mengikuti perkembangan zaman trend masa kini, sedangkan untuk dewasa dan lansia lebih menginginkan penyiar acara yang menggunakan pakaian dan bahasa yang sopan. Selanjutnya, terdapat perbedaan pendapat antara responden remaja dengan lansia tentang kemampuan penyiar dalam membawakan suasana. Hal ini dapat disebabkan karena remaja dapat merasakan suasana tergantung pada penyiar dan pengisi acara. Terdapat pula perbedaan pendapat antara responden remaja dengan lansia tentang perasaan senang saat menonton RBTV Jogja. Hal ini dapat disebabkan karena RBTV lebih banyak menyajikan program acara seputar daerah dan lebih banyak menggunakan budaya lokal. Kemudian, terdapat perbedaan pendapat antara responden remaja dengan lansia tentang perasaan yang terbawa suasana program acara atau tidak saat menonton acara RBTV Jogja. Hal ini dapat disebabkan karena kebanyakan anak remaja saat menonton tayangan di televisi juga fokus kepada hal lain seperti mengoperasikan gadget atau sambil mengerjakan pekerjaan lain. Diperoleh pula perbedaan pendapat antara responden remaja dengan dewasa tentang kemudahan akses channel RBTV Jogja. Hal ini dapat disebabkan karena reponden remaja pada penelitian ini didominasi oleh mahasiswa yang kebanyakan adalah anak kos, sehingga lokasi kos dan kelengkapan peralatan televisi yang paling berpengaruh. Selanjutnya, terdapat perbedaan pendapat antara responden remaja dengan dewasa tentang keinginan menonton RBTV Jogja kembali atau tidak. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor yang dimiliki oleh RBTV seperti program acara, penyiar acara, kreativitas penyajian program acara dan lain sebagainya yang dapat menjadi faktor pendorong keinginan untuk menonton kembali ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 469 masih dapat dikatakan kurang bagi usia remaja, sehingga penonton usia remaja dapat beralih channel televisi lain yang mampu memenuhi keinginannya dalam menonton acara di televisi. Terakhir, diperoleh perbedaan pendapat antara responden remaja dengan lansia tentang keinginan mengajak orang lain untuk menonton RBTV Jogja. Hal ini dapat disebabkan karena usia lansia cenderung lebih senang berbagi cerita kepada orang lain. Pemetaan Radius Pemancar Stasiun Televisi RBTV Jogja Stasiun televisi lokal RBTV Jogja memiliki tower pemancar yang terletak di Desa Ngoro-oro, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemancar tersebut memiliki kekuatan sebesar 30.000 watt, sehingga radius yang dicapai sejauh 100 kilometer. Daerah- daerah yang masuk ke dalam zona pemancar antara lain Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Bantul, Kulon Progo, Gunung Kidul, Magelang, Temanggung, Wonosobo, Purworejo, Sragen, Wonogiri, Klaten, Karanganyar, Sukoharjo, dan Kota Surakarta. Hasil pemetaan daerah yang masuk ke dalam radius pemancar stasiun televisi RBTV dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1.Hasil pemetaan daerah yang masuk ke dalam radius pemancar stasiun televisi RBTV Jogja Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 470 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dengan menggunakan 70 responden yang tersebar di daerah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Gunung Kidul, Kulon Progo, Magelang, Sukoharjo, Klaten, dan Sragen diperoleh hasil penelitian berupa penilaian penonton terhadap stasiun televisi RBTV Jogja dan gambaran stasiun televisi yang diinginkan atau dibutuhkan masyarakat. Pertama, pada bagian penilaian tentang RBTV Jogja diperoleh hasil bahwa sudah dapat dikatakan RBTV Jogja sudah memiliki program acara yang berkualitas, informatif, kualitas penyiarnya baik, kreatif, mampu menghibur masyarakat, mudah diakses, dan sudah mampu menarik penonton untuk menyaksikan beberapa tayangan program acara yang disajikan. Namun menurut responden, pada bagian kualitas penyiaran dan kreativitas dekorasi yang dimiliki RBTV Jogja masih kurang baik. Kemudian, berdasarkan hasil penelitiandiperoleh juga hasil bahwa ada 3 tiga program acara RBTV yang paling dikenaldiketahui bahkan disenangi oleh masyarakat yaitu program acara Leyeh-leyeh, News Kabar Jogja, dan Music Box. Kedua, pada bagian gambaran televisi sesuai keinginan masyarakat diperoleh hasil yaitu masyarakat menginginkan program acara yang menarik berita, talkshow, infotainment, hiburan musik, sinetronfilm, gameshow, dan reality show, kualitas gambar dan suara bagus,pembawa dan pengisi acara yang menarik, serta penempatan jam tayang program acara yang sesuai dengan jam menonton masyarakat yang mayoritas menonton pada rentang waktu 18:00 –00:00. Selain itu, diperoleh juga stasiun televisilokal Daerah Istimewa Yogyakarta yang paling sering ditonton oleh masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu RBTV Jogja, sedangkan stasiun televisinon-lokal Trans TV, Net TV, dan RCTI. Ketiga, berdasarkan perhitungan analisis statistik non-parametrik menyatakan bahwa diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan antara penilaian penonton pada butir kualitas acara, informasi cepat, informasi bermanfaat, penyiar komunikatif, acara menarik, tema menarik, kreativitas penyajian, dekorasi menarik, penonton bangga, jam tayang sesuai, dan tidak keluar biaya berdasarkan klasifikasi umur penonton, sedangkan pada butir kualitas penyiaran, penyiar berkualitas, penyiar membawa suasana, penonton senang, penonton terbawa suasana, mudah diakses, ingin menonton kembali, dan mengajak orang lain menonton terdapat perbedaan antara penilaian penonton berdasarkan klasifikasi umur penonton. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 471 SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti menyarankan beberapa hal kepada pihak stasiun televisi RBTV Jogja yang diperoleh dari saran masyarakat yang menjadi responden penelitian ini, yaitu: a. Jam tayang untuk masing-masing program acara perlu lebih disinkronkan pada jam menonton masyarakat b. Kreativitas pada bagian dekorasi lebih divariasikan sesuai dengan program acaranya c. Diadakan program acara religi dan olahraga d. Pembawa acara diharapkan lebih komunikatif dan berpenampilan menarik e. Kualitas penyiaran gambar, suara, warna lebih diperbaiki f. Tidak memotong tayangan program acara yang sedang berlangsung secara tiba-tiba dipotong dengan berita g. Tidak mengulang-ulang program acara yang sudah pernah ditayangkan h. Lagu-lagu untuk program acara hiburan musik lebih sering diperbarui DAFTAR PUSTAKA Amirin, Tatang M. 2011. Populasi dan Sampel Penelitian 3 : Pengambilan Sampel Dari Populasi Tak-Terhingga Dan Tak-Jelas. tatangmanguny.wordpress.com Fajar, Mahardian. 2011. Kepuasan Pemirsa Menonton Program Eight Eleven Show di Metro TV Studi Deskriptif Kepuasan Pemirsa di Surabaya dalam Menonton Program Eight Eleven Show di Metro TV. Skripsi. Universitas Pembangunan Non- lokal “Veteran”, Surabaya. Fernando, Anggi Amanda. 2008. Analisis mengenai perilaku konsumen TV berlangganan di Bandung. S.T Skripsi. Universitas Kristen Maranata, Bandung. Hasan, Iqbal, 2001. Pokok-Pokok Materi Statistik 1 Statistik Deskriptif, PT. Bumi Aksara, Jakarta. Juhadi dan Dewi Liesnoor Setiyowati. 2001. Desain dan Komposisi Peta Tematik. Semarang: Pusat Pengkajian dan Pelayanan Sistem Informasi Geografis, Geografi UNNES. Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran. Jilid 2. Jakarta: Bumi Aksara. _______. 2000. Principle of Marketing. Jakarta: Prenhallindo. Kusnarto. 2010. Opini masyarakat Surabaya terhadap program acara reality show “Uya Emang Kuya” di SCTV. Jurnal Ilmu komunikasi Vol 2 No. 1 Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 472 Linda, Mei. 2015. Hubungan Aktivitas Menonton Dengan Persepsi Terhadap Cak Nun Dalam Acara Mocopat Syafa’at ADI TV Pada Masyarakat Klidon, Sukoharjo, Ngaglik, Sleman. Skripsi. Universitas Islam Negeri Kalijaga, Yogyakarta. Mardhika, Guntur. 2011. Strategi producer dalam meningkatkan rating program musik Dahsyat di RCTI. S.Ikom Skripsi. Universitas Pembangunan Non- lokal “Veteran”, Jakarta. Mashud, Ratnasari. 2013. Pola Menonton Televisi Lokal pada Pemirsa di Kota Makassar. Skripsi. Universitas Hasanuddin, Makassar. Nabiu, Nurmihailoa. 2013. Hubungan antara menonton tayangan infotainment di TV dan agenda komunikasi ibu rumah tangga di kota Makassar. S.Sos Skripsi. Universitas Hasanuddin, Makasar. Nursalam, 2001.Pendekatan praktis metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Info Medika. Nurhasanah, Rise. 2008. Analisis Kuantitatif Kelengkapan Rekam Medis Rawat Jalan di RS. Siaga Raya pada Bulan Juni 2007-Mei 2008. Skripsi FKM. Universitas Indonesia Prasetyowati, Tri Heni. 2015. Respon Masyarakat Kliwonan Terhadap Program Siaran di Stasiun TV Komunitas – Grabag TV. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Purwanegara, Mustika Sulfati. dkk 2010. Media strategy of TV Advertising in Indonesia. Jurnal Teknologi Vol 62 No 2. Putri, Pramanti. 2010. Studi Hubungan Antara Faktor Psikologis, Faktor Kondisional, dan Faktor Demografis dengan Persepsi Mahasiswa. S.Sos Skripsi. Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta. Riyanto, Yatim. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan, SIC. Surabaya. Sastropoetro, Santoso R.A. 1990. Pendapat Khalayak Dalam Komunikasi Sosial. Bandung :Remaja Rosda Karya. Septiadi, Ruben Adrian. 2010. Strategi pengembangan program dalam film televisi “Bioskop Indonesia” PT Televisi Transformasi Indonesia. S.Sos Skripsi. Universitas Atma Jaya, Yogyakarta. Soekidjo. 1994. Pengembangan Potensi Wilayah. Bandung: Gramedia Group. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis.Bandung: CV. Alfabeta. ________. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatitaif dan R D. Bandung: Alfabeta. ________. 2001. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Walpole, Ronald E dan Myers, Raymond H. 1995. Ilmu Peluang dan Statistika untuk Insinyur dan Ilmuwan. Bandung : ITB. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 473 PERILAKU INTERNAL AUDITOR DALAM WHISTLEBLOWING SEBAGAI IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE Ponny Harsanti Universitas Muria Kudus opharsantgmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris determinan perilaku internal auditor dalam whistleblowing sebagai implementasi good corporate governance. Populasi dalam penelitian ini adalah 735 internal auditor dari seluruh perusahaan BUMN di Indonesia . Pengumpulan data menggunakan metode sensus dan jumlah sampel penelitian yang digunakan dalam analisis data sebanyak 197. Pengujian hipotesis menggunakan Structural Equation Model SEM dengan bantuan WarpPls 5,0. Hasil penelitian membuktikan bahwa sikap auditor terhadap whistleblowing, norma subyektif auditor dan persepsi pengendalian perilaku auditor berpengaruh positif terhadap intensi whistleblowing. Intensi whistleblowing berpengaruh positif terhadap perilaku whistleblowing . Jalur pelaporan anonimyty struktural memperkuat hubungan intensi whistleblowing dan perilaku whistleblowing. Retaliasi formal memperlemah hubungan intensi whistleblowing dan perilaku whistleblowing. Kata kunci : Intensi whistleblowing, perilaku whistleblowing , retaliasi formal, anonimyty struktural ABSTRACT The research was aimed to test the determinant of auditors internal behavior in whistle blowing as the implementation of good corporate governance . The population of research was 735 internal auditors of entire State-Owned Enterprises in Indonesia. Census methods was applied to collect the data and the samples were 197 among them. Structural Equation Modelling SEM aided by Warp PLS 5,0 was used for data processing. The conclusion was that auditors attitude on whistle blowing, subjective norms, and perceived behavioral control positively influenced whistle blowing intention. Whistle blowing intention positively influenced whistle blowing behavior. Structural anonimity line reinforced the relationship between whistle blowing intention and whistle blowing behavior. Formal retaliation weakened the relationship between whistle blowing intention and whistle blowing behavior. PENDAHULUAN Fraud banyak terjadi di negara-negara berkembang seperti di Indonesia yang penegakan hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik good governance sehingga faktor integritasnya masih dipertanyakan. Menurut data dari Badan Pemeriksa Keuangan sebagian besar BUMN dan BUMD turut berkontribusi atas meningkatnya kasus fraud di Indonesia. Dalam lima tahun terakhir Badan Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 474 Pemeriksaan Keuangan menemukan kasus penyimpangan keuangan negara dan tata kelola yang tidak baik di lingkungan BUMNBUMD hingga 510 kasus dimana sebanyak 93 kasus diantaranya merupakan kasus yang mengakibatkan kerugian mencapai Rp 2,69 triliun. Data ini semakin dikuatkan dengan laporan Komisi Pemberantasan Korupsi yang menunjukkan ada pengaduan kasus fraud sebanyak 36.001 kasus fraud BUMNBUMD www.BPK.go.id. Banyaknya kasus pelanggaran atau kecurangan BUMN yang ditangani oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Komisi Pemberantasan Korupsi menunjukkan implementasi Good Corporate Governance belum berjalan dengan baik. Terkait dengan usaha penerapan good corporate governance penelitian dari berbagai institusi, seperti Organization for Economic Co- operation and Development OECD, Association of Certified Fraud Examiner ACFE dan Global Economic Crime Survey GECS menyimpulkan bahwa salah satu cara yang untuk mencegah dan memerangi praktik yang bertentangan dengan good corporate governance adalah melalui mekanisme pelaporan pelanggaran yaitu whistleblowing system. Penerapan whistleblowing system juga merupakan implementasi dari good corporate governance yang sekarang merupakan tuntutan baik di sektor pemerintah maupun swasta.Untuk lebih menguatkan pentingnya good corporate governance bagi perusahaan, khususnya BUMN di Indonesia, maka pemerintah mengeluarkan peraturan dalam bentuk Keputusan Menteri BUMN yaitu Kep.117M-MBU2002 tentang Penerapan Good Corporate Governance pada BUMN pasal 2 ayat 1 yang mewajibkan BUMN menerapkan good corporate governance secara konsisten dan menjadikan good corporate governance sebagai landasan operasionalnya. Whistleblowing system didefinisikan sebagai sistem pelaporan pengungkapan oleh seluruh unsur dari dalam perusahaan mengenai suatu informasi yang diyakini mengandung pelanggaran hukum, peraturan, pedoman praktis atau pernyataan professional, atau berkaitan dengan kesalahan prosedur, korupsi, penyalahgunaan wewenang, atau merugikan publik dan keselamatan tempat kerjaVinten 1992.Whistleblowing merupakan mekanisme yang efektif untuk menemukan pelanggaran dalam perusahaan ditegaskan dengan adanya pengungkapan penipuan laporan keuangan terbesar oleh dua perusahaan yaitu Enron dan WorldCom dalam sejarah Amerika SerikatBowen et al. 2010. Whistleblowing sebagai komponen penting dan praktek terbaik dari kerangka tata kelola perusahaan organisasi dapat memberikan makna baru dan memainkan peranan penting sebagai mekanisme kontrol internal dan sosial Chiu 2002; Rufus 2004. Whistleblowing bukan merupakan isu yang baru dalam penelitian di bidang etika dan akuntansi. Penelitian mengenai hal ini telah banyak dilakukan dan kebanyakan menguji faktor- ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 475 faktor apa yang mempengaruhi individu untuk melakukan whistleblowingChiu 2002. Penelitian berikutnya Park 2004; Ponnu et al. 2008 menggunakan perspektif perilaku individu yaitu teori perilaku yang direncanakan Theory of Planned BehaviourAjzen 1991,yang merupakan pengembangan dari Theory of Reason Action Fishbein dan Ajzen 1975. Dalam proses pengambilan keputusan untuk perilaku whistleblowing awalnya ada kemauan atau intensi dan nilai- nilai penting sebagai determinan dalam pengembangan intensi terlebih dahulu. Theory of Planned Behaviour menyebutkan intensi perilaku manusia dipengaruhi oleh tiga jenis faktor penentu yang secara konseptual independen satu sama lain Yaitu sikap terhadap perilaku, norma subyektif dan persepsi pengendalian perilaku. Penelitian terkait hubungan intensi dengan perilaku masih menunjukkan hasil yang berbeda. Hasil meta analisis yang dilakukan Armitage dan Corner 2001 menunjukkan meskipun Theory of Planned Behaviour dapat memprediksi intensi dengan baik namun belum sepenuhnya memprediksi hubungan intensi dengan perilakunya. Armitage dan Corner hanya menemukan dua dukungan empiris yang membuktikan hubungan intensi dengan perilaku Henle et.al. 2010; Park, 2009. Sedangkan penelitian lainnya secara empiris membuktikan bahwa intensi tidak selalu berhubungan dengan perilaku Currington et.al. 2010; Davies et.al. 2002. Meskipun ada intensi namun belum tentu diikuti dengan perilaku atau ada perbedaan antara intensi dan perilakuwhistleblowing terbukti dari penelitian sebelumnya yang masih belum konklusif mengenai pengaruh intensi dengan perilakunya. Hal ini bisa terjadi karena belum dipertimbangkan bahwa hubungan antara intensi dengan perilaku dapat dikuatkan atau dilemahkan oleh faktor-faktor diluar pengendalian individu seperti faktor situasional. Perlunya mempertimbangkan faktor situasional juga sesuai dengan prespektif model pengambilan keputusan yang menyatakan bahwa ada interaksi antara faktor individu dan faktor situasional yang dapat menjelaskan konsistensi dan inkonsistensi antara intensi dan perilaku individu Trevino, 1986. Kemudian Jones 1991 juga menunjukkan bahwa karakteristik individu dan situasional berinteraksi satu sama lain untuk memoderasi proses psikologis yang mendasari keputusan individu whistleblowing. Oleh karena itu penelitian ini mengembangkan model Theory of Planned Behaviour dengan menambahkan retaliasi formal dan anonimity strukrural sebagai faktor situasional yang sering melekat dalam proses whistleblowing yang dapat memperkuat atau justru melemahkan hubungan antara intensi dan perilaku whistleblowing yang belum pernah dilakukan dalam penelitian sebelumnya. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 476 METODE PENELITIAN Theory of Planned Behaviour Theory of Planned Behavior didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang rasional dan menggunakan informasi-informasi secara sistematis.Orang memikirkan implikasi dari tindakannya sebelum memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu.Theory of Planned Behavior dimulai dengan melihat intensi berperilaku sebagai anteseden terdekat dari suatu perilaku. Semakin kuat intensi seseorang untuk menampilkan suatu perilaku tertentu, diharapkan semakin berhasil melakukan perilaku tertentu tersebut Ajzen, 1991. Whistleblowing Secara umum whistleblowing didefinisikan sebagai pengungkapan oleh anggota organisasi atau mantan yang berhubungandengan tindakan ilegal, praktik tidak bermoral, atau tidak sah kepada orang atau organisasi yang mungkin dapat mempengaruhi atau menyelesaikan tindakan tersebut. Pada dasarnya ada dua jenis whistleblowing yaitu pelaporan kesalahan internal dan eksternal Dworkin dan Baucus 1998; Park dan Blenkinsopp 2009; Zhang et al. 2009a. Elias 2008 juga menambahkan bahwa whistleblowing dapat terjadi dari dalam internal maupun luar eksternal. Retaliasi Formal ODay 1974 menggambarkan retaliasi atau pembalasan adalah reaksi negatif manajemen terhadap whistleblowing. Retaliasi akan dipertimbangkan sebagai tindakan negatif yang diambil terhadap whistleblower oleh organisasi dalam menanggapi pelaporan kesalahan Weinstein 1984. Retaliasi dapat dilakukan secara informal dan informal. Retaliasi yang informal didefinisikan sebagai tindakan atau reaksi yang tidak memerlukan persetujuan dari atasan dan dapat dilakukan tanpa inisiasi dokumen.Retaliasi formal akan mencakup tindakan-tindakan yang melibatkan dokumentasi tertulis atau diatur oleh peraturan dan prosedur untuk bagaimana dan kapan dilaksanakanRehg et al. 2008. Jalur pelaporan Anonimity Struktural Dalam rangka mendorong whistleblowing prosedur pelaporan harus bisa memastikan bahwa organisasi akan melindungi identitas Lewis 2006. Sebuah hotline memungkinkan dan mendorong karyawan untuk memberikan rahasia, informasi di dalam tanpa takut akan pembalasan ketika menjadi whistleblower Pergola dan Sprung 2005. Sebuah jalur pelaporan internal yang ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 477 merahasiakan identitas merupakan sarana yang penting dan mempunyai nilai tambah untuk organisasi Rufus 2004. Saluran pelaporan anonim mungkin sangat berguna dalam mendorong pelaporan kesalahan oleh anggota organisasi karena anonimitas akan meminimalkan akibat yang mungkin terjadi seperti pembalasan dan hukuman potensial lainnya Moberly 2006dan terutama yang melibatkan manajemen jalur pelaporan anonim sangat diperlukan AICPA 2005 Moberly 2006 menyatakan bahwa structural model didasarkan atas asumsi bahwa perusahaan membangun jalur internal yang visibel, bersungguh-sungguh dan formal dalam mengungkap wrongdoing.Structural model menyediakan jalur pelaporan yang langsung dan terlegitimasi dari karyawan kepada dewan direksi. Jalur langsung ke dewan direksi akan mendorong whistleblowing yang efektif karena menghindari adanya pemblokiran dan penyaringan informasi oleh eksekutif perusahaan Moberly 2006. Populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah internal auditor BUMN di Indonesiasebanyak 735 dengan sampel yang diolah 197.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu jawaban internal auditor BUMN atas pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner penelitian. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program aplikasi SPSS versi 19,0 dan Warp Partial Least Square Warp PLS versi5,0. Pengukuran Variabel Definisi operasional variabel dan indikator pengukuran didasarkan pada Ajzen 1991 dan Park and Blenkinsopp 2009. Masing-masing responden diminta menjawab setiap pertanyaan dengan skala Liker 5 poin yaitu mulai dari angka 1 sangat tidak setuju , angka 2 tidak setuju, angka 3 netral, angka 4 setuju dan angka 5 sangat setuju. HASIL PENELITIAN Hasil pengujian dengan warpls 5.0 yang disajikan dalam gambar 1 diketahui bahwa semua hubungan antar variabel independen dan dependen memperlihatkan hasil yang signifikan pada tingkat keyakinan P0,005 . Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 478 Gambar 1 PEMBAHASAN Pengaruh Sikap Auditor Terhadap Whistleblowing dan Intensi Whistleblowing Hasil pengujian statistik terhadap hipotesis 1 menunjukkan nilai estimasi koefisien variabel sikap auditor terhadap whistleblowing sebesar 0,158 0.16, nilai kesalahan baku 0,069 dan probabilitas 0,012. Dengan demikian penelitian ini dapat membuktikan bahwa sikap terhadap whistleblowing ditentukan oleh kombinasi antara belief individu mengenai konsekuensi positif dari perilaku whistleblowing dan penilaian subyektif terhadap setiap konsekuensi berperilaku tersebut outcome evaluation. Terbentuknya sikap terhadap perilaku merupakan prediktor intensi untuk melakukan whistleblowing.Behavioral belief adalah keyakinan-keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap perilaku dan merupakan keyakinan yang akan memdorong terbentuknya sikap. Evaluation of behavioral belief merupakan evaluasi positif atau negatif individu terhadap perilaku tertentu berdasarkan keyakinan-keyakinan yang dimilikinya.Hasil penelitian ini juga konsisten dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan adanya bukti bahwa sikap merupakan prediktor signifikan dari intensi Randall dan Gibson, 1991; Chang, 1998; Bobek dan Hatfield, 2003; Park ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 479 dan Blenkinsopp, 2009 dan Buchan 2005 yang menemukan dukungan untuk sikap berpengaruh terhadap intensi di kalangan akuntan Norma Subyektif Auditor dan Intensi Whistleblowing Hasil pengujian statistik terhadap hipotesis 2 menunjukkan nilai estimasi koefisien variabel Norma Subyektif auditor sebesar 0,161 0.16, nilai kesalahan baku 0,069, dan probabilitas 0,010. Norma subyektif tidak hanya ditentukan adanya keyakinan normatif normative belief tetapi juga ditentukan oleh motivation to comply. Keyakinan normatif berkenaan dengan harapan-harapan yang berasal dari referent atau orang dan kelompok yang berpengaruh bagi internal auditor individu significant others. Motivation to comply adanya motivasi untuk mengikuti perilaku tertentu, akan merasakan tekanan sosial untuk melakukannyaBuchan 2005.Hasil penelitian ini sesuai dengan Theory of Planned Behaviour yang menyatakan norma subyektif adalah persepsi individu terhadap tekanan sosial yang ada untuk menunjukkan atau tidak suatu perilaku. Individu memiliki keyakinan bahwa individu atau lingkungan tertentu akan menerima atau tidak menerima tindakan yang dilakukannya. Apabila individu meyakini apa yang menjadi norma lingkunganatau kelompoknya maka individu akan mematuhi dan membentuk perilaku yang sesuai dengan lingkungan atau kelompoknyaAjzen 1991. Hasil penelitian sejalan dengan Randall dan Gibson, 1991; Chang, 1998; Bobek dan Hatfield, 2003; Park dan Blenkinsopp, 2009;AlleynedanPhillips, 2011 yang menemukan dukungan untuknormasubjektifsebagai prediktorsignifikandariintensi. Pengaruh Kontrol Perilaku auditor terhadap Intensi Whistleblowing Hasil pengujian statistik terhadap hipotesis ketiga menunjukkan nilai estimasi koefisien variabel Persepsi pengendalian perilaku auditor sebesar 0,434 0.43, nilai kesalahan baku 0,065, dan probabilitas 0,001. Dengan demikian, hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa Persepsi pengendalian perilaku auditor berpengaruh positif terhadap Intensi whistleblowing terdukung signifikan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini sesuai dengan Theory of Planned Behaviouryang menyatakan bahwa intensi untuk berperilaku whistleblowing tergantung pada sumber daya dan peluang yang tersedia sehingga dapat mencapai perilaku tertentu. Kesulitan atau risiko yang melekat dalam melakukan perilaku disebut faktor kontrol, dan diasumsikan bahwa keyakinan dalam diri dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu serta informasi tentang perilaku yang diperoleh dari pengalaman orang lain. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 480 Persepsi pengendalian perilaku auditor dibentuk oleh interaksi faktor kontrol dan evaluasi faktor tersebut. Semakin individu merasakan banyak faktor pendukung dan sedikit faktor penghambat untuk dapat melakukan suatu perilaku, maka individu akan secara langsung mempersepsikan diri mudah untuk melakukan perilaku tersebut Hasil penelitian ini konsisten dengan beberapa penelitian sebelumnya. menemukan bahwa kontrol perilaku auditor dipersepsikanadalah prediktor terkuat dari intensi Fearn dan White, 2006, CarpenterdanReimers2005 Alleyne etal2010;. AlleynedanPhillips2011. Park dan Blenkinsopp 2009 menemukan bahwa persepsi pengendalian perilaku auditor memiliki efek positif yang signifikan pada niat internal whistleblowing. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan Parker et al. 1992 yang membuktikan bahwa persepsi pengendalian perilaku auditor tidak berpengaruh signifikan pada intensi whistleblowing. Pengaruh Intensi WhistleblowingterhadapWhistleblowing. Hasil pengujian statistik terhadap hipotesis 5 menunjukkan nilai estimasi koefisien variabel Intensi whistleblowing sebesar 0,185 0.18, nilai kesalahan baku 0,069, dan probabilitas 0,004. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa intensi whistleblowing terbukti sebagai anteseden perilaku whistleblowing dan merupakan faktor utama dalam model karena dapat sebagai pemediasi faktor-faktor motivasional yang mempunyai dampak pada suatu perilaku seperti sikap , norma subyektif auditor dan persepsi pengendalian perilaku auditor. Hasil penelitian ini mendukung Theory of Planned Behavior yang menyatakan intensi merupakan suatu kebulatan tekad untuk melakukan aktivitas tertentu di masa depan dan mempunyai kaitan yang erat dengan sikap dan perilaku, sehingga merupakan variabel antara yang menyebabkan terjadinya perilaku dari suatu sikap atau variabel lainnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa intensi adalah kecenderungan seseorang untuk memilih melakukan suatu pekerjaan dan diasumsikan sebagai faktor pemotivasi yang ada dalam diri individu yang mempengaruhi perilaku. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan meta-analisis Armitage dan Conner 2001, Beck dan Ajzen 1991 dan Ahmad dkk, 2011. Pengaruh Retaliasi Formal terhadap hubungan intensi whistleblowing dengan perilaku whistleblowing. Hasil pengujian statistik terhadap hipotesis 6 menunjukkan nilai estimasi koefisien variabel retaliasi formal sebesar -0,117 0.12, nilai kesalahan baku 0,070, dan probabilitas 0,48. Dengan mengacu pada tingkat signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 481 bukti yang kuat secara empirik untuk menolak Ho. Hasil penelitian membuktikan bahwa retaliasi yang bersifat formal seperti sangsi dari atasan, hambatan dalam karir dan pemberhentian dari tugas atau pemecatan akan mempengaruhi memperlemah intensi untuk mewujudkannya dalam pengambilan keputusan whistleblowing.Apalagi kurangnya perlindungan hukum dari pemerintah terhadap ancaman-ancaman atau retaliasi yang timbul akibat pengungkapan kecurangan. Meskipun memang sudah ada peraturan di Indonesia tentang perlindungan hukum namun masih kurang melindungi para pelaku whistleblowing. Dengan demikian secara empiris terbukti bahwa retaliasi formal sebagai pemoderasi hubungan intensi whistleblowingprososial dengan whistleblowing.Arnold dan Ponemon 1991 dan Liyanarachchi dan Newdick 2009, tidak menemukan pengaruh kekuatan retaliasi yang signifikan terhadap whistleblowing Pengaruh Anonimity struktural terhadap hubungan intensi whistleblowingprososial dengan perilaku whistleblowing. Hasil pengujian statistik terhadap hipotesis ketujuh menunjukkan nilai koefisien estimasi sebesar 0,1220.12, nilai kesalahan baku 0,070, dan probabilitas 0.040. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seorang whistleblower akan semakin terdorong untuk melaporkan kecurangan fraudsetelah dapat memastikan bahwa organisasi akan melindungi identitas dan tidak ingin nama diungkapkan. Sebuah jalur pelaporan struktural yang dibentuk dengan merahasiakan nama dan identitas pelapor dapat merupakan sarana yang penting bagi para whistleblower. Dalam situasi dimana terdapat budaya perusahaan yang kondusif terhadap keterbukaan,kemungkinan pelaporan terjadinya pelanggaran dapat diutarakan secara terbuka. Hal ini akan memudahkan perusahaan untuk menangani kekhawatiran tersebut, karena potensi pelanggarannya juga jelas dan juga dimana kemungkinan terjadinya pelanggaran tersebut. Penyampaian secara terbuka adalah kondisi yang ideal, akan tetapi dalam praktek sangat sulit dijumpai. Oleh karena itu penyampaian pelaporan secara rahasia masih menjadi pilihan utama. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian terdahuluyang menyatakan bahwa ketersediaan jalur anonymous dapat meningkatkansistem pengendalian internal karena kecurangan laporan keuanganakan dikomunikasikan dan dilaporkan sedini mungkin Schultz dkk., 1993; Hook dkk., 1994; Kaplan dkk 2009. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 482 Kesimpulan, Keterbatasan dan saran penelitian yang akan datang Berdasarkan hasil penelitian ada tiga variabel yang menentukan intensi, dan yang selanjutnya akan menentukan perilaku whistleblowing yaitu attitude toward the behavior, subjective norm, dan perceived behavioral control. Ketiga variabel tersebutkemungkinan dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal yang dimiliki oleh individu. Individu yang tumbuh dan berkembang di lingkungan sosial yang berbeda akan memperoleh informasi yang berbeda pula mengenai berbagai hal, dimana dapat menjadi penentu attitude toward the behavior, subjective norm, dan perceived behavioral control yang dimiliki individu.Semakin individu mempersepsikan bahwa rujukan sosialnya merekomendasikan untuk melakukan suatu perilaku maka individu akan cenderung merasakan tekanan sosial untuk melakukan perilaku tersebut; sebaliknya, semakin individu mempersepsikan bahwa rujukan sosialnya merekomendasikan untuk tidak melakukan suatu perilaku maka individu akan cenderung merasakan takanan sosial untuk tidak melakukan perilaku tersebut Ajzen, 2005. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa faktor situasional dari organisasi berpengaruh dalam proses pemgambilan keputusan untuk whistleblowingdisampingfaktor individual yang dibentuk oleh Theory Planned of Behaviour. Faktor situasional jalur pelaporan anonimity struktural terbukti memperkuat intensi untuk melakukan whistleblowingsedangkan retaliasi formal akan melemahkan intensi seseorang melakukan perilaku whistleblowing Keterbatasan 1. Pengiriman kuesioner tidak ditujukan secara khusus kepada internal auditor yang menangani investigasi kecurangan dalam satuan pengawasan intern. Hal ini bisa menyebabkan timbulnya bias dalam menjawab pertanyaan yang terkait dengan implikasi whistleblowing terhadap pencegahan fraud. 2. Hasil pengujian whistleblowing terhadap pencegahan fraud menunjukkan r – square yang sangat rendah yaitu 3 . Hal ini merupakan bukti bahwa whistleblowing bukan satu-satunya tindakan pencegahan yang efektif dan masih ada 97 faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model ini untuk dipertimbangkan. 3. Penelitian tidak berhasil membuktikan pengaruh langsung persepsi pengendalian perilaku auditor terhadap perilaku whistleblowing yang kemungkinan disebabkan karena banyak indikator variabel yang kurang valid. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 483 Saran untuk penelitian yang akan datang 1. Penelitian yang akan datang memfokuskan pada metode pengambilan sampel yang lebih khusus kepada internal auditor yang bertugas dibidang investigasi kecurangan. 2. Penelitian yang akan datang perlu menguji interaksi antara faktor individual dengan faktor organisasional dalam kaitannya dengan proses pengambilan keputusan untuk whistleblowing internal auditor sehingga akan lebih komprehensif. 3. Penelitian yang akan datang perlu menyusun dan mendesign kembali indikator variabel agar lebih valid. DAFTAR PUSTAKA AICPA. 2005. Anonymous Submission of Suspected Wrongdoing Whistleblowers. Ajzen, I. 1991. The theory of planned behavior. Organizational behavior and human decision processes 50 2:179-211. Ajzen, I., dan T. J. Madden. 1986. Prediction of goal-directed behavior: Attitudes, intentions, and perceived behavioral control. Journal of experimental social psychology 22 5:453-474. Alleyne, P. 2010. The influence of individual, situational and team factors on auditors’ whistle- blowing intentions. Unpublished PhD Thesis, University of Bradford, Bradford, UK. Alleyne, P., M. Hudaib, dan R. Pike. 2013. Towards a conceptual model of whistle-blowing intentions among external auditors. The British Accounting Review 45 1:10-23. Amrizal, A., dan C. MM. 2004. Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan oleh Internal Auditor. Diklat bpkp. Armitage, C. J., dan M. Conner. 2001. Efficacy of the Theory of Planned Behaviour: A meta- analytic review. British Journal of Social Psychology 40 4:471-499. Arnold, D. F., dan L. A. Ponemon. 1991. Internal auditors perceptions of whistle-blowing and the influence of moral reasoning-an experiment. Auditing-A Journal Of Practice Theory 10 2:1-15. Beck, L., dan I. Ajzen. 1991. Predicting dishonest actions using the theory of planned behavior. Journal of Research in Personality 25 3:285-301. Beu, D. S., M. R. Buckley, dan M. G. Harvey. 2003. Ethical decision –making: a multidimensional construct. Business Ethics: A European Review 12 1:88-107. Bouville, M. 2008. Whistle-blowing and morality. Journal of Business Ethics 81 3:579-585. Bowen, R. M., A. C. Call, dan S. Rajgopal. 2010. Whistle-Blowing: Target Firm Characteristics and Economic Consequences. Accounting Review 85 4:1239-1271. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 484 Brennan, N., dan J. Kelly. 2007. A study of whistleblowing among trainee auditors. The British Accounting Review 39 1:61-87. Brief, A. P., dan S. J. Motowidlo. 1986. Prosocial organizational behaviors. Academy of Management Review 11 4:710-725. Broadhead-Fearn, D., dan K. M. White. 2006. The role of self-efficacy in predicting rule-following behaviors in shelters for homeless youth: a test of the theory of planned behavior. The Journal of Social Psychology 146 3:307-325. Buchan, H. 2005. Ethical Decision Making in the Public Accounting Profession: An Extension of Ajzen’s Theory of Planned Behavior. Journal of Business Ethics 61 2:165-181. Carrington, M. J., B. A. Neville, dan G. J. Whitwell. 2010. Why ethical consumers don’t walk their talk: Towards a framework for understanding the gap between the ethical purchase intentions and actual buying behaviour of ethically minded consumers. Journal of Business Ethics 97 1:139-158. Casal, J. C., dan S. S. ZALKIND. 1995. Consequences of whistle-blowing: A study of the experiences of management accountants. Psychological reports 77 3:795-802. Chang, M. 1998. Predicting Unethical Behavior: A Comparison of the Theory of Reasoned Action and the Theory of Planned Behavior. Journal of Business Ethics 17 16:1825-1834. Chiu, R. K. 2002. Ethical judgement, locus of control, and whistleblowing intention: a case study of mainland Chinese MBA students. Managerial Auditing Journal 17 9:581-587. Dworkin, T., dan M. S. Baucus. 1998. Internal vs. external whistleblowers: A comparison of whistleblowering processes. Journal of Business Ethics 17 12:1281-1298. Dworkin, T. M., dan J. P. Near. 1997. A Better Statutory Approach to Whistle-blowing. Business Ethics Quarterly 7 01:1-16. Eaton, T. V., dan M. D. Akers. 2007. Whistleblowing and Good Governance. The CPA Journal 77 6:66. Elias, R. 2008. Auditing students professional commitment and anticipatory socialization and their relationship to whistleblowing. Managerial Auditing Journal 23 3:283-294. Ester, R., dan H. K. Brian. 2005. To blow or not to blow the whistle? That is the question. Management Research News 28 1112:80-87. Farrell, D., dan J. C. Petersen. 1982. Patterns of Political Behavior in Organization. Academy of Management Review 7 3:403-412. Finn, D. 1995. Ethical decision making in organizations: A management employee-organization whistleblowing model. Research on Accounting Ethics 1 1:291-313. Fishbein, M., dan I. Ajzen. 1975. Belief, attitude, intention and behavior: An introduction to theory and research. Gibson, A., dan A. Frakes. 1997. Truth or Consequences: A Study of Critical Issues and Decision Making in Accounting. Journal of Business Ethics 16 2:161-171. Governance, K. N. K. 2008. Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran-SPP Whistleblowing System- WBS. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 485 Hisham, B., dan M. Yusoff. 2010. Role of Internal Auditors in Whistle Blowing Program to Reduce Corporate Fraud, Universiti Utara Malaysia. Hooks, K. L., S. E. Kaplan, J. J. Schultz Jr, dan L. A. Ponemon. 1994. Enhancing communication to assist in fraud prevention and detection; Comment: Whistle-blowing as an internal control mechanism: Individual and organizational considerations. Auditing 13 2:86- 117. Jones, T. M. 1991. Ethical decision making by individuals in organizations: An issue-contingent model. Academy of Management Review 16 2:366-395. Kaplan, S., Jr., dan J. Schultz, Jr. 2007. Intentions to Report Questionable Acts: An Examination of the Influence of Anonymous Reporting Channel, Internal Audit Quality, and Setting. Journal of Business Ethics 71 2:109-124. Kaplan, S. E., K. Pany, J. A. Samuels, dan J. Zhang. 2009. An Examination of the Effects of Procedural Safeguards on Intentions to Anonymously Report Fraud. Auditing: A Journal of Practice Theory 28 2:273-288. Kaplan, S. E., dan J. Schultz. 2006. The role of internal audit in sensitive communications. Altamonte Springs, FL: Institute of Internal Auditors Research Foundation. Kaptein, M. 2011. Understanding unethical behavior by unraveling ethical culture. Human Relations 64 6:843-869. Keenan, J. P. 2002. Whistleblowing: A study of managerial differences. Employee Responsibilities and Rights Journal 14 1:17-32. Leonard, L. N., dan T. P. Cronan. 2001. Illegal, inappropriate, and unethical behavior in an information technology context: A study to explain influences. Journal of the Association for Information Systems 1 1:12. Lewis, D. 2006. The contents of whistleblowingconfidential reporting procedures in the UK: Some lessons from empirical research. Employee Relations 28 1:76-86. Liyanarachchi, G., dan C. Newdick. 2009. The impact of moral reasoning and retaliation on whistle-blowing: New Zealand evidence. Journal of Business Ethics 89 1:37-57. Mesmer-Magnus, J. R., dan C. Viswesvaran. 2005. Whistleblowing in organizations: An examination of correlates of whistleblowing intentions, actions, and retaliation. Journal of Business Ethics 62 3:277-297. Miceli, M. P., dan J. P. Near. 1984. The Relationships Among Beliefs, Organizational Position, and Whistle-Blowing Status: A Discriminant Analysis. Academy of Management Journal 27 4:687-705. Miceli, M. P., dan J. P. Near. 1988. Individual and situational correlates of whistle ‐blowing. Personnel Psychology 41 2:267-281. ———. 1997. Whistle-blowing as antisocial behavior. Antisocial behavior in organizations 130:149. ———. 2002. What makes whistle-blowers effective? Three field studies. Human Relations 55 4:455-479. Miceli, M. P., J. P. Near, dan C. R. Schwenk. 1991. Who Blows the Whistle and Why? Industrial Labor Relations Review 45 1:113-130. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 486 Miceli, M. P., M. Rehg, J. P. Near, dan K. C. Ryan. 1999. Can laws protect whistle-blowers? Results of a naturally occurring field experiment. Work and Occupations 26 1:129-151. Moberly, R. 2006. Sarbanes-Oxleys structural model to encourage corporate whistleblowers. Brigham Young University Law Review:1107. Near, J. P., dan M. P. Miceli. 1985. Organizational dissidence: The case of whistle-blowing. Journal of Business Ethics 4 1:1-16. ———. 1986. Retaliation against whistle blowers: Predictors and effects. Journal of applied psychology 71 1:137. ———. 1995. Effective-Whistle Blowing. Academy of Management Review 20 3:679-708. Near, J. P., dan M. P. Miceli. 1996. Whistle-Blowing: Myth and Reality. Journal of management 22 3:507-526. ODay, R. 1974. Intimidation Rituals: Reactions to Reform. The Journal of Applied Behavioral Science 10 3:373-386. Park, H. 2004. Whistle blowing as planned behavior: a survey of Korean police officers. Paper read at Joint EGPA-ASPA Conference on Ethics and Integrity of Governance: A Transatlantic Dialogue at Leuven, Belgium. Park, H., dan J. Blenkinsopp. 2009. Whistleblowing as Planned Behavior – A Survey of South Korean Police Officers. Journal of Business Ethics 85 4:545-556. Parmerlee, M. A., J. P. Near, dan T. C. Jensen. 1982. Correlates of whistle-blowers perceptions of organizational retaliation. Administrative Science Quarterly:17-34. Patel, C. 2003. Some cross-cultural evidence on whistle-blowing as an internal control mechanism. Journal of International Accounting Research 2 1:69-96. Pergola, C., dan P. Sprung. 2005. Developing a genuine anti-fraud environment. Risk Management 52 3:43. Ponnu, C., K. Naidu, dan W. Zamri. 2008. Determinants of whistle blowing. International review of business research papers 4 1:276-298. Randall, D., dan A. Gibson. 1991. Ethical decision making in the medical profession: An application of the theory of planned behavior. Journal of Business Ethics 10 2:111-122. Rehg, M. T., M. P. Miceli, J. P. Near, dan J. R. V. Scotter. 2008. Antecedents and Outcomes of Retaliation Against Whistleblowers: Gender Differences and Power Relationships. Organization Science 19 2:221-240. Roberts, W., J. Strayer, I. K. Kokko, dan S. Côté. 2003. Towards, away, and against: Emotions and prosocial behavior. Paper read at K. Kokko, S. Côté Chairs, Prosocial and aggressive behaviors over the life course. Symposium conducted at meetings of the Society for Research in Child Development, Tampa, Florida. Rufus, R. J. 2004. Whistleblowers: Truth, justice, and the American way. Journal of Applied Management and Entrepreneurship 9 4:120. Sarens, G., dan I. De Beelde. 2006. Interaction between internal auditors and the audit committee: the analysis of expectations and perceptionsG. Sarens, ID Beelde. Ghent University, Faculty of Economics and Business, Belgium. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 487 Seifert, D. L., J. T. Sweeney, J. Joireman, dan J. M. Thornton. 2010. The influence of organizational justice on accountant whistleblowing. Accounting, Organizations and Society 35 7:707-717. Sims, R., dan J. Keenan. 1998. Predictors of External Whistleblowing: Organizational and Intrapersonal Variables. Journal of Business Ethics 17 4:411-421. Staub, E. 1978. Predicting prosocial behavior: A model for specifying the nature of personality- situation interaction. In Perspectives in interactional psychology: Springer, 87-110. Taylor, E. Z., dan M. B. Curtis. 2010. An Examination of the Layers of Workplace Influences in Ethical Judgments: Whistleblowing Likelihood and Perseverance in Public Accounting. Journal of Business Ethics 93 1:21-37. Trevino, L. K. 1986. Ethical decision making in organizations: A person-situation interactionist model. Academy of Management Review 11 3:601-617. Treviño, L. K., G. R. Weaver, dan S. J. Reynolds. 2006. Behavioral ethics in organizations: A review. Journal of management 32 6:951-990. Vardi, Y., dan Y. Wiener. 1996. Misbehavior in Organizations: A Motivational Framework. Organization Science 7 2:151-165. Vinten, G. 1992. The whistleblowing internal auditor: The ethical dilemma. Internal Auditing 8 2:26-33. Vroom, V. 1964. Expectancy theory: New York: John Wiley. Waluyo. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi Whistleblowing internal dan dampaknya terhadap fraud dan sistim kontrol organisasi hirarkies I. Disertasi, Fakultas EkonomiIUniversitas Indonesia, Jakarta. Weber, J., dan J. Gillespie. 1998. Differences in Ethical Beliefs, Intentions, and Behaviors The Role of Beliefs and Intentions in Ethics Research Revisited. Business Society 37 4:447-467. Weinstein, D. 1984. Bureaucratic opposition: whistle-blowing and other tactics. Complex Organizations: Growth, Struggle, and Change:254-268. Xu, Y., dan D. E. Ziegenfuss. 2008. Reward systems, moral reasoning, and internal auditors’ reporting wrongdoing. Journal of Business and Psychology 22 4:323-331. Zhang, J., R. Chiu, dan L.-Q. Wei. 2009a. On whistleblowing judgment and intention: The roles of positive mood and organizational ethical culture. Journal of Managerial Psychology 24 7:627-649. Zhang, J., R. Chiu, dan L. Wei. 2009b. Decision-Making Process of Internal Whistleblowing Behavior in China: Empirical Evidence and Implications. Journal of Business Ethics 88 1:25-41. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 488 MOBILE TEST BERBASIS SMS GATE WAY SEBAGAI PELENGKAP E-LEARNING R. Arri Widyanto 1 1 Universitas Muhammadiyah Magelang arriwidyantoyahoo.com ABSTRAK Teknologi mobile telah dimanfaatkan secara luas, terutama pemanfaatan pesan teks berbasis SMS yang merupakan layanan populer yang digunakan saat ini. Perguruan tinggi dalam mengevaluasi mahasiswanya menggunakan berbagai cara, baik secara manual maupun secara on line. Kendala ujian on line, mahasiswa harus menggunakan notebook yang terhubung dengan jaringan internet. Tidak semua mahasiwa memiliki perangkat akses ini sehingga menjadi kendala tersendiri. Test berbasis SMSyang memanfaatkan SMS gateway merupakan solusi dari permasalahan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah menyediakan layanan ujian yang praktis dan murah dengan memanfaatkan layanan SMS. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan prototyping. Hasil penelitian berupa aplikasi test online berbasis SMS yang bisa diakses oleh mahasiswa menggunakan perangkat mobilenya. Aplikasi ini bisa diakses menggunakan perangkat mobile dengan system operasi berbasis android maupun symbian. Secara ekonomis biaya untuk memanfaatkan aplikasi ini sangat murah bahkan gratis. Aplikasi mobile test ini bisa dimanfaatkan sebagai salah satu media ujian on line alternatif. Kata kunci : Mobile, Test, SMS, SMS Gate way ABSTRACT Mobile technologyhas beenusedextensively, especiallythe utilization ofSMS-based textmessageservicethatispopularin use today. Collegesin evaluatingstudentsusinga variety of ways, either manually oron line. Constraintsonline exam, the student mustuse anotebookthat is connectedto the Internet network. Not allstudents haveaccess tothisdeviceso that it becomesan obstacle. SMS-based testthat utilizesSMSgatewayis a solutionto these problems. The goal ofthis studyis to providea practicaland inexpensivetestby utilizing theSMS service. The method used in this study using prototyping. Results of this research is applicationonlinetest SMS-based, that can be accessedbystudentsusingmobile devices. This applicationcan beaccessed usinga mobiledevicewith an operating systembased on AndroidorSymbian. Economicallycost toutilizethese applicationsare verycheapand evenfree. Thistestmobile applicationscan be usedasone of thealternativemediaon lineexams. Keywords : Mobile, Test, SMS, SMS Gateway PENDAHULUAN Perkembangan teknologi seluler dewasa ini sangat pesat, tertama sebagai media komunikasi baik berbasis teks maupun berbasis suara dan video. Layanan yang paling populer dimasyarakat adalah pemanfaatan short message service atau yang sering dikenal dengan SMS. Short Message Services SMS atau dikenal dengan layanan pesan singkat merupakan sebuah revolusi di media ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 489 Communication Quick Plan Modeling Quick design Construction Of protptype Deployment Delivery Feedback penyebaran informasi, dimana layanan yang digunakan tidak berbasis suara tetapi berbasis teks singkat. Zakaria, dkk, 2006. Pesan singkat ini sangat populer dikarenakan praktis, hemat biaya bahkan gratis dan semua perangkat mobile memiliki layanan ini. Berbeda dengan aplikasi-aplikasi lain yang memanfaatkan paket data internet dan handphone nya pun harus bisa mengakses internet. Perguruan tinggi, dalam mengevaluasi mahasiswanya dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya dengan ujian tertulis dan ujian on line. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Misalnya ujian tertulis, proses pengerjaan soal dan koreksinya dilakukan secara manual. Ujian on line pengerjaan dan koreksinya bisa dilakukan menggunakan komputer. Kendala yang dihadapi mahasiswa adalah tidak memiliki notebook, sehingga untuk mengerjakan soal ujian on line harus kewarnet terlebih dahulu. Dari permasalahan tersebut diatas bisa diatasi dengan membangun sistem ujian berbasis SMS gateway, hal ini dikarenakan hampir semua mahasiswa telah memiliki perangkat HP yang memiliki fitur SMS. SMS Gateway adalah sebuah perangkat lunak yang menggunakan bantuan komputer dan memanfaatkan teknologi seluler yang diintegrasikan guna mendistribusikan pesan-pesan yang digenerate lewat sistem informasi melalui media SMS yang di- handle oleh jaringan seluler. SMS Gateway ini memanfaatkan modem untuk server pengiriman SMS. SMS memanfaatkan jaringan operator seluler untuk pengiriman sms, service gammu sebagai software sms gateway, dan database mysql yang di integrasikan dengan database. Fahrudin, 2012. METODE PENELITIAN Pengembangan sistemnya dilakukan menggunakan metode prototyping. Metode ini terdiri dari komunikasi, perencanaan cepat, pemodelan rancangan cepat, bangun prototypenya dan pengiriman dan umpan balik pengguna Pressman, 2005, 40. Hal ini terlihat pada gambar 1 berikut ini : Gambar 1. Prototyping Model Sumber : Pressman 2005 Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 490 Registrasi Login PilihTest LihatNilai LogOut User System MengolahUser MengolahTest AkunAdmin Login Admin Rancang Arsitektur Aplikasi yang dibangun menggunakan komputer yang dihubungkan dengan modem GSM yang akan terhubung dengan jaringan GSM yang tersedia. Pengguna menggunakan perangkat mobilenya mengakses test yang tersedia, menggunakan pesan sms. Administrator menggunakan komputer, mengelola user dan testnya, seperti terlihat pada gambar 2, berikut ini yang menggambarkan arsitektur aplikasi yang akan dibangun. Gambar 2. Rancangan Arsitektur Global Mobile Test Use Case Diagram Sistem ini menggunakan 2 aktor, yaitu user dan administrator. User merupakan mahasiswa yang akan mengakses layanan test berbasis sms gate way dan administrator yang akan mengelola sistemnya, seperti terlihat pada gambar 3 berikut. Gambar 3. Use Case M Test ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 491 REG Vira Abida 14.0502.001 7 Soal ujian sudah tersedia. Anda akan mengambil test ini 1.Ya 2.Tidak HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil implementasi dari sistem ini berupa aplikasi mobile test, yaitu aplikasi ujian on line berbasis perangkat mobile, dengan memanfaatkan sms untuk registrasi dan mengerjakan soal ujian. Sistem ini dipergunakan oleh admin untuk mengelola user dan mengelola soal ujian dan user untuk mengerjakan soal ujian. Administrator harus login terlebih dahulu untuk masuk kedalam sistem. Setelah login berhasil, administrator bisa mengelola soal ujian dan mengelola usernya menggunakan menu yang tersedia. User sebelum menggunakan layanan M Test, harus mendaftar terlebih dahulu. Pendaftaran cukup menggunakan SMS dengan format REGnamanpm, seperti terlihat pada gambar 4 berikut. Gambar 4. Tampilan proses pendaftaran test. Setelah registrasi berhasil, akan mendapat SMS balasan “ Anda sudah terdaftar dalam layanan M Test”. Pengerjaan soal ujian dilakukan setelah ada notifikasi SMS yang menyatakan soal ujian sudah tersedia. Gambar 5. Notifikasi soal ujian sudah tersedia Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 492 1. Berikut ini merupakan kunci utama. a. Nama b. Alamat c. NIP d. Tgl_lahir Jawab Pengerjaan Soal ujian dilakukan dengan menjawab SMS tersebut, dengan memilih tombol 2. Sistem akan merespon dengan mengirimkan soal ujian dalam bentuk pilihan ganda seperti terlihat pada gambar 6 berikut ini. Gambar 6. Gambar Cotoh Soal Bila semua soal telah selesai dikerjakan, maka akan dimunculkan skor nilainya. Bila masih belum lulus, bisa mengulang sebanyak dua kali lagi. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Aplikasi Mobile test yang berbasis SMS Gatewayini dapat digunakan sebagai media ujian online alternatif. Kelebihan media ini, bisa digunakan pada semua merek perangkat mobile karena semua perangkat mobile menggunakan layanan SMS. Secara ekonomi biaya yang dikeluarkan sangat murah bahkan banyak juga operator seluler menyediakan layanan SMS gratis, sehingga aplikasi ini layak untuk diaplikasikan. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih diucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini, diantaranya : Dekan Fakultas Teknik beserta jajarannya dan Ketua Lp3M Universitas Muhammadiyah Magelang beserta staf. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 493 DAFTAR PUSTAKA Fahrudin, Tora 2012, PEMBUATAN MODEL SMS GATEWAY UNTUK PENYEBARAN DAN PENGOLAHAN REQUEST INFORMASI CIVITAS AKADEMIKA POLITEKNIK TELKOM, diakses 15 November 2015, dari http:ebookbrowse.compemanfaatan-sms- gateway-utk-penyebaran-informasi-mahasiswa-pdf-d327596841. Pressman, Roger. 2005. Software Engineering : A Practitioner’s Approach, Mc Graw Hill Companies. Inc Zakaria, Marcus Teddy dan Josef Widiadhi 2006, Aplikasi SMS Untuk Berbagai Keperluan, Informatika, Jakarta. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 494 KERANGKA KERJA PENGUKURAN KUALITAS PERANGKAT LUNAK BERDASARKAN PADA STANDAR isoeic 25023 Ratih Nindyasari Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Informatika Universitas Muria Kudus ratih2502gmail.com ABSTRAK Pengukuran kualitas perangkat lunak merupakan suatu langkah yang digunakan untuk mengetahui seberapa berkualitas sebuah produk perangkat lunak dilihat dari dua jenis kualitas, yaitu kualitas internal dan kualitas eksternal. Berdasarkan kedua jenis kualitas ini akan digunakan untuk melakukan eksplorasi parameter-parameter apa saja yang akan dijadikan acuan pengukuran kualitas. Pada penelitian kali ini menyajikan sebuah kerangka kerja yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan pengukuran kualitas perangkat lunak berdasarkan pada standar ISOEIC 25023. Hasil yang diharapakan dari penelitian ini adalah agar atribut-atribut dari masing-masing sub karakteristik dari standar pengukuran dapat dijadikan parameter-parameter pengukuran kualitas perangkat lunak. Kata kunci : ISOEIC 25023, Pengukuran Kualitas Perangkat Lunak ABSTRACT Measurement of software quality is activity or steps which can used to know how far of value form quality of software. It is from perspective of two types quality is internal and eksternal quality. Based on this types we will used to eksploration from parameters which used as references on measuring software quality. In this reasearch will seeing a framework which used to references for measurement of quality software based on standar ISOEIC 25023. Hopefully, result from this research is there for atributs from each standar sub characteristics can be orientation standar for measuring of software quality. Keywords : ISOEIC 25023, Software Quality Measurement PENDAHULUAN Perangkat lunak dapat dikatakan berkualitas setelah melewati proses pengujian. Dalam proses pengujian tentu saja memerlukan karakteristik atau indikator-indikator yang dapat digunakan sebagai tolok ukur. Pengujian yang dilalui oleh perangkat lunak ini digunakan untuk mengukur seberapa berkualitas sebuah produk perangkat lunak. Untuk melihat apakah perangkat lunak ini benar –benar berkualitas dapat dilihat dari dua jenis kualitas, yaitu kualitas internal dan kualitas eksternal. Masing-masing dari kualitas ini memiliki beberapa karakteristik dan sub karakteristik. Konsep kualitas perangkat lunak dapat dilihat dari lima sudut pandang yang berbeda [1]: transcendental, pengguna, manufaktur, produk, dan berbasis nilai. Berdasarkan sudut pandang ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 495 pengguna ini kebanyakan yang disorot tentang kualitas secara umum, tidak hanya kualitas perangkat lunak saja akan tetapi juga dilihat dari kesuaian terhadap penggunanya. Kemudian jika dilihat dari sudut pandang transcendental menggambarkan kualitas suatu perangkat lunak ini sebagai sesuatu yang dapat dikenali tetapi tidak didefinisikan. Sementara berdasarkan sudut pandang nilai kualitas ini dikaitkan dengan nilai yang akan dibayarkan oleh kustomer untuk mendapatkan perangkat lunak tersebut. Sehingga para pengembang perangkat lunak mempertimbangkan kualitas ini sebagai bentuk penyesuaian terhadap spesifikasi dan sebagai suatu konsep abstrak yang dapat dibagi menjadi suatu karakteristik produk tertentu. Berdasarkan pada sudut pandang kualitas perangkat lunak, maka diperlukan suatu kerangka kerja yang dapat digunakan untuk acuan dalam pengukuran kualitas perangkat lunak. Dalam konteks rekayasa perangkat lunak, metrik adalah cara umum untuk mengukur kualitas perangkat lunak. Metrik diklasifikasikan menjadi beberapa hal penting, yaitu produk, proses dan sumber daya. Sementara metrik mendukung pengukuran dari sisi aspek kualitas. Untuk mendapatkan laporan yang rasional dari metrik-metrik tersebut, model kualitas diperlukan untuk mendefinisikan karakteristik yang berbeda dan sesuai dengan subkarakteristik yang berhubungan dengan kualitas software. ISO IEC 25023 adalah standar menggambarkan model kualitas untuk mengukur kualitas dari produk perangkat lunak. METODE PENELITIAN Pada bagian ini akan dijelaskan tentang alur atau proses yang akan dilakukan dalam melakukan penelitian. Proses – proses apa saja yang harus dilalui dalam melakukan pengukuran kualitas perangkat lunak berdasarkan standar ISOEIC 25023 dapat direpresentasikan dalam Gambar 1.

2.1 Pengumpulan Data

Pada tahap pengumpulan data ini terdapat tiga sub proses yang harus dilalui. Rangkaian sub proses yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: a. Menentukan indikator pengukuran. Dalam proses ini yang dilakukan adalah menentukan indikator penilaian kualitas perangkat lunak sesuai dengan Standar ISOEIC 25023. Indikator pengukuran disesuaikan dengan karakteristik dan sub karakteristik yang sudah ada pada Standar ISOEIC 25023 dapat dilihat seperti pada gambar 2. Berdasarkan pada model kualitas eksternal dan internal perangkat Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 496 lunak yang terdapat pada Gambar 2, pada penelitian ini juga dijelaskan secara detail tentang karakteristik dan sub karakteristik berdasarkan Standar ISOEIC 25023 pada Tabel 1. b. Menentukan metode pengumpulan data Setelah mempelajari karakteristik dan sub karakteristik ukuran kualitas serta sudah mengetahui pertanyaan-pertanyaan apa saja yang dapat diajukan, maka langkah selanjutnnya adalah proses eksplorasi data. Eksplorasi atau pengumpulan data dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah dengan metode kuesioner, wawancara dengan para stakeholder, maupun dengan mempelajari beberapa dokumentasi yang berhubungan dengan perangkat lunak yang akan diukur kualitasnya. Gambar 2. Alur Proses Pengukuran Kualitas Perangkat Lunak Berdasarkan Standar ISOEIC 25023 Menentukan Indikator Pengukuran Kualitas Berdasarkan Standar ISO EIC 25023 Menentukan Metode Pengumpulan data Pengumpulan Data Menentukan fungsi pengukuranmetode pengukuran Perhitungan berdasarkan fungsi metode pengukuran Persiapan data Eksplorasi Data Sesuai Dengan Indikator Capaian Identifikasi Hasil Pengukuran Sesuai dengan Indikator Membandingkan pengukuran yang diperoleh dengan target Analisis Data PER A N G K A T L U N A K - Berdasarkan sifat - Demontrasi Validasi Hasil ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 497 c. Eksplorasi data sesuai dengan indikator capaian Pada tahap ini adalah tahap pengumpulan data agar diperoleh jawaban-jawaban yang mampu digunakan untuk menilai kualitas suatu perangkat lunak. Gambar 2. Model Kualitas Eksternal dan Internal Perangkat Lunak – ISOEIC 25023

2.2 Persiapan Data

Tahap persiapan data atau sering disebut dengan data preparation, dilakukan dalam dua tahapan, yaitu : a. Menentukan metode pengukuran b. Perhitunganpengolahan data berdasarkan pada metode pengukuran

2.3 Analisis Data

Tahap analisis data dilakukan dalam dua tahapan, yaitu : a. Identifikasi hasil pengukuran sesuai dengan target indikator b. Membandingkan hasil pengukuran dengan target

2.4 Validasi Data

Tahap validasi dilakukan untuk mengecek apakah hasil pengukuran sudah sesuai dengan yang semestinya atau belum. Validasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yang pertama dapat dilakukan dengan menggunakan sifat. Tiap sub karakteristik yang akan diukur apabila sudah mendapatkan hasil pengukuran, akan dicocokkan berdasarkan sifatnya. Misalnya : Kualitas perangkat lunak berdasarkan pada karakteristik Reliability, maka sifat-sifat yang dapat digunakan untuk memvalidasi hasil kualitasnya adalah random error. Reliability adalah kehandalan. Jadi perangkat lunak harus memiliki sifat random error , untuk mengetahui seberapa tingkat kehandalannya. Cara yang kedua untuk memvalidasi hasil pengukuran adalah dengan cara Kualitas Internal dan Eksternal Suitability Efficiency Compatability usability Reliability Security Maintanability Portability - Completeness - Correctness - Appopriateness - Time behavior - Resource utilisation - Capacity - Co-existence - Interoperability - Appropriateness recognisability - Learnability - Operability - User error protection - User Interface Aesthetics - Accessibility - Maturity - Availability - Fault Tolerance - Recoverability - Confidentiality - Integrity - Non-repudiation -Accountability - Authenticity - Modularity - Reusability - Analysability - Modifiability - Testability - Adaptability - Installability - Replaceability Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 498 menunjukkandemontrasivisitasi. Jadi seorang auditor harus melihat atau ditunjukkan secara langsung hasil ukuran berdasarkan pada karakteristiksub karakteristik suatu perangkat lunak. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dijelaskan secara rinci bagaimana tahapan yang harus dilalui yaitu pada bagian metode penelitian, maka dalam bagian ini akan ditunjukkan hasil yang diperoleh dari riset ini.

3.1 Atribut Pengukuran Kualitas Perangkat lunak

Berdasarkan pada standar ISOEIC 25023, Atribut-atribut yang sesuai dengan sub karakteristik suatu perangkat lunak dapat dilihat seperti yang ada pada Tabel 1 Tabel 3. Atribut Pengukuran Kualitas Perangkat Lunak Berdasarkan Standar ISOEIC 25023 Karakteristik Sub karakteristik ID Atribut Suitability Completeness C1.1 Jumlah fungsionalitas dalam perangkat lunak yang sudah diimplementasikan Correctness C1.2 Correctness, akurasi komputasional, konsistensi antara hasil dari suatu proses manual dengan komputerisasi Appropriatenes C1.3 Kepatutankelayakan fungsinalitas dalam perangkat lunak Efficiency Time Behaviour C2.1 Rata-rata waktu respon response time, rata-rata waktu proses processing time, rata-rata waktu perubahan turnaround time Resource Utilisation C2.2 Rata-rata CPU utilization, rata-rata memory utilization, rata-rata IO device utilization Capacity C2.3 Jumlah Maks online request yang dapat diproses dalam satu waktu, jumlah Maks user dapat mengakses perangkat lunak secara serentak, berapa jumlahbatasan bandwith yang ditransmisikan misalnya untuk memenuhi suatu fungsionalitas tertentu ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 499 Compatability Co-existance C3.1 Available co-exixtance seberapa fleksibel perangkat lunak ini berinteraksi dengan produk lain tanpa memberikan efek yang buruk satu sama lainnya Interoperability C3.2 Connectivity dengan eksternal system, Data exchangeability Usability Appropriatenes recognisability C4.1 Description completeness, Demontration capability Learnability C4.2 Completeness of user documentation andor help facility Operability C4.3 Operational consistency, message clarity, customizing possibility User error protection C4.4 Input validity checking, Avoidance of Incorrect operation User Interface Aesthetic C4.5 Appearance customizability of user interface Accessibility C4.6 Physical accessibility Security Maturity C5.1 Fault removal, Test coverage, Mean time between failures MTBF Availability C5.2 Service time ratio, mean down time Fault Tolerance C5.3 Failure avoidance, redundancy componens Recoverability C5.4 Mean recovery time Reliability Confidentiality C6.1 Access controllability, data encryption Integrity C6.2 Data corruption prevention Non-repudiation C6.3 utilization of digital signature Accountability C6.4 Access auditability Authenticity C6.5 Authentication methods Maintanability Modularity C7.1 Condensability Reusability C7.2 Execution of reusability Analysability C7.3 Audit trail capability, Diagnosis function sufficiency Modifiability C7.4 Localization degree of correction impact, Modification complexity, Modification success rate Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 500 Testability C7.5 Functional completeness of embedded test functions, Autonomous testability, Test restartability Portability Adaptability C8.1 Hardware environmental adaptability, System software environmental adaptability, Organisational environment adaptability Instalability C8.2 Installation time efficiency, Ease of installation Replaceability C8.3 User support function consistency, Functional inclusiveness, Continuous usage of data

3.2 Format Untuk Mendokumentasikan Ukuran Kualitas.

Dalam melakukan pengukuran, informasi-informasi yang diperlukan untuk kebutuhan dokumentasi adalah seperti berikut ini :  Nama Ukuran Kualitas : Tiap fungsional ukuran kualitas harus mempunyai nama yang unik dan memiliki identitas misalnya nomor urut. Fungsional ukuran kualitas dapat diturunkan dari sub karakteristiknya.  Deskripsi : maksud dari deskripsi disini misalnya adalah dengan membuat pertanyaan tentang aplikasi yang akan diukur sesuai dengan karakteristiksub karakteristiknya.  QMEs : elemen-elemen ukuran kualitas yang relevan, digunakan sebagai input untuk ukuran kualitas.  Satuan : Satuan ukuran, misalnya : size, jumlah, jam  Fokus Pengukuran : Fungsionalitas yang diukurobjek dalam perangkat lunak itu sendiri Berdasarkan pada komponen-komponen informasi yang harus ada dalam format dokumentasi ukuran kualitas, dapat diperlihatkan contohnya seperti yang terdapat pada Tabel 2. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 501 Tabel 2. Contoh Format Dokumentasi Pengukuran Kualitas Perilaku Waktu Time Behaviour Ukuran Kualitas Deskripsi QMEs Satuan Fokus Pengukuran Rata-rata waktu respon Durasi dari misal: pertama command dijalankan sampai pada mulainya respon pertama kalinya. A = waktu command dijalankan B = waktu respon pertama diterima waktu Fungsi unggah dokumenfile KESIMPULAN Penelitian ini menjelaskan tentang sebuah kerangka kerja atau alur kerja yang digunakan untuk melakukan pengukuran kualitas perangkat lunak berdasarkan standar ISOEIC 25023. Dengan menggunakan standar ISOEIC 25023 ini akan dapat diketahui komponen-komponen apa saja yang dapat digunakan sebagai parameter-parameter standar pengukuran kualitas perangkat lunak. Dalam standar pengukuran didetailkan karakteristik yang mampu mewakili performansi dari suatu perangkat lunak. Berdasarkan karakteristik yang diada akan didetailkan lagi menjadi sub karakteristik, dan dari sub karakteristik ini akan dijelaskan pula atribut-atribut apa saja yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas sehingga mendapatkan hasil pengukuran kualitas perangkat lunak. DAFTAR PUSTAKA [1] X.Michalis.2001.“Usability Perspective in Software Quality”. Proceedings of the 8th Panhellenic Conference on Informaticswith international participation, Vol. 2, pp. 523- 529,Cyprus [2] M.Azuma et all. 2011.”Systems and software engineering – Systems and software Quality Requirements and Evaluation SQuaRE – Measurement of system and software product quality”. Draft Project for Sydney internal meeting, JTC1SC7WG6. [3] A.Abran et all.” Iso-Based Models To Measure Software Product Quality”. pp.1-29 [4] R.N.T.Shanty, R.Nindyasari.2011.”Pengukuran Kualitas Usability Terhadap Komponen Perangkat Lunak Menggunakan Fuzzy ANP Berdasarkan Standar ISOEIC 25023” Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 502 IDENTIFIKASI VARIASI RESPON DARI PENGGUNA TWITTER FOLLOWERS TERHADAP BERITA KICAUAN AKUN JURNALISTIK Siti Nurmardia Abdussamad 1 , Ria Amora 1 , Akhmad Fauzy 2 1 Mahasiswa Program Studi Statistika, FMIPA UII Yogyakarta 2 Dosen Program Studi Statistika, FMIPA UII Yogyakarta ityabdussamad04yahoo .com ABSTRAK Salah satu trend utama di bidang jurnalisme online adalah kemunculan berbagai macam akun twitter media massa di Indonesia, seperti detikcom, Metro_TV, tribunnews yang telah mulai menyampaikan berita kicauan melalui akun jejaring sosial twitternya. Karena Indonesia menempati posisi kelima dunia pengguna twitter terbanyak, maka perlu dilihat berita dengan topik seperti apakah yang banyak direspon pengguna twitter di Indonesia, respon yang dimaksud dapat berupa postingan ulang twit berita tersebut retweet atau memberikan komentar pada berita. Respon ini dapat diperlihatkan menggunakan wordcloud atau awan kata yang mana akan menunjukan kumpulan kata dalam suatu data dimana kata dengan kuantitas atau frekuensi lebih banyak akan dimuat dengan ukuran lebih besar. Melalui aplikasi R dengan packagesnya twitteR dan ROAuth memungkinkan kita untuk mengambil data timeline dari akun twitter dalam kasus ini akun detikcom,Metro_TV, tribunnews yang memuat berita dalam keseluruhan twitnya yang kemudian dibandingkan variasi respon berita tersebut Dilihat dari wordcloud yang dihasilkan untuk berita pada tanggal 25 Januari 2015 dapat dikatakan terdapat variasi topik dari respon twitter di tiap akunnya, pada akun detikcom banyak direspon mengenai masalah menteri Susi, pada akun metrotv banyak direspon mengenai masalah kucuran dana 1 miliar yang dibatalkan, dan pada akun tribunnews banyak direspon mengenai masalah antara KPK,Polri, dan Jokowi. Kata kunci :detikcom, metrotv, tribunnews, twitter, berita, indonesia ABSTRACT One of the major trends in the field of online journalism is the emergence of a wide range of twitter accounts of mass media in Indonesia, such as detikcom, Metro_TV, tribunnews who has started delivering news tweets through twitter social networking accounts. Because Indonesia is the worlds fifth most twitter users, it is necessary to see the news on topics such as what many twitter users in Indonesia responded, the response in question can be re-tweet the news post retweet or leave a comment on the news. This response can be demonstrated using the word cloud wordcloud or where it will show a collection of words in the data where the word with more quantity or frequency will be loaded with a larger size. Through the application of R with packagesnya Twitter and ROAuth allows us to retrieve the data timeline of twitter in this case accounts AFP Metro_TV, Tribunnews which carries news in the overall twitnya were then compared variations in response to the news Judging from wordcloud generated for news on January 25 2015 can be said there is a variety of topics from the response twitter in each account, the account AFP lot of response on the issue of ministerial Susi, on account Metro a lot of response on the issue of funding of 1 billion were canceled, and on account Tribunnews many responded on the matter between the Commission, the Police, and Jokowi. Keywords : detikcom, metrotv, tribunnews, twitter, news, indonesia ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 503 PENDAHULUAN Berita merupakan sesuatu yang baru dan diinformasikan kepada khalayak banyak. Menurut J.B Wahyudi : berita adalah sebuah uraian tentang fakta dan atau pendapat yang mengandung nilai berita dan yang sudah disajikan melalui massa periodik. Menurut Amak Syarifuddin : Berita adalah suatu laporan kejadian yang ditimbulkan sebagai bahan yang menarik perhatian publik media massa.Menurut Willard C. Bleyer : Berita adalah sesuatu yang termasa baru yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar. Karena itu ia dapat menarik atau mempunyai makna bagi pembaca surat kabar, atau karena dapat menarik pembaca - pembaca tersebut.Menurut, Dean M.Lyle Spencer : berita adalah kenyataan atau ide yang benar dan dapat menarik perhatian sebagian besar pembaca. Menurut kamus komunikasi : berita adalah laporan mengenai hal atau peristiwa yang baru terjadi, menyangkut kepentingan umum dan disiarkan secara cepat oleh media massa : surat kabar, majalah, radio siaran, televisi siaran. Dari beberapa definisi atau batasan tentang berita itu, pada prinsipnya ada beberapa unsur penting yang harus diperhatikan dari definisi tersebut. Yakni: Laporan kejadian atau peristiwa atau pendapat yang menarik dan penting disajikan secepat mungkin kepada khalayak luas. sumber: http:kries07.blogspot.com. Dengan membaca dan mengetahui berita kita dapat menjadi orang yang peka terhadap isu-isu yang terjadi di lingkungan. Twitter adalah sebuah situs web yang dimiliki dan dioperasikan oleh Twitter Inc., yang menawarkan jaringan sosial berupa microblog sehingga memungkinkan penggunanya untuk mengirim dan membaca pesan yang disebut tweets. Twitter memang sedang menjadi media yang sedang digandrungi oleh masyarakat. Para pengguna internet menggantungkan diri pada situs-situs online untuk memperoleh berita. Dua sampai tiga pengguna internet mengakses situs untuk mendapatkan berita terbaru setiap minggunya dan media sosial merupakan tempat atau sarana untuk menghubungkan manusia untuk berinteraksi dalam media sosial dalam Ardianto,2009:149. Dapat dilihat bahwa hampir semua orang memiliki akun twitter saat ini, jadi penyampaian berita melalui twitter menjadi salah satu strategi yang tepat. Menurut Dan Gillmor, seorang ahli di bidang citizen journalism, twitter effect bukan hanya merubah bagaimana masyarakat berkomunikasi, selama peristiwa krisis, tetapi juga bagaimana perusahaan media besar mencakup itu semua. Selain itu, twitter effect ini membuat anda bisa melakukan live reporting tanpa harus ada seorang reporter, dengan pengumpulan berita newsgathering yang sederhana menggunakan user generated content yang tersedia online. Twitter juga bisa memberikan jangkauan yang lebih mendalam dari suatu berita, seperti bencana alam, Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 504 kasus HAM, dan berbagai macam fenomena lainnya. Pengaruh yang sangat besar yakni karena penggunaan twitter ini bisa menjadikan seorang jurnalis bisa menjadi yang pertama dalam memberikan pemberitaan dan menjadi yang pertama dalam memberikan sebuah informasi. Sumber : http:m.kompasiana.compostread4393851jurnalistweet.html . Menurut data yang dilansir situs Semiocast Dot Com, jumlah pengguna twitter di Indonesia mencapai 19,5 juta orang. Jumlah tersebut menempati posisi kelima dunia. Oleh karena banyaknya pengguna twitter di Indonesia, memicu adanya variasi respon dari pengguna twitter terhadap berita- berita yang disampaikan oleh akun jurnalistik. Variasi respon dari pengguna twitter tersebut seperti contohnya lebih banyak respon pada berita olahraga dan politik pada akun detikcom, sedangkan pada akun metrotv lebih banyak respon pada berita politik dibanding berita olahraga, ataupun variasi lainnya. Detikcom, Metro_TV, Tribbunnews merupakan situs berita terpopuler di Indonesia yang sudah melaksanakan tugasnya untuk menyampaikan berita di Indonesia dan menjadi situs yang terdepan karena menyampaikan berita yang update breaking news. Server detikcom sebenarnya sudah siap diakses pada 30 Mei 1998, namun mulai datang dengan sajian lengkap pada 9 Juli 1998. Tanggal 9 Juli itu akhirnya ditetapkan sebagai hari lahir detikcom. Dengan bertumpu pada vivid description macam ini detikcom melesat sebagai situs informasi digital paling populer di kalangan users internet. Pada Juli 1998 situs detikcom per harinya menerima 30.000 hits ukuran jumlah pengunjung ke sebuah situs dengan sekitar 2.500 user pelanggan Internet. Sembilan bulan kemudian, Maret 1999, hits per harinya naik tujuh kali lipat, tepatnya rata-rata 214.000 hits per hari atau 6.420.000 hits per bulan dengan 32.000 user. Pada bulan Juni 1999, angka itu naik lagi menjadi 536.000 hits per hari dengan user mencapai 40.000. Terakhir,hits detikcom mencapai 2,5 juta lebih per harinya. sumber : http:id.wikipedia.orgwikiDetikcom. Untuk menjaga kredibilitas detikcom sebagai situs berita yang terdepan dalam hal berita- berita baru. Maka detikcom merilis sebuah akun twitter, dimana dengan adanya akun tersebut, detik.com dapat memposting topik berita dengan disertai link menuju halaman berita yang ada dalam situs detik.com. Banyak media yang bisa dijadikan sebagai media publikasi berita dari detik.com tetapi detik.com dan akun jurnalistik lainnya mempunyai alasan menjadikan twitter sebagai salah satu tempat publikasi berita, ini dikarenakan masyarakat sekarang umumnya lebih suka membaca berita online dibandingkan membaca berita yang ada di media cetak dan juga Indonesia termasuk Negara dengan pengguna twitter terbanyak di dunia. Ini memperjelas dengan ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 505 kondisi yang ada di Indonesia bahwa hampir semua masyarakat Indonesia memiliki akun twitter baik di kalangan tua, remaja, maupun anak-anak. Alasan lainnya yakni twitter saat ini merupakan sebuah alat yang memberikan kemudahan akses berita dimana saja dengan melalui smartphone, tab, laptop, dan perangkat lainnya. Berita yang ditwitkan oleh akun detikcom memiliki banyak ragam dan variasi berita mulai dari berita olahraga, berita seputar artis, berita bencana, dan berita-berita lain tentang informasi dari kehidupan sehari-hari. Metro TV adalah sebuah stasiun televisi swasta Indonesia yang didirikan oleh PT Media Televisi Indonesia. Stasiun ini resmi mengudara sejak 25 November 2000 di Jakarta. Aasan pembuatan akun twitter dari Metro TV sama halnya seperti akun detikcom yakni dikarenakan perkembangan teknologi yang membuat masyarakat lebih senang membaca berita lewat online dan dikarenakan Indonesia merupakan Negara pengguna twitter terbanyak maka Metro TV memilih twitter sebagai akun dari publikasi berita Metro TV. Sumber : http:id.wikipedia.orgwikiMetroTV . Metro TV ini merupakan akun jurnalistik dengan follower terbanyak kedua setelah detik.com yakni dengan follower sebanyak 6,54M. Berita yang ditwitkan oleh akun metro TV ini juga hampir sama dengan akun-akun jurnalistik lainnya yakni berita tentang olahraga, seputar artis, dan lain sebagainya. Tribunnews.com adalah situs berita online yang dipublikasikan oleh PT. Indopersda Primamedia. Situs berita ini menyediakan berbagai macam berita yang terjadi baik itu berita lokal, nasional, hingga internasional secara aktual dan cepat. Tribunnews menyediakan wadah bagi masyarakat untuk ikut serta dalam berbagi informasi ataupun menyampaikan gagasan dan pengalaman empiris yang bermanfaat bagi kehidupan bangsa melalui dua rubric Tribunnews yaitu Tribuners dan Citizen Reporter. Tribunnews terbentuk pada tanggal 21 Maret 2010. Tribunnews juga menyediakan berita dalam bentuk digital paper yaitu Koran yang terbit secara online dalam format digital. Sesuai dengan perkembangan zaman, tribunnews juga menyediakan tribunnews mobile dengan alamat m.tribunnews.com sehingga memudahkan para pembaca dan memungkinkan untuk memperoleh berita dimanapun dan kapanpun. Sumber : http:id.wikipedia.orgwikiTribunnews . Maka melalui penelitian ini, akan dilihat berita dengan topik apakah yang paling banyak direspon oleh pembaca melalui retweet atau pemberian komentar pada berita yang ditwit-kan oleh akun detikcom, metrotv, dan tribunnews dengan menggunakan wordcloud awan kata dan dibandingkan apakah terdapat variasi respon berita terhadap ketiga akun jurnalistik tersebut. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 506 Rumusan masalah dari penelitian ini yakni topik berita apakah yang paling direspon oleh pengguna twitter pada akun jurnalistik : detikcom, Metro_TV, dan tribunnews, dan apakah terdapat variasi respon berita oleh pengguna twitter kepada tiga akun jurnalistik tersebut. Batasan dari penelitian ini yakni hanya dibatasi pada tiga akun twitter jurnalistik yaitu detikcom, Metro_TV, dan tribunnews. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan mengetahui berita-berita yang paling direspon oleh follower pembaca dari akun twitter detikcom, kompastv, dan tribunnews dalam satu hari yang sama serta melihat variasi dari respon berita tersebut sehingga akan dijadikan bahan pertimbangan bagi para akun jurnalistik untuk dapat memberikan informasi dan berita dengan topik-topik yang hangat dibicarakan. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan materi dalam data mining yakni text mining. Text mining memiliki berbagai jenis analisis, untuk analisis dari penelitian ini digunakan analisis twittermining. Penelitian ini menggunakan output berupa wordcloud yang kemudian di interpretasikan menggunakan statistika deskriptif dengan melihat modus kata yang keluar. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data timeline setiap tweet dari akun jurnalistik yakni akun detikcom, metrotv, dan tribunnews dalam satu hari yaitu pada tanggal 25 januari 2015 dengan batasan 1500 tweet di tiap akunnya yang kemudian dari data tweet tersebut dibuatkan wordcloud untuk dilihat topik berita yang paling direspon pada tiga akun berita tersebut dan variasi respon pengguna twitter terhadap berita tersebut. Akun yang diambil sebagai penelitian merupakan akun dengan follower terbanyak dan merupakan akun jurnalistik yang sudah dikenal oleh masyarakat pengguna twitter. Wordcloud yang didapatkan dari analisis twittermining untuk melihat kata yang paling sering keluar dalam timeline tersebut. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 507 HASIL DAN PEMBAHASAN a. Wordcloud detikcom 25 Januari 2014 Gambar 1.Wordcloud detikcom Dilihat pada wordcloud diatas terlihat kata yang paling banyak keluar pada timeline akun detikcom pada tanggal 25 Januari 2015 adalah kata “menteri”. Kata menteri ini berasal dari berita Menteri Susi yang berhasil menangkap 1 kapal Vietnam yang mencuri ikan hiu di Raja Ampat. Berita ini berita yang menarik sehingga, berita ini mendapat respon terbanyak oleh pengguna twitter. Kemudian berita yang direspon paling banyak kedua adalah berita tentang Iwan Fals, Superman is Dead, Gigi, Kotak, Nidji yang akan melaksanakan konser di GWK Bali, berita ini juga mendapatkan retweet terbanyak dan komentar terbanyak yang mana menanyakan kapan akan dilaksanakan konser, dan pertanyaan lainnya. Kemudian berita dengan respon cukup besar lainya adalah berita informasi tentang permasalahan “tanggul sunter yang dijebol, Ahok SMS Menteri PU : Kontraktor anda brengsek” sedangkan berita lainnya yang juga direspon oleh pengguna twitter yakni berita kisruh permasalahan antara KPK dan Polri, seperti yang kita tahu bahwa berita KPK dan Polri Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 508 memang lagi hangat dibicarakan awal tahun 2015 ini. Dapat dilihat dari wordcloud akun detik.com ini bahwa dapat dikatakan terdapat variasi respon berita pada akun detik.com pada tanggal 25 Januari 2015, yakni yang mendominasi banyak respon dari pengguna twitter adalah berita tentang menteri Susi. Kemudian disusul dengan berita tentang artis yakni berita pelaksanaan konser dari beberapa artis yang akan dilaksanakan di Bali. Tidak kalah juga, berita gubernur DKI Jakarta Ahok yang marah-marah mengenai tanggul sunter yang dijebol dan tidak ketinggalan berita KPK vs Polri yang memang awal tahun 2015 ini menjadi berita hangat yang dibicarakan oleh rakyat Indonesia.

B. Wordcloud Metro TV 25 januari 2014

Gambar 2. Wordcloud akun metroTV Dapat dilihat pada wordcloud akun metroTV pada tanggal 25 Januari 2015 bahwa berita yang mendominasi yakni berita tentang tiap desa batal mendapatkan kucuran dana Rp. 1 miliar, dimana pada tanggal tersebut memang heboh akan pemberitaan pembatalan kucuran dana yang harusnya diterima tiap desa. Berita dengan respon terbanyak selanjutnya ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 509 yakni berita KPK, seperti yang diketahui bahwa berita KPK dan Polri sudah menjadi pembicaraan awal tahun 2015 ini maka, tidaklah heran berita ini masih menjadi topik hangat yang dibicarakan. Berita politik memang memiliki ketertarikan khusus bagi pembaca berita dilihat dengan kondisi politik di Indonesia. .

C. Wordcloud Tribbun News 26 januari 2014

Gambar 3. Wordcloud akun tribunnews Pada Wordcloud akun tribun news tanggal 25 januari topik yang paling banyak direspon terlihat dari kata “KPK”, “Polri”, dan “Jokowi” ketiga kata tersebut muncul dari berita tentang pidato Jokowi di Bogor yang dianggap tidak selesaikan konflik KPK dan Polri. Berita ini menjadi berita terhangat dan paling banyak direspon pada akun tribunnews. Selanjutnya, berita kedua paling direspon pada hari tersebut adalah kata-kata yang dituliskan dengan warna kuning tua yakni berita tentang Bambang Widjojanto wakil KPK yang mendapat dukungan dari masyarakat Indonesia. Kemudian, berita lainya yang mendapat respon cukup banyak adalah berita Kolombia yang menangi Final Miss Universe dan untuk berita-berita lainnya yakni berita pendukung gerombolan ISIS bikin konvoi di Makassar. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 510 Dapat dilihat dari wordcloud akun tribunnews ini bahwa dapat dikatakan terdapat variasi respon berita pada akun tribunnews pada tanggal 25 Januari 2015, yakni yang mendominasi banyak respon dari pengguna twitter adalah berita masalah politik tentang permasalahan KPK, Polri dan Jokowi yang mana menyangkut dengan pidato Jokowi yang dianggap tidak menyelesaikan konflik antara KPK dan Polri. Kemudian disusul masih dengan berita tentang politik yakni berita Bambang Widjojanto. Dan disusul dengan berita luar yakni mengenai pemenang final Miss Universe KESIMPULAN Hasil analisis yang ditemukan pada penelitian identifikasi variasi Respon dari Pengguna Twitter Followers terhadap Berita Kicauan Akun Jurnalistik adalah sebagai berikut : a. Pada tanggal 25 Januari 2015, pada akun detikcom pengguna twitter lebih tertarik pada berita Menteri Susi sedangkan pada akun Metro_tv pengguna twitter lebih tertarik pada berita pembatalan kucuran dana 1 miliar di tiap desa dan pada akun tribbunnews pengguna twitter lebih tertarik pada berita pidato Jokowi di Bogor yang dianggap tidak memberikan solusi terhadap permasalahan KPK dan Polri. Dengan adanya perbedaan dari topik tiap akun maka dapat dikatakan bahwa terdapat variasi respon dari pengguna twitter terhadap berita yang dikabarkan oleh ketiga akun jurnalistik tersebut. b. Dapat dilihat dari perbandingan ketiga wordcloud tersebut, sehingga dapat dikatakan terdapat berbagai macam variasi respon berita dari pengguna twitter meskipun berita-berita di update pada hari sama. Variasi respon dari pengguna twitter ini ada karena ketertarikan minat dari pengguna twitter untuk membaca berita yang dianggapnya lebih penting. . c Meskipun terdapat variasi respon dari pengguna twitter terhadap berita yang disampaikan oleh akun jurnalistik tetapi dapat dilihat pada masing-masing akun memiliki 1 kesamaan yakni respon pada berita permasalahan KPK dan Polri meskipun presentasi banyaknya respon di tiap akunnya berbeda. Untuk berita KPK dan Polri didominasi oleh akun tribunnews kemudian diikuti oleh akun metrotv. Berita politik ini menjadi daya tarik tertentu bagi pembaca karena melihat keadaan kondisi politik yang ada di Indonesia. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 511 UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- nya sehingga paper yang berjudul “Identifikasi Variasi Respon Dari Pengguna Twitter Followers Terhadap Berita Kicauan Akun Jurnalistik ” dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak, baik berupa saran, bimbingan maupun bantuan lainnya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 9. Bapak Prof Akhmad Fauzy yang selalu bersedia menerima mahasiswanya untuk berkonsultasi, kemudian memberikan arahan dan saran agar mahasiswanya lebih terarah dalam menyusun paper ini. 10. Teman-teman yang selalu memberikan dukungan dan semangat selama penelitian dilakukan. Semoga Allah SWT akan selalu memberi rahmat dan anugerah-Nya kepada mereka semua tanpa henti. DAFTAR PUSTAKA Giudici, Paolo. 2013. Applied Data Mining: Statistical Methods for Business and Industry. England: Wiley. Liu, Bing. 2007. Web Data Mining: Exploring Hyperlik, content, and Usage Data. New York: Springer. Aditya Rizky, http:kries07.blogspot.com, diakses pada 23 januari 2015 http:trik-online.comtrik-membuat-awan-kata-word-clouds-dengan-wordle, diakses pada 23 januari 2015 http:id.wikipedia.orgwikiDetikcom diakses pada 23 januari 2015 http:id.wikipedia.orgwikiKompasTV diakses pada 25 Januari 2015 http:id.wikipedia.orgwikitribunnews diakses pada 25 Januari 2015 http:m.kompasiana.compostread4393851jurnalistweet.html diakses pada 26 Januari 2015 http:lecturer.eepis-its.edu diakses pada 26 Januari 2015 Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 512 IMPROVING TEACHERS’ PERFORMANCE BY IMPLEMENTING DISCIPLINARY ACTIONS IN THE PROCESS OF TEACHING AND LEARNING A School Action Research Sudilah, Sumiyono SMAN 1 Sedayu Email: sudilahut.ac.id ABSTRAK Artikel ini ditulis berdasarkan hasil penelitian tindakan sekolah SAR, dilakukan dengan guru SMAN 1 Sedayu, di 2013.The bertujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kinerja guru, dengan fokus pada pelaksanaan disiplin dalam mereka proses belajar mengajar. Tiga indikator diambil sebagai disiplin guru adalah waktu 1 guru memasuki kelas, 2 guru meninggalkan kelas selama kegiatan belajar, dan 3 guru meninggalkan kelas sebelum kelas selesai. Pengamatan sebelum acara aksi: 1 guru memasuki kelas dengan toleransi 2 menit, tingkat keterlambatan mencapai 27, dan tingkat toleransi 5 menit dari 13,2 delay. 2 guru yang meninggalkan kelas selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan toleransi 5 terkandung 4,54, dan dengan toleransi 15 menit ada 2.54. 3 guru meninggalkan kelas awal sebelum jam sekolah berjalan lebih dari 2 menit 11, dan lebih dari 5 menit 6,7. Kondisi di atas diperlukan tindakan dalam pembangunan berkelanjutan. Penelitian ini dimulai dari penyusunan perencanaan, sosialisasi dan implementasi dalam bentuk tindakan disiplin guru mata pelajaran selama proses pembelajaran. Hasil tercermin tindakan antara peneliti dan kolaborator untuk evaluasi dan perencanaan tindakan pada siklus berikutnya. Kegiatan ini harus diulang sampai hasil refleksi dan evaluasi mencapai hipotesis penelitian sekolah terpenuhi. Hipotesis tindakan set penelitian: peningkatan kehadiran guru di kelas dengan toleransi 5 menit jatuh ke bawah 4, guru meninggalkan kelas selama proses pembelajaran dengan toleransi 5 menit berkurang menjadi di bawah 3 dan guru meninggalkan kelas sebelum waktu jam pelajaran berjalan dengan waktu toleransi 2 menit turun ke bawah 3. Setelah refleksi pada siklus II diperoleh: kehadiran guru di kelas dengan toleransi 5 menit ke 2,49, guru meninggalkan kelas selama proses pembelajaran dengan toleransi 5 menit berkurang menjadi 2,55 dan guru meninggalkan kelas sebelum pelajaran selesai dengan toleransi 2 menit ke 2,29. Dengan demikian hipotesis penelitian peningkatan kinerja melalui guru disiplin pembinaan dalam proses pembelajaran di SMA Negeri1 Sedayu dapat dipenuhi. Kata kunci: kinerja guru, disiplin, proses belajar mengajar ABSTRACT This article is written based on the results of a school action research SAR, done with the teachers of SMAN 1 Sedayu, in 2013.The aims of the study is to improve the teachers’ performance, with the focus on implementing discipline in their teaching and learning process. Three indicators taken as teachers’ discipline are the time 1 teachers entering the classroom, 2 teachers leaving the classroom during learning activities, and 3 teachers leave the class before the class is over. Observations before the action show: 1 the teacher entered the classroom with a tolerance of 2 minutes, the level of delays in reaching 27, and a 5-minute tolerance level of 13.2 delay. 2 teachers who leave the classroom during learning activities take place with a tolerance of 5 contained 4.54, and with a tolerance of 15 minutes there is 2.54. 3 teachers to leave class early before school hours runs over 2 minutes 11, and over 5 minutes 6.7. The above conditions required action in a sustainable development. The research starts from the preparation of ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 513 the planning, dissemination and implementation in the form of disciplinary action subject teachers during the learning process. Results reflected action between researchers and collaborators for evaluation and action planning in the next cycle. This activity is to be repeated until the result of reflection and evaluation reaches school research hypothesis is fulfilled. Hypothesis of action research sets: an increase in the presence of teachers in the classroom with a tolerance of 5 minutes fell to below 4, the teacher left the classroom during the learning process with a tolerance of 5 minutes is reduced to below 3 and the teacher left the classroom before time hour lesson runs with tolerance time of 2 minutes down to below 3. After reflection on the second cycle is obtained: the presence of the teacher in the classroom with a tolerance of 5 minutes down to 2.49, the teacher left the classroom during the learning process with a tolerance of 5 minutes was reduced to 2.55 and the teacher left the classroom before the lesson finished with a tolerance of 2 minutes down to 2.29. Thus the research hypothesis improved performance through coaching discipline teacher in the learning process in SMA Negeri1 Sedayu can be met. Key words: teacher performance, discipline, teaching and learning process PENDAHULUAN Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dalam lampiran tentang Pelaksanaan Rencana Kerja Bidang Kurikulum dan Kegiatan Pembelajaran diantaranya menyebutkan bahwa setiap guru bertanggungjawab terhadap mutu kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya dengan cara : a merujuk perkembangan pembelajaran mutakhir, b menggunakan metoda pembelajaran yang bervariasi, inovatif dan tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran; c menggunakan fasilitas, peralatan, dan alat bantu yang tersedia secara efektif dan efisien; d memperhatikan sifat alamiah kurikulum, kemampuan peserta didik, dan pengalaman belajar sebelumnya yang bervariasi serta kebutuhan khusus bagi peserta didik dari yang mampu belajar dengan cepat sampai yang lambat; e memperkaya kegiatan pembelajaran melalui lintas kurikulum, hasil-hasil penelitian dan penerapannya; dan f mengarahkan kepada pendekatan kompetensi agar dapat menghasilkan lulusan yang mudah beradaptasi, memiliki motivasi, kreatif, mandiri, mempunyai etos kerja yang tinggi, memahami belajar seumur hidup, dan berpikir logis dalam menyelesaikan masalah. Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pengelolaan sekolah. Sedang pengelolaan pembelajaran di kelas memiliki peran strategis dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, hasil penelitian Ann Bradley Zamroni, 2003 : 151 terhadap 1.000 siswa di New York Citymenunjukkan bahwa : Sebagian besar siswa malas belajar karena sekolah tidak disiplin dalam melaksanakan proses belajar mengajar; 80 siswa menyatakan sanggup belajar keras kalau semua proses belajar di sekolah berjalan secara tepat waktu, sesuai jadwal yang telah ditentukan. Dengan Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 514 kata lain penelitian tersebut menunjukkan bahwa kedisiplinan dalam proses belajar mengajar merupakan faktor penting yang dapat memicu dan memacu kesanggupan siswa untuk mengikuti pelajaran. Permasalahan yang sering dihadapioleh sekolah pada umumnya yang berkaitan dengan kinerja guru, termasuk di SMAN 1 Sedayuadalah kedisiplinan guru dalam proses belajar mengajar. Indikator ketidakdisiplinan guru dapat dilihat pada waktu a guru memasuki kelas, b guru meninggalkan kelas pada saat proses belajar mengajar, dan c guru meninggalkan kelas sebelum jam pelajaran berakhir. Atas dasar permasalahan itulah , sebagai seorang kepala sekolah, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan, sebagai wujud peningkatan mutu berbasis sekolah, dengan fokus peningkatan kinerja guru melalui pembinaan kedisiplinan dalam proses belajar mengajar. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, permasalahan yang disampaikan dalam penelitian ini adalah : “ Apakah kinerja guru SMA Negeri 1 Sedayu dapat ditingkatkan melalui implementasi pembinaan kedisiplinan dalam proses be lajar mengajar” “ Bagaimana meningkatkan kinerja guru SMAN 1 Sedayu melalui implementasi pembinaan kedisiplinan dalam proses belajar mengajar?” LANDASAN TEORI Sebagai rujukan pelaksanaan penelitian ini, berikut ini akan dipaparkan hal-hal yang berkenaan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah, budaya atau kultur sekolah, kinerja guru, dan kedisiplinan. 1. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Ada beberapa sumber yang dapat disampaikan di sini tentang manajemen berbasisis sekolah. Mollen, Ogawa dan Kranz, Ibtisan Abu Duhou, 2003 : 16 menyatakan bahwa manajemen berbasis sekolah secara konsepsual dapat digambarkan sebagai suatu perubahan formal struktural penyelenggaraan, sebagai suatu bentuk desentralisasi yang mengidentifikasi sekolah itu sendiri sebagai unit utama peningkatan serta bertumpu pada redistribusi kewenangan pembuatan keputusan sebagai sarana penting yang dengannya peningkatan dapat didorong dan ditopang. Menurut Edmond Kemendiknas, Akuntabilitas Kinerja Kepala Sekolah Dalam Pembelajaran Inovatif, 2012 :608 manajemen mutu berbasis sekolah merupakan pendekatan baru dalam pengelolaan pendidikan ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 515 yang lebih menekankan pada kemandirian dan kreativitas sekolahsatuan pendidikan. Konsep ini diperkenalkan oleh teori Effective School yang memfokuskan diri pada perbaikan proses pendidikan. Ciri dari konsep manajemen mutu berbasis sekolah antara lain : 1 lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan tertib; 2 sekolah memiliki visi, misi, dan target mutu yang ingin dicapai; 3 sekolah memiliki manajerial yang kuat; 4 adanya harapan yang tinggi dari personal sekolah kepala sekolah, guru, dan staf lainnya termasuk siswa untuk berprestasi; 5adanya pengembangan staf sekolah yang terus-menerus sesuai tuntutan kebutuhan dan IPTEK; 6 adanya pelaksanaan evaluasi yang terus-menerus terhadap berbagai aspek akademik, dan administratif, dan pemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaanperbaikan mutu; serta 7 adanya komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua muridmasyarakat. Itulah yang dimaksud dengan manajemen mutu berbasis sekolah, yang intinya adalah semua yang ingin diraih oleh sekolah harus direncanakan, dilaksanakan, dievaluasi oleh pihak sekolah yang meliputi guru, siswa, staf, kepala sekolah, orangtua murid, dan dewan sekolah. 2. Kultur Sekolah Mutu sekolah berkaitan erat dengan tiga aspek pokok, yaitu : 1 Proses belajar mengajar, 2 manajemen dan kepemimpinan sekolah, serta 3 kultur sekolah. Salah satu ciri manajemen mutu berbasis sekolah adalah terciptanya lingkungan yang aman, nyaman, dan tertib. Dengan kata lain bahwa untuk meningkatkan mutu sekolah harus diciptakan kultur sekolah yang mantab. Selanjutnya, masih berkenaan dengan kultur sekolah, Clifford Geertz Zamroni, 2003 : 1499,seorang antropolog mendifinisikan kultur sekolah sebagai pola pemahaman terhadap fenomena sosial, yang terekspresikan secara eksplisit maupun implisit. Kultur sekolah dapat kita pandang sebagai pola nilai-nilai, norma-norma, sikap, ritual, mitos, dan kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk dalam perjalanan yang panjang pada suatu sekolah. Masih berkaitan dengan kultur sekolah, penelitian empiris di Amerika Serikat membuktikan bahwa kultur sekolah berpengaruh terhadap prestasi siswa. Kultur yang sehat memiliki korelasi yang tinggi terhadap a prestasi dan motivasi siswa untuk berprestasi, b sikap dan motivasi kerja guru, serta c produktivitas dan kepuasan kerja guru. Analisis kultur sekolah hendaknya dipandang sebagai bagian dari satu kesatuan sekolah yang utuh. Artinya, sesuatu yang ada pada kultur sekolah hanya dapat dilihat dan dijelaskan berkaitan dengan aspek-aspek yang lain yang berhubungan dengan sekolah, misalnya a rangsangan berprestasi, b penghargaan yang tinggi pada prestasi, c Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 516 komunitas sekolah yang tertib, d pemahaman tujuan sekolah, e ideologi organisasi yang kuat, f partisipasi orang tua siswa, g kepemimpinan kepala sekolah, dan h komunikasi yang harmonis. Dari tiga aspek kultur sekolah di atas salah satunya adalah sikap dan motivasi kerja guru. Sikap dan motivasi kerja guru berpengaruh positif dalam membentuk kultur sekolah agar mutu sekolah menjadi lebih baik. Proses terbentuknya kultur sekolah melalui perjalanan yang panjang dan dapat ditempuh dengan cara pembiasaan-pembiasaan pada : nilai-nilai, norma, taat aturan, perilaku, dan lain-lain. Dengan demikian melalui penanaman kebiasaan hadir dikelas, pengelolaan kelas, dan keluar dari kelas secara tertib secara terus-menerus yang merupakan manifestasi dari disiplin dapat dipandang sebagai unsur pembentuk kultur sekolah. 3. Kinerja Guru Kinerja adalah performance atau unjuk kerja, dapat diartikan prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja. August W Smith menyatakan : performance is output derives from processes, human or otherwise. Kinerja guru adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran, yaitu kegiatan guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar. Kinerja guru memiliki tiga kegiatan utama yang secara singkat dapat dinyatakan kegiatan perencanaa, pelaksanaan, dan penilaian. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, standar kompetensi guru terdapat empat kompetensi, yaitu a Kompetensi Pedagogik, b Kompetensi Kepribadian, c Kompetensi Sosial, dan d Kompetensi Profesional. TR. Mitchel, salah satu ukuran standar kinerja adalah quality of works. Hal ini diperjelas Ivancevich bahwa ukuran kualitas kinerja guru dapat dilihat dari produktivitas pendidikan yang telah dicapai menyangkut out put siswa yang dihasilkan. Paul Mali 1978 mendevinisikan produktivitas adalah bagaimana menghasilkan atau meningkatkan hasil setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien. Menurut ISPI 1995 hasil atau output dari produktivitas pendidikan dapat dilihat pada bagan berikut. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 517 GAMBAR : 1 KRITERIA KEBERHASILAN PRODUKTIVITAS PENDIDIKAN Dilihat dari efektivitas proses pembelajaran, semangat dan disiplin kerja guru sangat berpengaruh terhadap produktivitas pendidikan. Sedang bila dilihat dari segi efisiensi penyelnggaraan maka pengunaan waktu hendaklah seefisien mungkin, dalam arti jangan sampai ada waktu pembelajaran yang terbuang. 4. Disiplin Dalam ajaran Islam, banyak ayat Al Qur’an dan Al Hadist yang memerintahkan disiplin dalam arti ketaatan kepada peraturan yang telah ditetapkan. Satu diantaranya adalah dalam surah An Nisa’ ayat 59 yang artinya :”Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kepada rasulNya dan kepada Ulil Amri dari kalangan kamu ”. Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih Journal Philosphia, diambil tanggal 30 Januari 2008. Disiplin dalam dunia pendidikan menempati pos strategis dan penting untuk mencapai prestasi. Guru sebagai pribadi yang pantas diteladani oleh para siswa hendaknya memiliki disiplin tinggi, agar dihadapan murid tetap menjadi pribadi yang disegani, sehingga rasa simpati dan empati siswa tumbuh dan berkembang dengan baik. Rasa simpati dan empati siswa kepada guru yang tinggi berdampak pada suasana pembelajaran nyaman dan menggairahkan, yang muaranya prestasi siswa menjadi baik. Efektivitas Prestasi : a. Masukan yang merata sebagai realisasi prinsip demokrasi pendidikan b. Keluaran yang banyak, bermutu, dan relevan dengan kebutuhan pembangunan c. Nilai ekonomik yang baik bagi keluaran khususnya tamatan. Proses : a. Menggairahkan dan memberi motivasi siswa belajar b. Semangat dan disiplin kerja yang tinggi kepada para guru c. Memiliki tingkat kepercayaan berbagai fihak Efisien Menggunakan fasilitas, tenaga, dana dan waktu, seminimal mungkin, tetapi dengan hasil yang baik . Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 518 Pendidikan disiplin merupakan proses bimbingan bertujuan menanamkan pola perilaku tertentu, kebiasaan-kebiasaan tertentu, atau membentuk manusia dengan ciri-ciri tertentu, terutama untuk meningkatkan kualitas mental dan moral Sukaji dalam Informasi Psikologi Online diambil tanggal : 30 Januari 2008. Di sekolah disiplin dapat diartikan sebagai metode bimbingan kepala sekolah agar guru, karyawan, dan siswa mematuhi aturan yang ada di sekolah. Menurut Zain u Mu’tadin Informasi Psikologi Online, 2002 : 2-4 ada beberapa hal pokok yang dapat dipakai sebagai acuan dasar untuk merespon setiap perilaku dalam pendidikan disiplin sebagai berikut : a berkelanjutan, b autoritatif, c beri batas-batas yang jelas, d konsisten dan fleksibel, e menjelaskan secara lengkap, f berlatih, g hukuman, dan h komunikasi. Perilaku disiplin akan terbentuk manakala dijalankan secara terus-menerus dan terdapat otoritas dalam pelaksanaannya. Disiplin harus memiliki batar-batas jelas antara yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Penerapan disiplin harus konsiten tetapi juga memiliki sifat fleksibel. Pelaksanaan disiplin harus dilakukan penjelasan secara lengkap tata aturan dan sanksinya. Kerangka Berpikir Selanjutnya kerangka berpikir penelitian ini dapat digambarkan sebagaimana terlihat pada Gambar : 2 di bawah. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 519 GAMBAR : 2 KERANGKA BERPIKIR PENELITIAN Hipotesis Tindakan Berdasar data awal, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan disiplin guru dalam mengajar. Jika diberikan pembinaan, kedisiplinan guru dalam mengajar akan meningkat.Waktu masuk kelas, yang semula dengan toleransi waktu lima 5 menit tingkat keterlambatan 13,24 . turun menjadi dibawah 4,00 . Guru meninggalkan kelas pada waktu proses belajar mengajar dengan toleransi waktu lima 5 menit sebelum tindakan 5,40 , setelah tindakan diharapkan turun menjadi dibawah 3,00 . Guru keluar kelas sebelum jam pelajaran selesai dengan toleransi waktu dua 2 menit sebelum tindakan 11,00 setelah tindakan diharapkan turun menjadi di bawah 3,00 . Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengajukan hipotesis tindakan sebagai berikut : “Kinerja guru SMAN 1 Sedayu akan meningkat melalui pembinaan kedisiplinan dalam proses belajar mengajar ”. SIKAP DISIPLIN GURU PENINGKATAN MUTU SEKOLAH EFEKTIVITAS KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR Kompetensi Guru Faktor-faktor Lainnya Waktu Memasuki Kelas UPAYA PENINGKATAN DISIPLIN Waktu Meninggalkan Kelas Waktu Di dalam Kelas Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 520 METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Sekolah School Action Research. yang dilaksanakan sebanyak 2 siklus, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Langkah-langkahyang dilaksanakan merujuk pada uraian Kemmis MC. Taggart Swarsih Madya, 1994 : 25 yang meliputi tahapan-tahapan: perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Berdasarkan temuan dari hasil refleksi, ditentukan fokus yang diperbaiki pada tindakan selanjutnya. Subjek penelitian ini adalah semua guru bidang studi SMAN 1 Sedayu, baik yang berstatus PNS maupun Non-PNS pada tahun pelajaran : 2012 – 2013. Sedang penelitinya merupakan kolaborasi antara kepala sekolah dengan wakil kepala sekolah urusan kurikulum, sarana dan prasaran, kesiswaan , guru bimbingan konseling dan guru piket. Pengumpulan data dilakukan dengan cara: Obsevasi, Wawancara dan Analisis Dokumen. Data yang diperoleh berupa angka-angka dianalisis menggunakan metode analisis statistik sederhana. Analisis ini dengan cara membandingkan data kondisi sebelumnya terhadap kondisi sesudahnya secara tertimbang, yaitu dinyatakan dalam bobot persentase perubahan. Selanjunya dari hasil nalisis kuantitatif sederhana tersebut ditarik kesimpulan. Data-data kualitatif dianalisis menggunakan model analisis interaktif sebagai mana dikembangkan oleh Milles dan Huberman 1999 : 20 . Analisis model ini terjadi atas empat komponen yang saling berinteraksi satu dengan yang lain, yaitu pengumpulan data, reduksi data, uji data, penarikan kesimpulan, dan atau verivikasi. Selanjutnya proses analisis data kualitatif dapat diperjelas melalui Gambar : 3 di bawah ini. GAMBAR : 3 MODEL ANALISIS INTERAKTIF Milles dan Humberman : 1992 Pengumpulan data Penyajian Da Abstra k Reduksi Data Penarikan Kesimpulan- Kesimpulan Verifikasi ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 521 Data yang diperoleh dalam penelitian harus memperoleh pengesahan melalui uji kredibilitas. Uji kredibilitas dilakukan dengan cara-cara : melaksanakan observasi secara cermat, mengadakan trianggulasi melalui berbagai sumber dan metoda, melakukan member check dengan meminta informasi. Apabila diperlukan diadakan pemeriksaan kembali atas data yan diperoleh. Melalui diskusi-diskusi antara peneliti dengan para kolaborator diharapkan memiliki persepsi yang sama terhadap keabsahan data yang didapat. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian

1. Keadaan Sebelum Tindakan

Sebelum melakukan tindakan, peneliti melaksanakan pengamatan berbagai aspek tentang kedisiplinan guru. Aspek-aspek yang diamati antara lain : kehadiran di kelas, kehadiran di sekolah, keberadaan di dalam kelas, kegiatan meninggalkan kelas, waktu meninggalkan kelas, waktu meninggalkan sekolah, dan aspek-aspek lainnya. Dari berbagai aspek disiplin tersebut, selanjutnya penulis menekankan pada aspek kehadiran guru di kelas, keberadaan guru di dalam kelas, dan waktu meninggalkan kelas. Dari hasil pengamatan pada bulan Agustus 2012 di peroleh informasi bahwa : Rata-rata guru memasuki kelas dengan tepat waktu ada 53 , terlambat dua 2 menit 20 terlambat lima 5 menit 14 , terlambat tujuh 7 menit ada 9,7 dan terlambat 10 menit atau lebih sebanyak 3,5 . Dengan data tersebut bila toleransi waktu dua 2 menit tingkat keterlambatan masih terdapat 27 , dan bila toleransi lima 5 menit tingkat keterlambatan 13,2 . Keterlambatan memasuki kelas ini dari pengamatan secara langsung kebanyakan mereka sudah hadir disekolah, namun masih belum segera memasuki kelas dengan alasan siswa belum membersihkan kelasnya dan masih banyak siswa yang di luar. Apabila dilihat dari keberadaan guru dalam proses belajar mengajar data menunjukkan : guru di ruang kelas selama kegiatan belajar mengajar secara penuh sebanyak 92 , meninggalkan kelas selama lima 5 menit terdapat 3,7 , meninggalkan kelas selama lima belas 15 menit ada 2 , meninggalkan kelas selama tiga puluh 30 menit terdapat 0,9 , dan meninggalkan kelas lebih dari empat puluh lima 45 menit terdapat 1,64 . Guru yang meninggalkan kelas pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan toleransi waktu lima 5 masih terdapat 4,54 , dan yang meninggalkan kelas lebih dari lima belas 15 menit terdapat 2,54 . Guru meninggalkan kelas di bawah tiga puluh 30 menit pada umumnya karena ada sesuatu yang harus Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 522 diambil dan karena keinginan buang hajat, sedang yang meninggalkan kelas lebih dari empat puluh lima 45 menit karena yang bersangkutan tugas penataran, atau karena terdapat kegiatan yang lain. Dilihat dari guru meninggalkan kelas pada waktu berakhirnya pembelajaran diperoleh data berikut : meninggalkan kelas tepat waktu terdapat 86 , meninggalkan kelas kuarang dari dua 2 menit dari waktu yang ditentukan terdapat 3 , kurang lima 5 menit dari waktu yang ditentukan terdapat 4,3 , tujuh 7 menit dari waktu yang ditentukan terdapat 3,9 dan sepuluh 10 menit atau lebih dari waktu yang ditentukan terdapat 2,8 . Guru yang meninggalkan kelas lebih awal di atas dua 2 menit terdapat 11 , dan di atas lima 5 menit terdapat 6,7 . Alasan bagi yang meninggalkan kelas kurang dari sepuluh 10 menit atau lebih pada umumnya menyatakan waktunya tanggung dan habis ulangan harian.

2. Siklus I

a. Hipotesis Tindakan

Upaya peningkatan disiplin guru melalui peningkatan kehadiran guru di kelas dengan toleransi waktu lima 5 menit turun menjadi dibawah 10 , guru meninggalkan kelas pada saat proses belajar mengajar dengan toleransi waktu lima 5 menit berkurang menjadi di bawah 4 dan guru meninggalkan kelas sebelum waktu jam pelajaran habis dengan toleransi waktu dua 2 menit turun menjadi di bawah 6

b. Rencana Tindakan

1 Membentuk Tim Ketertiban Sekolah yang terdiri dari wakil kepala sekolah bersama guru bimbingan konseling. 2 Melakukan sosialisasi program kerja tim ketertiban sekolah dan upaya penegakan disiplin sekolah bagi segenap warga sekolah. 3 Menyiapkan dan menggandakan instrumen-instrumen penelitian tindakan yang diperlukan. 4 Menetapkan jadwal dan pembagian tugas personalia kolaborator untuk melakukan pengamatan dan tindakan. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 523

c. Tindakan

1 Kepala Sekolah menyampaikan program upaya peningkatan kinerja guru kelas, melalui kedisiplinan kehadiran di kelas, keberadaan waktu proses belajar mengajar, dan waktu meninggalkan kelas. 2 Anggota tim hadir dan mengamati secara langsung pada saat tanda bel masuk kelas berbunyi dan mencatat kehadiran guru kelas sesuai dengan format yang tersedia. 3 Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung di kelas, anggota tim mengawasi guru yang meninggalkan kelas dan mencatatnya. 4 Sebelum tanda bel selesai kegiatan belajar mengajar di kelas, anggota tim mengamati dan mencatat berapa waktu yang ditinggalkan guru keluar dari kelas sebelum waktunya. 5 Membuat rekapan hasil pengamatan selama bulan Oktober 2012 dengan menggunakan intrumen yang tersedia. d. Refleksi 1 Dilihat dari guru memasuki ruang kelas terjadi peningkatan sebagai mana terlihat pada Tabel : 1 dibawah ini. TABEL : 1. REKAPITULASI KEHADIRAN GURU DI KELAS No Bulan Terlambat masuk menit Toleransi menit 2 5 7 10 2 5 1 Agustus 53 20 14 9,7 3,5 27,2 13,2 2 Oktober 59 19 13 7 2,8 22,8 9,8 Berdasarkan tabel di atas maka dengan toleransi waktu dua 2 menit terjadi peningkatan kehadiran 4,4 dan dengan toleransi waktu lima 5 menit terjadi peningkatan kehadiran 4,4 . Oleh karena itu dapat dikatakan dari siklus pertama ini terjadi peningkatan disiplin guru memasuki kelas. 2 Dilihat dari keberadaan guru pada waktu proses belajar mengajar terjadi peningkatan sebagai mana terlihat pada Tabel 2 di bawah. TABEL : 2. REKAPITULASI GURU SAAT KBM No Bulan Meninggalkan kelas saat PBM menit Toleransi menit 5 15 30 45 5 15 1 Agustus 92 3,7 2 0,9 1,64 4,54 2,54 2 Oktober 91 4,1 2,3 1,1 1,25 3,5 1,9 Dari keberadaan guru pada saat berlangsung kegiatan belajar mengajar dengan toleransi waktu lima 5 menit terjadi penurunan guru meninggalkan kelas sebanyak 1,04 , dan dengan toleransi