Uji Overoll Keadaan Sebelum Tindakan
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
446 Dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95, data yang ada tidak mendukung H
yang artinya
konstanta pada model tersebut signifikan
Pengujian parameter koefisien
- Hipotesis: H
: Koefisien tidak siginifikan
H
1
: ≠ 0 Koefisien signifikan
- Tingkat signifikansi α = 5
- Daerah kritis = Tolak H jika P-value
α - Statistik uji = P-value 0.000
-
Keputusan = Karena P-value 0.000 α 0.05 maka keputusannya adalah tolak H
- Kesimpulan: Dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95, data yang ada tidak mendukung H
yang artinya koefisien pada model tersebut signifikan
Setelah di lakukan uji kecocokan model yang meliputi uji overal dan uji parsial dapat dipastikan bahwa model tersebut refresentatif.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Hasil regresi menunjukkan nilai koefisien determinasi R-square sebesar 0.274 lihat tabel 1. Artinya 27.4 keragaman volume dari variabel nilai ujian nasional dapat dijelaskan oleh
keragaman pada variabel nilai akreditasi, dan sisanya sebesar 73.6 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Adapaun beberapa faktor-faktor lain tersebut diantaranya; 1. Faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa, seperti kecerdasan intelektual, kecemasan,
kesiapan mental dan kondisi fisik. 2. Faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi keberhasilan dan
kegagalan siswa, seperti lingkungan belajar di rumah atau sekolah, lingkungan fisik tempat ujian, situasi dan kondisi saat ujian dan masalah teknis berkenaan dengan cara mengisi lembar jawab.
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
447
KESIMPULAN
Dari hasil analisis dan pembahasan dalam studi kasus dalam laporan ini , maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Terdapat hubungan atau korelasi linier positif antara Akreditasi dan Nilai Ujian Nasional tahun 2014 di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jadi semakin tinggi akreditasi suatu sekolah maka Nilai
Ujian Nasional juga tinggi, dengan nilai korelasi sebesar 0.523. b. Berdasarkan hasil uji kecocokan model yang meliputi uji overal dan uji parsial dapat dipastikan
bahwa model tersebut refresentatif. Dimana model regresinya adalah :
c. Nilai koefisien determinasi sebesar 0.274. Artinya 27.4 keragaman volume dari variabel nilai ujian nasional dapat dijelaskan oleh keragaman pada variabel nilai akreditasi, dan sisanya sebesar
73.6 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
UCAPAN TERIMAKASIH
Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang memiliki keistimewaan dan pemberian segala kenikmatan besar, baik nikmat iman, kesehatan dan kekuatan
didalam penyusunan makalah ini. Salawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Sayyidina Muhammad SAW serta keluarga dan para sahabatnya. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak Prof. Akhmad Fauzy, M.Si.,Ph. D. selaku Dosen Pembimbing, disela-sela rutinitasnya namun tetap
meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk, dorongan, saran dan arahan sejak rencana penelitian hingga selesainya penulisan makalah ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada : 1. Bapak Drs. Allwar, M.Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. 2. Bapak Dr. R. Fajriya Hakim,
M.Si., selaku Ketua Jurusan Statistika beserta seluruh jajarannya. 3. Bapak Drs. R. Kadarmanta Baskara Aji selaku Kepala Dinas serta keluarga besar Dinas Pendidikan, Pemuda, Dan Olahraga
Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah memberikan ijin penulis melakukan penelitian. 4. Sahabat- sahabat ku Sejurusan Angkatan 2012 yang dengan penuh keikhlasan membantu penulis
kebersamaan kita selama menempuh hari-hari perkuliahan. Kepada Ayah dan Ibunda tercinta dengan penuh kasih sayang dan kesabaran telah membesarkan dan mendidik kami hingga dapat
menempuh pendidikan yang layak. Akhirnya kepada Allah SWT jugalah senantiasa penulis
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
448 berharap semoga pengorbanan dan segala sesuatunya yang dengan tulus dan ikhlas telah diberikan
dan penulis dapatkan akan selalu mendapat limpahan rahmat dan hidayah-Nya, Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Danardono. n.d.. Bahan Perkuliahan Statistika MMS-1001. Yogyakarta: Statistika FMIPA UGM.
Lende. 2015. Penerapan Antara Korelasi untuk Mengetahui Hubungan Antara Hasil Belajar Siswa.
Retrieved Maret
23, 2015,
from mynewbloganderias:
http:mynewbloganderias.blogspot.com201501penerapan-analisis-korelasi-untuk.html Raharjo. 2012. Evaluasi Trend Kualitos Pendidikan di Indonesia. Jurnal Penelitian dan Evaluasi
Pendidikan, 511-532. Selatan., B. A. 2014. Pedoman Akreditasi. Jakarta Selatan: Badan Akreditasi Nasional
SekolahMadrasah. Sjafrudin. 2014. Analisis Korelasi Akreditasi dan Hasil Ujian Nasional 2012. Retrieved Maret 23,
2015, from asepsjafrudin: http:asepsjafrudin.blogspot.com201412analisis-korelasi- akreditasi-dan-hasil.html
Sudrajat. 2008.
Konsep Akreditasi Sekolah. Retrieved Maret 23, 2015, from akhmadsudrajat.wordpress.com:
https:akhmadsudrajat.wordpress.com20080203 akreditasi-sekolah
Utami. 2003. Modul Praktikum Analisis Regresi Terapan. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
449
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI AKADEMIK PONDOK PESANTREN UII Anang Andrianto
1
, Nur Wijayaning R.
2
, Hanson Prihantoro P.
3
123
Universitas Islam Indonesia nnurfti.uii.ac.id
ABSTRAK
Pondok pesantren Universitas Islam Indonesia Ponpes UII merupakan sebuah institusi pendidikan yang para santrinya juga merupakan mahasiswa UII. Sistem
pendidikan dan pengajaran dalam ponpes ini menganut sistem Satuan Kredit Semester SKS yang dipaketkan dalam setiap semester selama 8 semester. Selain perkuliahan,
Ponpes UII juga menyelenggarakan beragam kegiatan seperti ekstrakurikuler wajib dan kegiatan pengabdianprestasi. Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan
kapasitas ponpes, pemantauan perkembangan santri dalam bentuk sistem terkomputerisasi telah menjadi sebuah kebutuhan baru. Oleh karena itu, Ponpes UII berinisiatif
mengembangkan sistem informasi akademik sejak tahun 2014. Dengan mempertimbangkan kebiasaan para santri Ponpes yang sekaligus mahasiswa UII, maka sistem yang dibangun
ini mengadopsi sistem informasi akademik serupa yang telah ada sebelumnya di UII, yaitu UNISYS. Dari hasil analisis diperoleh informasi bahwa sistem digunakan oleh dua
pengguna, yaitu admin dan santri. Admin memiliki fitur-fitur seperti kelola daftar ustad, santri, matakuliah, ruang, nilai, daftar bidang non akademik, KRS Kartu Rencana Studi,
KHS Kartu Hasil Studi, dan presensi. Perancangan kebutuhan sistem Ponpes UII bersifat berorientasi objek dengan menggunakan SRS Software Requirements Specification.
Pengujian sistem dilakukan oleh kedua pihak yaitu pengembang dan dari pihak pengguna. Hasil pengujian kepada pengguna menunjukkan bahwa kualitas sistem telah dinilai
81,04. Hal ini berarti bahwa sistem yang dibangun telah menyajikan data informasi secara tepat dan jelas, mudah dipelajari, mudah dimengerti, sudah sesuai kebutuhan,
diyakini membantu mengolah data akademik Ponpes UII, serta bisa mempercepat kerja admin.
Kata kunci : sistem informasi akademik, pondok pesantren UII
ABSTRACT
Pondok Pesantren Universitas Islam Indonesia Ponpes UII is a Islamic boarding school which its students are also UII students. It adopts Semester Credit System, which is
bundled every semester during eight semesters study. In addition to lectures, Ponpes UII also organizes various activities such as compulsory extracurricular. Along with
information technology trend and capacity rising, monitoring students in the form of a computerized system has become a need. Therefore, Ponpes UII initiates to develop school
information systems since 2014. Since Ponpes’ students are also UII students, the management decided to build a ne
w system that is similar to UII’s academic information systems UNISYS. Analysis phase found that administrators and students use new system.
Administrator has some features such as manage lists of lecturers, students, courses, room, grades, non-academic activities, KRS Study Plan Card, KHS Study Result Card, and
presence. The system is designed by object-oriented approach using Software Requirements Specification SRS. At last, developer and users perform testing of the implemented system.
User evaluation shows the system quality is graded 81.04. This value indicates that the system has been built to present the data and information clearly, easy to learn, easy to
understand, the suitable to the needs, and perceived helpful to the processing of the academic data.
Keywords: school information system, UII boarding school
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
450
PENDAHULUAN
Pondok Pesantren UII selanjutnya disingkat Ponpes UII telah diresmikan oleh Bupati Sleman pada tahun 1996 UII, 2008. Pada tahun pertama sejak didirikannya, Ponpes ini hanya
diperuntukkan bagi mahasiswa Fakultas FIAI. Seiring berjalannya waktu, Ponpes UII saat ini diperuntukkan bagi mahasiswa di seluruh fakultas yang terdapat di Universitas Islam Indonesia.
Sistem pendidikan dan pengajaran dalam pesantren ini adalah sistem satuan kredit semester SKS yang dipaketkan dalam setiap semester selama 8 semester. Di dalam pengajarannya, Ponpes UII
menerapkan model pembelajaran klasikal dengan menggunakan bahasa Arab atau bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Terdapat banyak kegiatan yang dilakukan di Ponpes UII, antara lain
kuliah, ekstrakurikuler wajib, dan kegiatan lain. Namun pencatatan dan dokumentasi segala kegiatan akademik santri di Ponpes UII masih dilakukan dengan Microsoft Word atau Microsoft
Excel yang belum terintegrasi dengan sempurna menjadi sebuah sistem yang utuh. Hal tersebut dapat menyebabkan kesalahan pengisian data, seperti kesalahan memasukkan data ganda atau
penghapusan data yang tidak disengaja. Oleh karena itu dalam penelitian ini dikembangkan sebuah sistem terkomputerisasi yang
utuh untuk mendokumentasikan kegiatan akademik santri agar informasinya menjadi lebih baik dan lebih mudah diperoleh. Selain itu sistem ini juga dimaksudkan dapat memantau perkembangan
akademik santri selama berada di pesantren UII. Sistem yang dibangun mengadopsi dari sistem informasi akademik yang telah ada dan digunakan di UII, yaitu UNISYS. UNISYS adalah sebuah
sistem informasi akademik yang berfungsi untuk mengatur kegiatan akademik seluruh mahasiswa UII dan mengelola data mahasiswa, dosen, perkuliahan, transaksi pembayaran hingga transaksi
peminjaman buku di perpustakaan UII UII, n.d.. Sistem Informasi Akademik SIA adalah sistem yang melakukan berbagai kegiatan
administrasi akademik, memproses transaksi belajar mengajar antara guru dengan siswa dan administrasi akademik yang baik menyangkut kelengkapan dokumen dan biaya yang muncul pada
kegiatan registrasi ataupun kegiatan operasional harian administrasi akademikAndrianto Rahayu, 2014.
Kesamaan sistem pembelajaran SKS dan semester dan kebiasaan para santri dalam mengakses sistem UNISYS tidak menjamin bahwa proses pengembangan sistem akan berjalan
mudah karena perbedaan tim pengembang kedua sistem dan adanya perbedaan data yang akan dikelola, seperti data rekaman pengabdian para santri selama dan setelah lulus dimana data tersebut
tidak terekam di UNISYS. Berdasarkan latar belakang ini, masalah yang diangkat dalam penelitian
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
451 ini adalah bagaimana membangun sebuah SIA Ponpes UII yang dapat memberikan segala informasi
terkait akademik santri.
METODE PENELITIAN
Pengembangan sistem informasi akademik menggunakan metodologi prototyping, dengan tahapan:
1. Pengumpulan kebutuhan pelanggan Perencanaan sistem di awal penoleh agen pengubah, yaitu pengasuh Ponpes UII.
Analisis kebutuhandi setiap iterasi melalui komunikasi antara tim analis dari pihak pengembang sistem dan penanggung jawab proyek dari Ponpes UII.
2. Pembangunan prototipe di awal pengembangan dan perbaikan prototipe di setiap iterasi, yang meliputi:
Perancangan, yaitu: i. Perancangan fitur sistem dengan menggunakan model Unified Modelling
LanguageUML, 2015. ii. Perancangan basisdata sistem Koratamaddi Greenberg, 2006.
iii. Perancangan antarmuka sistem berbasis web. b. Implementasi berbentuk aplikasi berbasis web dengan menggunakan framework
CodeIgniterEllisLab, 2015 dalam bahasa pemrograman PHP. c. Pengujian prototipe oleh pengguna yaitu tahap yang memastikan apakah prototipe yang
dibangun adalah sistem yang dibutuhkan serta evaluasi kualitas sistem menurut persepsi
pengguna DeLone McLean, 2003; Petter, DeLone, McLean, 2008.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari pengembangan SIA Ponpes UII adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan kebutuhan pengguna
Perencanaan sistem di awal oleh pengelola Ponpes UII. Hasil dari tahap ini adalah identifikasi kebutuhan untuk membuat SIA seperti yang digunakan oleh UII lihat Gambar 1.
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
452
Gambar 1 Tampilan utama UNISYS
Analisis kebutuhan di setiap iterasi melalui komunikasi antara tim analis dari pihak pengembang sistem dan penanggung jawab proyek dari Ponpes UII. Dalam hal ini yang
menjadi narasumber adalah pihak pengelola Ponpes UII serta pihak yang ditunjuk oleh pengelola sebagai penanggung jawab penelitian ini yaitu Ustad Annas yang menjelaskan
tentang alur proses akademik yang berjalan di Ponpes UII, yang selanjutkan akan diproses menjadi sebuah SIA Ponpes UII.
2. Pembangunan prototipe di awal pengembangan dan perbaikan prototipe di setiap iterasi, yang meliputi:
Perancangan: i. Perancangan fitur sistem dengan menggunakan model Unified Modelling Language
UML. Model perancangan ini bersifat berorientasi obyek dan dirancang dengan diagram use case dan diagram aktivitas. Prototipe SIA Ponpes UII dirancang memiliki
enam fitur utama, yaitu presensi siswa, pengelolaan pengambilan kuliah sistem paket,
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
453 pengelolaan dosen tidak termasuk penggajian, penjadwalan, kartu Hasil Studi KHS
santri dan portal santri. ii. Perancangan basisdata sistem dengan menggunakan pemodelan yang umum dipakai,
yaitu Entity Relationship Diagram ERD. Terdapat 14 tabel sebagai penyimpan data, antara lain:
a. Tabel ustad untuk menyimpan semua data ustad yang mengajar di Ponpes UII, yang meliputi nomor induk ustad, status, tempat dan tanggal lahir, keluarga,
riwayat pendidikan S1-S3, hingga karya dan penghargaan yang pernah diperoleh.
b. Tabel santri untuk menyimpan semua data santri di Ponpes UII, yang mencakup nama santri, angkatan, alamat, tempat dan tanggal lahir, golongan
darah dan cacat badan. c. Tabel kelompok mata kuliah yang digunakan untuk mengelompokkan
matakuliah berdasarkan kategori yang ditetapkan oleh Ponpes UII. d. Tabel matakuliah untuk menyimpan data matakuliah dan bobot SKSnya.
e. Tabel bidang dan sub bidang untuk menyimpan data sub bidang dari bidang non akademik yang ditentukan oleh Ponpes UII, termasuk jumlah poin yang
akan diperoleh santri yang telah melaksanakan pengabdian di sub bidang tersebut.
f. Tabel nilai yang digunakan untuk mengelola nilai untuk menentukan bobot nilai yang didapatkan dari hasil ujian.
g. Tabel jadwal untuk mengelola jadwal kuliah santri selama masa pendidikan di Ponpes UII dan mencakup data ruang, mata kuliah, dan pengajarnya.
h. Tabel presensi untuk mencatat data masuknya santri selama kuliah di Ponpes UII.
i. Tabel KRS untuk digunakan mengelola KRS Kartu Rencana Studi santri setiap semesternya selama masa pendidikan di Ponpes UII.
iii. Perancangan antarmuka sistem berbasis web dengan menggunakan software Pencil. Contoh rancangan antar muka untuk admin ditunjukkan di Gambar 2a sedangkan
rancangan untuk santri terdapat di Gambar 2b.
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
454 a
b
Gambar 2 Rancangan antarmuka a untuk admin, dan b untuk santri
iv. Implementasi dalam bentuk aplikasi berbasis web dengan menggunakan framework CodeIgniter dalam bahasa pemrograman PHP. Framework ini dipilih karena popularitas
dan fasilitas keamanan yang diberikan, termasuk proteksi terhadap SQL Injection dan XSS. Sistem yang telah dibuat kemudian diunggah ke internet agar bisa diakses dimana
saja dan kapan saja dan sistem tersebut telah dipakai sejak tahun 2015.
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
455 a
b
Gambar 3 Implementasi SIA a untuk admin, dan b untuk santri
v. Penggunaan dan pengujian prototipe yang meliputi: a. Pengujian fungsionalitas oleh pengembang dengan menguji keenam fitur utama
yang terdapat pada sistem. Pengujian ini menunjukkan hasil yang baik, termasuk untuk penanganan kesalahan seperti yang tampak pada Gambar 4.
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
456
Gambar 4 Penanganan kesalahan di halaman Tambah Santri
b. Evaluasi prototipe oleh pengguna, mulai dari pengelola hingga santri mengenai tingkat kepuasan pengguna. Pengujian awal dilakukan berupa kuesioner kepada
12 pengguna dengan menggunakan 8 pertanyaan terkait kualitas sistem yang diadaptasikan dari penelitian Petter et al., 2008. Kualitas sistem sendiri
didefinisikan sebagai karakteristik yang diharapkan dari sebuah sistem informasi, seperti mudah dipakai, mudah dipelajari, dan reliabilitas sistem.
Setiap pertanyaan memiliki skala 1 sampai 5 sangat tidak setuju = 1, tidak setuju = 2, cukup = 3, setuju = 4, sangat setuju = 5. Hasil dari kuisioner
tersebut ditunjukkan pada Tabel 1.
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
457
Tabel 1 Tingkat kepuasan pengguna
Persentase hasil akhir adalah 81,04 dihitung dari 389480 x 100. Dari perhitungan ini dapat disimpulkan bahwa para pengguna memberikan rentang
penilaian antara Sangat Setuju di atas 80.
KESIMPULAN
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, menunjukan bahwa sistem yang dibangun sudah memenuhi persyaratan fungsional. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan masih terjadi kesalahan
pada prosesnya. Secara fungsional sistem yang telah dibangun sudah dapat menghasilkan keluaran sesuai yang diharapkan. Dari hasil kuesioner yang telah dibagikan dilapangan didapat kesimpulan
bahwa sistem yang dibangun menyajikan data informasi yang sudah tepat dan jelas, mudah dipelajari, sistem mudah dimengerti, sistem sudah sesuai kebutuhan, sistem membantu mengolah
data akademik Ponpes UII, serta mempercepat kerja admin. Selain itu tampilan sistem yang cukup bagus dan user setuju dengan dibangunnya sistem akademik Ponpes UII ini.
UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti menyampaikan terimakasih atas dukungan dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyakarat DPPM UII yang telah memberikan kesempatan kepada tim untuk
memperoleh dana Hibah Institusi guna terlaksananya penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Andrianto, A., Rahayu, N. W. 2014. Sistem Informasi Akademik Ponpes UII.
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
458 DeLone, W. H., McLean, E. R. 2003. The DeLone and McLean Model of Information Systems
Success : A Ten-Year Update. Journal of Management Information Systems, 194, 9–30. doi:10.1073pnas.0914199107
EllisLab. 2015. CodeIgniter - Official Site. Retrieved from http:www.codeigniter.com Koratamaddi, C., Greenberg, N. 2006. Oracle Database 10g: SQL Fundamentals I.
Petter, S., DeLone, W., McLean, E. 2008. Measuring information systems success: models, dimensions, measures, and interrelationships. European Journal of Information Systems,
17December 2006, 236 –263. doi:10.1057ejis.2008.15
UII. n.d.. UNISYS. Retrieved from http:unisys.uii.ac.id UII, P. 2008. Tentang Kami. Retrieved February 17, 2015, from http:www.pesantren.uii.ac.id
UML. 2015. Unified Modeling Language - Official Site. Retrieved from http:uml.org
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
459
OPINI PENONTON RBTV JOGJA TERHADAP PENYAJIAN TAYANGAN STASIUN TELEVISI LOKAL “RBTV JOGJA”
Nurul Hasanah
1
, Melinda Kusuma Wardani
1
, Awan Arga Saputra
1
, Atya Arma Nindani
1
, Indira Ihnu Brilliant
1
, Vivien Ayuningtyas
1
, Kariyam
2
1
Mahasiswa Program Studi Statistika Universitas Islam Indonesia
2
Dosen Program Studi Statistika Universitas Islam Indonesia nurulhasanah889gmail.com, kariyamuii.ac.id
ABSTRAK
Dewasa ini, stasiun televisi lokal sudah mulai berkembang dengan pesat, termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini membawa konsekuensi pada pengelolaan stasiun
televisi, khususnya RBTV Jogja untuk bersaing dengan ketat agar mampu membidik penonton dari berbagai segmen masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin
mengetahui opini masyarakat terhadap penyajian program acara RBTV Jogja yang ada sampai saat ini dan ingin mengetahui ada tidaknya perbedaan pemberian pendapat atau
penilaian penonton stasiun televisi lokal RBTV Jogja berdasarkan klasifikasi umur penonton. Penelitian menggunakan responden yang tersebar di daerah Kota Yogyakarta,
Kabupaten Sleman, Gunung Kidul, Kulon Progo, Magelang, Sukoharjo, Klaten, dan Sragen. Teknik pengambilan data yang digunakan yaitu snowball sampling yang kemudian
dianalisis menggunakan analisis Kruskall Wallis dan Mann Whitney. Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa RBTV Jogja sudah memiliki program acara berkualitas, informatif,
kualitas penyiarnya baik, kreatif, mampu menghibur masyarakat, mudah diakses, dan sudah mampu menarik penonton untuk menyaksikan tayangan RBTV Jogja. Namun
menurut responden, kualitas penyiaran dan kreativitas dekorasi RBTV Jogja masih kurang baik. Program acara RBTV Jogja yang banyak diketahui dan disenangi masyarakat yaitu
Leyeh-leyeh, News Kabar Jogja, dan Music Box. Selain itu, gambaran televisi sesuai keinginan masyarakat diperoleh hasil yaitu program acara yang menarik berita, talkshow,
infotainment, hiburan musik, sinetronfilm, gameshow, dan reality show, kualitas gambar dan suara bagus,pembawa dan pengisi acara yang menarik, serta penempatan jam tayang
yang sesuai.
Kata kunci: Opini, RBTV Jogja, Kruskall Wallis, Mann Whitney
ABSTRACT
Now, the local television stations had started growing rapidly, including in the special region of Yogyakarta. This brings the consequences on the management of the
television stations, particularly the RBTV Yogyakarta to contend with tight so that it is able to target the audience of the various segments of thecommunity. Based on the foregoing, the
researchers would like to know the opinion of the community against the tv program serving the Yogyakarta RBTV around today and wanted to determine whether their is a
difference of opinion or assessment giving audiences a local television station based clasification RBTV Jogja age audience.Research using the respondents who are scattered
in an area of the city of Yogyakarta, Sleman Regency of Gunung Kidul, Kulon Progo, Magelang, Sukoharjo, Klaten, and Sragen. Data capture techniques used snowball
sampling, then analyzed using Kruskall Wallis and Mann Whitney test. The result States that the RBTV Jogja tv program already has a quality, informative, good quality
broadcaster, creative, capable of entertaining the community, easily accessible, and Its been able to attract an audience to watch RBTV impressions. However, according to the
respondents, the broadcasting quality and creativity decor RBTV Yogyakarta is still less
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
460
well.RBTV program that many known and acceptable to the community i.e. Leyeh-leyeh, Jogja News, and Music Box. In addition, the television picture according to the wishes of
the community obtained the result that is an exciting event programs news, infotainment, talkshows, entertainment music, sitcomsmovies, gameshow, and and reality shows, the
quality of picture and sound is great, hosts and invited artists, as well as the placement of a broadcast in accordance.
Keywords: Opinion, RBTV Jogja, Kruskall Wallis, Mann Whitney
PENDAHULUAN
Televisi merupakan salah satu media massa elektronik yang menyajikan informasi dalam bentuk audio dan visual. Banyak stasiun televisi yang menyiarkan beberapa program acara TV yang
bersifat menghibur, mendidik, dan informatif. Salah satunya adalah stasiun televisi swasta bernama RBTV Jogja.
RBTV saluran 40 UHF adalah pelopor TV lokal swasta komersial di Yogyakarta dan di bawah manajemen PT Reksa Birama Media dengan kantor pusat di Grha Amikom Unit 1 Lt. 3,
Ringroad Utara, Condong Catur, Sleman, Yogyakarta. Seiring dengan otonomi daerah dan semangat menciptakan TV yang sesuai dengan masyarakat Yogyakarta sebagai kota pelajar,
budaya, dan tujuan wisata, maka kehadiran RBTV sangat bermanfaat bagi masyarakat pemirsa maupun industri pendukung pertelevisian Rumah Produksi, Penyelenggara Acara, Periklanan, dan
lain sebagainya. Mulai 1 Maret 2012 RBTV berafiliasi dengan KOMPAS TV sebagai penyedia konten siaran non-lokal.
Pada era globalisasi sekarang ini, stasiun televisi lokal sudah mulai banyak berkembang dengan pesat. Begitu pula dengan stasiun televisi lokal di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini
membawa konsekuensi pada pengelolaan stasiun televisi, khususnya RBTV Jogja untuk bersaing dengan ketat dalam menyuguhkan program-programnya yang diharapkan mampu membidik
penonton dari berbagai segmen masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui penilaian masyarakat terhadap penyajian
program RBTV yang ada sampai saat ini dengan cara melakukan survei langsung ke masyarakat. Hasil dari penelitan ini diharapkan mampu menjadi evaluasi bagi RBTV Jogja agar mampu
bertahan dan lebih berkembang untuk ke depannya. Selain itu, diharapkan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya semakin banyak menonton stasiun televisi lokal RBTV Jogja
agar nantinya menambah rasa cinta terhadap Daerah Istimewa Yogyakarta itu sendiri.
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
461
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember 2015 di daerah yang masuk ke dalam radius pemancar stasiun RBTV Jogja di Daerah Istimewa Yogyakarta dan beberapa
kabupaten di Jawa Tengah. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara survei lapangan menggunakan kuesioner. Data
sekunder dalam penelitian ini berupa data spasial data yang memiliki keterangan tempat di permukaan bumi yang diperoleh melalui website Badan Nasional Penanggulangan Bencana
BNPB. Subjek penelitian yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah penonton stasiun televisi
lokal Reksa Birama Televisi RBTV Jogja yang berada dalam radius pemancar stasiun RBTV Jogja. Objek penelitian yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah opini penonton stasiun
televisi lokal Reksa Birama Televisi RBTV Jogja yang berada dalam radius pemancar stasiun RBTV Jogja.
Teknik Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalahseluruh masyarakat yang menjadi penonton stasiun televisi lokal Reksa Birama Televisi RBTV Jogja yang berada dalam radius pemancar stasiun
RBTV Jogja. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah snowball sampling karena responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang pernah dan tahu betul
bagaimana acara-acara yang ditayangkan oleh RBTV Jogja, serta tahu bagaimana konsistensi RBTV Jogja dalam menyajikan tayangan-tayangan program acara yang dimiliki untuk memenuhi
kebutuhan konsumen atau penonton. Alasan lain digunakan snowball sampling, karena RBTV Jogja hanya memiliki beberapa jam penayangan program acara, sehingga banyak masyarakat yang tidak
dapat menonton tayangan RBTV Jogja karena jam tayangnya. Sampel yang diambil sebanyak 70 orang yang masuk kedalam karakteristik responden. Karakteristik yang dimaksud yaitu masyarakat
yang masuk ke dalam zona penelitian berdasarkan hasil pemetaan dan pernah melihat tayangan program acara di RBTV.
Menurut Ronald E Walpole dan Raymond H Myers 1995:297, menyatakan apabila dipakai sebagai taksiran p, maka dengan kepercayaan 1-
α 100 galat akan lebih kecil dari besaran tertentu g bila ukuran sampel n sebesar
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
462 Berdasarkan rumus di atas, diperoleh hasil perhitungan besar sampel di atas menggunakan derajat
kepercayaan 90, galat 10 dan estimasi proporsi sebesar 50 karena proporsi tidak diketahui, maka dipakai proporsi maksimal yaitu 50, sehingga didapatkan hasil besar sampel adalah 67,24.
Untuk mengantisipasi kekurangan, maka peneliti mengambil sampel sebanyak 70 sampel.
Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu nomor urutan, ID batas wilayah, nama kabupaten, ID jalan, titik koordinat, kepuasan konsumen, kebutuhan konsumen.
Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif dan analisis Kruskall Wallis dan Mann Whitney. Selain itu, untuk membuat hasil pemetaan jangkauan pemancar
stasiun RBTV berdasarkan radius yang dicapai menggunakan pemetaan wilayah.
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Validitas dan Reliabilitas
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat untuk mengukur persepsi dan minat penonton stasiun televisi lokal RBTV Jogja. Sebelum peneliti melakukan analisis lebih lanjut,
maka dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas terlebih dahulu terhadap kuesioner yang digunakan. Dari hasil uji validitas dan reliabilitas dinyatakan bahwa seluruh butir penyataan pada
kuesioner sudah valid dan tingkat reliabelnya tinggi.
Penilaian Masyarakat DIY dan sekitarnya terhadap Stasiun Televisi RBTV Jogja
Penelitian ini memiliki salah satu tujuan yaitu untuk mengetahui bagaimana penilaian masyarakat D.I. Yogyakarta dan sekitarnya yang masuk dalam radius stasiun televisi RBTV Jogja
dan pernah menonton RBTV Jogja terhadap stasiun televisi lokal RBTV Jogja itu sendiri. Berikut merupakan hasil penilaian masyarakat terhadap stasiun RBTV dengan responden sebanyak 70
orang.
Tabel 1.Penilaian Masyarakat D.I. Yogyakarta dan sekitarnya terhadap
Stasiun Televisi Lokal RBTV Jogja
No Kode Pernyataan
SS S
TS STS
1 X
1
RBTV menyajikan program yang berkualitas 7
70 20
3 2
X
2
RBTV memberikan informasi di DIY dan 19
63 17
1
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
463
No Kode Pernyataan
SS S
TS STS
sekitarnya dengan cepat 3
X
3
RBTV memberikan informasi yang bermanfaat 13
67 20
4 X
4
RBTV memberikan kualitas penyiaran bagus gambar, warna, suara
24 34
39 3
5 X
5
RBTV memiliki pembawa dan pengisi acara yang menarik dan komunikatif
9 56
34 1
6 X
6
Pembawa dan pengisi acara RBTV berkualitas tingkah laku, pakaian, bahasa sopan
14 64
22 7
X
7
Pembawa dan pengisi acara RBTV mampu membawa suasana kepada penonton
10 57
30 3
8 X
8
RBTV memiliki program acara yang menarik 17
53 30
9 X
9
RBTV mengangkat tema yang menarik untuk setiap acara
11 53
36 10
X
10
RBTV memiliki kreativitas dalam penyajian setiap program acara
10 53
37 11
X
11
RBTV memberikan dekorasi yang menarik untuk setiap program acara
11 29
57 3
12 X
12
Penonton merasa senang setelah menyaksikan program acara RBTV
6 70
23 1
13 X
13
Penonton merasa bangga setelah menyaksikan program acara RBTV
17 57
23 3
14 X
14
Penonton dapat merasakan suasana yang ada dalam program acara RBTV
10 50
39 1
15 X
15
RBTV memiliki enempatan jam tayang yang sesuai 6
62 31
1 16
X
16
Penonton mudah
dalam mengakses
dan menyaksikan tayangan RBTV
23 57
17 3
17 X
17
Penonton tidak membutuhkan biaya operasional untuk mengakses RBTV
24 60
10 6
18 X
18
Penonton merasa ingin menonton kembali tayangan acara RBTV
14 60
26 19
X
19
Penonton menceritakan dan mengajak orang lain untuk menonton acara RBTV
11 49
39 1
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa sudah dapat dikatakan RBTV Jogja memiliki
program acara yang berkualitas, informatif, kualitas penyiarnya baik, kreatif, mampu menghibur masyarakat, mudah diakses, dan sudah mampu menarik penonton untuk menyaksikan beberapa
tayangan program acara yang disajikan. Namun menurut responden, pada bagian kualitas penyiaran dan kreativitas dekorasi yang dimiliki RBTV Jogja masih kurang baik sehingga masih sangat perlu
untuk diperbaiki.
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
464
Gambaran Stasiun Televisi Harapan Masyarakat DIY dan Sekitarnya
Hasil dari penelitian yang didapatkan dengan menggunakan 70 responden ternyata semua responden pernah menonton siaran televisi lokal di D.I. Yogyakarta. Kemudian didapatkan
informasi mengenai stasiun TV lokal yang sering ditonton masayarakat DIY yaitu RBTV dengan persentase yang memilih stasiun tv tersebut sebesar 43. Selanjutnya besar persentase yang
memilih stasiun Jogja TV, TVRI Jogja, dan AdiTV masing-masing 28, 23, dan AdiTV. Sedangkan untuk 3 program acara RBTV yang paling dikenaldiketahui bahkan disenangi oleh
masyarakat adalah program acara Leyeh-leyeh, News Kabar Jogja, dan Music Box. Berdasarkan hasil yang didapatkan masyarakat memiiki alasan dalam menyukai 3 program acara tersebut yaitu,
masyarakat menyenangi leyeh-leyeh karena program yang disajikan berupa musik tradisional campursari, untuk masyarakat yang menyenangi News Kabar Jogja dikarenakan masyarakat jogja
menginginkan informasi terbaru tentang jogja dan sekitarnya, dan masyarakat yang menyenangi Music Box dikarenakan masyarakat menyenangi musik-musik yang disajikan dan dapat menghibur
mereka saat melakukan aktivitas. Sebuah stasiun tv perlu mengetahui jam menonton masyarakat karena ketepatan jam
penayangan suatu acara perlu diperhatikan agar menyesuaikan acara-acara tersebut dengan kebutuhan masayarakat. Dari hasil penelitian didapatkan informasi untuk stasiun RBTV mengenai
jam kebiasaan masyarakat dalam menonton tv bahwa masyarakat paling banyak menonton televisi pada pukul 18.00-00.00 dengan persentase 36, hal ini dikarenakan pada rentang pukul tersebut
merupakan jam bersantai masyarakat untuk menghiangkan lelah dari aktifitas mereka sehari-hari . Sedangkan pada pukul 06.00-09.00 20, pukul 15.00-18.00 18, pukul 09.00-12.00 13, dan
12.00 – 15.00 9 merupakan jam masyarakat beraktivitas seperti bekerja, sekolah, kuliah dan lain
sebagainya.Kemudian untuk rentang pukul 00.00-06.00 memiiki nilai persentase paling kecil dengan nilai persentase sebesar 4 hal ini dikarenakan pada pukul tersebut merupakan jam istirahat
masyarakat jam tidur. Masyarakat DIY juga menonton stasiun TV non lokal. Berdasarkan hasil penelitian dengan
peneliti mendapatakan 3 tiga stasiun TV non lokal yang sering ditonton oleh masyarakat DIY, stasiun TV non lokal tersebut sebagai berikut Trans TV, Net TV, dan RCTI dengan jumlah
responden masing-masing sebanyak 18, 14, dan 10. Berdasarkan hasil berikut, RBTV dapat menjadikan ketiga stasiun tersebut sebagai acuanperbandingan untuk meningkatkan kualitas dari
RBTV sendiri.Berdasarkan hasil dari stasiun televisi non lokal yang sering ditonton oleh masyarakat dikarenakan oleh beberapa alasan. Alasan tersebut diantaranya program acara menarik,
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
465 kulaitas gambar dan suara bagus, pembawa dan pengisi acara menarik, dan lainnya. Namun alasan
yang paling kuat sampai terendah dari keempat alasan tersebut adalah program acaranya menarik, kualitas gambar dan suara bagus, pembawa dan pengisi acara menarik dan alasan lainnya seperti
mengikuti kebisaan yang sering ditonton oleh orang disekitarnya. Kemudian didapatkan juga informasi bahwa Masyarakat DIY paling sering menonton jenis program acara berupa berita dan
informasi sedangkan program acara gameshow, masyarakat DIY sedikit yang menonton.
Analisis Non-Parametrik Tabel2
merupakan tabel yang menyajikan hasil pengujian hipotesis untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pemberian pendapat atau penilaian penonton stasiun televisi lokal RBTV Jogja
berdasarkan umur penonton.
Tabel2
menunjukkan masing-masing nilai signifikansi Asymptotis untuk masing-masing butir pernyataan. Kemudian, nilai-nilai signifikansi Asymptotis
tersebut dibandingkan dengan nilai α 0,05. Hipotesis awal yang digunakan yaitu “tidak terdapat perbedaan penilaian penonton RBTV
Jogja berdasarkan umur penonton”, sedangkan hipotesis alternatifnya yaitu “terdapat perbedaan
penilaian penonton RBTV Jogja berdasarkan umur penonton”. Hipotesis awal ditolak apabila nilai
signifikansi Asymptotis kurang dari α 0,05.
Tabel 2. Hasil Uji Kruskall Wallis
No Butir
Asymp Sig. Keputusan
1 X
1
kualitas acara 0,321
Gagal Tolak H 2
X
2
informasi cepat 0,145
Gagal Tolak H 3
X
3
informasi bermanfaat 0,679
Gagal Tolak H 4
X
4
kualitas penyiaran 0,000
Tolak H 5
X
5
penyiar komunikatif 0,221
Gagal Tolak H 6
X
6
penyiar berkualitas 0,005
Tolak H 7
X
7
penyiar membawa suasana 0,024
Tolak H 8
X
8
acara menarik 0,555
Gagal Tolak H 9
X
9
tema menarik 0,386
Gagal Tolak H 10
X
10
kreativitas penyajian 0,335
Gagal Tolak H 11
X
11
dekorasi menarik 0,374
Gagal Tolak H 12
X
12
penonton senang 0,024
Tolak H 13
X
13
penonton bangga 0,294
Gagal Tolak H 14
X
14
penonton terbawa suasana 0,015
Tolak H 15
X
15
jam tayang sesuai 0,254
Gagal Tolak H 16
X
16
mudah diakses 0,000
Tolak H 17
X
17
tidak keluar biaya 0,122
Gagal Tolak H 18
X
18
ingin menonton kembali 0,020
Tolak H 19
X
19
mengajak orang lain menonton 0,005
Tolak H
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
466
Berdasarkan Tabel2, karena nilai signifikansi Asymptotis pada X
1
, X
2
, X
3
, X
5
, X
8
, X
9
, X
10
, X
11
, X
13
, X
15
, dan X
17
lebih besar dari 0,05, maka hipotesis awal gagal ditolak. Sehingga, diperoleh kesimpulan yaitu dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95, data yang ada mendukung H
atau data yang ada menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara penilaian penonton pada butir
X
1
, X
2
, X
3
, X
5
, X
8
, X
9
, X
10
, X
11
, X
13
, X
15
, dan X
17
berdasarkan klasifikasi umur penonton. Sedangkan nilai signifikansi Asymptotis pada X
4
, X
6
, X
7
, X
12
, X
14
, X
16
, X
18
, dan X
19
kurang dari 0,05, maka hipotesis awal ditolak. Sehingga, diperoleh kesimpulan yaitu dengan menggunakan
tingkat kepercayaan 95, data yang ada tidak mendukung H atau data yang ada menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan antara penilaian penonton pada butir X
4
, X
6
, X
7
, X
12
, X
14
, X
16
, X
18
, dan X
19
berdasarkan umur penonton. Untuk mengetahui kelompok umur mana yang memberikan perbedaan penilaian atau pendapat pada 8 delapan butir tersebut, maka digunakan uji statistik non-
parametrik yaitu uji Mann Whitney.
Tabel3 merupakan tabel yang menyajikan hasil pengujian hipotesis untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan pemberian pendapat atau penilaian penonton stasiun televisi lokal RBTV Jogja berdasarkan klasifikasi umur penonton yang diuji untuk dua kelompok umur berpasangangan
yang diuji secara bergantian.
Tabel 3.Hasil Uji Mann Whitney
No Butir
Uji Perbedaan Kelompok Umur
Asymp Sig. 2-tailed
Keputusan
1 X
4
Remaja vs Dewasa 0,006
Tolak H 2
Remaja vs Lansia 0,000
Tolak H 3
Dewasa vs Lansia 0,083
Gagal Tolak H 4
X
6
Remaja vs Dewasa 0,012
Tolak H 5
Remaja vs Lansia 0,009
Tolak H 6
Dewasa vs Lansia 0,710
Gagal Tolak H 7
X
7
Remaja vs Dewasa 0,149
Gagal Tolak H 8
Remaja vs Lansia 0,011
Tolak H 9
Dewasa vs Lansia 0,207
Gagal Tolak H 10
X
12
Remaja vs Dewasa 0,297
Gagal Tolak H 11
Remaja vs Lansia 0,005
Tolak H 12
Dewasa vs Lansia 0,158
Gagal Tolak H 13
X
14
Remaja vs Dewasa 0,325
Gagal Tolak H 14
Remaja vs Lansia 0,003
Tolak H 15
Dewasa vs Lansia 0,139
Gagal Tolak H 16
X
16
Remaja vs Dewasa 0,000
Tolak H 17
Remaja vs Lansia 0,027
Gagal Tolak H 18
Dewasa vs Lansia 0,369
Gagal Tolak H 19
X
18
Remaja vs Dewasa 0,009
Tolak H 20
Remaja vs Lansia 0,098
Gagal Tolak H 21
Dewasa vs Lansia 0,729
Gagal Tolak H
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
467
No Butir
Uji Perbedaan Kelompok Umur
Asymp Sig. 2-tailed
Keputusan
22 X
19
Remaja vs Dewasa 0,043
Gagal Tolak H 23
Remaja vs Lansia 0,002
Tolak H 24
Dewasa vs Lansia 0,387
Gagal Tolak H
Tabel3
menunjukkan masing-masing nilai signifikansi Asymptotis 2-tailed untuk masing- masing kelompok umur berpasangan. Kemudian, nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan nilai
α2 0,025. Hipotesis awal yang digunakan yaitu “tidak terdapat perbedaan penilaian penonton
kelompok umur terhadap tayangan RBTV Jogja”, sedangkan hipotesis alternatifnya yaitu “terdapat
perbedaan penilaian penonton kelompok umur terhadap tayangan RBTV J ogja”. Hipotesis awal
ditolak apabila nilai signifikansi Asymptotis 2-tailed kurang dari 0,025.
Berdasarkan Tabel3
, diperoleh hasil untuk kelompok umur “Remaja vs Dewasa” pada butir X
4
, X
6
, X
16
, dan X
18
memiliki nilai signifikansi Asymptotis 2-tailed kurang dari 0,025, maka hipotesis awal ditolak. Sehingga, diperoleh kesimpulan yaitu dengan menggunakan tingkat
kepercayaan 95, data yang ada tidak mendukung H atau data yang ada menunjukkan bahwa ada
perbedaan antara penilaian penonton kelompok umur remaja dan dewasa pada butir X
4
, X
6
, X
16
, dan X
18
. Sedangkan pada butir X
7
, X
12
, X
14
, dan X
19
memiliki nilai signifikansi Asymptotis 2-tailed lebih besar dari 0,025, maka hipotesis awal gagal ditolak. Sehingga, diperoleh kesimpulan yaitu
dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95, data yang ada mendukung H atau data yang ada
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara penilaian penonton kelompok umur remaja dan dewasa pada butir X
7
, X
12
, X
14
, dan X
19
. Kemudian diperoleh hasil untuk kelompok umur “Remaja vs Lansia” pada butir X
4
, X
6
, X
7
, X
12
, X
14
, dan X
19
memiliki nilai signifikansi Asymptotis 2-tailed kurang dari 0,025, maka hipotesis awal ditolak. Sehingga, diperoleh kesimpulan yaitu dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95,
data yang ada tidak mendukung H atau data yang ada menunjukkan bahwa ada perbedaan antara
penilaian penonton kelompok umur remaja dan lansia pada butir X
4
, X
6
, X
7
, X
12
, X
14
, dan X
19
. Sedangkan pada butir X
16
dan X
18
memiliki nilai signifikansi Asymptotis 2-tailed lebih besar dari 0,025, maka hipotesis awal gagal ditolak. Sehingga, diperoleh kesimpulan yaitu dengan
menggunakan tingkat kepercayaan 95, data yang ada mendukung H atau data yang ada
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara penilaian penonton kelompok umur remaja dan lansia pada butir X
16
dan X
18
.
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
468 Kemudian diperoleh hasil untuk kelompok umur “Dewasa vs Lansia” pada butir X
4
, X
6
, X
7
, X
12
, X
14
, X
16
, X
18
dan X
19
memiliki nilai signifikansi Asymptotis 2-tailed lebih besar dari 0,025, maka hipotesis awal gagal ditolak. Sehingga, diperoleh kesimpulan yaitu dengan menggunakan
tingkat kepercayaan 95, data yang ada mendukung H atau data yang ada menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan antara penilaian penonton kelompok umur dewasa dan lansia pada butir X
4
, X
6
, X
7
, X
12
, X
14
, X
16
, X
18
dan X
19
.
Berdasarkan hasil pembahasan pada Tabel 2, diperoleh perbedaan pendapat antara
responden remaja dengan dewasa dan lansia tentang kualitas penyiaran. Hal ini dapat disebabkan karena usia remaja lebih menginginkan kualitas penyiaran yang lebih bagus seperti warna dan
gambar yang lebih tajam, serta kualitas suara yang lebih jernih. Kemudian, terdapat pula perbedaan pendapat antara responden remaja dengan dewasa dan lansia tentang kualitas penyiar. Hal ini dapat
disebabkan karena usia remaja lebih menginginkan penyiar yang menggunakan pakaian atau bahasa yang mengikuti perkembangan zaman trend masa kini, sedangkan untuk dewasa dan lansia lebih
menginginkan penyiar acara yang menggunakan pakaian dan bahasa yang sopan. Selanjutnya, terdapat perbedaan pendapat antara responden remaja dengan lansia tentang
kemampuan penyiar dalam membawakan suasana. Hal ini dapat disebabkan karena remaja dapat merasakan suasana tergantung pada penyiar dan pengisi acara. Terdapat pula perbedaan pendapat
antara responden remaja dengan lansia tentang perasaan senang saat menonton RBTV Jogja. Hal ini dapat disebabkan karena RBTV lebih banyak menyajikan program acara seputar daerah dan lebih
banyak menggunakan budaya lokal. Kemudian, terdapat perbedaan pendapat antara responden remaja dengan lansia tentang
perasaan yang terbawa suasana program acara atau tidak saat menonton acara RBTV Jogja. Hal ini dapat disebabkan karena kebanyakan anak remaja saat menonton tayangan di televisi juga fokus
kepada hal lain seperti mengoperasikan gadget atau sambil mengerjakan pekerjaan lain. Diperoleh pula perbedaan pendapat antara responden remaja dengan dewasa tentang kemudahan akses
channel RBTV Jogja. Hal ini dapat disebabkan karena reponden remaja pada penelitian ini didominasi oleh mahasiswa yang kebanyakan adalah anak kos, sehingga lokasi kos dan
kelengkapan peralatan televisi yang paling berpengaruh. Selanjutnya, terdapat perbedaan pendapat antara responden remaja dengan dewasa tentang
keinginan menonton RBTV Jogja kembali atau tidak. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor yang dimiliki oleh RBTV seperti program acara, penyiar acara, kreativitas penyajian program
acara dan lain sebagainya yang dapat menjadi faktor pendorong keinginan untuk menonton kembali
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
469 masih dapat dikatakan kurang bagi usia remaja, sehingga penonton usia remaja dapat beralih
channel televisi lain yang mampu memenuhi keinginannya dalam menonton acara di televisi. Terakhir, diperoleh perbedaan pendapat antara responden remaja dengan lansia tentang keinginan
mengajak orang lain untuk menonton RBTV Jogja. Hal ini dapat disebabkan karena usia lansia cenderung lebih senang berbagi cerita kepada orang lain.
Pemetaan Radius Pemancar Stasiun Televisi RBTV Jogja
Stasiun televisi lokal RBTV Jogja memiliki tower pemancar yang terletak di Desa Ngoro-oro, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemancar tersebut
memiliki kekuatan sebesar 30.000 watt, sehingga radius yang dicapai sejauh 100 kilometer. Daerah- daerah yang masuk ke dalam zona pemancar antara lain Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman,
Bantul, Kulon Progo, Gunung Kidul, Magelang, Temanggung, Wonosobo, Purworejo, Sragen, Wonogiri, Klaten, Karanganyar, Sukoharjo, dan Kota Surakarta. Hasil pemetaan daerah yang masuk
ke dalam radius pemancar stasiun televisi RBTV dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1.Hasil pemetaan daerah yang masuk ke dalam radius pemancar
stasiun televisi RBTV Jogja
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
470
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dengan menggunakan 70 responden yang tersebar di daerah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Gunung Kidul, Kulon
Progo, Magelang, Sukoharjo, Klaten, dan Sragen diperoleh hasil penelitian berupa penilaian penonton terhadap stasiun televisi RBTV Jogja dan gambaran stasiun televisi yang diinginkan atau
dibutuhkan masyarakat. Pertama, pada bagian penilaian tentang RBTV Jogja diperoleh hasil bahwa sudah dapat
dikatakan RBTV Jogja sudah memiliki program acara yang berkualitas, informatif, kualitas penyiarnya baik, kreatif, mampu menghibur masyarakat, mudah diakses, dan sudah mampu menarik
penonton untuk menyaksikan beberapa tayangan program acara yang disajikan. Namun menurut responden, pada bagian kualitas penyiaran dan kreativitas dekorasi yang dimiliki RBTV Jogja
masih kurang baik. Kemudian, berdasarkan hasil penelitiandiperoleh juga hasil bahwa ada 3 tiga program acara RBTV yang paling dikenaldiketahui bahkan disenangi oleh masyarakat yaitu
program acara Leyeh-leyeh, News Kabar Jogja, dan Music Box. Kedua, pada bagian gambaran televisi sesuai keinginan masyarakat diperoleh hasil yaitu
masyarakat menginginkan program acara yang menarik berita, talkshow, infotainment, hiburan musik, sinetronfilm, gameshow, dan reality show, kualitas gambar dan suara bagus,pembawa dan
pengisi acara yang menarik, serta penempatan jam tayang program acara yang sesuai dengan jam menonton masyarakat yang mayoritas menonton pada rentang waktu 18:00
–00:00. Selain itu, diperoleh juga stasiun televisilokal Daerah Istimewa Yogyakarta yang paling sering ditonton oleh
masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu RBTV Jogja, sedangkan stasiun televisinon-lokal Trans TV, Net TV, dan RCTI.
Ketiga, berdasarkan perhitungan analisis statistik non-parametrik menyatakan bahwa diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan antara penilaian penonton pada butir kualitas acara,
informasi cepat, informasi bermanfaat, penyiar komunikatif, acara menarik, tema menarik, kreativitas penyajian, dekorasi menarik, penonton bangga, jam tayang sesuai, dan tidak keluar biaya
berdasarkan klasifikasi umur penonton, sedangkan pada butir kualitas penyiaran, penyiar berkualitas, penyiar membawa suasana, penonton senang, penonton terbawa suasana, mudah
diakses, ingin menonton kembali, dan mengajak orang lain menonton terdapat perbedaan antara penilaian penonton berdasarkan klasifikasi umur penonton.
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
471
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti menyarankan beberapa hal kepada pihak stasiun televisi RBTV Jogja yang diperoleh dari saran masyarakat yang
menjadi responden penelitian ini, yaitu: a. Jam tayang untuk masing-masing program acara perlu lebih disinkronkan pada jam menonton
masyarakat b. Kreativitas pada bagian dekorasi lebih divariasikan sesuai dengan program acaranya
c. Diadakan program acara religi dan olahraga d. Pembawa acara diharapkan lebih komunikatif dan berpenampilan menarik
e. Kualitas penyiaran gambar, suara, warna lebih diperbaiki f. Tidak memotong tayangan program acara yang sedang berlangsung secara tiba-tiba dipotong
dengan berita g. Tidak mengulang-ulang program acara yang sudah pernah ditayangkan
h. Lagu-lagu untuk program acara hiburan musik lebih sering diperbarui
DAFTAR PUSTAKA
Amirin, Tatang M. 2011. Populasi dan Sampel Penelitian 3 : Pengambilan Sampel Dari Populasi Tak-Terhingga Dan Tak-Jelas. tatangmanguny.wordpress.com
Fajar, Mahardian. 2011. Kepuasan Pemirsa Menonton Program Eight Eleven Show di Metro TV Studi Deskriptif Kepuasan Pemirsa di Surabaya dalam Menonton Program Eight Eleven Show di
Metro TV. Skripsi. Universitas Pembangunan Non- lokal “Veteran”, Surabaya.
Fernando, Anggi Amanda. 2008. Analisis mengenai perilaku konsumen TV berlangganan di Bandung. S.T Skripsi. Universitas Kristen Maranata, Bandung.
Hasan, Iqbal, 2001. Pokok-Pokok Materi Statistik 1 Statistik Deskriptif, PT. Bumi Aksara, Jakarta. Juhadi dan Dewi Liesnoor Setiyowati. 2001. Desain dan Komposisi Peta Tematik. Semarang: Pusat
Pengkajian dan Pelayanan Sistem Informasi Geografis, Geografi UNNES. Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran. Jilid 2. Jakarta: Bumi Aksara.
_______. 2000. Principle of Marketing. Jakarta: Prenhallindo. Kusnarto. 2010.
Opini masyarakat Surabaya terhadap program acara reality show “Uya Emang Kuya” di SCTV. Jurnal Ilmu komunikasi Vol 2 No. 1
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
472 Linda, Mei. 2015. Hubungan Aktivitas Menonton Dengan Persepsi Terhadap Cak Nun Dalam
Acara Mocopat Syafa’at ADI TV Pada Masyarakat Klidon, Sukoharjo, Ngaglik, Sleman. Skripsi. Universitas Islam Negeri Kalijaga, Yogyakarta.
Mardhika, Guntur. 2011. Strategi producer dalam meningkatkan rating program musik Dahsyat di RCTI. S.Ikom Skripsi. Universitas Pembangunan Non-
lokal “Veteran”, Jakarta. Mashud, Ratnasari. 2013. Pola Menonton Televisi Lokal pada Pemirsa di Kota Makassar. Skripsi.
Universitas Hasanuddin, Makassar. Nabiu, Nurmihailoa. 2013. Hubungan antara menonton tayangan infotainment di TV dan agenda
komunikasi ibu rumah tangga di kota Makassar. S.Sos Skripsi. Universitas Hasanuddin, Makasar. Nursalam, 2001.Pendekatan praktis metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Info Medika.
Nurhasanah, Rise. 2008. Analisis Kuantitatif Kelengkapan Rekam Medis Rawat Jalan di RS. Siaga Raya pada Bulan Juni 2007-Mei 2008. Skripsi FKM. Universitas Indonesia
Prasetyowati, Tri Heni. 2015. Respon Masyarakat Kliwonan Terhadap Program Siaran di Stasiun TV Komunitas
– Grabag TV. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Purwanegara, Mustika Sulfati. dkk 2010. Media strategy of TV Advertising in Indonesia. Jurnal
Teknologi Vol 62 No 2. Putri, Pramanti. 2010. Studi Hubungan Antara Faktor Psikologis, Faktor Kondisional, dan Faktor
Demografis dengan Persepsi Mahasiswa. S.Sos Skripsi. Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta.
Riyanto, Yatim. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan, SIC. Surabaya. Sastropoetro, Santoso R.A. 1990. Pendapat Khalayak Dalam Komunikasi Sosial. Bandung :Remaja
Rosda Karya. Septiadi, Ruben Adrian. 2010.
Strategi pengembangan program dalam film televisi “Bioskop Indonesia” PT Televisi Transformasi Indonesia. S.Sos Skripsi. Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
Soekidjo. 1994. Pengembangan Potensi Wilayah. Bandung: Gramedia Group. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis.Bandung: CV. Alfabeta.
________. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatitaif dan R D. Bandung: Alfabeta. ________. 2001. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Walpole, Ronald E dan Myers, Raymond H. 1995. Ilmu Peluang dan Statistika untuk Insinyur dan Ilmuwan. Bandung : ITB.
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
473
PERILAKU INTERNAL AUDITOR DALAM WHISTLEBLOWING SEBAGAI IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Ponny Harsanti
Universitas Muria Kudus opharsantgmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris determinan perilaku internal auditor dalam whistleblowing sebagai implementasi good corporate governance. Populasi
dalam penelitian ini adalah 735 internal auditor dari seluruh perusahaan BUMN di Indonesia . Pengumpulan data menggunakan metode sensus dan jumlah sampel penelitian
yang digunakan dalam analisis data sebanyak 197. Pengujian hipotesis menggunakan Structural Equation Model SEM dengan bantuan WarpPls 5,0. Hasil penelitian
membuktikan bahwa sikap auditor terhadap whistleblowing, norma subyektif auditor dan persepsi pengendalian perilaku auditor berpengaruh positif terhadap intensi
whistleblowing. Intensi whistleblowing berpengaruh positif terhadap perilaku whistleblowing . Jalur pelaporan anonimyty struktural memperkuat hubungan intensi
whistleblowing dan perilaku whistleblowing. Retaliasi formal memperlemah hubungan intensi whistleblowing dan perilaku whistleblowing.
Kata kunci : Intensi whistleblowing, perilaku whistleblowing , retaliasi formal, anonimyty struktural
ABSTRACT
The research was aimed to test the determinant of auditors internal behavior in whistle blowing as the implementation of good corporate governance . The population of
research was 735 internal auditors of entire State-Owned Enterprises in Indonesia. Census methods was applied to collect the data and the samples were 197 among them. Structural
Equation Modelling SEM aided by Warp PLS 5,0 was used for data processing. The conclusion was that auditors attitude on whistle blowing, subjective norms, and perceived
behavioral control positively influenced whistle blowing intention. Whistle blowing intention positively influenced whistle blowing behavior. Structural anonimity line
reinforced the relationship between whistle blowing intention and whistle blowing behavior. Formal retaliation weakened the relationship between whistle blowing intention
and whistle blowing behavior.
PENDAHULUAN
Fraud banyak terjadi di negara-negara berkembang seperti di Indonesia yang penegakan hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik good governance
sehingga faktor integritasnya masih dipertanyakan. Menurut data dari Badan Pemeriksa Keuangan sebagian besar BUMN dan BUMD turut
berkontribusi atas meningkatnya kasus fraud di Indonesia. Dalam lima tahun terakhir Badan
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
474 Pemeriksaan Keuangan menemukan kasus penyimpangan keuangan negara dan tata kelola yang
tidak baik di lingkungan BUMNBUMD hingga 510 kasus dimana sebanyak 93 kasus diantaranya merupakan kasus yang mengakibatkan kerugian mencapai Rp 2,69 triliun. Data ini semakin
dikuatkan dengan laporan Komisi Pemberantasan Korupsi yang menunjukkan ada pengaduan kasus fraud sebanyak 36.001 kasus fraud BUMNBUMD www.BPK.go.id.
Banyaknya kasus pelanggaran atau kecurangan BUMN yang ditangani oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Komisi Pemberantasan Korupsi menunjukkan implementasi Good
Corporate Governance belum berjalan dengan baik. Terkait dengan usaha penerapan good corporate governance penelitian dari berbagai institusi, seperti Organization for Economic Co-
operation and Development OECD, Association of Certified Fraud Examiner ACFE dan Global Economic Crime Survey GECS menyimpulkan bahwa salah satu cara yang untuk mencegah dan
memerangi praktik yang bertentangan dengan good corporate governance adalah melalui mekanisme pelaporan pelanggaran yaitu whistleblowing system.
Penerapan whistleblowing system juga merupakan implementasi dari good corporate governance yang sekarang merupakan tuntutan baik di sektor pemerintah maupun swasta.Untuk
lebih menguatkan pentingnya good corporate governance bagi perusahaan, khususnya BUMN di Indonesia, maka pemerintah mengeluarkan peraturan dalam bentuk Keputusan Menteri BUMN
yaitu Kep.117M-MBU2002 tentang Penerapan Good Corporate Governance pada BUMN pasal 2 ayat 1 yang mewajibkan BUMN menerapkan good corporate governance secara konsisten dan
menjadikan good corporate governance sebagai landasan operasionalnya. Whistleblowing system didefinisikan sebagai sistem pelaporan pengungkapan oleh seluruh
unsur dari dalam perusahaan mengenai suatu informasi yang diyakini mengandung pelanggaran hukum, peraturan, pedoman praktis atau pernyataan professional, atau berkaitan dengan kesalahan
prosedur, korupsi, penyalahgunaan wewenang, atau merugikan publik dan keselamatan tempat kerjaVinten 1992.Whistleblowing merupakan mekanisme yang efektif untuk menemukan
pelanggaran dalam perusahaan ditegaskan dengan adanya pengungkapan penipuan laporan keuangan terbesar oleh dua perusahaan yaitu Enron dan WorldCom dalam sejarah Amerika
SerikatBowen et al. 2010. Whistleblowing sebagai komponen penting dan praktek terbaik dari kerangka tata kelola perusahaan organisasi dapat memberikan makna baru dan memainkan
peranan penting sebagai mekanisme kontrol internal dan sosial Chiu 2002; Rufus 2004. Whistleblowing bukan merupakan isu yang baru dalam penelitian di bidang etika dan
akuntansi. Penelitian mengenai hal ini telah banyak dilakukan dan kebanyakan menguji faktor-
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
475 faktor apa yang mempengaruhi individu untuk melakukan whistleblowingChiu 2002. Penelitian
berikutnya Park 2004; Ponnu et al. 2008 menggunakan perspektif perilaku individu yaitu teori perilaku yang direncanakan Theory of Planned BehaviourAjzen 1991,yang merupakan
pengembangan dari Theory of Reason Action Fishbein dan Ajzen 1975. Dalam proses pengambilan keputusan untuk perilaku whistleblowing awalnya ada kemauan atau intensi dan nilai-
nilai penting sebagai determinan dalam pengembangan intensi terlebih dahulu. Theory of Planned Behaviour menyebutkan intensi perilaku manusia dipengaruhi oleh tiga jenis faktor penentu yang
secara konseptual independen satu sama lain Yaitu sikap terhadap perilaku, norma subyektif dan persepsi pengendalian perilaku.
Penelitian terkait hubungan intensi dengan perilaku masih menunjukkan hasil yang berbeda. Hasil meta analisis yang dilakukan Armitage dan Corner 2001 menunjukkan meskipun Theory of
Planned Behaviour dapat memprediksi intensi dengan baik namun belum sepenuhnya memprediksi hubungan intensi dengan perilakunya. Armitage dan Corner hanya menemukan dua
dukungan empiris yang membuktikan hubungan intensi dengan perilaku Henle et.al. 2010; Park, 2009. Sedangkan penelitian lainnya secara empiris membuktikan bahwa intensi tidak selalu
berhubungan dengan perilaku Currington et.al. 2010; Davies et.al. 2002. Meskipun ada intensi namun belum tentu diikuti dengan perilaku atau ada perbedaan antara
intensi dan perilakuwhistleblowing terbukti dari penelitian sebelumnya yang masih belum konklusif mengenai pengaruh intensi dengan perilakunya. Hal ini bisa terjadi karena belum
dipertimbangkan bahwa hubungan antara intensi dengan perilaku dapat dikuatkan atau dilemahkan oleh faktor-faktor diluar pengendalian individu seperti faktor situasional.
Perlunya mempertimbangkan faktor situasional juga sesuai dengan prespektif model pengambilan keputusan yang menyatakan bahwa ada interaksi antara faktor individu dan faktor
situasional yang dapat menjelaskan konsistensi dan inkonsistensi antara intensi dan perilaku individu Trevino, 1986. Kemudian Jones 1991 juga menunjukkan bahwa karakteristik individu
dan situasional berinteraksi satu sama lain untuk memoderasi proses psikologis yang mendasari keputusan individu whistleblowing.
Oleh karena itu penelitian ini mengembangkan model Theory of Planned Behaviour dengan menambahkan retaliasi formal dan anonimity strukrural sebagai faktor situasional yang sering
melekat dalam proses whistleblowing yang dapat memperkuat atau justru melemahkan hubungan antara intensi dan perilaku whistleblowing yang belum pernah dilakukan dalam penelitian
sebelumnya.
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
476
METODE PENELITIAN Theory of Planned Behaviour
Theory of Planned Behavior didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang rasional dan menggunakan informasi-informasi secara sistematis.Orang memikirkan implikasi dari
tindakannya sebelum memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu.Theory of Planned Behavior dimulai dengan melihat intensi berperilaku sebagai anteseden terdekat dari
suatu perilaku. Semakin kuat intensi seseorang untuk menampilkan suatu perilaku tertentu, diharapkan semakin berhasil melakukan perilaku tertentu tersebut Ajzen, 1991.
Whistleblowing
Secara umum whistleblowing didefinisikan sebagai pengungkapan oleh anggota organisasi atau mantan yang berhubungandengan tindakan ilegal, praktik tidak bermoral, atau tidak sah
kepada orang atau organisasi yang mungkin dapat mempengaruhi atau menyelesaikan tindakan tersebut. Pada dasarnya ada dua jenis whistleblowing yaitu pelaporan kesalahan internal dan
eksternal Dworkin dan Baucus 1998; Park dan Blenkinsopp 2009; Zhang et al. 2009a. Elias 2008 juga menambahkan bahwa whistleblowing dapat terjadi dari dalam internal maupun luar
eksternal.
Retaliasi Formal
ODay 1974 menggambarkan retaliasi atau pembalasan adalah reaksi negatif manajemen terhadap whistleblowing. Retaliasi akan dipertimbangkan sebagai tindakan negatif yang diambil
terhadap whistleblower oleh organisasi dalam menanggapi pelaporan kesalahan Weinstein 1984. Retaliasi dapat dilakukan secara informal dan informal. Retaliasi yang informal
didefinisikan sebagai tindakan atau reaksi yang tidak memerlukan persetujuan dari atasan dan dapat dilakukan tanpa inisiasi dokumen.Retaliasi formal akan mencakup tindakan-tindakan yang
melibatkan dokumentasi tertulis atau diatur oleh peraturan dan prosedur untuk bagaimana dan kapan dilaksanakanRehg et al. 2008.
Jalur pelaporan Anonimity Struktural
Dalam rangka mendorong whistleblowing prosedur pelaporan harus bisa memastikan bahwa organisasi akan melindungi identitas Lewis 2006. Sebuah hotline memungkinkan dan mendorong
karyawan untuk memberikan rahasia, informasi di dalam tanpa takut akan pembalasan ketika menjadi whistleblower Pergola dan Sprung 2005. Sebuah jalur pelaporan internal yang
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
477 merahasiakan identitas merupakan sarana yang penting dan mempunyai nilai tambah untuk
organisasi Rufus 2004. Saluran pelaporan anonim mungkin sangat berguna dalam mendorong pelaporan kesalahan
oleh anggota organisasi karena anonimitas akan meminimalkan akibat yang mungkin terjadi seperti pembalasan dan hukuman potensial lainnya Moberly 2006dan terutama yang melibatkan
manajemen jalur pelaporan anonim sangat diperlukan AICPA 2005 Moberly 2006 menyatakan bahwa structural model didasarkan atas asumsi bahwa
perusahaan membangun jalur internal yang visibel, bersungguh-sungguh dan formal dalam mengungkap wrongdoing.Structural model menyediakan jalur pelaporan yang langsung dan
terlegitimasi dari karyawan kepada dewan direksi. Jalur langsung ke dewan direksi akan mendorong whistleblowing yang efektif karena menghindari adanya pemblokiran dan penyaringan
informasi oleh eksekutif perusahaan Moberly 2006.
Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah internal auditor BUMN di Indonesiasebanyak 735 dengan sampel yang diolah 197.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu
jawaban internal auditor BUMN atas pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner penelitian. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program aplikasi SPSS versi 19,0 dan Warp Partial Least
Square Warp PLS versi5,0.
Pengukuran Variabel
Definisi operasional variabel dan indikator pengukuran didasarkan pada Ajzen 1991 dan Park and Blenkinsopp 2009. Masing-masing responden diminta menjawab setiap pertanyaan
dengan skala Liker 5 poin yaitu mulai dari angka 1 sangat tidak setuju , angka 2 tidak setuju, angka 3 netral, angka 4 setuju dan angka 5 sangat setuju.
HASIL PENELITIAN
Hasil pengujian dengan warpls 5.0 yang disajikan dalam gambar 1 diketahui bahwa semua hubungan antar variabel independen dan dependen memperlihatkan hasil yang signifikan pada
tingkat keyakinan P0,005 .
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
478 Gambar 1
PEMBAHASAN Pengaruh Sikap Auditor Terhadap Whistleblowing dan Intensi Whistleblowing
Hasil pengujian statistik terhadap hipotesis 1 menunjukkan nilai estimasi koefisien variabel sikap auditor terhadap whistleblowing sebesar 0,158 0.16, nilai kesalahan baku 0,069 dan
probabilitas 0,012. Dengan demikian penelitian ini dapat membuktikan bahwa sikap terhadap whistleblowing
ditentukan oleh kombinasi antara belief individu mengenai konsekuensi positif dari perilaku whistleblowing dan penilaian subyektif terhadap setiap konsekuensi berperilaku tersebut outcome
evaluation. Terbentuknya sikap terhadap perilaku merupakan prediktor intensi untuk melakukan whistleblowing.Behavioral belief adalah keyakinan-keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap
perilaku dan merupakan keyakinan yang akan memdorong terbentuknya sikap. Evaluation of behavioral belief merupakan evaluasi positif atau negatif individu terhadap perilaku tertentu
berdasarkan keyakinan-keyakinan yang dimilikinya.Hasil penelitian ini juga konsisten dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan adanya bukti bahwa sikap merupakan prediktor
signifikan dari intensi Randall dan Gibson, 1991; Chang, 1998; Bobek dan Hatfield, 2003; Park
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
479 dan Blenkinsopp, 2009 dan Buchan 2005 yang menemukan dukungan untuk sikap berpengaruh
terhadap intensi di kalangan akuntan
Norma Subyektif Auditor dan Intensi Whistleblowing
Hasil pengujian statistik terhadap hipotesis 2 menunjukkan nilai estimasi koefisien variabel Norma Subyektif auditor sebesar 0,161 0.16, nilai kesalahan baku 0,069, dan probabilitas 0,010.
Norma subyektif tidak hanya ditentukan adanya keyakinan normatif normative belief tetapi juga ditentukan oleh motivation to comply. Keyakinan normatif berkenaan dengan harapan-harapan yang
berasal dari referent atau orang dan kelompok yang berpengaruh bagi internal auditor individu significant others. Motivation to comply adanya motivasi untuk mengikuti perilaku tertentu, akan
merasakan tekanan sosial untuk melakukannyaBuchan 2005.Hasil penelitian ini sesuai dengan Theory of Planned Behaviour yang menyatakan norma subyektif adalah persepsi individu
terhadap tekanan sosial yang ada untuk menunjukkan atau tidak suatu perilaku. Individu memiliki keyakinan bahwa individu atau lingkungan tertentu akan menerima atau tidak menerima tindakan
yang dilakukannya. Apabila individu meyakini apa yang menjadi norma lingkunganatau kelompoknya maka individu akan mematuhi dan membentuk perilaku yang sesuai dengan
lingkungan atau kelompoknyaAjzen 1991. Hasil penelitian sejalan dengan Randall dan Gibson, 1991; Chang, 1998; Bobek dan
Hatfield, 2003; Park dan Blenkinsopp, 2009;AlleynedanPhillips, 2011 yang menemukan dukungan untuknormasubjektifsebagai prediktorsignifikandariintensi.
Pengaruh Kontrol Perilaku auditor terhadap Intensi Whistleblowing
Hasil pengujian statistik terhadap hipotesis ketiga menunjukkan nilai estimasi koefisien variabel Persepsi pengendalian perilaku auditor sebesar 0,434 0.43, nilai kesalahan baku 0,065,
dan probabilitas 0,001. Dengan demikian, hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa Persepsi pengendalian perilaku auditor berpengaruh positif terhadap Intensi whistleblowing terdukung
signifikan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini sesuai dengan Theory of Planned Behaviouryang menyatakan bahwa
intensi untuk berperilaku whistleblowing tergantung pada sumber daya dan peluang yang tersedia sehingga dapat mencapai perilaku tertentu. Kesulitan atau risiko yang melekat dalam melakukan
perilaku disebut faktor kontrol, dan diasumsikan bahwa keyakinan dalam diri dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu serta informasi tentang perilaku yang diperoleh dari pengalaman orang lain.
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
480 Persepsi pengendalian perilaku auditor dibentuk oleh interaksi faktor kontrol dan evaluasi faktor
tersebut. Semakin individu merasakan banyak faktor pendukung dan sedikit faktor penghambat untuk dapat melakukan suatu perilaku, maka individu akan secara langsung mempersepsikan diri
mudah untuk melakukan perilaku tersebut Hasil penelitian ini konsisten dengan beberapa penelitian sebelumnya. menemukan bahwa
kontrol perilaku auditor dipersepsikanadalah prediktor terkuat dari intensi Fearn dan White, 2006, CarpenterdanReimers2005 Alleyne etal2010;. AlleynedanPhillips2011. Park dan
Blenkinsopp 2009 menemukan bahwa persepsi pengendalian perilaku auditor memiliki efek positif yang signifikan pada niat internal whistleblowing. Namun penelitian ini tidak sejalan
dengan Parker et al. 1992 yang membuktikan bahwa persepsi pengendalian perilaku auditor tidak berpengaruh signifikan pada intensi whistleblowing.
Pengaruh Intensi WhistleblowingterhadapWhistleblowing.
Hasil pengujian statistik terhadap hipotesis 5 menunjukkan nilai estimasi koefisien variabel Intensi whistleblowing sebesar 0,185 0.18, nilai kesalahan baku 0,069, dan probabilitas 0,004.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa intensi whistleblowing terbukti sebagai anteseden perilaku whistleblowing dan merupakan faktor utama dalam model karena dapat sebagai
pemediasi faktor-faktor motivasional yang mempunyai dampak pada suatu perilaku seperti sikap , norma subyektif auditor dan persepsi pengendalian perilaku auditor.
Hasil penelitian ini mendukung Theory of Planned Behavior yang menyatakan intensi merupakan suatu kebulatan tekad untuk melakukan aktivitas tertentu di masa depan dan mempunyai
kaitan yang erat dengan sikap dan perilaku, sehingga merupakan variabel antara yang menyebabkan terjadinya perilaku dari suatu sikap atau variabel lainnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
intensi adalah kecenderungan seseorang untuk memilih melakukan suatu pekerjaan dan diasumsikan sebagai faktor pemotivasi yang ada dalam diri individu yang mempengaruhi perilaku.
Hasil penelitian ini juga konsisten dengan meta-analisis Armitage dan Conner 2001, Beck dan Ajzen 1991 dan Ahmad dkk, 2011.
Pengaruh Retaliasi Formal terhadap hubungan intensi whistleblowing dengan perilaku whistleblowing.
Hasil pengujian statistik terhadap hipotesis 6 menunjukkan nilai estimasi koefisien variabel retaliasi formal sebesar -0,117 0.12, nilai kesalahan baku 0,070, dan probabilitas 0,48.
Dengan mengacu pada tingkat signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
481 bukti yang kuat secara empirik untuk menolak Ho.
Hasil penelitian membuktikan bahwa retaliasi yang bersifat formal seperti sangsi dari atasan, hambatan dalam karir dan pemberhentian dari tugas atau pemecatan akan mempengaruhi
memperlemah intensi untuk mewujudkannya dalam pengambilan keputusan whistleblowing.Apalagi kurangnya perlindungan hukum dari pemerintah terhadap ancaman-ancaman atau retaliasi yang
timbul akibat pengungkapan kecurangan. Meskipun memang sudah ada peraturan di Indonesia tentang perlindungan hukum namun masih kurang melindungi para pelaku whistleblowing.
Dengan demikian secara empiris terbukti bahwa retaliasi formal sebagai pemoderasi hubungan intensi whistleblowingprososial dengan whistleblowing.Arnold dan Ponemon 1991 dan
Liyanarachchi dan Newdick 2009, tidak menemukan pengaruh kekuatan retaliasi yang signifikan terhadap whistleblowing
Pengaruh Anonimity struktural terhadap hubungan intensi whistleblowingprososial dengan perilaku whistleblowing.
Hasil pengujian statistik terhadap hipotesis ketujuh menunjukkan nilai koefisien estimasi sebesar 0,1220.12, nilai kesalahan baku 0,070, dan probabilitas 0.040. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa seorang whistleblower akan semakin terdorong untuk melaporkan kecurangan fraudsetelah dapat memastikan bahwa organisasi akan melindungi identitas dan tidak ingin nama
diungkapkan. Sebuah jalur pelaporan struktural yang dibentuk dengan merahasiakan nama dan identitas pelapor dapat merupakan sarana yang penting bagi para whistleblower. Dalam situasi
dimana terdapat budaya perusahaan yang kondusif terhadap keterbukaan,kemungkinan pelaporan terjadinya pelanggaran dapat diutarakan secara terbuka. Hal ini akan memudahkan perusahaan
untuk menangani kekhawatiran tersebut, karena potensi pelanggarannya juga jelas dan juga dimana kemungkinan terjadinya pelanggaran tersebut. Penyampaian secara terbuka adalah kondisi yang
ideal, akan tetapi dalam praktek sangat sulit dijumpai. Oleh karena itu penyampaian pelaporan secara rahasia masih menjadi pilihan utama.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian terdahuluyang menyatakan bahwa ketersediaan jalur anonymous dapat meningkatkansistem pengendalian internal karena kecurangan
laporan keuanganakan dikomunikasikan dan dilaporkan sedini mungkin Schultz dkk., 1993; Hook dkk., 1994; Kaplan dkk 2009.
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
482
Kesimpulan, Keterbatasan dan saran penelitian yang akan datang
Berdasarkan hasil penelitian ada tiga variabel yang menentukan intensi, dan yang selanjutnya akan menentukan perilaku whistleblowing yaitu attitude toward the behavior, subjective norm,
dan perceived behavioral control. Ketiga variabel tersebutkemungkinan dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal yang dimiliki oleh individu. Individu yang tumbuh dan berkembang di lingkungan
sosial yang berbeda akan memperoleh informasi yang berbeda pula mengenai berbagai hal, dimana dapat menjadi penentu attitude toward the behavior, subjective norm, dan perceived
behavioral control yang dimiliki individu.Semakin individu mempersepsikan bahwa rujukan sosialnya merekomendasikan untuk melakukan suatu perilaku maka individu akan cenderung
merasakan tekanan sosial untuk melakukan perilaku tersebut; sebaliknya, semakin individu mempersepsikan bahwa rujukan sosialnya merekomendasikan untuk tidak melakukan suatu
perilaku maka individu akan cenderung merasakan takanan sosial untuk tidak melakukan perilaku tersebut Ajzen, 2005.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa faktor situasional dari organisasi berpengaruh dalam proses pemgambilan keputusan untuk whistleblowingdisampingfaktor individual yang dibentuk
oleh Theory Planned of Behaviour. Faktor situasional jalur pelaporan anonimity struktural terbukti memperkuat intensi untuk melakukan whistleblowingsedangkan retaliasi formal akan
melemahkan intensi seseorang melakukan perilaku whistleblowing
Keterbatasan
1. Pengiriman kuesioner tidak ditujukan secara khusus kepada internal auditor yang menangani
investigasi kecurangan dalam satuan pengawasan intern. Hal ini bisa menyebabkan timbulnya bias dalam menjawab pertanyaan yang terkait dengan implikasi whistleblowing terhadap
pencegahan fraud. 2.
Hasil pengujian whistleblowing terhadap pencegahan fraud menunjukkan r – square yang
sangat rendah yaitu 3 . Hal ini merupakan bukti bahwa whistleblowing bukan satu-satunya tindakan pencegahan yang efektif dan masih ada 97 faktor lain yang tidak dimasukkan
dalam model ini untuk dipertimbangkan. 3.
Penelitian tidak berhasil membuktikan pengaruh langsung persepsi pengendalian perilaku auditor terhadap perilaku whistleblowing yang kemungkinan disebabkan karena banyak
indikator variabel yang kurang valid.
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
483
Saran untuk penelitian yang akan datang
1. Penelitian yang akan datang memfokuskan pada metode pengambilan sampel yang lebih khusus kepada internal auditor yang bertugas dibidang investigasi kecurangan.
2. Penelitian yang akan datang perlu menguji interaksi antara faktor individual dengan faktor organisasional dalam kaitannya dengan proses pengambilan keputusan untuk whistleblowing
internal auditor sehingga akan lebih komprehensif. 3. Penelitian yang akan datang perlu menyusun dan mendesign kembali indikator variabel agar
lebih valid. DAFTAR PUSTAKA
AICPA. 2005. Anonymous Submission of Suspected Wrongdoing Whistleblowers. Ajzen, I. 1991. The theory of planned behavior. Organizational behavior and human decision
processes 50 2:179-211. Ajzen, I., dan T. J. Madden. 1986. Prediction of goal-directed behavior: Attitudes, intentions, and
perceived behavioral control. Journal of experimental social psychology 22 5:453-474. Alleyne, P. 2010. The influence of individual, situational and team factors on auditors’ whistle-
blowing intentions. Unpublished PhD Thesis, University of Bradford, Bradford, UK. Alleyne, P., M. Hudaib, dan R. Pike. 2013. Towards a conceptual model of whistle-blowing
intentions among external auditors. The British Accounting Review 45 1:10-23. Amrizal, A., dan C. MM. 2004. Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan oleh Internal Auditor.
Diklat bpkp. Armitage, C. J., dan M. Conner. 2001. Efficacy of the Theory of Planned Behaviour: A meta-
analytic review. British Journal of Social Psychology 40 4:471-499. Arnold, D. F., dan L. A. Ponemon. 1991. Internal auditors perceptions of whistle-blowing and the
influence of moral reasoning-an experiment. Auditing-A Journal Of Practice Theory 10 2:1-15.
Beck, L., dan I. Ajzen. 1991. Predicting dishonest actions using the theory of planned behavior. Journal of Research in Personality 25 3:285-301.
Beu, D. S., M. R. Buckley, dan M. G. Harvey. 2003. Ethical decision –making: a multidimensional
construct. Business Ethics: A European Review 12 1:88-107. Bouville, M. 2008. Whistle-blowing and morality. Journal of Business Ethics 81 3:579-585.
Bowen, R. M., A. C. Call, dan S. Rajgopal. 2010. Whistle-Blowing: Target Firm Characteristics and Economic Consequences. Accounting Review 85 4:1239-1271.
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
484 Brennan, N., dan J. Kelly. 2007. A study of whistleblowing among trainee auditors. The British
Accounting Review 39 1:61-87. Brief, A. P., dan S. J. Motowidlo. 1986. Prosocial organizational behaviors. Academy of
Management Review 11 4:710-725. Broadhead-Fearn, D., dan K. M. White. 2006. The role of self-efficacy in predicting rule-following
behaviors in shelters for homeless youth: a test of the theory of planned behavior. The Journal of Social Psychology 146 3:307-325.
Buchan, H. 2005. Ethical Decision Making in the Public Accounting Profession: An Extension of Ajzen’s Theory of Planned Behavior. Journal of Business Ethics 61 2:165-181.
Carrington, M. J., B. A. Neville, dan G. J. Whitwell. 2010. Why ethical consumers don’t walk their talk: Towards a framework for understanding the gap between the ethical purchase
intentions and actual buying behaviour of ethically minded consumers. Journal of Business Ethics 97 1:139-158.
Casal, J. C., dan S. S. ZALKIND. 1995. Consequences of whistle-blowing: A study of the experiences of management accountants. Psychological reports 77 3:795-802.
Chang, M. 1998. Predicting Unethical Behavior: A Comparison of the Theory of Reasoned Action and the Theory of Planned Behavior. Journal of Business Ethics 17 16:1825-1834.
Chiu, R. K. 2002. Ethical judgement, locus of control, and whistleblowing intention: a case study of mainland Chinese MBA students. Managerial Auditing Journal 17 9:581-587.
Dworkin, T., dan M. S. Baucus. 1998. Internal vs. external whistleblowers: A comparison of whistleblowering processes. Journal of Business Ethics 17 12:1281-1298.
Dworkin, T. M., dan J. P. Near. 1997. A Better Statutory Approach to Whistle-blowing. Business Ethics Quarterly 7 01:1-16.
Eaton, T. V., dan M. D. Akers. 2007. Whistleblowing and Good Governance. The CPA Journal 77 6:66.
Elias, R. 2008. Auditing students professional commitment and anticipatory socialization and their relationship to whistleblowing. Managerial Auditing Journal 23 3:283-294.
Ester, R., dan H. K. Brian. 2005. To blow or not to blow the whistle? That is the question. Management Research News 28 1112:80-87.
Farrell, D., dan J. C. Petersen. 1982. Patterns of Political Behavior in Organization. Academy of Management Review 7 3:403-412.
Finn, D. 1995. Ethical decision making in organizations: A management employee-organization whistleblowing model. Research on Accounting Ethics 1 1:291-313.
Fishbein, M., dan I. Ajzen. 1975. Belief, attitude, intention and behavior: An introduction to theory and research.
Gibson, A., dan A. Frakes. 1997. Truth or Consequences: A Study of Critical Issues and Decision Making in Accounting. Journal of Business Ethics 16 2:161-171.
Governance, K. N. K. 2008. Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran-SPP Whistleblowing System- WBS.
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
485 Hisham, B., dan M. Yusoff. 2010. Role of Internal Auditors in Whistle Blowing Program to Reduce
Corporate Fraud, Universiti Utara Malaysia. Hooks, K. L., S. E. Kaplan, J. J. Schultz Jr, dan L. A. Ponemon. 1994. Enhancing communication to
assist in fraud prevention and detection; Comment: Whistle-blowing as an internal control mechanism: Individual and organizational considerations. Auditing 13 2:86- 117.
Jones, T. M. 1991. Ethical decision making by individuals in organizations: An issue-contingent model. Academy of Management Review 16 2:366-395.
Kaplan, S., Jr., dan J. Schultz, Jr. 2007. Intentions to Report Questionable Acts: An Examination of the Influence of Anonymous Reporting Channel, Internal Audit Quality, and Setting.
Journal of Business Ethics 71 2:109-124. Kaplan, S. E., K. Pany, J. A. Samuels, dan J. Zhang. 2009. An Examination of the Effects of
Procedural Safeguards on Intentions to Anonymously Report Fraud. Auditing: A Journal of Practice Theory 28 2:273-288.
Kaplan, S. E., dan J. Schultz. 2006. The role of internal audit in sensitive communications. Altamonte Springs, FL: Institute of Internal Auditors Research Foundation.
Kaptein, M. 2011. Understanding unethical behavior by unraveling ethical culture. Human Relations 64 6:843-869.
Keenan, J. P. 2002. Whistleblowing: A study of managerial differences. Employee Responsibilities and Rights Journal 14 1:17-32.
Leonard, L. N., dan T. P. Cronan. 2001. Illegal, inappropriate, and unethical behavior in an information technology context: A study to explain influences. Journal of the Association
for Information Systems 1 1:12. Lewis, D. 2006. The contents of whistleblowingconfidential reporting procedures in the UK: Some
lessons from empirical research. Employee Relations 28 1:76-86. Liyanarachchi, G., dan C. Newdick. 2009. The impact of moral reasoning and retaliation on
whistle-blowing: New Zealand evidence. Journal of Business Ethics 89 1:37-57. Mesmer-Magnus, J. R., dan C. Viswesvaran. 2005. Whistleblowing in organizations: An
examination of correlates of whistleblowing intentions, actions, and retaliation. Journal of Business Ethics 62 3:277-297.
Miceli, M. P., dan J. P. Near. 1984. The Relationships Among Beliefs, Organizational Position, and Whistle-Blowing Status: A Discriminant Analysis. Academy of Management Journal 27
4:687-705. Miceli, M. P., dan J. P. Near. 1988. Individual and situational correlates of whistle
‐blowing. Personnel Psychology 41 2:267-281.
———. 1997. Whistle-blowing as antisocial behavior. Antisocial behavior in organizations 130:149.
———. 2002. What makes whistle-blowers effective? Three field studies. Human Relations 55 4:455-479.
Miceli, M. P., J. P. Near, dan C. R. Schwenk. 1991. Who Blows the Whistle and Why? Industrial Labor Relations Review 45 1:113-130.
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
486 Miceli, M. P., M. Rehg, J. P. Near, dan K. C. Ryan. 1999. Can laws protect whistle-blowers?
Results of a naturally occurring field experiment. Work and Occupations 26 1:129-151. Moberly, R. 2006. Sarbanes-Oxleys structural model to encourage corporate whistleblowers.
Brigham Young University Law Review:1107. Near, J. P., dan M. P. Miceli. 1985. Organizational dissidence: The case of whistle-blowing.
Journal of Business Ethics 4 1:1-16. ———. 1986. Retaliation against whistle blowers: Predictors and effects. Journal of applied
psychology 71 1:137. ———. 1995. Effective-Whistle Blowing. Academy of Management Review 20 3:679-708.
Near, J. P., dan M. P. Miceli. 1996. Whistle-Blowing: Myth and Reality. Journal of management 22 3:507-526.
ODay, R. 1974. Intimidation Rituals: Reactions to Reform. The Journal of Applied Behavioral Science 10 3:373-386.
Park, H. 2004. Whistle blowing as planned behavior: a survey of Korean police officers. Paper read at Joint EGPA-ASPA Conference on Ethics and Integrity of Governance: A Transatlantic
Dialogue at Leuven, Belgium. Park, H., dan J. Blenkinsopp. 2009. Whistleblowing as Planned Behavior
– A Survey of South Korean Police Officers. Journal of Business Ethics 85 4:545-556.
Parmerlee, M. A., J. P. Near, dan T. C. Jensen. 1982. Correlates of whistle-blowers perceptions of organizational retaliation. Administrative Science Quarterly:17-34.
Patel, C. 2003. Some cross-cultural evidence on whistle-blowing as an internal control mechanism. Journal of International Accounting Research 2 1:69-96.
Pergola, C., dan P. Sprung. 2005. Developing a genuine anti-fraud environment. Risk Management 52 3:43.
Ponnu, C., K. Naidu, dan W. Zamri. 2008. Determinants of whistle blowing. International review of business research papers 4 1:276-298.
Randall, D., dan A. Gibson. 1991. Ethical decision making in the medical profession: An application of the theory of planned behavior. Journal of Business Ethics 10 2:111-122.
Rehg, M. T., M. P. Miceli, J. P. Near, dan J. R. V. Scotter. 2008. Antecedents and Outcomes of Retaliation Against Whistleblowers: Gender Differences and Power Relationships.
Organization Science 19 2:221-240. Roberts, W., J. Strayer, I. K. Kokko, dan S. Côté. 2003. Towards, away, and against: Emotions and
prosocial behavior. Paper read at K. Kokko, S. Côté Chairs, Prosocial and aggressive behaviors over the life course. Symposium conducted at meetings of the Society for
Research in Child Development, Tampa, Florida.
Rufus, R. J. 2004. Whistleblowers: Truth, justice, and the American way. Journal of Applied Management and Entrepreneurship 9 4:120.
Sarens, G., dan I. De Beelde. 2006. Interaction between internal auditors and the audit committee: the analysis of expectations and perceptionsG. Sarens, ID Beelde. Ghent University,
Faculty of Economics and Business, Belgium.
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
487 Seifert, D. L., J. T. Sweeney, J. Joireman, dan J. M. Thornton. 2010. The influence of
organizational justice on accountant whistleblowing. Accounting, Organizations and Society 35 7:707-717.
Sims, R., dan J. Keenan. 1998. Predictors of External Whistleblowing: Organizational and Intrapersonal Variables. Journal of Business Ethics 17 4:411-421.
Staub, E. 1978. Predicting prosocial behavior: A model for specifying the nature of personality- situation interaction. In Perspectives in interactional psychology: Springer, 87-110.
Taylor, E. Z., dan M. B. Curtis. 2010. An Examination of the Layers of Workplace Influences in Ethical Judgments: Whistleblowing Likelihood and Perseverance in Public Accounting.
Journal of Business Ethics 93 1:21-37. Trevino, L. K. 1986. Ethical decision making in organizations: A person-situation interactionist
model. Academy of Management Review 11 3:601-617. Treviño, L. K., G. R. Weaver, dan S. J. Reynolds. 2006. Behavioral ethics in organizations: A
review. Journal of management 32 6:951-990. Vardi, Y., dan Y. Wiener. 1996. Misbehavior in Organizations: A Motivational Framework.
Organization Science 7 2:151-165. Vinten, G. 1992. The whistleblowing internal auditor: The ethical dilemma. Internal Auditing 8
2:26-33. Vroom, V. 1964. Expectancy theory: New York: John Wiley.
Waluyo. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi Whistleblowing internal dan dampaknya terhadap fraud dan sistim kontrol organisasi hirarkies I. Disertasi, Fakultas EkonomiIUniversitas
Indonesia, Jakarta. Weber, J., dan J. Gillespie. 1998. Differences in Ethical Beliefs, Intentions, and Behaviors The Role
of Beliefs and Intentions in Ethics Research Revisited. Business Society 37 4:447-467. Weinstein, D. 1984. Bureaucratic opposition: whistle-blowing and other tactics. Complex
Organizations: Growth, Struggle, and Change:254-268. Xu, Y., dan D. E. Ziegenfuss. 2008. Reward systems, moral reasoning, and internal auditors’
reporting wrongdoing. Journal of Business and Psychology 22 4:323-331. Zhang, J., R. Chiu, dan L.-Q. Wei. 2009a. On whistleblowing judgment and intention: The roles of
positive mood and organizational ethical culture. Journal of Managerial Psychology 24 7:627-649.
Zhang, J., R. Chiu, dan L. Wei. 2009b. Decision-Making Process of Internal Whistleblowing Behavior in China: Empirical Evidence and Implications. Journal of Business Ethics 88
1:25-41.
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
488
MOBILE TEST BERBASIS SMS GATE WAY SEBAGAI PELENGKAP E-LEARNING R. Arri Widyanto
1
1
Universitas Muhammadiyah Magelang arriwidyantoyahoo.com
ABSTRAK
Teknologi mobile telah dimanfaatkan secara luas, terutama pemanfaatan pesan teks berbasis SMS yang merupakan layanan populer yang digunakan saat ini. Perguruan tinggi
dalam mengevaluasi mahasiswanya menggunakan berbagai cara, baik secara manual maupun secara on line. Kendala ujian on line, mahasiswa harus menggunakan notebook
yang terhubung dengan jaringan internet. Tidak semua mahasiwa memiliki perangkat akses ini sehingga menjadi kendala tersendiri. Test berbasis SMSyang memanfaatkan SMS
gateway merupakan solusi dari permasalahan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah menyediakan layanan ujian yang praktis dan murah dengan memanfaatkan layanan SMS.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan prototyping. Hasil penelitian berupa aplikasi test online berbasis SMS yang bisa diakses oleh mahasiswa menggunakan
perangkat mobilenya. Aplikasi ini bisa diakses menggunakan perangkat mobile dengan system operasi berbasis android maupun symbian. Secara ekonomis biaya untuk
memanfaatkan aplikasi ini sangat murah bahkan gratis. Aplikasi mobile test ini bisa dimanfaatkan sebagai salah satu media ujian on line alternatif.
Kata kunci :
Mobile, Test, SMS, SMS Gate way
ABSTRACT
Mobile technologyhas beenusedextensively, especiallythe utilization ofSMS-based textmessageservicethatispopularin use today. Collegesin evaluatingstudentsusinga variety
of ways, either manually oron line. Constraintsonline exam, the student mustuse anotebookthat is connectedto the Internet network. Not allstudents haveaccess
tothisdeviceso that it becomesan obstacle. SMS-based testthat utilizesSMSgatewayis a solutionto these problems. The goal ofthis studyis to providea practicaland
inexpensivetestby utilizing theSMS service. The method used in this study using prototyping. Results of this research is applicationonlinetest SMS-based, that can be
accessedbystudentsusingmobile devices. This applicationcan beaccessed usinga mobiledevicewith an operating systembased on AndroidorSymbian. Economicallycost
toutilizethese applicationsare verycheapand evenfree. Thistestmobile applicationscan be usedasone of thealternativemediaon lineexams.
Keywords : Mobile, Test, SMS, SMS Gateway
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi seluler dewasa ini sangat pesat, tertama sebagai media komunikasi baik berbasis teks maupun berbasis suara dan video. Layanan yang paling populer dimasyarakat
adalah pemanfaatan short message service atau yang sering dikenal dengan SMS. Short Message Services SMS atau dikenal dengan layanan pesan singkat merupakan sebuah revolusi di media
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
489
Communication Quick Plan
Modeling Quick design
Construction Of
protptype Deployment
Delivery Feedback
penyebaran informasi, dimana layanan yang digunakan tidak berbasis suara tetapi berbasis teks singkat. Zakaria, dkk, 2006.
Pesan singkat ini sangat populer dikarenakan praktis, hemat biaya bahkan gratis dan semua perangkat mobile memiliki layanan ini. Berbeda dengan aplikasi-aplikasi lain yang memanfaatkan
paket data internet dan handphone nya pun harus bisa mengakses internet. Perguruan tinggi, dalam mengevaluasi mahasiswanya dilakukan dengan berbagai cara.
Diantaranya dengan ujian tertulis dan ujian on line. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Misalnya ujian tertulis, proses pengerjaan soal dan koreksinya dilakukan secara manual. Ujian on
line pengerjaan dan koreksinya bisa dilakukan menggunakan komputer. Kendala yang dihadapi mahasiswa adalah tidak memiliki notebook, sehingga untuk mengerjakan soal ujian on line harus
kewarnet terlebih dahulu. Dari permasalahan tersebut diatas bisa diatasi dengan membangun sistem ujian berbasis SMS gateway, hal ini dikarenakan hampir semua mahasiswa telah memiliki
perangkat HP yang memiliki fitur SMS. SMS Gateway adalah sebuah perangkat lunak yang menggunakan bantuan komputer dan memanfaatkan teknologi seluler yang diintegrasikan guna
mendistribusikan pesan-pesan yang digenerate lewat sistem informasi melalui media SMS yang di- handle oleh jaringan seluler. SMS Gateway ini memanfaatkan modem untuk server pengiriman
SMS. SMS memanfaatkan jaringan operator seluler untuk pengiriman sms, service gammu sebagai software sms gateway, dan database mysql yang di integrasikan dengan database. Fahrudin, 2012.
METODE PENELITIAN
Pengembangan sistemnya dilakukan menggunakan metode prototyping. Metode ini terdiri dari komunikasi, perencanaan cepat, pemodelan rancangan cepat, bangun prototypenya dan
pengiriman dan umpan balik pengguna Pressman, 2005, 40. Hal ini terlihat pada gambar 1 berikut ini :
Gambar 1. Prototyping Model Sumber : Pressman 2005
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
490
Registrasi Login
PilihTest LihatNilai
LogOut User
System
MengolahUser MengolahTest
AkunAdmin Login
Admin
Rancang Arsitektur
Aplikasi yang dibangun menggunakan komputer yang dihubungkan dengan modem GSM yang akan terhubung dengan jaringan GSM yang tersedia. Pengguna menggunakan perangkat
mobilenya mengakses test yang tersedia, menggunakan pesan sms. Administrator menggunakan komputer, mengelola user dan testnya, seperti terlihat pada gambar 2, berikut ini yang
menggambarkan arsitektur aplikasi yang akan dibangun.
Gambar 2. Rancangan Arsitektur Global Mobile Test
Use Case Diagram
Sistem ini menggunakan 2 aktor, yaitu user dan administrator. User merupakan mahasiswa yang akan mengakses layanan test berbasis sms gate way dan administrator yang akan mengelola
sistemnya, seperti terlihat pada gambar 3 berikut.
Gambar 3. Use Case M Test
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
491
REG Vira Abida
14.0502.001 7
Soal ujian sudah tersedia. Anda
akan mengambil test ini
1.Ya 2.Tidak
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil implementasi dari sistem ini berupa aplikasi mobile test, yaitu aplikasi ujian on line berbasis perangkat mobile, dengan memanfaatkan sms untuk registrasi dan mengerjakan soal ujian.
Sistem ini dipergunakan oleh admin untuk mengelola user dan mengelola soal ujian dan user untuk mengerjakan soal ujian.
Administrator harus login terlebih dahulu untuk masuk kedalam sistem. Setelah login berhasil, administrator bisa mengelola soal ujian dan mengelola usernya menggunakan menu yang
tersedia. User sebelum menggunakan layanan M Test, harus mendaftar terlebih dahulu. Pendaftaran cukup menggunakan SMS dengan format REGnamanpm, seperti terlihat pada gambar 4 berikut.
Gambar 4. Tampilan proses pendaftaran test. Setelah registrasi berhasil, akan mendapat SMS balasan “ Anda sudah terdaftar dalam layanan
M Test”. Pengerjaan soal ujian dilakukan setelah ada notifikasi SMS yang menyatakan soal ujian sudah tersedia.
Gambar 5. Notifikasi soal ujian sudah tersedia
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
492
1. Berikut ini merupakan kunci
utama. a. Nama
b. Alamat c. NIP
d. Tgl_lahir Jawab
Pengerjaan Soal ujian dilakukan dengan menjawab SMS tersebut, dengan memilih tombol 2. Sistem akan merespon dengan mengirimkan soal ujian dalam bentuk pilihan ganda seperti terlihat
pada gambar 6 berikut ini.
Gambar 6. Gambar Cotoh Soal Bila semua soal telah selesai dikerjakan, maka akan dimunculkan skor nilainya. Bila masih
belum lulus, bisa mengulang sebanyak dua kali lagi.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Aplikasi Mobile test yang berbasis SMS Gatewayini dapat digunakan sebagai media ujian online alternatif. Kelebihan media
ini, bisa digunakan pada semua merek perangkat mobile karena semua perangkat mobile menggunakan layanan SMS. Secara ekonomi biaya yang dikeluarkan sangat murah bahkan banyak
juga operator seluler menyediakan layanan SMS gratis, sehingga aplikasi ini layak untuk diaplikasikan.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih diucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini, diantaranya : Dekan Fakultas Teknik beserta jajarannya dan Ketua Lp3M Universitas
Muhammadiyah Magelang beserta staf.
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
493
DAFTAR PUSTAKA
Fahrudin, Tora 2012, PEMBUATAN MODEL SMS GATEWAY UNTUK PENYEBARAN DAN PENGOLAHAN REQUEST INFORMASI CIVITAS AKADEMIKA POLITEKNIK
TELKOM, diakses 15 November 2015, dari http:ebookbrowse.compemanfaatan-sms- gateway-utk-penyebaran-informasi-mahasiswa-pdf-d327596841.
Pressman, Roger. 2005. Software Engineering : A Practitioner’s Approach, Mc Graw Hill Companies. Inc
Zakaria, Marcus Teddy dan Josef Widiadhi 2006, Aplikasi SMS Untuk Berbagai Keperluan, Informatika, Jakarta.
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
494
KERANGKA KERJA PENGUKURAN KUALITAS PERANGKAT LUNAK BERDASARKAN PADA STANDAR isoeic 25023
Ratih Nindyasari
Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Informatika Universitas Muria Kudus
ratih2502gmail.com
ABSTRAK
Pengukuran kualitas perangkat lunak merupakan suatu langkah yang digunakan untuk mengetahui seberapa berkualitas sebuah produk perangkat lunak dilihat dari dua jenis
kualitas, yaitu kualitas internal dan kualitas eksternal. Berdasarkan kedua jenis kualitas ini akan digunakan untuk melakukan eksplorasi parameter-parameter apa saja yang akan
dijadikan acuan pengukuran kualitas. Pada penelitian kali ini menyajikan sebuah kerangka kerja yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan pengukuran kualitas
perangkat lunak berdasarkan pada standar ISOEIC 25023. Hasil yang diharapakan dari penelitian ini adalah agar atribut-atribut dari masing-masing sub karakteristik dari
standar pengukuran dapat dijadikan parameter-parameter pengukuran kualitas perangkat lunak.
Kata kunci : ISOEIC 25023, Pengukuran Kualitas Perangkat Lunak
ABSTRACT
Measurement of software quality is activity or steps which can used to know how far of value form quality of software. It is from perspective of two types quality is internal and
eksternal quality. Based on this types we will used to eksploration from parameters which used as references on measuring software quality. In this reasearch will seeing a
framework which used to references for measurement of quality software based on standar ISOEIC 25023. Hopefully, result from this research is there for atributs from each standar
sub characteristics can be orientation standar for measuring of software quality.
Keywords : ISOEIC 25023, Software Quality Measurement
PENDAHULUAN
Perangkat lunak dapat dikatakan berkualitas setelah melewati proses pengujian. Dalam proses pengujian tentu saja memerlukan karakteristik atau indikator-indikator yang dapat digunakan
sebagai tolok ukur. Pengujian yang dilalui oleh perangkat lunak ini digunakan untuk mengukur seberapa berkualitas sebuah produk perangkat lunak. Untuk melihat apakah perangkat lunak ini
benar –benar berkualitas dapat dilihat dari dua jenis kualitas, yaitu kualitas internal dan kualitas
eksternal. Masing-masing dari kualitas ini memiliki beberapa karakteristik dan sub karakteristik. Konsep kualitas perangkat lunak dapat dilihat dari lima sudut pandang yang berbeda [1]:
transcendental, pengguna, manufaktur, produk, dan berbasis nilai. Berdasarkan sudut pandang
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
495 pengguna ini kebanyakan yang disorot tentang kualitas secara umum, tidak hanya kualitas
perangkat lunak saja akan tetapi juga dilihat dari kesuaian terhadap penggunanya. Kemudian jika dilihat dari sudut pandang transcendental menggambarkan kualitas suatu perangkat lunak ini
sebagai sesuatu yang dapat dikenali tetapi tidak didefinisikan. Sementara berdasarkan sudut pandang nilai kualitas ini dikaitkan dengan nilai yang akan dibayarkan oleh kustomer untuk
mendapatkan perangkat lunak tersebut. Sehingga para pengembang perangkat lunak mempertimbangkan kualitas ini sebagai bentuk penyesuaian terhadap spesifikasi dan sebagai suatu
konsep abstrak yang dapat dibagi menjadi suatu karakteristik produk tertentu. Berdasarkan pada sudut pandang kualitas perangkat lunak, maka diperlukan suatu kerangka kerja yang dapat
digunakan untuk acuan dalam pengukuran kualitas perangkat lunak. Dalam konteks rekayasa perangkat lunak, metrik adalah cara umum untuk mengukur kualitas
perangkat lunak. Metrik diklasifikasikan menjadi beberapa hal penting, yaitu produk, proses dan sumber daya. Sementara metrik mendukung pengukuran dari sisi aspek kualitas. Untuk
mendapatkan laporan yang rasional dari metrik-metrik tersebut, model kualitas diperlukan untuk mendefinisikan karakteristik yang berbeda dan sesuai dengan subkarakteristik yang berhubungan
dengan kualitas software. ISO IEC 25023 adalah standar menggambarkan model kualitas untuk mengukur kualitas dari produk perangkat lunak.
METODE PENELITIAN
Pada bagian ini akan dijelaskan tentang alur atau proses yang akan dilakukan dalam melakukan penelitian. Proses
– proses apa saja yang harus dilalui dalam melakukan pengukuran kualitas perangkat lunak berdasarkan standar ISOEIC 25023 dapat direpresentasikan dalam
Gambar 1.