Kelompok Kepadatan Di Kabupaten Kulonprogo
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
317
KESIMPULAN
Dari hasil analisis dan pembahasan pada studi kasus dalam laporan ini, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisis kelompok cluster analysis didapat 3 kelompok dilihat dari tingkat kepadatan penduduk, dengan kelompok 1 terdiri dari 40 kecamatan, kelompok 2 terdiri dari 26
kecamatan sedangkan kelompok 3 terdiri dari 12 kecamatan. 2. - Berasarkan hasil akhir analisis kelompok 1 memiliki karakteristik luas wilayah rendah serta
jumlah penduduk rendah, oleh karena itu berdasarkan karakteristik tersebut kelompok 1
disefinisikan sebagai daerah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk sedang.
- Kelompok 2 memiliki karakteristik dengan luas penduduk tinggi dan jumlah penduduk rendah, maka berdasarkan karakteristik tersebut kelompok 2 didefinisikan sebagai daerah yang
memiliki tingkat kepadatan penduduk rendah atau tidak padat penduduk.
- Sedangkan untuk kelompok 3 merupakan kelompok yang memiliki karakteristik luas penduduk rendah dan jumlah penduduk tinggi, sehingga dapat didefinisikan bahwa kelompok
tersebut merupakan kelompok yang memiliki tingkat kepadatan penduduk tinggi
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasulullah SAW yang selalu
memberikan rahmat, berkah, kesehatan, dan petunjuk bagi hamba-Nya. Kepada kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan doa dan dukungannya. Dr. Jaka Nugraha, M.Siyang telah sabar
membimbing penulis selama penyusunan paper ini.Teman-teman Jurusan Statistika UII angkatan 2012yang sudah banyak memberikan semangat dan bantuan dalam memulai dan mengakhiri paper
ini.Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu per satu, terimakasih.
DAFTAR PUSATAKA
Anonim. 2007. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta.http:www.jogjakota.go.idaboutkondisi- geografis-kota-yogyakarta. Diakses pada tanggal 27 April 2015.
Anonim. 2012. Data Pokok Pembangunan. http:www.bantulkab.go.iddatapokok0402_pembagian_administratif.html. Diakses pada
tanggal 18 Mei 2015.
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
318 Anonim. 2010. Profil Kecamatan Ngawen.
https:hutanwisatawonosadi.wordpress.com20101213profil-kecamatan-ngawen. Diakses pada tanggal 25 Mei 2015
Biro Tata Pemerintah Setda DIY. 2013. Profil Biro Tata Pemerintahan Setda DIY. Yogyakarta BPS Prov Yogyakarta dengan Bappeda Yogyakarta. 2014. Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam
Angka Tahun 2014. Yogyakarta. BPS Kab Kulonprogo. 2014. Statistik Daerah Kabupaten Kulonprogo 2014. Yogyakarta. BPS
Kabupaten Kulonprogo. Hussein Saddam. 2012. Analisis Kependudukan Kabupaten Gunungkidul.
https:saddamaddas.wordpress.com20120202analisis-kependudukan-kabupaten- gunungkidul. Diakses pada tanggal 25 Mei 2015.
Kariyam. 2004. Modul Praktikum Analisis Multivariat. Jurusan Statistika. FMIPA. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Kependudukan. 2014. Profil Kependudukan. http:kependudukan.jogjaprov.go.id. Diakses Pada tanggal 10 April 2015.
Kurnia, Rahma. 2006. Kepadatan Penduduk. http:rahma-kurnia.blogspot.com200609kepadatan- penduduk.html. Diakses pada tanggal 16 April 2015.
Kurniawan, Wawan. 2010. Atas Kepadatan Penduduk, Wali Kota Akan Perbanyak Rusunawa. http:www.jogjainfo.net201005atasi-kepadatan-penduduk-wali-kota-akan.html, Diakses
pada 15 April 2015. Kurniawan, Novianto. 2013. Analisis Algoritma K-means Clustering Dengan Menggunakan
Openmp.https:www.academia.edu4615281ANALISIS_ALGORITMA_K_MEANS_CLU STERING_DENGAN_MENGGUNAKAN_OPENMP Diakses pada tanggal 23 April 2015.
Muawanah, Annisa.
2013. Potensi
Dan Permasalahan
Kota Yogyakarta.
https:annisamuawanah.wordpress.com20130731potensi-dan-permasalahan-kota- yogyakartaDiakses pada tanggal 25 Mei 2015.
Muhlas, Ediyanto dkk. 2013. Pengklasifikasian Karakteristik Dengan Metode K-Means Cluster Analysis. Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya Bimaster 022 : 133-136.
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
319 Mufid. 2008. Analisis Klaster Kepadatan Penduduk Kabupaten Sleman Dengan Pendekatan Sistem
Informasi Geografi. Skripsi. Jurusan Statistika, Universitas Islam Indonesia. Nurullina, Ria. 2012. Pengelompokkan Kecamatan Berdasarkan Kebutuhan Dan Ketersediaan
Daging Sapi Di Kabupaten Klaten Pada Tahun 2010.Skripsi. Jurusan Statistika, Universitas Islam Indoneisa.
Permata, Dita. 2013. Kepadatan Penduduk. http:ditapermatadewi.blogspot.com. Diakses padat tanggal 16 April 2015.
Simamora B. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Supranto, J. 2004. Analisis Multivariat Arti dan Interpretasi. Jakarta : Rineka Cipta.
Santi, Distia Eka. 2012. Pengelompokkan Kabupaten Kota Di Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Potensi Ternak Sapi Potong Pada Tahun 2010. Skripi. Jurusan Statistika, Universitas Islam
Indonesia. Walpole R., Myers R. 1995. Ilmu Peluang dan Statistik untuk Insinyur dan Ilmuan. Bandung :
Penerbit ITB.
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
320
INDIKATOR KEPUASAN WISATAWAN MANCANEGARA TERHADAP OBYEK WISATA DI PROVINSI DIY
Septu Kornianto
1
, Muhammad Ulinnuha
1
, Suhendra Pradesa
1
, Zaidan Hilman Karami
1
, Inuar Zahrawati
1
, Ardianto Imam Safe’i
1
, Kariyam
2
1
Mahasiswa Program Studi Statistika, FMIPA UII Yogyakarta
2
Dosen Program Studi Statistika, FMIPA UII Yogyakarta
septukorniantogmail.com, kariyamuii.ac.id
ABSTRAK
Potensi wisata di Provinsi DIY menjadi destinasi wisata favorit wisatawan mancanegara. Kepuasan wisatawan ditinjau dari beberapa indikator, untuk mengetahui
indikator tersebut perlu dilakukan pengambilan data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer. Variabel penelitian yang digunakan mengacu pada
sapta pesona yaitu aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah tamah, kenangan. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis faktor. Dari penelitian ini diperoleh lima
indikator kepuasan wisatawan mancanegara terhadap objek daerah wisata tujuan.
Kata kunci : indikator kepuasan, tempat wisata, analisis faktor, wisatawan mancanegara
ABSTRACT
The Yogyakarta’s tourism destination is one of favorite foreign tourist place to be visited. The tourist satisfaction valued based on some indicator, that collect from
quisionare. This reasearch use primer data. Reasearch variabl esbased on “Sapta Pesona”
which is aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah tamah, kenangan.. The method for analyze is factor analyze.Based on factor analyze can conclude that there are five indicator
of foreign tourist satisfaction to the tourism destination.
Kata kunci : satisfaction indicator, tourism destination, factor analyze, foreign tourist
PENDAHULUAN
Salah satu potensi besar bagi Indonesia adalah sektor pariwisata. Pariwisata selama ini merupakan salah satu potensi yang menjadikan negeri ini dikenal di percaturan global.
Pembangunan sektor pariwisata dimaksudkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Oleh karenanya pemerintah sewajarnya mulai menggalakkan program pembangunan
pariwisata di berbagai daerah sekaligus menempatkannya sebagai pendekatan pembangunan alternatif. Kekayaan alam Indonesia menjadi daya tarik tersendiri bagi para peminat wisata, selain
bisa menikmati keindahan alamnya dapat juga meningkatkan daya kreatif dan menghilangkan kejenuhan dalam bekerja serta kesehatan. Pariwisata merupakan salah satu objek yang sedang
digalakkan di era sekarang ini. Hampir di setiap pulau bahkan setiap provinsi gencar dalam
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
321 mempromosikan potensi dan keindahan alam yang ada di wilayahnya. Dari berbagai wilayah di
Indonesia, salah satunya adalah Yogyakarta. Yogyakarta disamping dikenal sebagai sebutan kota perjuangan, pusat kebudayaan dan
pusat pendidikan juga dikenal dengan kekayaan pesona alam dan budayanya. Hingga sekarang Yogyakarta masih tetap merupakan daerah wisata yang terkenal di Indonesia dan Mancanegara.
Dengan kesungguhan untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan yang berkelanjutan, serta memelihara kemegahan candi Prambanan dan Ratu Boko, Keraton Kasultanan Yogyakarta
Hadiningrat, Kota Tua Gedhe, Makam Raja-raja Mataram Kota Gedhe, museum-museum, dan adat- istiadat serta kesenian tradisionalnya, sampai sekarang kekayaan tersebut masih terjaga atau lestari.
Begitu juga dengan potensi keindahan alam Yogya yang sangat mempesona, seperti kawasan Kaliurang dan gunung Merapi, kawasan Nglanggeran, Tahura Bunder, puncak Suroloyoperbukitan
Menoreh, gunung Gambar, pegunungan Karst, Gumuk pasir, maupun keindahan pantai selatan pantai Kukup, Baron, Krakal, Siung, Ngrenehan, Sundak, Sadeng, Parangtritis, Goa Cemara,
Pandansimo, Glagah dll. Berdasarkan data Dinas Pariwisata Provinsi DIY, Tamansari dan Candi Prambanan merupakan dua obyek daerah tujuan wisata yang memeliki jumlah pengunjung
wisatawan mancanegara terbanyak. Dinas Pariwisata Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014 Keberhasilan suatu kegiatan pariwisata sangat ditentukan oleh tingkat kualitas pelayanan yang
diberikan kepada pengunjungwisatawan, karena kualitas pelayanan dipercaya sangat berbanding lurus dengan kepuasan pengunjungwisatawan dan jika kepuasan pengunjungwisatawan terpenuhi
diharapkan apresiasi dalam upaya memperbaiki tata cara pelayanan dapat menjadi lebih baik Nurdiana, 2012.
Kualitas pelayanan merupakan seberapa jauh perbedaan antara kenyataan yang diterima dengan harapan para pelanggan atas layanan yang mereka terima dan orientasi semua sumber daya manusia
dalam suatu perusahaan terhadap kepuasan pelanggan. Adapun tujuannya adalah pemeliharaan pelanggan customer maintance, menjaga dan mempererat pelanggan customer retention, dan
mengembangkan pelanggan baru new customer development Diaz Martin, et.al, 2000. Berdasarkan latar belakang di atas, maka pada makalah ini akan dilakukan analisis faktor yang
mempengaruhi kepuasan wisatawan mancanegara. Penelitian ini bertempat di Tamansari dan candi Prambanan.
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
322
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di dua obyek wisata dengan jumlah wisatawan mancanegara terbanyak. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer. Variabel penelitian yang
digunakan mengacu pada sapta pesona yaitu aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah tamah, kenangan.
Metode pengambilan sampel yang dipakai pada penelitian ini menggunakan teknik nonprobability sampling. Teknik non probability sampling merupakan cara pengambilan sampel
yang pada prinsipnya menggunakan pertimbangan tertentu yang digunakan oleh peneliti. Teknik ini dapat dilakukan dengan mudah dalam waktu yang sangat singkat. Tapi kelemahan teknik ini adalah
hasilnya tidak dapat diterima sepenuhnya dan berlaku bagi seluruh populasi, karena sebagian besar dari populasi tidak dilibatkan dalam penelitian. Teknik sampling non probability yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu teknik accidental sampling. Teknik ini dikatakan secara kebetulan karena peneliti memang sengaja memilih sampel kepada siapapun yang ditemui peneliti atau by accident
pada tempat, waktu, dan cara yang telah ditentukan. Sampel asidental adalah sampel yang diambil dari siapa saja yang kebetulan ada.
Berdasarkan data yang diperoleh dari penyebaran kuisioner, maka data akan diolah menggunakan analisis faktor yang bertujuan untuk mengetahui indikator kepuasan wisatawan
mancanegara. Analisis faktor adalah suatu teknik interdependensi interdependence technique, dimana tidak
ada pembagian variabel menjadi variabel bebas dan variabel tergantung dengan tujuan utama yaitu mendefinisikan struktur yang terletak diantara variabel-variabel dalam analisis. Analisis ini
menyediakan alat-alat untuk menganalisis struktur hubungan interen atau korelasi di antara sejumlah besar variabel dengan menerangkan korelasi yang baik antara varaiabel, yang diasumsikan
untuk merepresentasikan dimensi-dimensi dalam data Supranto, 2004. Analisis faktor merupakan salah teknik”analisis ketergantungan” yang sangat populer dan telah
digunakan secara luas dalam berbagai ilmu pengetahuan. Tujuan utama analisis faktor adalah untuk menjelaskan hubungan antara banyak variabel dalam bentuk beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
merupakan besaran acak yang tidak dapat di amati secara langsung. Pada analisis faktor, variabel tidak dikelompokkan menjadi variabel bebas dan tak bebas.
Analisis faktor dipandang sebagai perluasan dari analisis komponen utama. Keduanya merupakan teknik analisis yang menjelaskan struktur hubungan antara banyak variabel dalam sisitem konkrit
nyata.
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
323 Sehingga variabel-variabel dalam satu faktor mempunyai korelasi yang tinggi, sedangkan
korelasi dengan variabel-variabel pada faktor lain relatif rendah. Tiap-tiap kelompok dari variabel mewakili suatu konstruksi dasar yang disebut faktor. Untuk meningkatkan daya interpretasi faktor,
harus dilakukan transformasi pada matriks loading. Transformasi dilakukan dengan merotasi matriks tersebut dengan metode varimax, quartimax, equamax, quartimin, biquartimin
dan covarimin serta oblimin. Analisis faktor pada dasarnya dapat dibedakan secara nyata menjadi dua macam yaitu:
1. Analisis Faktor Eksploratori Atau Analisis Komponen Utama PCA Analisis faktor eksploratori atau analisis komponen utama PCA = principle component
analysis yaitu suatu teknik analisis faktor di mana beberapa faktor yang akan terbentuk berupa variabel laten yang belum dapat ditentukan sebelum analisis dilakukan.
Pada prinsipnya analisis faktor eksploratori di mana terbentuknya faktor-faktor atau variabel laten baru adalah bersifat acak, yang selanjutnya dapat diinterprestasi sesuai dengan faktor atau
komponen atau konstruk yang terbentuk. Analisis faktor eksploratori persis sama dengan anlisis komponen utama PCA.
Dalam analisis faktor eksploratori di mana peneliti tidak atau belum mempunyai pengetahuan atau teori atau suatu hipotesis yang menyusun struktur faktor-faktornya yang akan dibentuk atau
yang terbentuk, sehingga dengan demikian pada analisis faktor eksploratori merupakan teknik untuk membantu membangun teori baru.
Analisis faktor eksploratori merupakan suatu teknik untuk mereduksi data dari variabel asal atau variabel awal menjadi variabel baru atau faktor yang jumlahnya lebih kecil dari pada variabel
awal. Proses analisis faktor eksploratori mencoba untuk menemukan hubungan antarvariabel baru atau faktor yang terbentuk yang saling independen sesamanya, sehingga bisa dibuat satu atau
beberapa kumpulan variabel laten atau faktor yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal yang bebas atau tidak berkorelasi sesamanya. Jadi antar faktor yang terbentuk tidak berkorelasi
sesamanya. 2. Analisis Faktor Konfirmatori CFA
Analisis faktor konfirmatori yaitu suatu teknik analisis faktor di mana secara apriori berdasarkan teori dan konsep yang sudah diketahui dipahami atau ditentukan sebelumnya, maka
dibuat sejumlah faktor yang akan dibentuk, serta variabel apa saja yang termasuk ke dalam masing- masing faktor yang dibentuk dan sudah pasti tujuannya. Pembentukan faktor konfirmatori CFA
secara sengaja berdasarkan teori dan konsep, dalam upaya untuk mendapatkan variabel baru atau
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
324 faktor yang mewakili beberapa item atau sub-variabel, yang merupakan variabel teramati
atau observerb variable. Pada dasarnya tujuan analisis faktor konfirmatori adalah untuk mengidentifikasi adanya
hubungan antar variabel dengan melakukan uji korelasi, untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen. Dalam pengujian terhadap validitas dan reliabilitasinstrumenatau kuesioner untuk
mendapatkan data penelitian yang valid dan reliabel dengan analisis faktor konfirmatori
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 1. Demografi Jenis Kelamin Gambar 1 di atas merupakan gambaran umum responden yang dipaparkan berdasarkan jenis
kelaminnya. Berdasarkan 39 responden, didominasi oleh responden laki-laki dengan rincian 33 responden adalah perempuan dan 67 adalah responden laki-laki.
male, 26, 67 female, 13,
33
Jenis Kelamin
male female
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
325 Gambar 2. Demografi Negara Asal Wisatawan
Berdasarkan gambar 2 di atas diketahui bahwa pengunjung terbanyak berasal dari Jerman ada 9 responden dan pengunjung tersedikit berasal dari Itali, Malaysia dan Korea. Jumlah
responden tertera pada gambar di atas.
Gambar 3. Demografi Tingkat Pendidikan Responden Gambar 3 merupakan gambaran secara umum dari demografi tingkat pendidikan responden.
Tingkat pendidikan terbanyak dari para responden merupakan lulusan universitas terdiri dari 20 responden.
1 2
3 4
5 6
7 8
9 KOREA
MALAYSIAN ITALY
RUSSIAN JEPANG
AUSTRALIAN GERMAN
1 1
1 1
1 2
2 2
2 3
3 4
7 9
Negara
5 10
15 20
25
1
Pendidikan
Tidak Sekolah SMP
SMA Universitas
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
326 Gambar 4. Demografi Jenis Pekerjaan Responden
Berdasarakan Gambar diatas dapat diketahui bahwa rata-rata pekerjaan responden adalah bukan pelajar, wiraswasta, freelance maupun PNS. Diantara kelima kategori pekerjaan responden,
pelajar menduduki peringkat paling rendah. Hal ini mengindikasi bahwa rata-rata wisatawan mancanegara yang datang adalah para pekerja dan bukan pelajar.
Tabel 1. Penilaian Wisatawan Mancanegara terhadap Tempat Wisata No
Nama Variabel
Uraian Jumlah Responden yang
Menilai STB
TB B
SB 1 Fasilitas
fasilitas dan infrastruktur tempat wisata 5.13
5.13 53.85 35.90
2 pegawai 1 penampilan pegawai, masyarakat dan
pemandu wisata 0.00
0.00 74.36 20.51
3 pelayanan pelayanan kepada wisatawan
0.00 10.26 64.10 25.64
4 keindahan keindahan tempat wisata
0.00 0.00
46.15 51.28 5 keamanan
keamanan tempat wisata 0.00
2.56 56.41 41.03
6 kebersihan sanitasi dan kebersihan tempat wisata
2.56 2.56
61.54 33.33 7 area hijau
ruang terbuka hijau 0.00
2.56 51.28 35.90
8 keramahan keramahan pegawai, masyarakat atau
pemandu wisata 0.00
2.56 56.41 33.33
9 komunikasi kapabilitas pegawai atau pemandu
wisata berkomunikasi dengan wisatawan 2.56
5.13 69.23 20.51
10 pegawai 2 kemampuan setiap pegawai, masyarakat
atau pemandu wisata untuk menjelaskan tentang tempat wisata
0.00 7.69
61.54 25.64 11
tempat makan
kondisi area istirahat dan food court sekitar tempat wisata
0.00 12.82 61.54 25.64
12 tempat toko oleh-oleh sekitar tempat wisata
2.56 15.38 43.59 28.21
5 10
15 20
25
Pekerjaan
Pelajar Wiraswata
freelance PNS
Lainnya
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
327 oleh-oleh
Tabel 1 merupakan hasil analisis deskriptif dari 12 variabel, warna hijau muda menunjukkan mayoritas penilaian wisatawan mancanegara pada semua variabel. Berdasarkan tabel 1 dapat
dikatakan bahwa lebih dari 50 wisatawan mancanegara memberikan penilaian baik untuk destinasi wisata yang dikunjungi.
Tabel 2. Total Variance Explained
Component berkisar antara 1 hingga 12 yang mewakili jumlah pertanyaan. Tabel 2 mengelompokkan 12 pertanyaan menjadi lima indikator yang mampu menjelaskan variabel sebesar
80,73 .
Tabel 3. Rotated Component Matrix
Rotated Component Matrix
a
Component 1
2 3
4 5
Area hijau ,821
-,022 ,106
-,135 -,130
Tempat makan ,756
-,006 -,084
,172 ,103
keramahan ,738
,536 ,124
,026 -,040
Tempat oleh-oleh ,664
-,075 -,099
,146 ,594
Pelayanan ,639
,013 ,160
,577 -,076
Keamanan ,090
,895 -,028
-,001 -,029
Pegawai1 -,047
,846 ,044
,043 -,063
Pegawai2 ,018
,649 -,155
-,096 ,512
Keindahan -,076
-,020 ,916
-,106 ,221
Fasilitas ,396
-,015 ,733
,490 -,038
Kebersihan ,002
,003 -,024
,937 -,002
Komunikasi -,095
-,015 ,385
-,059 ,873
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
328
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
a. Rotation converged in 8 iterations.
Tabel 2 menjelaskan tentang variabel pembentuk lima komponen indikator kepuasan wisatawan mancanegara, yang terbentuk ke dalam lima faktor utama seperti berikut:
Faktor 1 : area hijau, tempat makan, keramahan, tempat oleh-oleh, dan pelayanan Faktor 2 : keamanan, pegawai1, dan pegawai2
Faktor 3 : fasilitas, dan keindahan Faktor 4 : kebersihan
Faktor 5 : komunikasi
KESIMPULAN
Analisis faktor telah menghasilkan indikator kepuasan wisatawan mancanegara terhadap dua obyek wisata di provinsi DIY yang dirangkum kedalam lima faktor utama.
UCAPAN TERIMAKASIH
Dinas Pariwisata Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pihak pengelola Taman Sari dan Candi Prambanan
DAFTAR PUSTAKA
Baparda Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 2008. Buku Panduan Sadar Wisata. Yogyakarta : Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Diaz, Martin, Ana M. 2000. The Use of Quality Expectation to Segment a Service Market. Jurnal of Service Marketing. Vol 14, No.2.p.132-146
Dinas Pariwisata Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 2014. Statistik Kepariwisataan. Yogyakarta : Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Nurdiana, Asep. 2012. Kualitas Pelayanan di Obyek Wisata Gua JatijajarKebumen. Propublik. Vol. 1, No. 1.
Supranto, J. 2004. Analisis Multivariat. Jakarta: Rineka Cipta.
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
329
ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PEDAGANG DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN DAN PERILAKU MENANGANI SAMPAH
Studi Kasus Pasar Karangwaru, Tegalrejo, Daerah Istimewa Yogyakarta Akhmad Fauzy
1
, Wahyu Listyawan
2
1
Universitas Islam Indonesia afauzyyahoo.com
2
Universitas Islam Indonesia wahyustat92gmail.com
ABSTRAK
Pasar tradisional merupakan inti perekonomian mikro masyarakat khususnya kalangan menengah kebawah. Kesadaran pedagang pasar tradisional dalam berperilaku
hidup sehat dan menangani sampah sangat penting untuk menigkatkan kualitas dari pasar tradisional. Begitu beragamnya karakteristik pedagang menyebabkan kesadaran akan
pentingnya berprilaku hidup sehat dan menangani sampah turut berbeda. Penelitian ini dilakukan di pasar karangwaru Yogyakarta sebagai salah satu pasar tradisional yang
masih bertahan hingga saat ini. Fokus pada penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana kebiasaan mencuci tangan dan penangangan sampah oleh pedagang di pasar
karangwaru, selain itu dibahas juga tentang keterkaitan antara karakteristik pedagang pasar karangwaru dengan kebiasaan mencuci tangan dan penanganan sampah. Metode
analisis yang digunakan dalam penelitan ini adalah analisis deskriptif dan tabulasi silang. Dari hasil penelitian di peroleh hasil bahwa secara umum perilaku pedagang di pasar
karangwaru dalam mencuci tangan dan membuang sampah cukup baik hal itu di buktikan dengan banyaknya pedagang yang selalu buang sampah pada tempatnya dan
selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas. Dengan menggunakan analisis tabulasi silang didapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara karakteristik
usia pedagang dengan aktifitas mencuci tangan pada saat sebelum makan, dan terdapat hubungan antara karakteristik lama berdagang dengan aktifitas mencuci tangan pada saat
setelah dari kamar kecil. Sedangkan untuk perilaku membuang sampah pada tempatnya didapat kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara karakteristik lama pedagang dengan
perilaku membuang sampah pada tempatnya di jalan umum.
Kata kunci : pasar, tradisional, pedagang, mencuci tangan, sampah
ABSTRACT
The traditional market is the core community of micro-economy especially among middle down. Traditional market of traders awareness in healthy living, behavior and
managetrash is very important to improve the quality of traditional markets. So, many various characteristics of the traders cause the importance of awareness of healthy living
and handling the trash takes part is different. This research was conducted in the karangwarumarket of Yogyakarta as the one of traditional market that still survive until
this moment. The focus on this research is finding out how the habit of hand washing and manage trash by traders in the market karangwaru. In additional,it alsodiscussed about
relation between characteristics of the merchant market karangwaru with the habit of hands washing and manage trash. The methods of analysis used descriptive analysis and
cross-tabulations. From the results of this research that in general the traders behavior of Karangwaru market in hand washing and manage trashs is well enough. It was proved by
many traders who always throw the trash in the place and always wash the hands before and after activity. By using cross-tabulations analysis obtained the conclusion that there is
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
330
the relationship between the characteristics of the age with handwashing activities at the time before the eating, and there is the relationship between the characteristics of the long
trade with handwashing activities at the time after from the toilet. While, for the behavior of the throw trashs in the place, there is a conclusion that there is the relationship between
the characteristics of the long trade with the behavior of throw trash in place on public roads.
Key Word : Market, traditional, traders, hand wash, trash.
PENDAHULUAN
Pasar memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian. Sebagian besar kegiatan ekonomi terjadi di pasar. Para pembeli memiliki kebutuhan atau keinginan yang
sama yang dapat dipuaskan lewat pertukaran dan hubungan yang didapat dari penjual. Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan proses transaksi jual beli.
Kristiningtyas, 2012 Pasar secara umum dapat di bedakan menjadi dua yaitu pasar tradisional dan pasar modern.
Pasar tradisional merupakan pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah sebagai tempat utama untuk kegiatan perdagangan. Jenis tempat usaha di pasar tradisonal berupa toko, kios, los
dan tenda yang dikelola oleh pedagang kecil menengah dan koperasi, dengan usaha skala kecil serta modal kecil dan dengan proses jual beli melalui tawar-menawar. Di dalam pasar tradisional terdapat
kebutuhan pokok masyarakat yang dipasok oleh para petani, peternak, nelayan dan insustri kecil rumah tangga sehingga pasar tradisional telah menjadi pegangan hidup bagi banyak orang.
Pramono ,2011 Menurut survey yang dilakukan AC. Nielsens jumlah pasar tradisional di Indonesia
mencapai 1,7 juta atau sekitar 73 persen dari keseluruhan pasar yang ada. Namun, pertumbuhan dari pasar modern jauh lebih tinggi dari pasar tradisional. Pasar-pasar tradisional serta pasar modern
rata-rata mempunyai spesefikasi barang dagangan yang hampir sama sehingga berpotensi mengakibatkan terjadi persaingan diantara dua pasar tersebut . Sumintarsih, 2011
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa banyak juga pasar tradisional yang dalam perkembangannya menjadi sepi, ditinggalkan oleh pengunjung atau pembelinya karena
kebanyakan pasar tradisional selama ini terkesan kumuh, kotor, semrawut, bau dan tidak sehat. Perlu adanya perbaikan perubahan pandangan terhadap pasar tradisional agar masyarakat tetap
mau berbelanja di pasar tradisional. Beberapa penelitian yang membahas tentang perbaikan pengelolan pasar tradisional agar
lebih baik juga pernah dilakukan diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulistyo
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
331 2010 berjudul Model Pengembangan Pasar Tradisional Menuju Pasar Sehat Di Kota Semarang
menyoroti pasar tradisional dari aspek organisasi, hukum dan stakeholder yang menghasilkan pertama, gambaran kondisi pasar tradisional baik dari aspek fisik maupun ketersediaan barang
dagangan yang masih memerlukan perbaikan dan peningkatan, kedua perlunya pengelolaan pasar yang dipisahkan dengan dana APBD dengan Dinas Pasar Kota Semarang, ketiga pasar yang siap
dikembangkan dan dapat dikembangkan untuk dikelola dalam sebuah Perusahaan Daerah Perusda Pasar antara lain: Pasar Gayamsari, Peterongan, Karangayu, Bulu dan Rejomulyo, Pasar Johar.
Alfianita 2012 juga melakukan penelitian yang berjudul revitalisasi pasar tradisional dalam prespektif good governance yang bertujuan untuk mengetahui, menganalisis dan menggambarkan
pola kerjasama antar aktor dalam revitalisasi pasar tradisional di Pasar Tumpang Kabupaten Malang dalam perspektif good governance dan upaya apasaja yang diambil dalam revitalisasi
pasar tradisional di Pasar Tumpang Kabupaten Malang. Penelitian lain juga dilakukan oleh Masitoh 2013, yang berjudul Upaya menjaga
eksisitensi Pasar Trasdisional studi kasus: Revitalisasi Pasar Piyungan Bantul didapatkan hasil pada penelitian yang menyatakan bahwa persepsi pelanggan terhadap kebersihan dan bangunan
fisik pasar adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kenyamanan pelanggan dalam berbelanja. Faktor kebersihan pasar tradisional merupakan salah satu faktor penyebab pembeli tetap mau
berkunjung ke pasar tradisional. Seperti yang dikatakan Yuliarsih, 2002, faktor kebersihan memiliki pengaruh yang sangat besar sekali karena pelanggan dimanapun juga memiliki keinginan
yang sama dimana dalam mendapatkan kebutuhan khususnya makanan, tempatnya harus benar- benar bersih, sehat dan terbebas dari kuman penyakit.
Salah satu pasar tradisional yang masih bertahan hingga saat ini adalah pasar karangwaru Yogyakarta dimana pasar tersebut merupakan salah satu pasar tradisional yang berada di kawasan
kota Yogyakarta yang memiliki kelas paling rendah yaitu kelas V. Pedagang di pasar karangwaru cukup beragam dan barang-barang yang di jual cukup banyak. Saat ini pasar karangwaru sedang
menempati pasar sementara karena pasar yang lama sedang direnovasi. Untuk meningkatkan kualitas dari pasar tradisional karangwaru tentunya selain perbaikan
infrastruktur pasar diperlukan juga perbaikan pola hidup para pedagangnya seperti diantaranya perbaikan pola hidup sehat di pasar dan cara pedagang menangani sampah. Hal ini sangat penting
dilakukan karena pedagang merupakan salah satu objek utama bagi perkembangan pasar. Untuk itu diperlukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana kebiasaan mencuci tangan
dan penangangan sampah para pedagang di pasar Karangwaru, dan juga tentang keterkaitan antara
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
332 karakteristik pedagang dengan kebiasaan mencuci tangan dan penanganan sampah oleh para
pedagang. Sehingga diharapkan hasil dari penelitian ini dapat mengukur sejauh mana para perdagang telah menerapkan perilaku hidup sehat dan mengelola sampah yang ada dipasar serta
menemukan apakah terdapat keterkaitan antara karakteristik pedagang dengan perilaku hidup sehat yang telah dilakukan.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 25 November sampai dengan tanggal 30 November 2015 di pasar Karangwaru, Tegalrejo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Responden
yang diambil dalam penelitian ini adalah pedagang yang berada di pasar Karangwaru, Tegalrejo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah
data populasi dari seluruh pedagang di pasar Karangwaru. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data dikumpulkan oleh
peneliti dengan cara mewawancarai responden menggunakan kuesioner terstruktur. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perilaku membuang sampah, perilaku mencuci tangan dan
karakteristik pedagang yaitu usia, pendidikan dan lama berdagang. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis statistik deskriptif dan analisis tabulasi silang. Analisis statistik
deskriptif menurut Sugiyono 2008 adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau mengambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya
tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Sedangkan metode analisis tabulasi silang adalah metode analisis kategori data yang menggunakan data
nominal, interval, ordinal, dan kombinasi diantaranya. Prosedur tabulasi silang digunakan untuk menghitung banyaknya kasus yang mempunyai kombinasi nilai-nilai yang berbeda dari dua
variabel dan menghitung harga-harga statistik beserta ujinya. Indriatno, dkk, 2008.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dengan menggunakan analisis deskriptif didapatkan gambaran perilaku pedagang pasar secara umum berkaitan dengan karakteristik dan perilakunya sebagai berikut:
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
333
Hasil Analisis Deskriptif
Gambar 1
Karakteristik pedagang dari segi usia Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui karakteristik usia pedagang paling banyak
pedagang yang berjualan di pasar karangwaru berusia antara 51-60 yaitu sebanyak 36 pedagang, sedangkan pedagang dengan usia lebih dari 60 adalah sebanyak 16 pedagang, dan jumlah pedagang
paling sedikit yaitu pada usia atara 20-30, 31-40 dan 41-50 dengan jumlah pedagang berturut-turut sebanyak 8 pedagang, 10 pedagang dan 6 pedagang.
Gambar 2 Karakteristik pedagang dari segi lama berdagang
Berdasarkan gambar 2 dapat diketahui bahwa pedagang yang berjualan di pasar karangwaru yang telah berdagang lebih dari 15 tahun adalah sebanyak 47 pedagang, sedangkan pedagang yang
baru berjualan kurang dari setahun adalah sebanyak 3 pedagang. Selain itu pedagang yang sudah berjualan antara 1-3 tahun dan 12-15 tahu adalah sebanyak 5 pedagang, sedangkan pedagang yang
sudah berjualan selama 4-11 tahun adalah sebanyak 8 pedagang.
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
334
Gambar 3 Karakteristik pedagang dari Segi Pendidikan
Karakteristik pedagang di pasar Karangwaru dapat dilihat juga dari karakteristik pendidikan, jika dilihat dari tingkatannya pendidikan yang paling tinggi ditempuh oleh pedagang yaitu
DiplomaS1 sedangkan pendidikan paling rendah adalah tidak tamat SD. Akan tetapi pendidikan terakhir yang paling banyak ditempuh adalah tidak tamat SD, dalam artian mereka para pedagang
sempat menempuh pendidikan dasar akan tetapi tidak sampai akhir atau bahkan tidak sama sekali. Kemudian pendidikan terakhir SD ditempuh sebanyak 21 pedagang, pendidikan terakhir SMA
ditempuh sebanyak 16 pedagang, pendidikan SMP ditempuh sebanyak 13 pedagang sedangkan pendidikan DiplomaSI ditempuh sebanyak 3 pedagang.
Perilaku Mencuci Tangan
Gambar 8. Grafik Jumlah Pedagang Berdasarkan perilaku mencuci tangan.
Dapat dilihat dari grafik di atas diketahui bahwa kebanyakan dari pedagang memiliki kebiasaan selalu mencuci tangan pada lima aktivitas yang di teliti. Akan tetapi masih
20 40
60 80
Sebelum Makan Setelah Makan
Setelah Dari Kamar Mandi
Ketika Merasa Kotor Setelah Bekerja
70 72
73 65
61
6 3
2 7
9
1 1
4 5
1
Frekuensi Perilaku Mencuci Tangan
Tidak Pernah Jarang
Sering Selalu
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
335 terdapat beberapa orang responden yang sering dan jarang mencuci tangan baik sebelum
maupun setelah beraktivitas.
Gambar 9
. Grafik Alasan Mau Mencuci Tangan Dari grafik di atas diketahui dari semua alasan yang ditanyakan kepada para pedagang
terkait alasan mau untuk mencuci tangan hampir semua pedagang sepakat dengan alasan tersebut, dimana alasan yang paling banyak di sepakati oleh pedagang untuk mau
mencuci tangan adalah agar dapat mencegah penyakit.
Gambar 10 . Grafik alasan tidak mau mencuci tangan
Dari Total 76 responden terdapat 28 orang yang pernah tidak mencuci tangan saat sebelum ataupun sesudah aktivitas yang diteliti. Alasan yang paling banyak tidak
disepakati oleh resonden adalah alasan karena terbiasa dimana dari 28 responden ada 15 responden yang tidak sepakat dengan alasan tersebut.
20 40
60 80
Sudah Terbiasa Agar Hidup Sehat
Dapat Mencegah Penyakit Ada Fasilitas
69 73
69 44
7 3
7 32
Frekuensi Alasan Mau Mencuci Tangan
Tidak Ya
5 10
15 Tidak Terbiasa
Merepotkan Tidak Ada Fasilitas
Lokasi Tempat Cuci Tangan Jauh
3 7
8 8
15 11
10 10
Frekuensi Alasan Tidak Mau Mencuci Tangan
Tidak Ya
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
336
20 40
60 80
Rumah Tempat JualanKerja Pasar Jalan Umum Rumah Ibadah
68 63
64 57
69
6 12
9 11
6 1
1 3
7 1
1 1
Frekuensi Membuang Sampah Pada Tempatnya
Selalu Sering
Jarang Tidak Pernah
Perilaku Membuang Sampah
Gambar 8. Grafik Jumlah Pedagang Berdasarkan perilaku membuang sampah pada tempatnya
Dapat dilihat dari grafik di atas diketahui bahwa kebanyakan dari pedagang memiliki kebiasaan selalu membuang sampah pada tempatnya baik di kelima tempat yang diteliti yaitu di
rumah, tempat jualankerja, pasar, jalan umum dan rumah ibadah. Akan tetapi masih terdapat beberapa orang yang sering dan jarang membuang sampah pada tempatnya.
Gambar 9
. Grafik Alasan membuang sampah pada tempatnya Dari grafik di atas diketahui alasan pedagang selalu membuang sampah pada tempatnya
yang paling banyak disepakati adalah karena alasan agar hidup sehat, dari 76 total responden terdapat 73 responden sepakat dengan alasan tersebut , sedangkan alasan yang
paling sedikit di sepakati adalah alasan takut terkena sanksi dimana dari 76 total responden hanya 22 responden sepakat. Untuk alasan pedagang sering membuang sampah
pada tempatnya yang paling banyak disepakati adalah karena alasan takut terkena sanksi, dari 76 total responden terdapat 54 responden sepakat dengan alasan tersebut ,
20 40
60 80
Selalu Sering
Jarang Tidak Pernah
69
7 73
3 49
27 22
54
Alasan Membuang Sampah Pada Tempatnya
Kebiasaan Agar Hidup Sehat
Adanya Fasilitas Takut Terkena Sanksi
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
337 sedangkan alasan yang paling sedikit di sepakati adalah alasan kebiasaan dimana dari 76
total responden hanya 7 responden sepakat.
Gambar 10
. Grafik alasan tidak membuang sampah pada tempatnya Dari Total 76 responden terdapat 28 orang yang pernah membuang sampah tidak pada
tempatnya. Alasan yang paling sedikit tidak disepakati oleh resonden adalah alasan karena terbiasa dimana semua responden tidak sepakat dengan hal tersebut. Alasan yang
paling banyak disepakati adalah alasan karena tidak ada tempat sampah. Hasil Analisis Hubungan Karakteristik dengan Perilaku Membuang Sampah dan Mencuci
Tangan A. Hubungan Antara Usia dengan Aktifitas Membuang Sampah pada Tempatnya Pada
Masing-Masing Lokasi Uji Hipotesis :