Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi
                                                                                Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
558
Belajar  evaluatif, siswa  diarahkan  untuk  belajar  dan  diagnostik.  Tidak  statis  seperti,  teks
atau  pendidikan  berbasis  cetak,  Kehadiran  jalur  belajar  yang  berbeda  untuk  mengeksplorasi  dan menemukan bukan hanya mendengarkan dan mengingat.
TIK dalam bidang pendidikan khususnya pembelajaran merupakan tantangan tersendiri bagi dunia  pendidikan,  khususnya  teknologi  pembelajaran  dewasa  ini.  Tuntutan  dalam  menjawab
globaliasi  pendidikan  telah  hadir  didepan  mata.  Berbagai  perangkat  komputer  beserta  koneksinya dapat menghantarkan peserta belajar secara cepat dan akurat apabila dimanfaatkan secara benar dan
tepat. Untuk itu dibutuhkan sumber daya manusia yang tanggap terhadap perkembangan teknologi informasi  dan  komunikasi.  TIK  bukan  hanya  sebatas  bagaimana  mengoperasikan  komputer  saja,
namun  bagaimana  menggunakan  teknologi  untuk  berkolaborasi  dan  berkomunikasi,  melakukan penelitian  dan  menyelesaikan  berbagai  persoalan  dalam  proses  pembelajaran  yang  semakin
kompleks  dan  berkembang  secara  dinamis,  dengan  teknologi  informasi  dan  komunikasi  ini  akan membuat  belajar  menjadi  lebih  menarik,  biaya  juga  lebih  murah  dan  waktu  yang  dipergunakan
menjadi  lebih  efektif.  Siswa  akan  dengan  cepat  mendapatkan  ide  dan  pengalaman  dari  berbagai kalangan.  Kemampuan  siswa  pun  semakin  bertambah  karena  dengan  pembelajaran  tersebut  siswa
akan mampu belajar mandiri, sehingga siswa mampu memutuskan dan mempertimbangkan sendiri kapan  waktu  yang  tepat  dan  dimana  tempat  yang  pas  sehingga  dapat  dilakukan  secara  tepat  dan
optimal. Organisasi  dan  manajemen  menggunakan  TIK  sebagai  alat  bantu  di  sekolah.Contoh
penggunaan  TIK  dalam  sistem  pendidikan  di  negara  maju,    sebagian  besar  negara-negara  maju memiliki menerapkan TIK sejak  tahun 1980. Beberapa alasan sebagaidibahas oleh Pedro,  2004,
adalah sebagaiberikut:Sebuah masyarakat baru membutuhkan keterampilan baruTIK yang meliputi setiap  aspekkehidupan  pekerjaan,  belajar,  rekreasi,  dan  kesehatan.Karena  TIK  adalah  alat  yang
sangat  baik  untukpengolahan  informasi,  generasi  baruperlu  menjadi  kompeten  dalam penggunaannya,harus  mempunyai  keterampilan  yang  diperlukan,  danOleh  karena  itu  harus
memiliki  akses  ke  komputerdan  jaringan  di  sekolah  Kok,  2007.Sekolah  adalah  sebuah  lembaga untuk memperoleh informasi dan pengetahuanmemegang peranan penting.
TIK Meningkatkan Proses Belajar Mengajar
Pembelajaran  konvensional  menekankan  konten.  Buku  teks  selama  bertahun-tahun  telah ditulis.  Guru  mengajarkan  materi  melalui  ceramah  dan  presentasi  diselingi  dengan  tutorial  dan
kegiatan  belajar  yang  dirancang  untuk  mengkonsolidasikan  dan  berlatih  konten.  Pengaturan kontemporer  sekarang  mendukung  kurikulum  yang  mempromosikan  kompetensi  dan  kinerja.
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
559 Kurikulum  mulai  menekankan  kemampuan  dan  untuk  peduli  lagi  dengan  bagaimana  informasi
tersebut  akan  digunakan  dibandingkan  dengan  apa  informasi  tersebut.  TIK  kontemporer  mampu memberikan dukungan yang kuat untuk semua persyaratan ini dan di dunia saat ini terdapat banyak
contoh yang luar biasa dari pengaturan kelas untuk kompetensi dan kurikulum berbasis kinerja yang menggunakan suara affordances teknologi tersebut Oliver, 2000.
TIKMeningkatkan Kualitasdan AksesibilitasPendidikan
TIK  meningkatkan  fleksibilitas  transfer    pendidikan  agar  siswa  dapat  mengakses pengetahuan  kapan  saja  dan  dari  mana  saja.  Hal  ini  dapat mempengaruhi  carasiswa  diajarkan  dan
bagaimana mereka belajar seperti sekarang ini proses pembelajaran di dorong bukan oleh guru. Hal ini  pada  gilirannya  akan  lebih  mempersiapkan  siswa  untuk  belajar  sepanjang  hayat  serta  untuk
meningkatkan  kualitas  pembelajaran.  Dalam  konser  dengan  fleksibilitas  geografis,  program pendidikan  teknologi-difasilitasi  juga  menghapus  banyak  kendala  yang  dihadapi  peserta  didik
duniawi  dengan  kebutuhan  khusus    Moore    Kearsley,  1996.  Siswa  mulai  menghargai kemampuan untuk melakukan pendidikan di mana saja, kapan dan dimana saja
TIKMeningkatkan LingkunganBelajar
TIK  menyajikan  lingkungan  belajar  yang  sama  sekali  barubagi  siswa,  sehingga membutuhkan  keterampilan  yang  berbeda  untuk  menjadi  sukses.  Pemikiran,  penelitian,  dan
keterampilan  evaluasi  kritis  semakin  penting  sebagai  siswa  telah  meningkatkan  volume  informasi dari berbagai sumber untuk memilah-milah New Media Consortium, 2007. TIK  telah mengubah
proses  belajar  mengajar  dengan  menambahkan  unsur-unsur  vitalitas  untuk  belajar  lingkungan termasuk  lingkungan  virtual  untuk  tujuan.  TIK  adalah  alat  yang  beberpotensi  kuat  untuk
menawarkan  kesempatan  pendidikan.  Sulit  dan  mungkin  bahkan  tidak  mungkin  untuk membayangkan  lingkungan  belajar  masa  depan  yang  tidak  didukung,  dalam  satu  cara  atau  lain  ,
yaitu olehTeknologi Informasi dan KomunikasiTIK.
TIKMeningkatkanMotivasi Belajar
TIK  dapat  meningkatkan  kualitas  pendidikan  dibeberapa  cara,  dengan  meningkatkan motivasi  dan  keterlibatan  siswa,  juga  sebagai  alat  transformasi  yang  jika  digunakan  dengan  tepat,
dapat  mempromosikanpergeserankelingkunganberpusat  pada  siswa.  Beberapa  orang  tua  dari responden berpendapat bahwa anak-anak mereka merasa lebih termotivasi dari sebelumnya di jenis
seperti mengajar di kelas daripada stereotip 50 menit kuliah. Mereka berpandangan bahwa jenis ini proses  belajar  jauh  lebih  efektif  daripada  situasi  kelas  monolog  monoton  di  mana  guru  hanya
mengajar di depan kelas dan siswa hanya mendengarkan guru. TIK mengubah karakteristik masalah
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
560 dan  tugas  belajar,  dan  karena  memainkan  tugas  penting  sebagai  mediator  dari  perkembangan
kognitif, meningkatkan akuisisi kompetensi kognitif generik sebagai penting bagi kehidupan dalam masyarakat pengetahuan kita. Siswa menggunakan TIK untuk tujuan menjadi dalam proses belajar
mengajar dan karena semakin banyak siswa menggunakan komputer sebagai sumber informasi dan alat  kognitif  Reeves  dan  Jonassen,  1996,  pengaruh  teknologi  mendukung  terus  untuk
meningkatkan belajar siswa.
TIKMeningkatkan KinerjaSkolastik
Berdasarkan  penggunaan  ekstensif  TIK  dalam  pendidikan  muncul  kebutuhan  untuk mengungkap  mitos  yang  mengelilingi  penggunaan  teknologi  informasi  dan  komunikasi  TIK
sebagai  bantuan  untuk  mengajar  dan  belajar,  dan  dampaknya  pada  kinerja  akademik  siswa.  TIK membantu  memperluas  akses  pendidikan,  memperkuat  relevansi  pendidikan  ke tempat  kerja  yang
semakin digital, dan meningkatkan kualitas pendidikan. Namun, pengalaman memperkenalkan TIK yang berbeda di dalam kelas dan pengaturan pendidikan lainnya di seluruh dunia selama beberapa
dekade  terakhir  menunjukkan  bahwa  realisasi  potensi  TIK  dan  manfaat  di  bidang  pendidikan. Hubungan langsung antara penggunaan TIK dan kinerja akademik mahasiswa telah menjadi fokus
dari  literatur  yang  luas  selama  dua  dekade  terakhir.  TIKmembantu  siswa  untuk  belajar  mereka dengan meningkatkan komunikasi antara mereka dan instruktur Valasidou dan Bousiou, 2005.
ANALISIS
Implikasidari  penggunaan  TIK  di  bidang  Pendidikan  yaitu  untuk  kebijakan  dan perencanaan, terdapat kepercayaan umum bahwa TIK memiliki kontribusi yang signifikan terhadap
perubahan  cara  mengajar,  perubahan  sekolah  dan  inovasi,  dan  layanan  masyarakat.  Dengan demikian, para pembuat kebijakan dan pemimpin proyek system informasi harus berpikir dalam hal
faktor input yang dapat bekerja sama untuk mengamati dampak TIK dalam pendidikan. Dengan  adanya  TIK  dalam  upaya  mencapai  peningkatan  hasil  pendidikan  dimasa  datang.
Sepertidikutip  dalam  OECD  Planning  Meeting    Agenda  and  Issue  2002:  3,  struktur  aktivitas berfokus pada dua pertanyaan yang luas sebagai berikut:
1.  Kebijakan apa yang diperlukan untuk memastikan bahwa investasi dalam TIK mengarah selain di  bidang  pendidikan?  Hal  ini  mencoba  untuk  memahami  bagaimana  TIK  dapat  berkontribusi
untuk  akses  yang  lebih  besar  untuk  belajar;  kualitas  pengajaran  yang  lebih  tinggi;  dan  untuk meningkatkan dan pembelajaran yang lebih baik di masa datang.
2.  Dampak TIK adalah memiliki pada bidang lembaga pendidikan dan pada pembuatan kebijakan pendidikan? Mencoba ini untuk merefleksikan isu-isu seperti kelembagaan kerangka kerja untuk
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
561 manajemen  sekolah,  struktur  peraturan  untuk  pendidikan  lembaga  dan  pengaturan  cara  bekerja
guru. Kebutuhan  keterkaitan  TIK  dan  kebijakan  lembaga  pendidikan.  Dalam  mencerminkan
pentingnya teknologi, kebijakan pendidikan harus berfokus poin utama berikut ini UNDP, 2004: 1 Kebijakan  Pendidikan  harus  mencerminkan  paradigma  mengajar  alternatif  dan  baru  yang  TIK
dapat  menawarkan  dalam  hal  memberikan  lebih  Modus  yang  efektif,  relevan,  dan  fleksibel belajar untuk yang kurang mampu dan massa umum.
2 Kebijakan  harus  memperhitungkan  pelatihan  ulang  guru  menggabungkan  penggunaan  TIK dalam  pendidikan.  Guru  harus  terampil  mendesain  ulang  lingkungan  belajar  sehingga  siswa
dapat mentransfer keterampilan TIK yang baru mereka diperoleh untuk aplikasi lain. 3 Sebagian  besar  kebijakan  pendidikan  perlu  mencerminkan  pada  infrastruktur  TIK  tanpa
meninggalkan    kebutuhan  untuk  konten  pendidikan  lokal.  Pengembangan  instruksional perangkat-konten tetap menjadi hal yang tidak boleh diabaikan.
4 Fokus  pada  negara-negara  berkembang,    bagaimana  mereka  harus  menggunakan  TIK  untuk mengkompensasi  faktor  yang  kurang  dalam  pendidikan,  yaitu,  guru  yang  terlatih  dalam
mengelola sumber daya peralatan yang relative mahal. Tugas kita adalah untuk berkonsentrasi pada memilih alternatif teknologi dengan biaya rendah, dibutuhkan kreativitas yang sangat baik
dari beberapa guru. Terdapat beberapa program  yang dapat dilaksanakan seperti, Studi kelayakandankonsultasi
tentang  solusi  konektivitasdanpengelolaan  telecenter,  Konektivitas  internetuntuksekolah,  · Kemitraan antar sekolah, serta  Pengembangan profesionalitas guru pada isuteknologidalam konteks
pedagogiinovatif,  dan  Lokakaryabagi  para  pembuatkebijakandi  koordinasi  kebijakandan  strategi implementasi.
Keterbatasan  penggunaan  TIK  dalam  Pendidikan,  TIK  sebagai  teknologi  modern  yang menyederhanakan  dan  memfasilitasi  kegiatan  manusia  tidak  hanya  menguntungkan  dalam  banyak
hal,  tetapi  juga  memiliki  banyak  keterbatasan.  Banyak  orang  dari  dalam  dan  di  luar  sistem pendidikan,  memikirkan  TIK  sebagai  hal  penting  untuk  menyelesaikan  masalah  sekolah  dan
perbaikan.  Namun,  banyak  kondisi  dapat  dianggap  sebagai  keterbatasan  penggunaan  TIK  dalam pendidikan. Keterbatasan dapat dikategorikan terkait kepada guru, siswa, dan teknologi. Semua itu
berpotensi membatasi manfaat TIK untuk pendidikan. Jika TIK tidak benar-benar digunakan dengan baik, maka akan diperoleh kerugian bukannya
manfaat.  Sebagai  contoh,  sementara  siswa  menggunakan  internet,  mungkin  membingungkan
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
562 mereka  dengan  banyaknya  pilihan  informasi.  Akibatnya,  guru  menghabiskan  banyak  waktu  untuk
mengontrol  siswa  dari  situs  yang  tidak  terkait  dengan  isi  pembelajaran.  Kemudian  juga  penting untuk berhati-hati, dalam  mengidentifikasi keterbatasan utama penggunaan ICT dalam pendidikan
berkaitan dengan perilaku siswa.
KESIMPULAN
Dalam  upaya  untuk  memperoleh  kesimpulan  akan  mencobauntuk  melanjutkan  dengan mensintesisdari  sudut  pandangumumhasil  yang  diperoleh,  dengan  mempertimbangkanaspek-
aspekyang relevan dari literatur. Hasil  yang diberikan oleh kedua analisis kuantitatif dan kualitatif dari  literatur  yang  diperoleh  terutama  mengenai  aspek-aspek  yang  terkait  dengan  TIK  di  bidang
Pendidikan.  TIK  untuk  pendidikan  mengacu  pada  perkembangan  teknologi  informasi  dan komunikasi  secara  khusus  untuk  tujuan  pengajaranbelajar,  sedangkan  TIK  dalam  pendidikan
melibatkan  adopsi  komponen  umum  teknologiinformasi  dan  komunikasi  dalam  proses  belajar mengajar.
Teknologi informasi dan komunikasi bagi dunia pendidikan dapat berarti tersedianya sarana yang  dapat  dipakai  untuk  menyiarkan  program  pendidikan.  Terdapat  beberapa  hal  yang  dapat
diajukan  untuk  mendukung  pengembangan  dan  penerapan  teknologi  informasi  dan  komunikasi untuk pendidikan dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas pendidikan.
Tinjauan  pustaka  ini  telah  berupaya  untuk  mengeksplorasi  penggunaan  TIK  dalam pendidikan seperti kemajuan dalam abad ke-21. Ekstrapolasi kegiatan saat ini dan praktek-praktek,
terus  menggunakan  dan  pengembangan  TIK  dalam  pendidikan  akan  memiliki  dampak  yang  kuat pada,  TIK  dan  proses  belajar  mengajar;  kualitas  dan  aksesibilitas  pendidikan;  motivasi  belajar,
lingkungan dan penggunaan TIK dan kinerja belajar akademik. Penggunaan  TIK  dalam  pendidikan  memiliki  dampak  positif  pada  pengajaran,
pembelajaran, dan penelitian. TIK dapat mempengaruhi pelayanan pendidikan dan memungkinkan akses  yang  lebih  luas.  Selain  itu,  akan  meningkatkan  fleksibilitas  agar  siswa  dapat  mengakses
pendidikan tidak tergantung dari waktu dan hambatan geografis. Hal ini dapat mempengaruhi cara pengajaran kepada siswa dan bagaimana mereka belajar. Hal ini akan memberikan lingkungan yang
kaya  akan  makna  dan  motivasi  untuk  proses  belajar  mengajar  dan  nampaknya  memiliki  dampak besar  pada  proses  pembelajaran  dalam  pendidikan  dengan  menawarkan  kemungkinan  baru  bagi
siswa dan guru.  Kemungkinan-kemungkinan ini dapat berdampak pada kinerja dan prestasi siswa. Ketersediaan  sama  yang  lebih  luas  dari  praktek-praktek  terbaik  dan  materi  kursus  terbaik  dalam
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
563 pendidikan, yang dapat dibagi dengan cara ICT, dapat mendorong pengajaran yang lebih baik dan
peningkatan prestasi akademik siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Daniels  J.S.  2002  “Foreword”  in  Information  and  Communication  Technology  in  Education–A Curriculum for Schools and Programme for Teacher Development. Paris:UNESCO.
Jonassen, D.  Reeves, T. 1996. Learning with technology:  Using computers as cognitive tools. In D. Jonassen Ed.,  Handbook of Research Educational on Educational Communications
and Technology pp 693-719. New York: Macmillan. Kok, A. 2007. ICT Integration into Classrooms
Moore, M.  Kearsley, G. 1996. Distance Education: A Systems View. Belmont, CA: Wadsworth. New Media Consortium 2007.Horizon Report
OECD. 2002. ICT: Policy Challenges for Education. Planning Meeting, Agenda and Issue Paper. Oliver, R. 2000. Creating Meaningful Contexts for Learning in Web-based Settings. Proceedings
of Open Learning 2000. Pp; 53-62.Brisbane: Learning Network, Queensland. Pedro et.al. 2004. Technology in Schools: Education, ICT and the Knowledge Society.
Sutrisno. 2011. Pengantar Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Gaung Persada GP Press. Tinio, V.L. 2002. ICT in Education: UN Development Programme
UNESCO  2002  Information  and  Communication  Technology  in  Education –A  Curriculum  for
Schools and Programme for Teacher Development. Paris: UNESCO. UNESCO,2002,  Open  And  Distance  Learning  Trends,  Policy  And  Strategy  Considerations,14
UNESCO. Valasidou  A,  Sidiropoulos  D,  Hatzis  T,  Bousiou-
Makridou  D  2005.”Guidelines  for  the  Design and  Implementation  of E-
Learning Programmes, Proceedings of the IADIS”. International Conference IADIS E-Society 2005, 27 June- 30 June, Qawra, Malta.
Volman  M.  2005.  Variety  of  roles  for  a  new  type  of  teacher.  Educational  technology  and  the teacher profession. Teacher and Teacher Education, 21, 15-31.
Watson, D.M. 2001. Pedagogy before Technology: Re-thinking the Relationship between ICT and Teaching. Education and Information Technologies, 6, 4, 251-266.
Yusuf,  M.O.  2005.  Information  and  communication  education:  Analyzing  the  Nigerian  national policy for information technology. International Education Journal Vol. 6 No. 3, Pp; 316-
321
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
564
KAJIAN SIMULASI TINGKAT KEPERCAYAAN DARI DATA UJI HIDUP BERDISTRIBUSI EKSPONENSIAL DUA PARAMETER
TERSENSOR TIPE-II MULTIPLE SEDERHANA Akhmad Fauzy
Program Studi Statistika, FMIPA, UII Yogyakarta akhmad.fauzyuii.ac.id
ABSTRAK
Kajian  simulasi  tingkat  kepercayaan  dari  data  berdistribusi  eksponensial  satu  dan  dua parameter tersensor tipe-II tunggal dan tersensor tipe-II double telah dilakukan oleh Fauzy
2014a,  2014b  dan  2014c.  Tingkat  kepercayaan  dari  satu  dan  dua  parameter  distribusi eksponensial yang dihasilkan oleh metode bootstrap persentil lebih kecil daripada metode
tradisional.  Pada  penelitian  ini  dilakukan  studi  simulasi  tingkat  kepercayaan  dari  data berdistribusi  eksponensial  dua  parameter  tersensor  tipe-II  multiple  sederhana.  Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan yang dihasilkan oleh metode bootstrap persentil lebih kecil daripada metode tradisional.
Kata kunci:persentil bootstrap, distribusi eksponensial, multiple sederhana
ABSTRACT
Simulation  study  of  the  level  of  confidence  of  exponentially  one  and  two  parameters  of censored type-II of single and double has been carried out by Fauzy  2014a , 2014b and
2014c  . The level of trust of one and two parameters exponential distribution produced by the bootstrap method percentile smaller than traditional methods. In this study conducted a
simulation  study  of  the  level  of  confidence  of  two  parameters  exponentially  of  censored type-II of multiple simple case. The results showed that the level of trust generated by the
bootstrap method percentile smaller than traditional methods. Keywords:bootstrap persentil, exponentially, multiple simple case
PENDAHULUAN Latar Belakang
Fauzy 2011 dalam buku bunga rampainya telah menguraikan penerapan metode bootstrap persentil dari data uji hidup berdistribusi eksponensial  tersensor tipe-II. Dalam buku tersebut telah
dijelaskan bahwa lebar selang yang dihasilkan oleh metode bootstrap persentil lebih kecil daripada metode  tradisional.  Selang  kepercayaan  yang  dapat  dibangun  dari  data  uji  hidup  berdistribusi
eksponensial  adalah  selang  kepercayaan  bagi  parameter,  fungsi  tahan  hidup  dan  kuantil  waktu hidup.
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
565 Penelitian berbasis data berdistribusi eksponensial tersensor tipe-II juga telah dikembangkan
dengan  mencari  daerah  kepercayaan  confidence  band  bagi  fungsi  tahan  hidup  dan  kuantil  tahan hidup. Hasil penelitian tersebut dapat dilihat dalam Fauzy, et. al. 2004, Fauzy 2007a dan 2007b,
Hakim dan Fauzy 2010 serta Fauzy, et. al. 2003a, 2003b dan 2007. Studi tentang perbandingan nilai variansi yang dihasilkan oleh metode bootstrap persentil dan
metode  tradisional  telah  dilakukan  oleh  Fauzy  2005.  Hasil  studi  menunjukkan  bahwa  variansi yang dihasilkan metode bootstrap persentil lebih kecil daripada metode tradisional.  Fauzy 2014a,
2014b  dan  2014c  juga  telah  melakukan  kajian  simulasi  dari  data  berdistribusi  eksponensial  satu dan  dua  parameter  tersensor  tipe-II  tunggal  dan  double  untuk  mencari  tingkat  kepercayaan  yang
sebenarnya  bagi  parameter,  fungsi  tahan  hidup  dan  kuantil  waktu  hidup  menggunakan  metode tradisional dan metode bootstrap. Hasil kajian menunjukkan tingkat kepercayaan dari satu dan dua
parameter  distribusi  eksponensial    yang  dihasilkan  oleh  metode  bootstrap  persentil  lebih  kecil daripada  metode  tradisional.  Simulasi  perlu  dilanjutkan  menggunakan  data  berdistribusi
eksponensial dua parameter tersensor tipe-II multiple  sederhana.
Tujuan
Tujuan  dari  kajian  ini  adalah  untuk  membuat  simulasi  tingkat  kepercayaan  dari  data berdistribusi eksponensial dua parameter tersensor tipe-II multiple sederhana menggunakan metode
tradisional dan metode bootstrap. Selanjutnya hasil dari kedua metode dibandingkan.
Metode
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data artificial berdistribusi eksponensial dua parameter tersensor tipe-II multiple sederhana. Data yang dibangun dianggap sebagai data populasi.
Selanjutnya dari data populasi tersebut diambil sampel kecil, sedang dan besar. Tujuan pengambilan sampel  kecil,  sedang  dan  besar  adalah  untuk  melihat  apakah  hasilnya  tetap  konsisten  atau  tidak.
Langkah  selanjutnya  adalah  mencari  tingkat  kepercayaan  yang  sebenarnya  bagi  parameter,  fungsi tahan  hidup  dan  kuantil  waktu  hidup  menggunakan  metode  bootstrap.  Selanjutnya  tingkat
kepercayaan  yang  dihasilkan  dibandingkan  dengan  tingkat  kepercayaan  yang  dihasilkan  oleh metode tradisional.
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
566
LANDASAN TEORI Metode Bootstrap Persentil
Tujuan utama penggunaan metode bootstrap adalah untuk mendapatkan estimasi yang baik dari  data  dengan  sampel  yang  minimum.  Penggunaan  metode  ini  perlu  bantuan  komputer  karena
perhitungannya  yang  kompleks  Efron  dan  Thibshirani,  1993.  Selanjutnya  Efron  1979 menguraikan  bahwa  bootstrap  adalah  suatu  metode  analisis  statistik  yang  berbasis  komputasi.
Istilah  bootstrap  mengandung  arti  berdiri  di  atas  kaki  sendiri  dan  berusaha  dengan  sumber  daya minimum.  Sumber  daya  minimum  adalah  data  yang  sedikit,  atau  data  yang  menyimpang  dari
asumsi tertentu atau data yang tidak mempunyai asumsi tentang distribusi populasinya. Metode  bootstrap  telah  diperkenalkan  oleh  Efron  1979.  Metode  bootstrap  adalah  suatu  metode
yang merupakan pengembangan dan perluasan dari metode jackknife. Prinsip dari metode bootstrap adalah  sampel  dengan  pengembalian,  yaitu  pengambilan  sampel  buatan  artificial  samples  dari
observasi
n
X .
. .
X X
, ,
,
2 1
yang telah ada.
Gambar 1: Algoritma bootstrap
Beberapa buku yang mengupas tentang metode bootstrap antara lain Hall 1992, Efron dan Tibshirani  1993,  Shao  dan  Tu  1995  dan  Chernick  2007.  Beberapa  penulis  lain  yang
menggunakan metode bootstrap ialah  Leger  etal. 1992  yang telah mengupas teknologi bootstrap dan penggunaannya.  Kebolehjadian bootstrap telah dikemukakan oleh Davison  etal. 1992. Efron
1993  telah  menganalisis  Bayes  dan  estimasi  kebolehjadian  dari  selang  kepercayaan.  Booth  dan Hall  1994  telah  meneliti  aproksimasi  Monte  Carlo  pada  bootstrap.  Metode  bootstrap  persentil
sering  memberikan  estimasi  yang  lebih  baik  dari  metode  tradisional  Helmers  dan  Putter,  1995. Zelterman etal. 1996 telah menggunakan teknik bootstrap pada model tingkat bahaya dengan data
tersensor. Hall etal. 1999 telah menyarankan menggunakan metode bootstrap untuk memprediksi selang..
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
567 Metode  bootstrap  persentil  telah  digunakan  oleh  Fauzy  2000a  untuk  mengestimasi  selang
kepercayaan    β
1
dari  garis  regresi  pada  kasus  variansi  tidak  homogen.  Fauzy  2000b  juga menggunakan  metode  bootstrap  untuk  menghitung  selang  kepercayaan  bagi  rata-rata  pada  sampel
berdistribusi  t.  Kemudian  Fauzy  dan  Ibrahim  2001a  dan  2001b  telah  menggunakan  metode bootstrap  persentil  untuk  menghitung  selang  kepercayaan  bersama  Bonferroni  pada  regresi  linear
sederhana.
Distribusi Eksponensial
Di  antara  distribusi  waktu  hidup  yang  sering  digunakan  adalah  distribusi  eksponensial  dengan fungsi Lawless, 2003:
 
θ ,
θ exp
θ 1
θ ,
; ,
x t
t f
 
 
 
 
 
 
 
; =
,
1 dengan
dan hidup
waktu rata
- rata
θ  garansi.
waktu 
Patel 1976 telah menguraikan selang kepercayaan pada data tersensor. Satu tahun kemudian Pettitt  1977  telah  melakukan  uji  goodness  of  fit  pada  data  tersensor  berdistribusi  eksponensial
menggunakan  statistik  Cramer-von  Mises.  Estimasi  selang  untuk  dua  parameter  distribusi eksponensial telah dijelaskan oleh Lawless 1977. Kambo 1978 telah mencari estimasi parameter
lokasi  dan  skala  bagi  distribusi  eksponensial  dari  sampel  tersensor.  Nagarsenker  1980  telah mengulas  uji  persamaan  bagi  beberapa  distribusi  uji  hidup  eksponensial.  Selanjutnya  Evans  dan
Nigm  1980  membicarakan  estimasi  Bayesian  dari  distribusi  eksponensial  terpangkas  kiri.  Uji  F bagi waktu tersensor yang datanya berdistribusi eksponensial telah dijelaskan oleh Regal 1980.
Pata  tahun  1982,  Brookmeyer  dan  Crowley  telah  membangun  selang  kepercayaan  untuk median  waktu  hidup.  Pada  tahun  yang  sama,  Miyamura  1982  telah  mengestimasi  komponen
tingkat  kegagalan  dari  kombinasi  komponen  dan  sistem  data  untuk  komponen  waktu  hidup berdistribusi  eksponensial.  Piegorsch  1987  telah  mengestimasi  selang  berdasarkan  metode
kebolehjadian  pada  dua  parameter  eksponensial  dengan  sampel  tersensor  tipe-I.  Fairbanks  1988 telah menguraikan uji hidup dua tahap untuk parameter eksponensial. Leemis dan Shih 1989 telah
mengestimasi parameter eksponensial dari set data tersensor dari kanan dan kiri. Diciccio dan Efron 1992 telah menunjukkan keakurasian dari selang kepercayaan pada keluarga eksponensial dengan
metode  bootstrap.  Uji  Shapiro-Wilk  dan  uji  Darling  pada  data  berdistribusi  eksponensial  telah dikerjakan oleh Metz et al. 1994.
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
568
Analisis Uji Hidup
Analisis  uji  hidup  adalah  suatu  analisis  dari  data  yang  berbasis  waktu.  Tujuan  diadakannya analisis uji hidup menurut Lawless 2003 adalah:
- Untuk  menentukan  bentuk  statistik  yang  sesuai  dengan  distribusi  waktu  hidup  atau  proses
kegagalan, -
Untuk  mengestimasi  parameter  dari  data  waktu  hidup  yang  berdistribusi  tertentu  dan melakukan uji hipotesis terhadap parameter tersebut,
- Untuk meramal batas kepercayaan dari komponen waktu hidup.
Dalam  melakukan  eksperimen  atau  penelitian  akan  selalu  dihasilkan  salah  satu  keputusan, yaitu kejayaankeberhasilan atau kegagalankematian. Kejayaankeberhasilan didefinisikan sebagai
individu  atau  komponen  yang  dijumpai  masih  hidup  atau  tidak  terjadi  kerusakan  selepas  waktu eksperimen berakhir. Kegagalankematian didefinisikan sebagai individu atau komponen yang mati
atau rusak dalam waktu eksperimen atau penelitian berlangsung. Kajian  tentang  analisis  uji  hidup  telah  banyak  dilakukan  bahkan  telah  dibukukan.  Di  antara  buku
teks  yang  menjadi  bahan  referensi  tentang  analisis  uji  hidup  adalah  yang  ditulis  oleh  Elandt- Johnson dan Johnson 1980, Sinha dan Kale 1980, Miller 1981, Lawless 2003, Cox dan Oakes
1984. Buku teks yang khusus tentang analisis uji hidup dalam bidang kesehatan dan biologi dapat dilihat  dalam  Collett  2003,  Kleinbaum  dan  Klein  2005,  Klein  dan  Moeschberger  2003,
Therneau  dan  Grambsch  2000  dan  Hougaard  2000.  Dalam  bidang  teknik  dapat  dilihat  dalam Birolini 2004, Ushakov 1994, Bury 1999, Wolstenholme 1999, dan Pham 2003. Analisis uji
hidup  telah  berkembang  ke  bidang  lain  seperti  ilmu  asuransi,  epidemiologi,  ekonomi,  demografi dan sebagainya. Beberapa contoh data tentang analisis uji hidup antara lain:
- waktu tunggu pasien sejak pasien diobati sampai sembuh,
- waktu tunggu lamanya pesan makanan sampai makanan tersebut tersaji di meja makan,
- lamanya produk hasil industri dipakai sampai produk tersebut mengalami kerusakan.
Analisis  uji  hidup  berbeda  dengan  bidang  statistika  lainnya.  Hal  ini  disebabkan  dalam analisis  uji hidup  ada  penyensoran.  Beberapa  tipe  penyensoran  antara  lain  sensor  lengkap,  sensor  tipe-I  dan
tipe-II.  Dalam  sensor  lengkap  atau  uji  sampel lengkap  ini  eksperimen akan  dihentikan  jika  semua komponen  yang  diuji  telah  mengalami  kematian  atau  kegagalan  semua.  Untuk  sensor  tipe-I,
eksperimen  akan  dihentikan apabila  telah  mencapai  waktu  penyensoran  tertentu.  Sedangkan  suatu
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
569 sampel  dikatakan  tersensor  tipe-II  apabila  eksperimen  akan  dihentikan  setelah  kerusakan  atau
kegagalan ke-r telah diperoleh. Penyensoran  tipe-II  multiple  sederhana  ialah  penyensoran  tipe-II  yang  waktu  hidup  di  awal,  di
tengah  dan  diakhir  tidak  dapat  digunakan.  Hal  ini  dapat  disebabkan  oleh individu  atau  komponen yang  digunakan  cacat  atau  rusak  atau  karena  eksperimennya  salah  sehingga  datanya  tidak  dapat
digunakan.  Distribusi  eksponensial  dengan  data  tersensor  tipe-II  multiple  sederhana  telah  diteliti oleh Balakrishnan 1990.  Di bawah ini adalah contoh sensor tipe-II multiple sederhana artificial
data.
- ;   - ;   24.4;   28.6;   43.2;   -  ;   -  ;   75.3;   95.5;   - ;   - ;   -
Data 1: Lamanya mengungsi dalam hari dari penduduk yang terkena musibah meletusnya sebuah gunung berap
i
Analisis uji hidup dari data berdistribusi eksponensial tersensor tipe-II multiple sederhana
Balakrishnan 1990 telah merumuskan nilai dugaan dari  dan µ, yaitu:
 
 
 
 
 
n r
n θ
t μ
:n r
1 ln
ˆ ˆ
1
for
1 
r
or
t ˆ
n :
1 
 
r
for
1 
r
 
 
 
t r
n t
β t
t β β
s t t
t t
α A
θ
:n r
:n t
k r
k:n r
s:n n
s n
t k
r i
i:n k
r r
i i:n
1 1
1 1
1 1
ˆ
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
2
dengan
 
t r
s n
A 
 
;
 
:n t
k r
k r
q β
q ββ
α α
1
1 ln
 
 
 
 
;
1 1
1
ln ln
 
 
 
 
 
 
 
t k
r k
r k
r k
r t
k r
t k
r
q q
q q
q q
α ;
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 1
2 1
1 1
ln
t k
r k
r t
k r
k r
t k
r k
r t
k r
k r
k r
q q
q q
q q
q q
q β
;
r r
r
p rn  and q
p 
 
1
Interval konfidensi bagi parameter  dan  µ  diperoleh:
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
570
2 2
2 2
ˆ 2
2 2
1 2
2 ˆ
2
 
 
 
 
 
 
 
 
 ;
αα A
χ θ
A θ
α ;
A χ
θ A
 
 
 
 
1 ˆ
ˆ 1
ˆ ˆ
2 2
2 2
2 1
2 2
2
 
 
 
A n
F θ
A μ
μ A
n F
θ A
μ
; αα
A- ,
- αα
; A-
,
3
Fungsi tahan hidup atau
 
t S
didefinisikan sebagai probabilitas suatu individu atau komponen akan bertahan hidup sampai waktu
t
Lawless, 2003.
  
  
   
dx x
f dx
x f
t F
t T
t S
t t
 
 
 
 
1 1
Pr
4
Fungsi  bahaya  hazard  function  atau
 
t h
didefinisikan  sebagai  fungsi  yang  menunjukkan  tingkat kegagalankematian pada waktu
t
Miller, 1981:
   
   
   
 
t S
t F
t S
t f
t F
t f
t h
 
 
 1
 
t T
dt t
T t
 
 
 Pr
 
 
 
 
 
t dt
t t
ktu setelah wa
hidup bertahan
, interval
dalam habis
waktu Pr
5
Nilai kuantil ke-p, atau t
p
, dicari dengan rumus Bury, 1999:
 
θ p
μ t
p
ˆ 1
ln ˆ
 
 6
Selang  bagi  kuantil  pada  dua  parameter  distribusi  eksponensial  di  bawah  sensor  tipe-II  multiple sederhana dicari dengan rumus:
 
 
max max
min min
ˆ 1
log ˆ
ˆ 1
log ˆ
θ p
μ t
θ p
μ
p
 
 
 
7
HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN
Misalkan diketahui  sebanyak 5000 data terobservasi dan 500 data tersensor, 100 data waktu hidup  di  depan  r,  100  data  waktu  hidup  di  tengah  t  dan  100  data  waktu  hidup  di  belakang  s
tidak dapat digunakan dengan rata-rata waktu hidup 330 dalam jam sebagai populasi artificial di
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
571 bawah  sensor  tipe-II  multiple  kasus  sederhana.  Beberapa  nilai  yang  dapat  diperoleh  di  bawah
distribusi eksponensial antara lain nilai  = 390.73 jam, µ= 0.155 jam, fungsi tahan hidup pada t =
40  atau  S40  =  0.903  dan  kuantil  waktu  hidup  pada  t
0.20
=  87.3  jam.  Seterusnya  sampel  diambil dengan ukuran sampel kecil sebesar 14 10 terobservasi, 1 di depan, 2 di tengah dan 1 di belakang
waktu hidup tidak dapat digunakan, sedang sebesar 25 20 terobservasi, 1 di depan, 2 di tengah dan 2 di belakang waktu hidup tidak dapat digunakan dan besar sebesar 50 42 terobservasi, 2 di depan,
3  di  tengah  dan  3  di  belakang  waktu  hidup  tidak  dapat  digunakan.  Pengambilan  sampel  untuk masing-masing ukuran diulang 200 kali.
Selanjutnya  dengan  menggunakan  data  sampel  yang  telah  diperoleh,  kajian  diteruskan dengan  mencari  tingkat  kepercayaan  yang  sebenarnya  bagi  parameter,  fungsi  tahan  hidup  dan
kuantil waktu hidup menggunakan metode tradisional dan metode bootstrap. Secara lengkap tingkat kepercayaan yang diperoleh dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1: Tingkat kepercayaan yang dikehendaki SK, dalam  dan tingkat kepercayaan yang dihasilkan dalam  dari data berdistribusi eksponensial dua parameter tersensor tipe-II multiple
kasus sederhana menggunakan metode tradisional MT dan bootstrap persentil MB
Ukuran sampel
SK ˆ
µ
 
20 Sˆ
20 0.
tˆ
MT MB
MT MB
MT MB
MT MB
14 99.0
99.0 99.0
96.5 98.5
99.0 99.0
99.0 99.0
95.0 94.0
96.0 92.0
96.0 94.0
96.0 94.0
96.0 25
99.0 98.5
99.0 97.5
99.0 98.5
99.0 98.5
99.0 95.0
93.5 96.0
93.0 96.0
93.5 96.0
93.5 96.0
50 99.0
97.5 99.0
95.0 98.0
98.0 99.0
98.0 99.0
95.0 94.0
96.0 91.0
95.0 94.0
96.0 94.0
96.0
Dari  tabel  1  di  atas  pada  ukuran  sampel kecil  n=14,  tingkat  kepercayaan  yang  sebenarnya yang diperoleh dari metode bootstrap persentil adalah lebih dekat dengan tingkat kepercayaan 99
dan  95.  Sedangkan  tingkat  kepercayaan  yang  dihasilkan  oleh  metode  tradisional  memberikan tingkat  kepercayaan  yang  lebih  rendah. Begitu  juga  pada  ukuran  sampel  sedang  n=25  dan  besar
n=50, diperoleh hasil yang hampir sama.
KESIMPULAN
Kajian  simulasi  tingkat  kepercayaan  dari  data  uji  hidup  berdistribusi  eksponensial  dua parameter  tersensor  tipe-II  multiple  kasus  sederhana  telah  dilakukan.  Dalam  kajian  tersebut
disimpulkan  bahwa  metode  bootstrap  persentil  memberikan  tingkat  kepercayaan  bagi  parameter,
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
572 fungsi tahan hidup dan kuantil waktu hidup  yang lebih tinggi daripada metode tradisional sehingga
metode bootstrap lebih baik daripada metode tradisional.
PERSEMBAHAN
Ucapan  terima  kasih  disampaikan  yang  sebesar-besarnya  kepada  DPPM  UII  dan  Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Dirjen Dikti,
Kementerian  Riset,  Teknologi  dan  Pendidikan  Tinggi  Kemenristekdikti  atas  dibiayainya penelitian ini melalui skema Hibah Bersaing tahun 2015-2016.
DAFTAR PUSTAKA Balakrishnan, N. 1990. On the maximum likelihood estimation of the location and scale parameters of the
exponential distribution based on multiply type II censored samples. Journal of Applied Statistics, 171, 55- 61.
Birolini, A. 2004. Reliability engineering: theory and practice 4th ed. Berlin: Springer-Verlag. Booth, J. G.  Hall, P. 1994.  Monte Carlo approximation and the iterated bootstrap. Biometrika, 812,
331-340. Brookmeyer, R.  Crowley, J. 1982.  A confidence interval for  the median survival time. Biometrics, 38,
29-41. Bury, K. 1999. Statistical distributions in engineering. Cambridge: Cambridge University Press.
Chernick,  M.  R.  2007.  Bootstrap  Methods:  A  Practitioners  and  Researchers.  New  York:  Wiley Interscience.
Collett, D. 2003. Modeling survival data in medical research 2nd ed.. London: Chapman  Hall. Cox, D. R.  Oakes, D. 1984. Analysis of survival data. London: Chapman  Hall.
Davison, A. C., Hinkley, D. V.  Worton, B. J. 1992. Bootstrap likelihoods. Biometrika, 791, 113-130. Diciccio,  T.    Efron,  B.  1992.  More  accurate  confidence  intervals  in  exponential  families.  Biometrika,
792, 231-245. Efron, B. 1979. Bootstrap method: another look at the jackknife. The Annals of Statistics, 71, 1-26.
Efron, B. 1993. Bayes and likelihood calculations from confidence intervals. Biometrika, 801, 3-26. Efron, B.  Tibshirani, R. 1993. An introduction to the bootstrap. New York: Chapman  Hall.
Elandt-Johnson, R. C.  Johnson, N. L. 1980. Survival models and data analysis. New York: John Wiley Sons.
Evans,  I. G.  Nigm, A. H. M. 1980.  Bayesian prediction for the left truncated exponential distribution. Technometrics, 222, 201-204.
Fairbanks, K. 1988. A two-stage life test for the exponential parameter. Technometrics, 302, 175-180. Fauzy,  A.  2000a.  Selang  keyakinan  untuk  koefisien
1
dari  garis  regresi  apabila  ragam  galat  tidak homogen dengan metode bootstrap persentil. MIHMI, 63, 46-54.
Fauzy,  A.  2000b.  Estimasi  interval  konfidensi  dari  nilai  rata-rata  pada  sampel  berdistribusi  t  dengan metode bootstrap persentil. MIHMI, 65, 241-245.
Fauzy, A.  Ibrahim, N. A. 2001a.  Interval konfidensi bersama bonferroni pada regresi linier sederhana dengan  metode  bootstrap  persentil.  Prosiding  Seminar  Nasional  Matematika  FMIPA  UGM    pp.  15-22.
Yogyakarta: FMIPA UGM. Fauzy,  A.    Ibrahim,  N.  A.  2001b.  Interval  rata-rata  hasil  produksi  padi  dengan  metode  bootstrap
persentil. Prosiding Seminar Nasional Statistika V FMIPA ITS Surabaya  pp. 247-253. Surabaya: Jurusan Statistika ITS.
Fauzy, A., Ibrahim, N. A., Daud, I.  Abu Bakar, M. R. 2003a.  Bonferroni joint confidence intervals for parameters exponential distribution under double type-II censoring with bootstrap percentile. Eksakta, 51,
60-67.
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
573
Fauzy,  A.,  Ibrahim,  N.  A.,  Daud,  I.    Abu  Bakar,  M.  R.  2003b.  Bonferroni  confidence  interval  for  two parameter exponential distribution under type-II censoring with bootstrap percentile. Berkala Ilmiah MIPA,
131, 17-28. Fauzy, A., Ibrahim, N. A., Daud, I.  Abu Bakar, M. R. 2004. Confidence bands for survivor function on
exponential distribution under type-II censoring with bootstrap percentile.  Forum Statistika dan Komputasi, 91, 34-38.
Fauzy, A. 2005. Interval estimations for exponential distributions one and two parameter under tingle and multiple type-II censoring using bootstrap percentiles. Disertasi, Serdang: Universiti Putra Malaysia
Fauzy, A. 2007a. Confidence bands for survivor function of two parameters exponential distribution under type-II censoring with bootstrap persentile. Prosiding Seminar Nasional Statistika FMIPA UNISBA pp. 15-
20. Bandung: Jurusan StatistikaUNISBA. Fauzy, A. 2007b. Confidence bands for survivor function of two parameters exponential distribution under
multiple type-II censoring with traditional method and bootstrap persentile method. Jurnal Ilmiah Mat Stat, 72, 180-190.
Fauzy,  A.,  Supandi, E.D.,  Ibrahim, N. A., Daud,  I.  Abu Bakar, M. R. 2007.  Confidence bands for air pollutan carbon monoxida under double type-II censoring with bootstrap percentile. Proceeding of ICREM
3 pp. 209-214. Serdang: INSPEM Universiti Putra Malaysia. Fauzy, A. 2011. Bunga rampai: pemanfaatan metode bootstrap persentil dalam bidang analisis uji hidup
studi  kasus  data  berdistribusi  eksponensial  tersensor  tipe-II  tunggal,  double  dan  multiple.  Yogyakarta: Ardana Media.
Fauzy,  A.  2014a.  Kajian  simulasi  tingkat  kepercayaan  bagi  parameter,  fungsi  tahan  hidup  dan  kuantil waktu hidup dari data berdistribusi eksponensial tersensor tipe-II. Prosiding Seminar Nasional Matematika
dan Statistika FMIPA Universitas Tanjungpura pp. 15-20. Pontianak: Jurusan Statistika UNTAN. Fauzy,  A.  2014b.  Simulasi  tingkat  kepercayaan  dari  data  berdistribusi  eksponensial  satu  parameter
tersensor tipe-II double. Jurnal Statistika, Forum Teori dan Aplikasi Statistika, ISSN 1411-5891, Volume 14 Nomor 1, Mei 2014, 51-58.
Fauzy,  A.  2014c.  Simulasi  tingkat  kepercayaan  dari  data  berdistribusi  eksponensial  dua  parameter tersensor tipe-II double. Prosiding Seminar Nasional Statistika, Matematika dan Aplikasinya pp. 495-502.
Bandung: Universitas Islam Bandung Hakim,  F.B.    Fauzy,  A.  2010.  Confidence  bands  for  survivor  function  of  one  parameter  exponential
distribution  under  double  type-II  censoring.Prosiding  Seminar  Nasional  Penelitian,  Pendidikan  dan Penerapan MIPA pp. 105-110. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Hall, P. 1992. The bootstrap and Edgeworth expansion. New York: Springer-Verlag. Hall, P., Peng, L.  Tajvidi, N. 1999. On prediction intervals based on predictive likelihood or bootstrap
methods. Biometrika, 864, 871-880. Helmers, R.  Putter, H. 1995. Bootstrap resampling: a survey of research in the Netherlands. Proceedings
of the Regional Conference on Mathematical Analysis and Statistics. Yogyakarta: Gadjah Mada University. Hougaard,  P.  2000.  Analysis  of  multivariate  survival  data  statistics  for  biology  and health.  New  York:
Springer-Verlag. Kambo,  N.  S.  1978.  Maximum  likelihood  estimators  of  the  location  and  scale  parameters  of  the
exponential distribution from a censored sample. Commun. Statist.-Theory Meth., A712, 1129-1132. Klein,  J.  P.    Moeschberger,  M.  L.  2003.  Techniques  for  censored  and  truncated  data  statistics  for
biology and health 2nd ed. New York: Springer-Verlag. Kleinbaum,  D.  G.    Klein,  J.  P.  2005.  Survival  analysis:A  self-learning  text  statistics  in  the  health
sciences 2nd ed. New York: Springer-Verlag. Lawless, J. F. 1977.  Prediction intervals for the two parameters exponential distribution. Technometrics,
194, 469-472. Lawless, J. F. 2003. Statistical models and methods for lifetime data2nd ed.. New York: John Wiley
Sons. Leemis,  L.    Shih,  L.  1989.  Exponential  parameter  estimation  for  data  sets  containing  left  and  right
censored observations. Communications in Statistics-Simulation and Computation, B183, 1077-1086. Leger,  C.,  Politis,  D.  N.    Romano,  J.  P.  1992.  Bootstrap  technology  and  applications.  Technometrics,
344, 378-396.
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
574
Metz, J. A. J., Haccou, P.  Mellis, E. 1994. On the shapiro- wilk test and darling’s test for exponentiality.
Biometrics, 50, 527-530. Miller, R. G. 1981. Survival analysis. New York: John Wiley  Sons.
Miyamura,  T.  1982.  Estimating  component  failure  rates  from  combined  component  and  systems data:exponentially distributed component lifetimes. Technometrics, 244, 313-318.
Nagarsenker,  P.  B.  1980.  On  a  test  of  equality  of  several  exponential  survival  distributions.  Biometrika, 672, 475-478.
Patel, J. K. 1976. Confidence intervals using cencored data. Technometrics, 182, 221-225. Pettitt,  A.  N.  1977.  Tests  for  the  exponential  distribution  with  censored  data  using  Cramer-von  mises
statistics. Biometrika, 643, 629-632. Pham, H. 2003. Handbook of reliability engineering. London: Springer-Verlag.
Piegorsch, W. W. 1987. Performance of likelihood-based interval estimates for two parameter exponential samples subject to type I censoring. Technometrics, 291, 41-49.
Regal, R. 1980. The F test with time-censored exponential data. Biometrika, 672,  479-481. Shao, J.  Tu, D. 1995. The jackknife and bootstrap. New York: Springer-Verlag.
Sinha, S. K.  Kale, B. K. 1980. Life testing and reliability estimation. New Delhi: Wiley Eastern Limited. Therneau,  T.  M.    Grambsch,  P.  2000.  Modeling  survival  data:extending  the  Cox  model  statistics  for
biology and health. New York: Springer-Verlag. Ushakov, I. A. 1994. Handbook of reliability engineering. Toronto: John Wiley  Sons.
Wolstenholme, L. C. 1999. Reliability modeling: a statistical approach. Florida: Chapman  Hall. Zelterman, D., Le, C. T.  Louis, T. A. 1996. Bootstrap techniques for proportional hazards models with
censored observations. Journal of Statistics and Computing, 6, 191-199.
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
575
TERAPI AIR SEBAGAI USAHA PREVENTIF DAN REHABILITASI TERHADAP KESEHATAN MANUSIA
Bertika Kusuma Prastiwi
Dosen PJKR Universitas PGRI Semarang
Email:
bertikakusumagmail.com
ABSTRAK
Tujuan  dari  makalah  ini  untuk  menginformasikan  kepada  masyarakat  umum  mengenai cara  preventif  dan  rehabilitasi  terhadap  kesehatan  manusia.  Karena  kesehatan  sangat
penting  untuk  melanjutkan  kehidupan  sehari-hari.  Seseorang  harus  mencegah  munculnya masalah  kesehatan  preventif,  ada  semboyan  lebih  baik  mencegah  dari  pada  mengobati.
Usaha mencegah munculnya masalah kesehatan lebih murah dari pada mengobati. Maka dari itu makalah ini ditujukan kepada saeluruh masyarakat Indonesia untuk menggalakkan
pola hidup sehat, dengan makan makanan yang seimbang, istirahat teratur dan olahraga. Rehabilitasi  merupakan  pemulihan  keadaan  atau  perbaikan  anggota  tubuh  yang
bermasalah  agar  menjadi  manusia  yang  berguna.  Jenis  olahraga  sangat  banyak macamnya tergantung kegemaran masing-masing, dalam hal ini terapi air dengan renang
dipilih  sebagai  salah  satu  alternatif  olahraga  yang  baik  untuk  usaha  preventif  dan rehabilitasi  terhadap  kesehatan  manusia.  Renang  dipandang  dari  fisiologi,  anatomi,
biomekanika mampu menggerakan hampir seluruh organ tubuh yang dapat berkerja secara seimbang.  Renang  merupakan  olahraga  aerobik  yang  membutuhkan  oksigen  yang
diperlukan dalam sistem kardiovaskuler. Olahraga ini memiliki berbagai macam jenis atau gaya  dan  program  latihan  yang  bisa  disesuaikan  dalam  kebutuhan  untuk  usaha  preventif
maupun rehabilitasi menurut masalah kesehatan yang ada. Kata Kunci: terapi air, preventif, rehabilitasi, program latihan.
ABSTRACT
The  purpose  of  this  paper  is  to  inform  the  general  public  about  how  preventive  and rehabilitation  to  human  health.  Since  health  is  very  important  to  continue  daily  life.
Someone should prevent the emergence of health problems preventive, there is the motto better  to  prevent  than  to  cure.  Efforts  to  prevent  the  emergence  of  health  problems  is
cheaper than cure. Therefore this paper saeluruh addressed to the people of Indonesia to promote  a  healthy  lifestyle,  by  eating  a  balanced  diet,  rest  and  exercise  regularly.
Rehabilitation is the restoration of a state or repair the troubled parts of the body in order to become a human being useful. The type of exercise is very much dependent craze kinds
respectively, in this case with an outdoor water therapy chosen as one of the sporting good alternative  for  preventive  and  rehabilitation  efforts  on  human  health.  Pool  viewed  from
physiology, anatomy, biomechanics able to move almost every organ of the body that can work in a balanced  way. Pool is an aerobic exercise that requires oxygen required in the
cardiovascular  system.  This  sport  has  various  types  or  styles  and  training  programs  that can be tailored to the need for preventive measures and rehabilitation according to existing
health problems. Keywords: water treatment, prevention, rehabilitation, exercise programs
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
576
PENDAHULUAN
Kondisi  masyarakat  sekarang  ini  dimudahkan  dengan  perkembangan  teknologi menyebabkan  kurangnya  aktivitas  fisik  dalam  kehidupan  sehari-hari.  Hal  tersebut  menyebabkan
timbulnya berbagai masalah kesehatan manusia disamping makanan yang serba instan. Pola hidup yang  tidak  baik  akan  mempengaruhi  kesehatan  dan  kemampuan  tubuh  untuk  melakukan  kegiatan
sehari-hari.  Pola  hidup  sehat  adalah  keadaan  dimana  manusia  memiliki  fisik,  mental  yang  baik tanpa  mengalami  gangguan  untuk  beraktivitas  dan  terhindar  dari  penyakit.  Pola  hidup  sehat  bisa
didapat melalui aktivitas yang cukup, pola makan yang seimbang, istirahat yang cukup. Pola  hidup  sehat  itu  sudah  jarang  dilakukan  oleh  masyarakat  sekarang  pada  umumnya
mereka  hanya  sibuk  bekerja  dari  pagi  sampai  malam,  pola  makan  tidak  diperhatikan,  bahkan aktivitas  pekerjaan  hanya  duduk  dibelakang  meja  kerja  atau  komputer.  Hal  ini  apabila  dilakukan
terus menerus oleh masyarakat akan menyebabkan Indonesia rawan akan berbagai penyakit. Untuk itu  Pemerintah  harus  menggalakan  Indonesia  berpola  hidup  sehat  dan  mengadan  usaha-usaha
preventif untuk mencegah rawannya berbagai penyakit. Usaha  preventif  merupakan  cara  dimana  suatu  hal  dihindari  atau  dicegah  terlebih  dahulu
sebelum kejadian. Salah satu usaha preventif untuk mencegah hal tersebut dengan melakukan pola hidup  sehat.  Makan  tiga  kali  sehari  dengan  menu  dan  waktu  yang  seimbang,  istirahat  yang  cukup
delapan  jam  sehari  dan  melakukan  aktivitas  fisik.  Aktivitas  fisik  ini  yang  masih  jarang  dilakukan masyarkat  maka  disini  akan  membahas  salah  satu  aktifitas  yang  dapat  digunkan  sebagai  usaha
preventif  dalam  menjaga  kesehatan  seseorang.  Sebenarnya  aktivitas  fisik  sangat  banyak  jenisnya dan dapat dilakukan dimana saja tergantung kegemaran masing-masing.
Aktivitas  fisik  yang  dapat  menggerakan  hampir  seluruh  anggota  badan  manusia  adalah renang. Olahraga renang merupakan olahraga yang memanfaatkan seluruh organ manusia baik otot
maupun  organ  dalam.  Renang  merupakan  olahraga  aerobik  yang  membutuhkan  oksigen  dan membantu  tubuh  dalam  sistem  kardiovakuler  dan  mengerakkan  seluruh  otot  tubuh.  Maka  dari  itu
renang dapat digunakan sebagai usaha preventif dalam menjaga kesehatan manusia jika dilakukan rutin menurut intensitas latihan.
Olahraga renang juga dapat digunakan sebagai terapi air  yang bertujuan untuk rehabilitasi menangani berbagai masalah kesehatan. Masalah-masalah kesehatan tersebut diakibatkan kesalahan
manusia  itu  sendiri,  genetik  maupun  kecelakaan.  Contoh  masalah  yang  diakibatkan  kesalahan manusia  itu  sendiri  adalah  tidak  melakukan  pola  hidup  sehat,  akan  mengalami  obesitas,  penyakit
gula, gangguan pernafasan, dll, masalah yang diakibatkan genetik adalah anak berkebutuhan khusus
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
577 seperti gangguan tulang skiliosis, lordosis, kifosis walaupun itu juga diakibatkan kesalahan manusia
sendiri,  masalah  yang  diakibatkan  kecelakaan  adalah  saraf  kejepit,  kebanyakan  duduk  karena tuntutan  pekerjaan  dll.  Terapi  air  dengan  renang  dilakukan  menggunakan  berbagai  gaya  dalam
renang  yang  disesuaikan  menurut  kebutuhan  penangan  masalah  kesehatan,  disesuaikan  berdasar analisis biomekanik, fisiologi, anatomi dan program latihan, anjuran dari dokter.
Dari  masalah-masalah  tersebut  maka  terapi  air  dengan  olahraga  renang  akan  membantu penyembuhan  masalah-masalah  kesehatan  manusia  yang  didampingi  oleh  dokter  sebagai  ahli
medis.
PEMBAHASAN
Terapi  air  merupakan  salah  satu  usaha  untuk  menjaga  maupun  memperbiaki  kesehatan seseorang dengan menggunakan media air utamanya dengan olahraga renang.  Renang adalah suatu
jenis  olahraga  yang  dilakukan  di  dalam air  dan  merupakan cabang  olahraga  yang  dapat  dilakukan oleh  siapa saja,  baik  putra  maupun  putri,  usia  berapapun.  Renang  termasuk  olahraga  yang  paling
menyehatkan, sebab hampir semua otot tubuh bergerak dan berkembang dengan mengoordinasikan kekuatan  setiap  perenang.  Renang  sekarang  ini  menjadi  olahraga  yang  digemari  masyarakat  yang
mempunyai berbagai manfaat contohnya untuk sarana rekreasi, pertandingan, pendidikan, menjaga kesehatan  maupun  untuk  terapi  kesehatan.  Media  utama  yang  digunakan  dalam  olahraga  renang
adalah air, air disini adalah air yang berada dikolam renang. Kolam yang digunakan adalah kolam untuk dewasa yang tidak terlalu dalam bagi tahapan awal. Prasarana pendukung olahraga ini adalah
pakaian renang, kaca mata renang dan pelatih renang jika belum bisa melakukan renang. Olahraga  renang  mempunyai  berbagai  macam  gaya,  contohnya  gaya  dada  katak,  gaya
punggung  back  crowl,  gaya  bebas  crowl,  gaya  lumba-lumba  kupu-kupu  dolphin.  Gaya-gaya dalam renang tersebut mempunyai analisis gerakan yang berbeda-beda sehingga penggunaan gaya-
gaya  dalam  renang  tersebut  disesuaikan  menurut  tujuan  dan  kebutuhan  seseorang.  Manfaat melakukan olahraga renang selain jantung kita dapat bekerja maksimal, kombinasi gerakan tangan
dan  kaki  dapat  menguatkan  otot-otot  tangan  dan  kaki.  Renang  juga  dapat  menjadikan  pernapasan menjadi teratur dan tidak mudah lelah. Olahraga ini juga sangat mempengaruhi terhadap peredaran
darah.  Renang  sangat  berpengaruh  dalam  kesehatan  bukan  hanya  dimanfaatkan  untuk  olahraga namun  juga  dapat  untuk  rekreasi.  Selain  itu,  berenang  dapat  memupuk  keberanian  dan  perasaan
mampu serta percaya diri sendiri, di samping itu dapat untuk membangkitkan suasana kegembiraan yang  tidak  dapat  dijumpai  di  olahraga  lainnya.  Mengenal  air  kolam  merupakan  pengalaman  fisik
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
578 yang dapat membangkitkan respon kejiwaan. Disini akan dibahas renang sebagai sarana kesehatan
dengan  kata  lain  renang  digunakan  sebagai  usaha  preventif  dan  rehabilitasi  kesehatan.  Sebelum membahas  tentang  macam-macam  gaya  renang  dan  manfaatnya  perlu  diperhatikan  aktivitas  yang
dilakukan sebelum renang, harus belajar mengenai pengenalan air baik ditempat maupun berjalan di air,  meluncur,  cara  membuang  nafas  di  air.  Tumbuh  yang  mengapung,  air  akan
mengilangkan gravitasi sehingga kekuatan otot  yang terbatas dapat diperbesar untuk menghasilkan gerakan yang lebih besar, tubuh akan terasa ringan di air.
Gaya dada katak Renang  gaya  katak  dianggap  renang  paling  santai  dan  paling  mudah  dilakukan.  Tujuan
renang  ini  untuk  rekreasi,  kebugaran,  bahkan  rehabilitasi.  Kesulitan  renang  ini  membutuhkan koordinasi gerakan tangan, kaki dan nafas yang bergantian secara stabil.
Cara  melakukan  Gerakan  kaki:  dimulai  dari  gerakan  kaki  lurus  kebelakang,  gerakan  pertama memutar  kedua  telapak  kaki  keluar  sehingga  apabila  dilihat  dari  belakang  kelihatan  telapak  kaki
putih.  Gerakan  kedua  telapak  kaki  ditarik  maju  ke  depan  sedikit  atau  ditekuk  ke  depan  sehingga apabila dilihat dari belakang kelihatan seperti kaki katak. Gerakan ketiga kedua kaki menendang ke
arah  samping  lebar  dengan  tenaga  yang  kuat,  kemudian  meluruskan  kaki  hingga  rapat  dibelakang beberapa detik.
Gerakan  tangan  dan  nafas,  dilakukan  ketika  kaki  rapat  dibelakang,  posisi  tangan  rapat berada didepan. Gerakan pertama, tangan menarik air ke belakang atau membentuk huruf O sampai
di  depan  perut  diikuti  kepala  naik  ke  atas  untuk  mengambil  udara.  Gerakan  kedua  meluruskan tangan  ke  depan  diikuti  gerakan  memasukkan  kepala  ke  dalam  air  dan  meniupkan  udara  ke  air.
Ulangi gerakan renang gaya katak beberapa kali. Analisis gerak
Gerakan  benar,  akan  membuat  badan  maju  ke  depan,  tenaga  yang  dikeluarkan  dan  jarak yang  dihasilkan  sebanding,  tidak  menimbulkan  sakit  pada  anggota  badan.  Urutan  gerakan  benar,
dari gerakan kaki, tangan dan nafas bergantian secara rileks. Gerakan  salah,  akan  membuat  badan  tidak  maju  ke  depan  bahkan  hanya  ditempat,  tenaga  yang
dikelurkan  dan  jarak  yang  dihasilkan  tidak  sebanding,  menimbulkan  sakit  pada  anggota  badan. Contohnya  kram,  nyeri  pada  paha  atau  otot  hamstring.  Biasanya  kesalahan  terletak  pada  telapak
kaki  yang  tidak  diputar  ke  arah  luar  terlebih  dahulu,  menekuk  kaki  terlalu  kedepan,  tendangan bukan ke arah samping tapi ke arah belakang, tidak menunggu luncuran hasil tendangan. Gerakan
tangan  yang  tidak  lebar  menarik  akan  menyebabkan  mengambilan  nafas  kurang  optimal,  tidak
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
579 mengambil  nafas  ketika  sudah  menaikkan  kepala  ataupun  tidak  membuang  nafas  ketika  kepala
sudah  masuk  ke  dalam  air  yang  mengakibatkan  tidak  kuat  berenang  jarak  jauh  dan  renang  terasa berat.
Secara Fisiologi dan anatomi Koordinasi  gerakan  antara  kaki,  tangan  nafas  mengakibatkan  sebagian  otot  bekerja  secara
selaras.  Pengambilan  dan  pembuangan  nafas  mengakibatkan  paru-paru  bekerja  konsisten  yang menyebabkan  rongga  paru  akan  beradaptasi  optimal  yang  berhubungan  dengan  kardiovaskuler.
Secara anatomi otot dan rangka tubuh bekerja maksimal, tendangan dari kaki mengakibatkan tulang sacrum  bekerja  optimal,  gerakan  tangan  membuka  mengakibatkan  rongga  dada  membesar,
menaikkan  kepala  mengakibatkan  tulang  vertebrai  servicalis    bekerja  optimal.  Kelainan  syaraf kejepit  ini  yang  biasa  dialami  seseorang  yang  diakibatkan  terlalu  berat  menopang  tubuh  atau
kebanyakan beraktivitas duduk dan kecelakaan. Kelainan ini biasanya menyerang pada tulang leher, tulang belakang, tulang punggung, tulang pinggang, tulang kelangkang, dan tulang ekor.
Manfaat Meningkatkan  kesehatan,  menguatkan  otot  perut,  otot  tangan,  otot  dada,  otot  kaki  dll,
rehabilitasi masalah paru-paru, syaraf kejepit, kelainan tulang seperti skoliosis, lordosis, kifosis, dll. Gaya bebas crowl
Renang  gaya  bebas  dianggap  renang  paling  membutuhkan  kecepatan  dan    daya  tahan. Tujuan  renang  ini  untuk  rekreasi,  kebugaran,  bahkan  rehabilitasi.  Kesulitan  renang  ini
membutuhkan  koordinasi  gerakan  tangan,  kaki  dan  nafas  yang  memutar  ke  arah  samping  atas bergantian secara terus menerus.
Cara melakukan Gerakan  kaki:  dimulai  dari  gerakan  dua kaki  lurus  kebelakang,  gerakan  pertama kaki  naik
turun bergantian antara kaki kanan dan kiri gerakan dimulai dari pangkal paha, ampitudo gerakan antar kaki sekitar 30º secara cepat.
Gerakan  tangan  dan  nafas,  dilakukan  bergantian  antara  tangan  kanan  dan  kiri.  Gerakan pertama, tangan menarik air ke belakang sampai di depan perut diikuti gerakan tangan mendorong
ke  belakang  kemudian  tangan  kembali  ke  depan  lurus.  Gerakan  kedua  cara  pengambilan  nafas bersamaan saat tangan mendorong kebelakang, arah pengambilan nafas ke samping belakang pilih
kenyamanan mengambil ke arah kanan atau kiri saja secara konstan, diikuti gerakan memasukkan kepala ke dalam air dan meniupkan udara ke air. Ulangi gerakan renang gaya bebas beberapa kali.
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
580 Analisis gerak
Gerakan  benar,  akan  membuat  badan  maju  ke  depan,  tenaga  yang  dikeluarkan  dan  jarak yang  dihasilkan  sebanding,  tidak  menimbulkan  sakit  pada  anggota  badan.  Urutan  gerakan  benar,
dari gerakan kaki, tangan dan nafas bergantian secara rileks. Gerakan  salah,  akan  membuat  badan  tidak  maju  ke  depan  bahkan  hanya  ditempat,  tenaga
yang  dikelurkan  dan  jarak  yang  dihasilkan  tidak  sebanding,  menimbulkan  sakit  pada  anggota badan.Contohnya  kram,  nyeri  pada  paha  atau  otot  hamstring.  Biasanya  kesalahan  terletak  pada
gerakan  kaki  diangkat  terlalu  tinggi  atau  ditekuk  dilutut.Gerakan  tangan  yang  terlalu  cepat  atau memutar  terus  menerus  akan  menyebabkan  mengambilan  nafas  kurang  optimal,  tidak  mengambil
nafas  ketika  sudah  memutar  kepala ataupun  tidak  membuang  nafas  ketika  kepala  sudah  masuk  ke dalam air yang mengakibatkan tidak kuat berenang jarak jauh dan renang terasa berat.
Secara Fisiologi dan anatomi Koordinasi  gerakan  antara  kaki,  tangan  nafas  mengakibatkan  sebagian  otot  bekerja  secara
selaras.  Pengambilan  dan  pembuangan  nafas  mengakibatkan  paru-paru  bekerja  konsisten  yang menyebabkan  rongga  paru  akan  beradaptasi  optimal  yang  berhubungan  dengan  kardiovaskuler.
Secara  anatomis  otot  dan  rangka  tubuh  bekerja  maksimal,gerakan  dari  kaki  mengakibatkan  tulang anggota  gerak  bawah  bekerja  optimal,gerakan  tangan  menarik  dan  mendorong  mengakibatkan
tulang  lengan,  gelang  bahu,  tulang  belakang  bekerja  secara  optimal,    memutar  kepala mengakibatkan tulang sambungan kepala bekerja optimal.
Manfaat Meningkatkan kesehatan, menguatkan otot kaki, otot tangan, otot punggung, dll, rehabilitasi
masalah paru-paru, syaraf kejepit, kelainan tulang, dll. Gaya punggung back crowl
Renang gaya punggung dianggap renang paling membutuhkan daya apung dan daya tahan. Renang  ini  hampir  sama  dengan  gaya  bebas  hanya  posisi  badan  terlentang  jadi  cara  pengambilan
dan  pembuangan  nafas  diudara  Tujuan  renang  ini  untuk  rekreasi,  kebugaran,  bahkan  rehabilitasi. Kesulitan  renang  ini  membutuhkan  koordinasi  gerakan  tangan,  kaki,  daya  apung  dan  nafas  tidak
terlalu sulit karena hidup dan mulut selalu diudara. Cara melakukan
Gerakan  kaki:  posisi  badan  terlentang  dimulai  dari  gerakan  dua  kaki  lurus  kebelakang, gerakan pertama kaki naik turun bergantian antara kaki kanan dan kiri gerakan dimulai dari pangkal
paha, ampitudo gerakan antar kaki sekitar 30º secara cepat.
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
581 Gerakan  tangan  dan  nafas,  dilakukan  bergantian  antara  tangan  kanan  dan  kiri.  Gerakan  pertama,
tangan disamping badan, menarik air ke belakang melewati samping kepala diikuti gerakan tangan mendorong kedepan kemudian tangan kembali kesamping badan. Gerakan kedua cara pengambilan
nafas  bersamaan  saat  tangan  mendorong  kebelakang,  tidak  terlalu  sulit  karena  posisi  mulut  dan hidung diudara. Ulangi gerakan renang gaya punggung beberapa kali.
Analisis gerak Gerakan  benar,  akan  membuat  badan  maju  ke  depan,  tenaga  yang  dikeluarkan  dan  jarak
yang  dihasilkan  sebanding,  tidak  menimbulkan  sakit  pada  anggota  badan.  Urutan  gerakan  benar, dari gerakan kaki, tangan dan nafas bergantian secara rileks. Gerakan salah, akan membuat badan
tidak  maju  ke  depan  bahkan  hanya  ditempat,  tenaga  yang  dikelurkan  dan  jarak  yang  dihasilkan tidak  sebanding,  menimbulkan  sakit  pada  anggota  badan.  Contohnya  kram,  nyeri  pada  paha  atau
otot hamstring. Biasanya kesalahan terletak pada gerakan kaki bukan naik turun tetapi maju mundur seperti mengayuh sepeda atau ditekuk dilutut. Gerakan tangan yang terlalu cepat atau memutar terus
menerus  akan  menyebabkan  kelelahan  yang  mengakibatkan  tidak  kuat  berenang  jarak  jauh  dan renang terasa berat.
Secara Fisiologi dan anatomi Koordinasi  gerakan  antara  kaki,  tangan  nafas  mengakibatkan  sebagian  otot  bekerja  secara
selaras.Secara anatomis otot dan rangka tubuh bekerja maksimal, gerakan dari kaki mengakibatkan tulang  anggota  gerak  bawah  bekerja  optimal,  gerakan  tangan  menarik  dan  mendorong
mengakibatkan tulang  lengan,  gelang  bahu,  tulang  belakang  bekerja  secara  optimal,    posisi  padan terlentang mengakibatkan tulang belakang datar.
Manfaat Meningkatkan kesehatan, menguatkan otot kaki, otot tangan, otot punggung, dll, rehabilitasi
masalah syaraf kejepit, kelainan tulang seperti skoliosis, lordosis dan kifosi, tulang sambung kepala, dll.
Gaya lumba-lumba kupu-kypu dolpin Renang gaya dolpin dianggap renang paling berat dan paling sulit dilakukan. Tujuan renang
ini  untuk  rekreasi,  kebugaran,  bahkan  rehabilitasi.  Kesulitan  renang  ini  membutuhkan  koordinasi gerakan tangan, kaki dan nafas yang bergantian secara stabil.
Cara melakukan Gerakan  kaki:  dimulai  dari  gerakan  kaki  lurus  kebelakang,  gerakan  pertama  sedikit
mengangkat  kedua  kaki  bersamaan  gerakan  ikutan  akan  menghasilkan  pantat  naik  kemudian
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
582 menunggu  luncuran  kedepan  beberapa  saat  hingga  kaki  lurus  ke  belakang.  Gerakan  tangan  dan
nafas, dilakukan ketika kaki rapat dibelakang, posisi tangan rapat berada didepan. Gerakan pertama, tangan menarik air ke bawah kemudian ke belakang hingga 360º diikuti kepala naik ke atas untuk
mengambil udara. Gerakan kedua meluruskan tangan ke depan diikuti gerakan memasukkan kepala ke dalam air dan meniupkan udara ke air. Ulangi gerakan renang gaya katak beberapa kali. Gerakan
renang ini bergelombang dari kaki, pantat, tangan kemudian kepala Analisis gerak
Gerakan  benar,  akan  membuat  badan  maju  ke  depan,  tenaga  yang  dikeluarkan  dan  jarak yang  dihasilkan  sebanding,  tidak  menimbulkan  sakit  pada  anggota  badan.  Urutan  gerakan  benar,
dari gerakan kaki, tangan dan nafas bergelombang rileks. Gerakan  salah,  akan  membuat  badan  tidak  maju  ke  depan  bahkan  hanya  ditempat,  tenaga
yang dikelurkan dan jarak yang dihasilkan tidak sebanding, menimbulkan sakit pada anggota badan. Contohnya  kram,  nyeri  pada  paha  atau  otot  hamstring,  nyeri  punggung  dan  pinggang.  Kesalahan
biasanya terletak pada kaki yang ditekuk dilutut atau mengangkat kaki terlalu tinggi. Gerakan pantat merupakan  gerak  lanjutan  dari  kaki  tidak  perlu  dibuat-buat  atau  dinaikkan.  Gerakan  tangan  yang
tidak  membuka  lebar  menarik  akan  menyebabkan  mengambilan  nafas  kurang  optimal,  tidak mengambil  nafas  ketika  sudah  menaikkan  kepala  ataupun  tidak  membuang  nafas  ketika  kepala
sudah  masuk  ke  dalam  air  yang  mengakibatkan  tidak  kuat  berenang  jarak  jauh  dan  renang  terasa berat.
Secara Fisiologi dan anatomi Koordinasi  gerakan  antara  kaki,  tangan  nafas  mengakibatkan  sebagian  otot  bekerja  secara
selaras.  Pengambilan  dan  pembuangan  nafas  mengakibatkan  paru-paru  bekerja  konsisten  yang menyebabkan  rongga  paru  akan  beradaptasi  optimal  yang  berhubungan  dengan  kardiovaskuler.
Secara  anatomi  otot  dan  rangka  tubuh  bekerja  maksimal,  gerakan  renang  bergelombang mengakibatkan  anggota  badan  lentur,  punggung  kuat  memacu  pertumbuhan  pada  anak-anak  dan
pembentukan tubuh, gerakan tangan membuka mengakibatkan rongga dada membesar, menaikkan kepala mengakibatkan tulang vertebrai servicalis  bekerja optimal.
Manfaat Meningkatkan  kesehatan,  otot  tangan,    otot  punggung,  kelenturan,  pertumbuhan  ,
pembentukan, otot kaki dll, rehabilitasi masalah anak berkebutuhan khusus dll.
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
583 Usaha Preventif
Upaya  preventif  adalah  suatu  kegiatan  pencegahan  terhadap  suatu  masalah  kesehatan penyakit. Menjalani pola hidup sehat dengan makan secara teratur dan takaran seimbang, tiga kali
sehari  pagi,  siang,  sore  dengan  makan-makanan  bergizi  menghindari  makanan  instan.  Istirahat cukup  minimal  delapan  jam  sehari  seimbang  antara  aktivitas  dengan  istirahat,  tidak  tidur  larut
malam.  Melakukan  aktivitas  olahraga  sesuai  takaran,  tidak  overload  atau  tidak  terlalu  sedikit. Dianjurkan  olahraga  aerobik  yang  membutuhkan  oksigen  karena  akan  membantu  sistem
kardiovaskuler  dan  meningkatkan  daya  tahan  tubuh.  Usaha  preventif  dapat  dilakukan  dengan berolahraga,  terutama  olahraga  renang  yang  mempunyai  banyak  fungsi  karena  hampir
menggunakan  seluruh  otot  dan  organ  tubuh.  Perlu  diperhatikan  dalam  berolahraga  adalah  takaran latihan  yang  disesuikan  dengan  tujuan  berolahraga,  untuk  pembentukan  atau  kebugaran.  Menurut
Suharjana  2013  Takaran  latihan  harus  diprogram  sesuai  prinsip-prinsip  latihan  FITT  frequency, intensity, time, and type. Intensitas berhubungan dengan waktu latihan, berapa menit dan bebannya
berapa,  intensitas  latihan  dapat  berupa  olahraga  rendah  120-150  denyut  per  menit,  menengah 150-170 denyut per menit, tinggi 170-185 denyut per menit , maksimum lebih dari 185 denyut
per menit. Frekuensi berhubungan dengan jumlah latihan per minggu 3-6 kali seminggu, harus ada waktu atau hari istirahat untuk pemulihan tubuh. Durasi berhubungan waktu latihan saat itu, durasi
untuk  olahraga  aerobik  adalah  30-60  menit.  Tipe  latihan  adalah  model  atau  jenis  olahraga  yang dipilih  untuk  latihan  sesuai  dengan  tujuan  olahraga  yang  diinginkan.  Tipe  latihan  menyesuaikan
individu  yang  ingin  mencapai  tujuan,  contoh;  latian  aerobik  untuk  pembentukan,  kebugaran maupun rehabilitasi
Usaha Rehabilitasi Upaya  rehabilitasi  adalah  kegiatan  atau  serangkaian  kegiatan  untuk  mengembalikan  bekas
penderita  ke  dalam  masyarakat  sehingga  dapat  berfungsi  lagi  sebagai  anggota  masyarakat  yang berguna  untuk  dirinya  dan  masyarakat  semaksimal  mungkin  sesuai  dengan  kemampuannya.
Rehabilitasi  dapat  dilakukan  dengan  terapi  fisik  dan  pengobatan.  Bentuk  rehabilitasi  berbeda dengan bentuk pengobatan tradisional
Menurut Susan J 2001 Fase-fase rehabilitasi :
No Fase Rehabilitasi
Tujuan Penanganan Prinsip
1. Reduksi akut
Mengendalikan Inflamasi, nyeri
2. Restoratif subakut
Memulihkan Jangkauan
gerak sendi,
estensibilitas jaringan
lunak, kekuatan otot, pengurangan beban.
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
584
3. Re integrasi transisi
Mengembangkan Biomekanika:  pola  pergerakan
yang  spesifik  aktivitas,  kebugaran kardiovaskuler,
pemeliharaan kekuatan,
fleksibilitas, pengkordinasian,
dan keterampilan.
Terapis fisik menekankan kemampuan gerak kasar menilai dan melatih mobilitas seseorang yang mengalami masalah kesehatan. Mengajarkan kemampuan keseimbangan, perpindahan posisi,
kekuatan, daya tahan, koordinasi salah satunya dengan terapi air. Terapi digunakan untuk 1 tulang; fraktur, dislokasi, 2 sendi; disfungsi kartilago, ligamentum, 3 otot dan tendo; peregangan berlebih,
inlamasi,  kelemahan  otot,  4  syaraf;  terjepitnya  syaraf,  neuropati  diabetes,  4  biomekanik; abnormali postur.
Program Latihan Program  latihan  merupakan  proses  sistematis  dari  berlatih  atau  bekerja,  yang  dilakukan
secara berulang-ulang, dengan prinsip kian hari, kian menambah beban latihan atau pekerjaannya. Jadi  latihan  yang  dilakukan  harus  sesuai  agar  dapat  mencapai  target  atau  tujuan,  sesuai  dengan
prinsi-prinsip latihan,  harus tersusun sistematis dalam bentuk program latihan. Prinsip latihan yang utama adalah adanya pemanasan statis maupun dinamis, inti latihan, dan pendinginan.
Prinsip-prinsip  latihan  terdiri  dari  1  kesiapan;  materi,  dosis  harus  disesuaikan  dengan kondisi  fisiologis  dan  tujuan,  2  individu;  berhubungan  dengan  kondisi  kebugaran  maupun  saat
mengalami  masalah  kesehatan,  3  adaptasi,  penyesuaian  otot  terhadap  latihan  yang  diberikan,  4 beban  berlebih;  melampaui  sedikit  diatas  batas  ambang  rangsang,  5  progresif;  meningkat  dari
waktu ke waktu 5 spesifikasi; jenis olahraga disesuaikan dengan tujuan 6 variasi; agar tidak terjadi kebosanan, 7 sistematik; berhubungan dengan FITT.
Contoh Program Latihan Tujuan
: kebugaran, pembentukan otot Frekuensi
: 3-6 kali seminggu dilakukan secara rutin terus menerus Intensitas
: rendah ditingkatkan tiap minggu Waktu durasi
: 30-60 menit Tipe
: olahraga aerobik renang semua gaya Interval istirahat
: 5 menit Tujuan
: gangguan pernafasan, jantung dan diabetes Frekuensi
: 3-6 kali seminggu dilakukan minimal 18 kali pertemuan
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
585 Intensitas
: rendah 1-8 pertemuan, menengah 9-15 pertemuan, tinggi 16-18 pertemuan, dilakukan rutin mandiri  tidak berhenti di pertemuan 18
Waktu durasi : 20-40 menit meningkat tiap minggu
Tipe : olahraga aerobik renang gaya katak, gaya bebas
Interval istirahat : 10 menit
Tujuan : gangguan syaraf syaraf kejepit
Frekuensi : 3-6 kali seminggu dilakukan minimal 20 kali pertemuan
Intensitas : rendah 1-10 pertemuan, menengah 10-18 pertemuan,
tinggi 18-20 pertemuan, dilakukan rutin mandiri  tidak berhenti di pertemuan 20 Waktu durasi
: 20-40 menit meningkat tiap minggu Tipe
: olahraga aerobik renang gaya katak, gaya bebas, gaya punggung Interval istirahat
: 5 menit Tujuan
: gangguan tulang sendi, osteoporosis, tendo, skoliosis, lordosis, Kifosis, ganguan tulang penghubung kepala atau leher
Frekuensi : 3-6 kali seminggu dilakukan minimal 22 kali pertemuan
Intensitas : rendah 1-10 pertemuan, menengah 10-18 pertemuan,
tinggi 19-22 pertemuan, dilakukan rutin mandiri  tidak berhenti di pertemuan 22 Waktu durasi
: 20-40 menit meningkat tiap minggu Tipe
: olahraga aerobik renang gaya katak, gaya bebas, gaya punggung Interval istirahat
: 5 menit Tujuan
: terapi anak berkebutuhan khusus autis, gangguan pertumbuhan Frekuensi
: 3-6 kali seminggu dilakukan minimal 25 kali pertemuan Intensitas
: rendah 1-10 pertemuan, menengah 10-20 pertemuan, tinggi 20-25 pertemuan, dilakukan rutin mandiri  tidak berhenti di pertemuan 25
Waktu durasi : 20-40 menit meningkat tiap minggu
Tipe : olahraga aerobik gaya bebas, gaya punggung, gaya dolpin
Interval istirahat : 3 menit
SIMPULAN DAN SARAN
Terapi  air  dengan  berenang  dapat  digunakan  sebagai  salah  satu  usaha  preventif  untuk menjaga  kesehatan  disamping  harus  menjalankan  pola  hidup  sehat.  Usaha  rehabilitasi  juga  bisa
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
586 dilakukan  dengan  terapi  air  dengan  tujuan  yang  berbeda-beda  dan  program  latihan  yang  berbeda-
beda pula sesuai dengan permasalahan kesehatan. Saran  setiap  orang  harus  melakukan  pola  hidup  sehat  untuk  menghindari  masalah-masalah
kesehatan,  mencegah  lebih  baik  dan  lebih  murah  secara  ekonomi  dari  mengobati  suatu  masalah kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Sukadiyanto. 2011. Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Yogyakarta: UNY. Susan J. 2001. Dasar-Dasar Terapi dan Rehabilitasi Fisik. Jakarta: Hipokrates.
Suharjana. 2013. Kebugaran Jasmani. Yogyakarta: Jogja Global Media. Syaifuddin.2010.  Anatomi  Tubuh  Manusia  Atlas  Berwarna  Tiga  Bahasa.  Jakarta:  Salemba
Media.
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
587
MANAJEMEN STRES MAHASISWA S1 KEPERAWATAN DITINJAU DARI JENIS KELAMIN, GPA, DAN TEMPAT TINGGAL DI WILAYAH KABUPATEN MOJOKERTO
DAN JOMBANG Dwiharini Puspitaningsih
Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto
dwi2dayyahoo.com
ABSTRAK
Kejadian  stres  pada  mahasiswa  keperawatan  menjadi  hal  yang  penting  untuk diperhatikan.Mojokerto  dan  Jombang  memiliki  banyak  institusi  program  studi  S1
Keperawatan  dengan  mahasiswa  yang  berasal  dari  berbagai  daerah  di  Indonesia dengankarakteristik  dan  manajemen  stres  yang  bervariasi.  Tujuan  dari  penelitian  ini
adalah untuk mengetahui manajemen stres ditinjau dari jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tempat tinggal pada mahasiswa S1 Keperawatan di wilayah Kabupaten Mojokerto dan
Jombang.Desain  penelitian  analitik  korelasi  dengan  pendekatan  cross  sectional.  Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 414 mahasiswa keperawatan yang  berasal dari stikes
majapahit mojokerto, Stikes dian husada, Stikes Stikes Husada Jombang, Program Studi S1 Keperawatan  Fakultas  Ilmu  Kesehatan  Unipdu,  Stikes  Pemkab  Jombang,  Stikes  Insan
Cendekia Medika, Stikes Bahrul Ulum. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kuisioner  modifikasi  peneliti  yang  telah  dilakukan  uji  coba  instrumen.  Hasil  penelitian
menunjukkan  hampir  setengah  responden  melakukan  manajemen  stres  dengan mendengarkan  musik  sebanyak  151  mahasiswa  36,5  dan  berdoa  mendengarkan  doa
sebanyak 149 mahasiswa 36. Manajemen stress yang di lakukan untuk mengatasi stress pada  mahasiswa  baik  di  Mojokerto  maupun  di  Jombang  relatif  sama.  Hal  tersebut
dimungkinkan  karena  karakteristik  dari  masing-masing  intitusi  pendidikan  keperawatan dan  mahasiswanya  hampir  sama.  Institusi  pendidikan  di  mojokerto  dan  jombang  dapat
lebih memberikan fasilitas mahasiswa dalam menurunkan  stres agar dapat meningkatkan hasil dan kualitas pendidikan.
Kata kunci : Manajemen stress, Mahasiswa keperawatan.
ABSTRACT
The incidence of stress on nursing student becomes important to be a concern. Mojokerto and  Jombang  has  many  institutions  of  Nursing  college  with  students  who  come  from
various  regions  in  Indonesia  where  this  will  greatly  affect  the  stress  management.  The purpose of this study was to determine stress of management levels on Nursing student in
Mojokerto  and  Jombang  district.  This  research  was  use  analytical  research  design.  The samples in this study were 414 nursing students who come from stikes majapahit mojokerto,
Stikes dian husada, Stikes Stikes Husada Jombang, S1 Study Program of Nursing Faculty of  Health  Sciences  Unipdu,  Stikes  Jombang  regency,  Stikes  Scholar  Insan  Medika,  Stikes
Bahr  Ulum.  Almost  half  of  the  respondents  did  stress  management  to  listen  to  music  as much  as  151  students  36.5  and  pray    listen  to  the  prayer  as  much  as  149  students
36.  There  is  a  significant  relationship  between  the  stress  management  stress  level  of Nursing  student  in  Mojokerto  and  Jombang  0.119  r  =  0.119.  The  stress  management
experienced  by  nursing  students  in  mojokerto  dijombang  as  well  as  they  do  to  overcome stress  are  relatively  the  same.  This  is  possible  because  the  characteristics  of  each  of  the
nursing  educational  institutions  and  students  about  the  same.  Educational  institutions  in mojokerto  and  jombang  can  give  more  student  facilities  in  reducing  stress  in  order  to
increase the yield and quality of education. Keywords: Stress management, nursing student.
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
588
PENDAHULUAN
Stres  merupakan  suatu  keadaan  kecemasan  yang  disebabkan  oleh  kejadian  dan  tanggung jawab  yang  melebihi    kemampuannya  dalam  mengatasi  hal  tersebut  Seaward,  2014.  Mahasiswa
keperawatan  merupakan  salah  satu  kelompok  yang  rentan  dengan  kondisi  stress  akibat  waktu tempuh  pendidikan  yang  lama  dan  materi  kuliah  yang  sangat  kompleks  Jeffreys,  2014.  Sumber
stress mahasiswa keperawatan tidak hanya berupa stres akademik tetapi juga stresdi tempat praktik selama masa praktik merekaSpielberger  Reheiser, 2005.
Angka  kejadian  stress  diatas  menggambarkan  tingginya  kondisi  stress  yang  dialami mahasiswa  keperawatan  dari  berbagai  sumber  stress.  Dampak  dari  kejadian  stress  ini
mempengaruhi  kemampuan  ingatan,  daya  konsentrasi,  kemampuan  pemecahan  masalah,  dan penurunan kualitas belajar Goff, 2009. Dampak stress juga menimbulkan gejala fisik berupa sakit
kepala,  peningkatan  emosi,  dan  kesulitan  tidur.  Jika  hal  ini  berlangsung  lama,  akan  menimbulkan penyakit  pada  individu  Perry    Potter,  2007.    Perubahan  perilaku  yang  menyimpang  seperti
merokok,  minum  minuman  keras,  mengkonsumsi  junk  food,  dan  dan  bunuh  diri  juga  muncul sebagai dampak stress pada mahasiswa Duffy  Atwater, 2005.
Dampak  yang  sangat  kompleks  sebagai  reaksi  munculnya  stress  pada  mahasiswa  perlu tindakan  untuk  mengatasi  stress.  Penelitian  tentang  koping  yang  digunakan  mahasiswa  dalam
mengatasi  stres  dalam  pembelajaran  KBK,  didapatkan  97  dengan  tidur,  92  dengaan mendengarkan  music,  dan  92  dengan  beraktifitas  sesuai  hobi  Wanda,  dkk.,  2011.  Cara
pemecahan masalah dengan membentuk kelompok belajar, direkomendasikan juga sebagai strategi koping untuk mengatasi stress pada saat mahasiswa melaksanakan praktek Rahmahidayani, 2012.
Tindakan  terapi  Tapas  Acupressure  Technique  TAT  dan  hypnoterapi  juga  bisa  menjadi  pilhan dalam mengatasi stress pada mahasiswa Apriliyanik, 2013 ; Hendriyanto, Sriati, dan Fitria, 2012.
Mojokerto  dan  Jombang  memiliki  banyak  institusi  program  studi  S1  Keperawatan  dengan mahasiswa  yang  berasal  dari  berbagai  daerah  di  Indonesia  yang  mana  hal  ini  akan  sangat
mempengaruhi tingkat stress dan manajemen stress mahasiswa. Peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan  manajemen  stress  dan  tingkat  stress  pada  mahasiswa  S1  Keperawatan  di  wilayah
Mojokerto dan Jombang.
METODE PENELITIAN
Penelitian  ini  menggunakan  desain  penelitian  kuantitatif  korelasi.  Hal  ini  bertujuan  untuk menguji  manajemen  stress  dan  tingkat  stress  pada  mahasiswa  keperawatan  di  wilayah  Kabupaten
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
589 Mojokerto  dan  Jombang.Populasi  dalam  penelitian  ini  adalah  mahasiswa  pada  masing-masing
institusi  keperawatan  di  wilayah  Kabupaten  Mojokerto  dan  Jombang.  Pembagian  institusi, ditentukan sebagai berikut:
1.  Wilayah Kabupaten Mojokerto a.
Stikes Majapahit b.
Stikes Dian Husada 2.  Wilayah Kabupaten Jombang
a.  Stikes Husada Jombang b.  Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi S1 Keperawatan Unipdu
c.  Stikes Pemkab Jombang d.  Stikes Insan Cendekia Medika
e.  Stikes Bahrul Ulum Jumlah populasi dihitung mahasiswa aktif pada tahun akademik 2014, di semua tingkat akademik
dan profesi sebesar 414 orang.Pengambilan partisipan menggunakan teknik simple randomsampling Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel manajemen stres menggunakan kuisioner yang
meliputi dari 5 aspek  yaitu  : berbagi perasaan, penyesuaian, perubahan perasaan, aktvitas rekreasi dan aktivitas menarik.
Cara pengisian kuisioner pada manajemen stres sebagai berikut: Tidak Pernah
: Tidak pernah menggunakan manajemen stres. Kadang-kadang
: Telah menggunakan manajemen stres sekali dalam lebih dari 2 minggu. Sering
: Telah menggunakan manajemen stres 1-3 kali dalam seminggu. Sangat sering
: Telah menggunakan manajemen stres lebih dari 3 kali dalam seminggu. Peneliti  menentukan  responden  berdasarkan  kriteria  inklusi  dan  eksklusi  kemudian  membagi
responden  pada tiap-tiap  institusi  dengan  perhitungan  proporsi.  Masing-masing  responden  di  tiap- tiap  institusi  akan  ditentukan  secara  random.  Kemudian  peneliti  membagi  kuisioner  kepada
responden  yang  telah  ditentukan.  Apabila  ada  responden  yang  menolak  maka  akan  ditentukan responden baru dengan cara yang acak dari institusi yang sama dengan responden awal.
Peneliti  akan  mendatangi  institusi  yang  ditentukan  untuk  menemui  responden  yang  telah dikumpulkan dalam satu kelas. Kemudian peneliti membagikan kuisioner kepada responden setelah
sebelumnya  diberikan  inform  concern  dan  penjelasan  cara  pengisian.  Selama  pengisian  kuisioner
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
590 responden  akan  didampingi  peneliti  sehingga  jika  ada  kesulitan  bisa  langsung  ditanyakan  oleh
responden. Hasil kuisioner yang telah diisi oleh responden dikembalikan kepada peneliti pada hari yang sama.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin
Kelompok Laki-laki
Perempuan
Intervensi N
122 292
29,5 70,5
Pada  tabel  diatas  didapatkan  bahwa  sebagian  besar  responden  berjenis  kelaminperempuan,  yaitu 70,5.
Tabel Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data bahwasebagian besar responden pada tingkat 3 pendidikan akademik sarjana keperawatan 27,3.
Karakterisitik responden berdasarkan domisili digolongkan menjadi 4 kelompok yaitu kos, asrama kampus, dirumah orang tua, lain-lain.
Tabel Distribusi responden berdasarkan domisili tinggal
Berdasarkan karakteristik  domisili responden didapatkan data sebagian besar responden kos diluar kampus 47,6.
Kelompok Tingkat 1
Tingkat 2 Tingkat 3
Tingkat 4
Intervensi N
92 104
113 105
22,2 25,1
27,3 25,4
Kelompok Kos
Asrama Kampus
Rumah Orang Tua
Lain-lain
Intervensi N
197 57
148 12
47,6 13,8
35,7 2,9
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
591 Tabel menajemen stress responden
manajemen_stress N
Valid 414
Missing Mean
18.5000 Std. Deviation
4.63629 Minimum
1.00 Maximum
31.00
Berdasarkan tabel diatas didapatkan mean manajemen stress responden 18,5 dengan standar deviasi 4,6
Mean N
Std. Deviation Minimum.
Maximum Perempuan
18.2842 292
4.51398 4.00
31.00 Laki-laki
19.0164 122
4.89726 1.00
31.00 Total
18.5000 414
4.63629 1.00
31.00
Tabel  diatas  menjelaskan  bahwa  rerata  manajemen  stress  laki-laki  lebih  baik  dari  pada perempuan.Namun  hasil  uji  Mann  Whitney  menunjukkan  bahwa  nilai  Z  sebesar  -1,606  dengan  p
value  sebesar  0,108  0,05 maka Ho diterima sehingga tidak ada perbedaan manajemen stress
antara laki-laki dan perempuan.
Tingkat Mean
N Std. Deviation
Minimum Maximum
Tingkat 1 18.6196
92 4.54246
8.00 31.00
Tingkat 2 18.9135
104 4.79504
1.00 31.00
Tingkat 3 17.7434
113 4.40126
4.00 28.00
Tingkat 4 18.8000
105 4.77252
4.00 30.00
Total 18.5000
414 4.63629
1.00 31.00
Hasil  penelitian  menjelaskan  bahwa  mahasiswa  tingkat  2  memiliki  manajemen  stress  yang  lebih tinggi  dibandingkan  kelompok  lain  sedangkan  mahasiswa  tingkat  3  justru  memiliki  manajemen
stress  yang  paling  rendah.Hasil  uji  median  menunjukkan  bahwa  nilai  chi  square  sebesar  3,931 dengan  p  value  sebesar  0,269
  0,05  maka  Ho  diterima  sehingga  tidak  ada  perbedaan manajemen stress berdasarkan tingkatan kelasnya.
The Place to stay Mean
N Std. Deviation
Minimum Maximum
Dormitory off campuss 18.7208
197 4.63661
1.00 30.00
Dormitory on campuss 18.7719
57 4.28460
11.00 31.00
Home 18.0541
148 4.75921
4.00 31.00
Relatives 19.0833
12 4.85159
11.00 29.00
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
592
The Place to stay Mean
N Std. Deviation
Minimum Maximum
Dormitory off campuss 18.7208
197 4.63661
1.00 30.00
Dormitory on campuss 18.7719
57 4.28460
11.00 31.00
Home 18.0541
148 4.75921
4.00 31.00
Relatives 19.0833
12 4.85159
11.00 29.00
Total 18.5000
414 4.63629
1.00 31.00
Hasil  penelitian  menjelaskan  bahwa  mahasiswa  yang  tinggal  di  tempat  kerabat  memiliki manajemen stres yang lebih baik sedangkan yang tinggal dirumah memiliki manajemen stress yang
paling rendah. Hasil uji median menunjukkan bahwa nilai chi square sebesar 2,412 dengan p value sebesar  0,491
 0,05 maka Ho diterima sehingga tidak ada perbedaan rerata manajemen stress berdasarkan tempat domisili mahasiswa.
Name of campuss Mean
N Std. Deviation  Minimum  Maximum
STIKes Majapahit 19.4390
41 4.54450
11.00 30.00
STIKes Dian Husada 17.3421
76 4.82370
1.00 29.00
STIKes Husada Jombang 17.6944
36 6.37325
4.00 31.00
STIKes ICME 19.2941
102 4.15203
11.00 31.00
STIKes Bahrul Ulum 18.7568
37 4.00975
8.00 25.00
STIKes Pemkab Jombang 18.6203
79 4.44137
8.00 30.00
S1 Keperawatan UNIPDU 18.0000
43 4.32600
11.00 31.00
Total 18.5000
414 4.63629
1.00 31.00
Hasil penelitian menjelaskan bahwa mahasiswa stikes majapahit memiliki manajemen stress yang  paling  bagus  dengan  rentangan  data  yang  kecil  sehingga  dapat  disimpulkan bahwa  sebagian
besar  mahasiswa  stikes  majapahit  memiliki  manajemen  stress  yang  sudah  baik,  sedangkan mahasiswa  stikes  dian  husada  memiliki  manajemen  stres  yang  paling  rendah.Hasil  uji  median
menunjukkan  bahwa  nilai  chi  square  sebesar  5,338  dengan  p  value  sebesar  0,501  0,05 maka
Ho  diterima  sehingga  tidak  ada  perbedaan  rerata  manajemen  stress  berdasarkan  asal  kampus mahasiswa.
Respon  koping  individu  sering  terjadi  secara  spontan,  yang  mana,  individu  melakukan apapun secara alami pada diri mereka dan apa yang telah dikerjakan sebelumnya. Tetapi seringkali
usaha-usaha itu tidak cukup. Stresor bisa jadi lebih kronis, atau lebih elusif sehingga menyebabkan usaha  individu  itu  sendiri  tidak  berhasil  untuk  menurunkan  stres.  Karena  individu  dengan  jelas
kesulitan mengatur stres dengan dirinya sendiri, sehingga ahli psikologi kesehatan mengembangkan teknik yang disebut manajemen stres yang dapat diajarkan Taylor, 2003.
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
593 Manajemen  stres  lebih  daripada  sekedar  mengatasinya,  yakni  belajar  menanggulanginya
secara adaptif dan efektif Margiati, 1999. Memanajemen stres berarti membuat perubahan dalam cara  berfikir  dan  merasa,  dalam  cara  berperilaku  dan  sangat  mungkin  dalam  lingkungan  individu
masing-masing Margiati, 1999. Manajemen  stres  dengan  menggunakan  berbagi  perasaan  p0,05,  mengelola  perasaan
p0,01, mendengarkan musik p0,01, dan surfing internet p0,01 digunakan oleh mahasiswa S1  keperawatan  untuk  mengurangi  stres.  Sebagaimana  penelitian  yang  telah  dilakukan  oleh
Rahmadiyani  2012  bahwa  berbagi  perasaan  dengan  teman  merupakan  cara  yang  paling  efektif dilakukan untuk mengurangi stres.
KESIMPULAN
Manajemen  stres  yang  sering  digunakan  mahasiswa  S1  keperawatan  di  Sekolah  Tinggi Kesehatan  wilayah  Jombang  dan  Mojokerto  adalah  berbagi  perasaan,  mengelola  perasaan,
mendengarkan  musik  serta  surfing  internet.  Antara  lali-laki  dan  perempuan  tidak  memiliki perbedaan  dalam  melakukan  manajemen  stres,  namun  pada  tiap-tiap  tingkat  memiliki  perbedaan
cara  dalam  manajemen  stres.  Domisili  tinggal  juga  mempengaruhi  cara  mahasiswa  dalam melakukan manajemen stres.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penelitian ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak, untuk itu perkenankan penulis dengan hati yang tulus ikhlas menyampaikan ucapan terima kasih tak
terhingga kepada : 1.  Seluruh Ketua  dan staffnya yang telah membantu secara teknis pelaksanaan pelitian ini.
2.  dr. Rahmi SA.,  selaku Direktur Politeknik  Kesehatan Majapahit Mojokerto beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan
3.  Seluruh responden dalam penelitian ini yang telah memberikan inspirasi dan banyak membantu peneliti dalam melakukan penelitian.
Teman-teman dosen dan semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu
DAFTAR PUSTAKA
Guyton,  A.C.  1996.  Textbook  of  medical  physiology,  9  th,  Ed.  Philadelphia:  W.B  Saunders  Co, 9225-1015.
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
594 Hidayat. A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasai, Konsep dan
Proses Keperawatan. Buku 2. Jakarta : Salemba Medika. Jacobs,  E.E,  Masson,  RL    Harvill,  RL.  1998.  Group  counseling:  strategies  and  skill  3
rd
ed. USA: BrooksCole Publishing Company.
Lovallo,  W.R.  2005.  Stress  and  health:  biological  ang  psycological  interaction,  Second  Edition, California: Sage Publication, Inc, pp.721-722.
Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep Proses dan Praktik. Edisi 4 volume 2 : Alih bahasa Yasmin Asih. Jakarta : EGC.
Romero,  M,  Luke  B.  2007.  ‘Endocrinology  of  stress’,  International  Journal  of  Comparative Psychology, vol.20, pp. 89-95.
Rynor,  A,  2003,  ‘Living  the  New  Spirituality.  Humanity’s  Team’.  Didapat  dari http:www.humanitysteam.comimagesnew  spirituality.com.  Diakses  pada9  Februari  2011.  Pukul
10.00 WIB.
Videbeck, S.L. 2008. Buku ajar keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
595
HUBUNGAN URUTAN KELAHIRANDAN KEMATIAN NEONATAL DI INDONESIAANALISIS DATA SURVEI DEMOGRAFI
DAN KESEHATAN INDONESIA TAHUN 2012
Elyana Mafticha
Politeknik Kesehatan Majapahit elyanamagmail.com
ABSTRAK
Kematian  neonatal  terjadi  sekitar  99  di  negara  berkembang.  Di  Indonesia  angka kematian neonatal 191000 Kelahiran Hidup KH. Angka ini tidak mengalami penurunan
berdasarkan hasil SDKI 2007 dan 2012.Tujuan Millenium Development Goals MDGs ke 4  tidak  akan  tercapai  tanpa  penurunan  angka  kematian  neonatal  secara  signifikan.
Peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak dilakukan salah satunya melalui pembatasan jumlah  anak..Badan  Kependudukan  dan  Keluarga  Berancana  Nasional  BKKBN  juga
telah  menyerukan  membatasi  2  anak  dalam  satu  keluarga.  Penelitian  ini  bertujuan mengetahui hubungan urutan kelahiran anak denganrisikokematian neonatal di Indonesia.
Penelitian ini adalah penelitian analitik korelasional menggunakan data SDKI tahun 2012 dengan strategi analisis secararetrospective cohort. Sampel penelitian ini 17.736 neonatus
yang  lahir  hidup  dan  lahir  tunggal.Analisis  univariabel  berupa  distribusi  frekuensi, bivariabel  berupa  log-ranktest    dilanjutkan  dengan  uji  regresi  cox.Hasil  penelitian
disajikan  dalam  tabel  dan  gambar  dan  dilanjutkan  dengan  pembahasan.Pola  kematian neonatal  di  Indonesia  berdasarkanKurva  Kalpan-Meier  menunjukkan  sebagian
besarkematian  neonatal  terjadi  pada  periode  neonatal  dini.  Hasil  analisis  menunjukkan tidak  ada  hubungan  yang  signifikan  antara  jumlah  anak  dan  kematian  neonatal  di
Indonesia  p  value  0,869;  HR:  0,03;  CI:0,77-1,35,  namun  anak  yangdilahirkan  sebagai anak  ketiga  dan  seterusnyamemilikiresiko  kematian  neonatal  lebih  tinggi  daripada  yang
dilahirkan sebagai anak pertama dan kedua. Kata kunci:jumlah anak, kematian neonatal
ABSTRACT
Neonatal  deaths,  about  99  occured  in  developing  countries.Neonatal  mortality  rate  In Indonesia    is  still  high,  remainedon  191000  live  births,  based  on  the  Demographic  and
Health  Survey  IDHS2012.  This  figure  does  not  decrease  based  on  the  results  of  IDHS 2007  and  2012.  The  aim  of  the  4th  Millennium  Development  Goals  MDGs  can  not  be
achieved  without  a  reduction  in  neonatal  mortality  rate  significantly.The  one  way  to improving health of mothers and children is to limit the number of children. the National
Population  and  Family  Planning  Board  BKKBN  has  also  called  limit  2  children  in  a family.This study aims to investigate the relationship of birth order of children with the risk
of neonatal mortality in Indonesia.The study was a quantitative research, using IDHS data in  2012  were  analyzed  using  retrospective  cohort  analysis  strategy.  Children  born  alive
period  2007-2012and  single  births  amounted  to  17.736  inhabitants,  into  the  sample. Analysis of data using univariable analysis in the form of a frequency distribution, and the
log-rank test for bivariate analysis continuing using cox regression test. The results of the data  analysis  are  presented  in  tables  or  pictures,  followed  by  discussion.Kaplan-Meier
curvesshowed  mostneonataldeathsoccurin  theearly  neonatalperiod.  The  analysis showednosignificant relationshipbetween birth order of
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
596
childrenandneonataldeathsinIndonesiap  value  =  0.869;  HR:  0.03;  CI:  0.77-1.35,but  the children who were born as the third child and so has the risk of neonatal mortality  higher
than the neonates were born as the first child and second. Keywords: birth order, neonatal death, retrospective cohort.
PENDAHULUAN
Periode  neonatal  adalah  periode  kehidupan  yang  rawan,  dimana  bayi  baru  dilahirkan memiliki resiko yang tinggi terhadap penyakit dan kematianAdetola, dkk, 2011. Jumlah bayi yang
meninggal padaperiode ini diperkirakan mencapai 4 juta per tahun Lawn, dkk, 2005, diantaranya meninggal  pada  0-7  hari  atau  minggu  pertama  kehidupanWilopo,  2012.Sekitar  99  kematian
neonatal  terjadi  di  negara  berkembang,  dimana  dua  pertiganya  terjadi  di  Afrika  dan  Asia TenggaraAdetola,  dkk,  2011.Penurunan  angka  kematian  Bayi  AKB  dapat  dijadikan  sebagai
tolok  ukur  peningkatan  keberhasilan  pembangunan  di  bidang  kesehatanWandira  dan  Indawati, 2012.  Angka  kematian  anak  di  dunia  telah  mengalami  penurunansecara  signifikan,  tetapi
penurunan  angka  kematian  neonatal  terjadi  sangat  lambatYou,  dkk,  2013.  Angka  kematian neonatal  di  Indonesia  berdasarkan  hasil  SDKI  2012  masih  tinggi  yakni  191000  Kelahiran  Hidup
KHBadan Pusat Statistik, 2013. Tujuan  Millenium  Development  Goals  MDGs  ke  4,  tidak  akan  tercapai  tanpa  penurunan  angka
kematian  neonatal  yang  signifikanAdetola,  dkk,  2011.  Untuk  itu  penurunan  angka  kematian neonatal  sangat  diperlukan,  terutama  penurunan  kematian  neonatal  dini  atau  kematian  bayi  pada
minggu  pertama  kehidupanLawn,  dkk,  2005.  Sehingga  program  menurunkan  angka  kematian neonatal  menjadi  fokus  utama  terutama  di  negara-negara  dengan  angka  kematian  neonatal  yang
tinggiJehan, dkk, 2009. Berbagai hal dianggap sebagai faktor yang bertanggungjawab terhadap kematian bayi dan neonatus.
Komplikasi  atau  penyebab  kematian  langsung  pada  bayi  seperti  asfiksia  atau  sepsis,  banyak menjadi penyebab kematian neonatus dan membutuhkan biaya tinggi untuk mengatasinya. Kegiatan
preventif akan membutuhkan biaya  yang  lebih sedikitLawn, dkk, 2000.  Selain hal tersebut salah satu determinan dekat kematian neonatal adalah urutan kelahiran anak dalam keluargaTitaley, dkk,
2008.
METODE PENELITIAN
Penelitian  ini  merupakan  jenis  penelitian  kuantitatif.  Data  penelitian  diperoleh  dari  hasil Survei  Demografi  dan  Kesehatan  Indonesia  SDKI  tahun  2012,  yang  dianalisis  menggunakan
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
597 strategi  analisis  kohort  retrospektif.  Data  survei  diperoleh  dari  33  provinsi  di  Indonesia,  yakni
provinsi  Aceh,  Sumatera  Utara,  Sumatera  Barat,  Riau,  Jambi,  Sumatera  Selatan,  Bengkulu, Lampung,  Bangka  Belitung,  Kepulauan  Riau,  DKI  Jakarta,  Banten, Jawa  Barat, Jawa  Tengah,  DI
Yogyakarta,  Jawa  Timur,  Bali,  Nusa  Tenggara  Barat,  Nusa  Tenggara  Timur,  Kalimantan  Barat, Kalimantan  Timur,  Kalimantan  Tengah,  Kalimantan  Selatan,  Kalimantan  Timur,  Sulawesi  Barat,
Sulawesi  Tengah,  Sulawesi  Utara,  Gorontalo,  Sulawesi  Selatan,  Sulawesi  Tenggara,  Maluku, Maluku  Utara,  Papua  Barat  dan  Papua.  Populasi  penelitian  ini  adalah  seluruh  responden  dalam
SDKI 2012,  yakni bayi  yang dilahirkan hidup di Indonesia pada tahun 2007-2012 yang berjumlah 18.021  jiwa.  Sampel  dipilih  dengan  kriteria  inklusi  dan  eksklusi.  Kriteria  inklusinya  adalah  bayi
dari  kelahiran  tunggal  dan  kriteria  eksklusi  meliputi  bayi  dengan  keterangan  tidak  lengkap  untuk waktu meninggal. Sampel penelitian berjumlah 17.736 bayi.
Terdapat  tiga  variabel  yakni  variabel independen,  dependen  dan luar.  Variabel  independen penelitian ini adalah jumlah anak, variabel terikat adalah kematian neonatal dan variabel luar terdiri
dari  jenis  kelamin  bayi,    usia  ibu,  tingkat  pendidikan  dan  status  ekonomi  keluarga.  Analisis  yang digunakan  meliputi  analisis  univariabel  dan  analisis  bivariabel.    Analisis  univariabel  memaparkan
distribusi  frekuensi  variabel,  analisis  bivariabel  untuk  menunjukkan  hubungan  antara  variabel independen  dan  dependen  menggunakan  analisis  survival  menggunakan  uji  log-rank  dilanjutkan
dengan  regresi  cox  dengan  confidence  interval  CI  95  dan  tingkat  kemaknaan  p0,05  dengan melihat nilai Hazard Ratio.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil  penelitian  ini  diperoleh  dari  pengolahan  data  Survei  Demografi  dan  Kesehatan Indonesia SDKI tahun 2012. Hasil penelitian pertama adalah merupakan hasil analisis univariabel
berupa  distribusi  frekuensi  yang  menggambarkan  karakteristik  subjek  penelitian.  Karakteristik variabel disajikan dalam tabel 1.
Tabel 4. Distribusi frekuensi karakteristik subjek penelitian
Karakteristik Variabel n = 17.736
Hidup Mati
n n
Urutan kelahiran anak 2
2 11.429
5.999 65,6
34,4 205
103 66,6
33,4
Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan 9.006
8.422 51,7
48,3 194
114 63,0
37,0
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
598
Usia ibu 20 tahun terlalu muda
20-35 Ahun reproduksi aman
35 tahun terlalu tua
1.680 13.617
2.131 9,7
78,1 12,2
54 207
47 17,5
67,2 15,3
Tingkat pendidikan ibu Tinggi
Menengah Tidak sekolah dan dasar
2.347 9.194
5.887 13,5
52,7 33,8
25 153
130 8,1
49,7 42,2
Status ekonomi keluarga Sangat kaya
Kaya Sedangmenengah
Miskin Sangat miskin
2.639 2.935
3.130 3.458
5.266 15,2
16,8 18,0
19,8 30,2
33 37
61 61
116 10,7
12,0 19,8
19,8 37,7
Sumber: Pengolahan data SDKI 2012 Keterangan:
Data tidak tertimbang. Neonatus yang mati pada periode neonatal 0-28 hari.
Karakteristik  subjek  penelitian  diatas  menunjukkan  bahwa  tidak  terlihat  suatu  perbedaan yang  mencolok  antara  persentase  neonatus  yang  tetap  hidup  dan  yang  mati  berdasarkan  urutan
kelahiran anak. Ditinjau dari jenis kelamin anak, terlihat bahwa bayi yang lebih banyak meninggal pada  usia  neonatus  adalah  bayi  laki-laki.  Secara  persentase  dan  jumlah  berdasarkan  usia  ibu  saat
melahirkan,  kematian  tertinggi  terjadi  pada  bayi  yang  dilahirkan  ibu  pada  usia  reproduksi  aman. Tidak terlihat perbedaan yang mencolok pada persentase maupun jumlah bayi yang meninggal pada
usia neonatus antar ibu dengan pendidikan menengah dan tidak sekolah atau tingkat dasar, namun ibu  dengan  tingkat  pendidikan  tinggi  memiliki  persentase  dan  jumlah  tertinggi  dengan  bayi  yang
mampu bertahan hidup hingga melewati periode neonatus. Semakin rendah status ekonomikeluarga maka persentase bayi yang meninggal pada usia neonatus juga semakin tinggi.
Data  yang diperoleh juga diolah dengan analisis bivariabel menggunakan analisis survival dengan melihat kurva Kaplan-Meier,log-rank testserta regresi cox.
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
599
0. 98
0. 99
1. 00
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
22 24
26 28
Usia Neonatus bo = pertama dan kedua
bo = ketiga dan seterusnya
Kematian Neonatal Berdasarkan Jumlah Anak
0. 98
0. 99
1. 00
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
22 24
26 28
Usia Neonatus hari uit = usia terlalu muda
uit = usia rep. aman uit = usia terlalu tua
Kematian Neonatal Berdasarkan Usia Ibu
0. 98
0. 99
1. 00
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
22 24
26 28
Usia Neonatus hari sex = laki laki
sex = perempuan
Kematian Neonatal Berdasarkan Jenis Kelamin
0. 98
0. 99
1. 00
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
22 24
26 28
Usia Neonatus hari pendidikan = rendah
pendidikan = menengah pendidikan = tinggi
Kematian Neonatal Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu
0. 98
0. 99
1. 00
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
22 24
26 28
Usia Neonatus
Kematian Neonatal
0. 98
0. 99
1. 00
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
22 24
26 28
Usia Neonatus hari sosek = sangat miskin
sosek = miskin sosek = menengah
sosek = kaya sosek = sangat kaya
Kematian Neonatal Berdasarkan Tingkat  Ekonomi  Keluarga
Sumber: SDKI 2012
Gambar 1. Kematian Neonatal Di Indonesia
Kurva  Kaplan-Meier  kematian  neonatal  di  indonesia  pada  Gambar  1  menunjukkan  bahwa kematian  neonatal  cenderung  terjadi  pada  periode  neonatal  dini  yakni  pada  minggu  pertama
terutama hari pertama kehidupan. Kurva Kaplan-Meier kematian neonatal berdasarkan jumlah anak memperjelas  hasil  distribusi  frekuensi  sebelumnya,  dimana  terlihat  bahwa  bayi  yang  dilahirkan
pada  urutan  ketiga  dan  seterusnya  mengalami  kematian  pada  usia  neonatus  terutama  pada  hari pertama  kehidupan.  Meskipun  kurva  Kaplan-Meier  menunjukkan  bahwa  bayi  yang  dilahirkan
sebagai anak pertama dan kedua lebih mampu bertahan hidup terutama pada hari pertama, namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara urutan kelahiran dengan kematian neonatal p value
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
600 0,869;  HR:  1,02;  CI:0,77-1,35  meskipun  terjadi  peningkatan  resiko  kematian  pada  bayi  yang
dilahirkan sebagai anak ketiga dan selanjutnya.
Tabel 5. Analisis hubungan urutan kelahiran dan kematian neonatal
Variabel Log-rank
p HR CI
Jumlah anak 2
ref
2
0.03 0,869
1 1.02 0,77-1,35
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
ref
9,51 0,002
1,53 1,17-2,02 1
Usia ibu Usia 20 tahun
Usia 20-35 tahun
ref
Usia 35 tahun
15,48 0,0004
1,88 1,29-2,73 1
1,61 1,13-2,32
Tingkat pendidikan ibu Dasar
Menengah Tinggi
ref
15,17 0.0005
2,71 1,55-4,75 1,94 1,11-3,39
1
Status ekonomi keluarga Sangat miskin
Miskin Menengah
Kaya Sangat kaya
ref
18,35 0,001
2,14 1,33-3,44 1,34 0,79-2,30
1,76 1,05-2,96 1,07 0,60-1,92
1
Sumber: Pengolahan data SDKI 2012 Keterangan:
Signifikansi p0,05; Berdasarkan uji
Cox’s regression, CI = Confident Interval;
ref
Referensi
Hasil  ini  tidak  berbeda  denganpenelitian  sebelumnya  yang  menyatakan  bahwa  pada  dua puluh  delapan  hari  pertama  kehidupan  bayi  atau  periode  neonatal  memang  merupakan  periode
kehidupan  yang  rawan,  dimana  bayi  rentan  terhadap  penyakit  dan  kematian  Adetola,  dkk,  2011. Tiga per empat dari kematian neonatal terjadi pada minggu pertama kehidupan, dan risiko terbesar
tejadi  kematian  adalah  pada  hari  pertama  Lawn,  dkk.,  2005.  Ibu  dengan  paritas  kecil  maka  otot uterus ibu masih kuat, kekuatan mengejan masih adekuat, dan memiliki risiko kejadian komplikasi
persalinan  maupun  partus  lama  yang  dapat  membahayakan  ibu  maupun  bayinya  yang  lebih kecilPriyadi Nugraha, dkk, 2008, namun tidak hanya pada kelahiran anak ketiga, kelahiran  anak
kedua  pun  memiliki  resiko  terhadap  kematian  neonatus  Sugiharto  dan  Kusumawati,  2010.  Hasil penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa pada kelahiran anak pertama juga berisiko terjadi
kematian neonatal dan banyak studi yang menunjukkan bahwa kehamilan kedua dan ketiga adalah kehamilan yang paling tidak menyulitkan Djaja dan Soemantri, 2003.
Hubungan  yang signifikan terhadap kematian neonatal antara lain jenis kelamin anak, usia ibu,  tingkat  pendidikan  ibu  dan  status  ekonomi  keluarga.  Hasil  ini  didukung  oleh  hasil  yang
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
601 tergambar  pada  kurva  Kaplan-Meier  maupun  hasil  uji  log-rank  dan  regresi  cox.    Terjadi
peningkatan risiko kematian neonatal sebesar 1,5 kali pada bayi laki-laki dibandingkan dengan bayi perempuan. Hasil penelitian ini terjadi pula pada penelitian sebelumnya dimana kematian neonatal
pada  bayi  laki-laki  60,2  lebih  besar  dibandingkan  pada  bayi  perempuan39,8  Djaja  dan Soemantri,  2003  dan  proporsi  1,7  lebih  tinggi  pada  bayi  laki-laki  Sugiharto  dan  Kusumawati,
2010. Kelangsungan hidupbayi perempuan lebih baik di  atas laki-laki, studi ini tidak menunjukkan signifikan  perbedaan  berdasarkan  jenis  kelamin  di  kematian  neonatal.  Bagaimanapun  terdapat
variasi  dalam  perbedaan  jenis  kelamin  dalam  kehidupan  sehari-hari.  Perbedaan  ini  menyiratkan saran  bahwa  perilaku  pencarian  perawatan  kesehatan  mungkin  berbeda,  menyesuaikan  dengan
budaya  lokal,  sehingga  penting  untuk  merancang  intervensi  berdasarkan  pemahaman  adatistiadat setempat untuk perawatan bayi baru lahir Adetola, dkk, 2011.
Kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan oleh ibu pada usia reproduksi aman yakni usia 20- 35  tahun  memiliki  kelangsungan  hidup  neonatal  yang  paling  baik.  Secara  statistik,  usia  ibu  saat
melahirkan  berhubungan  signifikan  dengan  kematian  neonatal  p  value:  0,0004.  Risiko  kematian neonatal pada bayi yang dilahirkan oleh ibu usia remaja atau 20 tahun adalah hampir 2 kali lebih
tinggi  dan  1,6  kali  lebih  tinggi  pada  bayi  yang  dilahirkan  ibu  pada  usia  tua  35  tahun dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan pada ibu usua reproduksi aman 20-35 tahun. Ibu yang
melahirkan  pada  usia  reproduksi  aman  memiliki  pengetahuan  yang  lebih  baik  tentang  kehamilan dan  persalinan,  juga  memiliki  kenyamanan  dalam  merawat  bayi  yang  lebih  baik  dan  lebih
bertanggungjawab  terhadap  bayinya  Singh,  dkk,  2013.  Risiko  kelahiran  prematur  lebih  besar terjadi pada  ibu usia belasan tahun sehingga memiliki resiko kematian neonatal juga lebih tinggi.
Ibu  yang terlalu muda ini juga dimungkinkan meningkatkan risiko kematian neonatal karena pada usia  muda  ini,  mereka  masih  memiliki  tingkat  pendidikan  rendah,  ketidakadekuatan  dalam
melakukan  kunjungan  ANC,  status  ekonomi  yang  belum  baik  dan  lebih  mengalami  peningkatan berat badan selama kehamilan yang tidak adekuat Chen, dkk, 2007; Chen, dkk, 2008.Usia ibu saat
melahirkan  semakin  tua  juga  tidak  lebih  baik.  Ibu  pada  usia  sekitar  40  tahunan,  sering  kali  telah menderita berbagai penyakit, dimana kematian perinatal lebih sering terjadi dan kehamilan dengan
komplikasi berbagai penyakit daripada pada wanita yang tidak memiliki penyakit Van Katwijk Peeters, 1998; Jacobsson, dkk, 2004. Ibu usia 20 tahun dan  35 tahun, juga cenderung memiliki
kunjungan  ANC  yang  rendah  World  Health  Organization  ,  2003.  Frekuensi  kunjungan  ANC  di masyarakat  berhubungan  dengan  kematian  neonatal.  Kunjungan  ANC  yang  baik  memberikan
kesempatan kepada ibu untuk lebih banyak dan baik dalam menerima informasi tentang kehamilan,
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
602 persalinan  dan  perawatan  bayi  baru  lahir.  Hal  ini  juga  dapat  memberikan  peningkatan  ibu  dan
keluarga  dalam  mengenal  dan  memahami  tentang  komplikasi  persalinan,  sehingga  mampu menentukan tindakan yang tepat Titaley, et al., 2008.
Tingkat  pendidikan  ibu  berpengaruh  signifikan  secara  statistik  dengan  kematian  neonatal.  Grafik Kaplan-Meier  menunjukkan  bayi  yang  dilahirkan  oleh  ibu  berpendidikan  tinggi  memiliki
kelangsungan  hidup  periode  neonatal  paling  baik.  Risiko  kematian  pada  neonatus  dari  ibu berpendidikan menengah lebih besar hampir 2 kali, dan kematian neonatus dari ibu berpendidikan
dasar  dan  tidak  sekolah  lebih  besar  hampir  3  kali  daripada  neonatus  dari  ibu  yang  berpendidikan tinggi.Tingkat  pendidikan  ibu    memiliki  korelasi  yang  signifikan  terhadap  penurunan  kematian
neonatal  di  India.Risiko  kematian  bayi  yang  lahir  dari ibu  dengan  lama  pendidikan  setidaknya  10 tahun, lebih kecil 40 dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan dari ibu yang tidak sekolah atau
buta huruf.Singh, et al., 2013.Hasil penelitian di  Vietnam menunjukkan peningkatan pendidikan akan  sejalan  dengan  peningkatan  penghasilan  yang  dapat  memperbaiki  perilaku  kesehatan  para
ibuMålqvist, 2011. Pendidikan pada ibu sangat diperlukan. Dengan pendidikan yang baik, seorang ibu akan memiliki wawasan yang lebih baik dalam memberikan perawatan kesehatan pada diri dan
bayinya. Ibu juga memiliki kemampuan dalam mencari informasi kesehatan yang diperlukan. Status  ekonomi  keluarga  memiliki  hubungan  yang  signifikan  dengan  kematian
neonatal.Kurva  survival,  menunjukkan  kelangsungan  hidup  neonatus  dari  keluarga  dengan  status ekonomi sangat miskin adalah paling rendah. Status ekonomi yang baik seiring dengan kemampuan
yang  lebih  baik  pada  ibu  dalam  memahami  dan  menggunakan  sistem  kesehatan  yang  ada.  Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status ekonomi dengan
kematian  neonatalMålqvist,  2011.  Memiliki  anak  dalam  jumlah  yang  banyak  akan  semakin meningkatkan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan makan dan pakaian anakSiregar, 2003.Di
Negara  Berkembang  masih  banyak  Ibu  yang  harus  ikut  bekerja  untuk  menopang  kebutuhan ekonomi  keluarga.  Hal  ini  akan  meningkatkan  kebutuhan  dan  pengeluaran  energi  ibu  hamil,
sehingga  memperbesar  risiko  melahirkan  bati  kecil.  Bayi  kecil  ini  tentu memiliki risiko  kesakitan dan  kematian  yang  lebih  tinggi  Djaja  dan  Soemantri,  2003.  Kurva  ini  juga  menunjukkan  bahwa
kelangsungan hidup neonatus dari keluarga dengan status ekonomi  miskin memiliki kelangsungan hidup yang lebih baik daripada neonatus dari keluarga dengan status ekonomi menengah.  Markides
Mc Farland, 1982 menyebutkan bahwa kematian neonatal ini lebih dipengaruhi oleh faktor fisik dan faktor lingkungan bukan hanya faktor ekonomi.
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
603
KESIMPULAN Kematian  neonatal di Indonesia lebih cenderung terjadi pada periode neonatal dini terutama pada
hari  pertama  kehidupan.  Urutan  kelahiran  tidak  memiliki  hubungan  yang  signifikan  dengan kematian neonatal, namun demikian terdapat risiko lebih tinggi pada bayi  yang dilahirkan sebagai
anak ketiga dan selanjutnya. Kematian neonatal lebih berhubungan dengan jenis kelamin bayi, usia ibu saat melahirkan, tingkat pendidikan dan status ekonomi keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa
faktor  ibu  dan  kemuarga  masih  menjadi  faktor  penentu  kesejahteraan  kehidupan  bayi  baru  lahir. Sehingga perawatan kesehatan pada ibu sedini mungkin dan kesiapan kemapanan ekonomi keluarga
tentu akan menjadi potensi yang baik untuk kelangsungan hidup neonatal.
UCAPAN TERIMAKASIH Pengalaman  melakukan  analisis  pada  penelitian  ini  tidak  terlepas  dari  dampak  positif  dari  arahan
yang  diberikan  saat  peneliti  menyelesaikan  tesis  dalam  rangka  meraih  gelar  M.P.H  di  Universitas Gadjah  Mada  Yogyakarta.  Peneliti  mengucapkan  terimakasih  kepada  Prof.  dr.  Siswanto  Agus
Wolopo,  SU,  M.Sc,  Sc.D,  Program  Studi  IlmuKesehatan  Masyarakat,  Fakultas  Kedokteran, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta atas segala saran-saran statistik Beliau.
DAFTAR PUSTAKA Adetola,  A.,  Tongo,  O.,  Orimadegun,  A.    Osinusi,  K.,  2011.  Neonatal  Mortality  in  an  Urban
Population in Ibadan, Nigeria. Pediatrics Neonatology, Volume 5, pp. 243-250.
Badan  Pusat  Statistik,  2013.  Survei  Demografi  dan  Kesehatan  Indonesia  2012.  Jakarta:  BPS, BKKBN, Kemenkes, ICF International .
Chen,  X.  et  al.,  2007.  Teenage  pregnancy  and  adverse  birth  outcomes:  a  large  population  based retrospective cohort study.. International Journal of Epidemiology.
Chen, X. et al., 2008. Increased risks of neonatal and postneonatal mortality associated with teenage pregnancy had different explanations. Journal of Clinical Epidemiology.
Djaja,  S.    Soemantri,  S.,  2003.  Penyebab  kematian  bayi  baru  lahir  Neonatal  dan  Sistem Pelayanan Kesehatan yangBerkaitan Di Indonesia Survey Kesehatan Rumah Tangga 2001. Buletin
Penelitian Kesehatan, Volume 13.
Jacobsson,  B.,  Ladfors,  L.    Milsom,  I.,  2004.  Advanced  maternal  age  and  adverse  perinatal outcome. Obstetrics  Gynecology.
Jehan,  I.  et  al.,  2009.  Neonatal  mortality,  risk  factors  and  causes:  a  prospective  population-based cohort study in urban Pakistan. Bulletin of the World Health Organization, pp. 130-8.
Lawn, J., Cousens, S.  J., Z., 2005. 4 million neonatal deaths: when? Where? Why?.  The Lancet, pp. 891-900.
Lawn, J., McCarthy, B.  Ross, S., 2000. The healthy newborn: A reference manual for program managers. s.l.:Centers for Disease Control and Prevention.
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
604 Målqvist, M., 2011. Neonatal mortality: an invisible and marginalised trauma. Global health action.
Markides,  K.    Mc  Farland,  C.,  1982.  A  note  on  recent  trends  in  the  infant  mortality- socioeconomic status relationship. Social Forces.
Priyadi Nugraha, P., Cahya Tri, P.  Laksmono, W., 2008. Analisis Faktor Risiko Status Kematian Neonatal. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, Volume 3.
Singh, A., Kumar, A.  Kumar, A., 2013. Determinants of neonatal mortality in rural India 2007 –
2008. PeerJ, Volume 1. Siregar,  F.  A.,  2003.  Pengaruh  Nilai  dan  Jumlah  Anak  Pada  Keluarga  Terhadap  Norma  Keluarga
Kecil Bahagia dan Sejahtera. USU Digital Library, pp. 1-7. Sugiharto,  M.    Kusumawati,  L.,  2010.  Analisis  Perbedaan  Antar  Paritas  Ibu  dengan  Kematian
Neonatal. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Volume 13. Titaley, C. et al., 2008. Determinants of neonatal mortality in Indonesia. BMC Public Health.
Van  Katwijk,  C.    Peeters,  L.,  1998.  Clinical  aspects  of  pregnancy  after  the  age  of  35  years:  a review of the literature. Human Reproduction Update.
Wandira,  A.  K.    Indawati,  R.,  2012.  Faktor  Penyebab  Kematian  Bayi  Di  Kabupaten  Sidoarjo. Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Volume 1, p. 33.
Wilopo, S. A., 2012. Kesehatan Perempuan Prioritas Pembangunan Abad ke 21. Yogyakarta: Pusat Kesehatan Reproduki sFakultas Kedokteran UGM.
World Health Organization , 2003. Antenatal care in developing countries : promises, achievements and  missed  opportunities  :  an  analysis  of  trends,  levels  and  differentials,  1990-2001.  s.l.:World
Health Organization.
You, D., Bastian, P., Wu, J.  Wardlaw, T., 2013. Levels  Trends in Child Mortality.  UN Inter- agency Group for Child Mortality Estimation.
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
605
PERKEMBANGAN BALITA DI BATANG GEDE TAMBAKREJO TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA
Ika Fitria Ayuningtyas
1
, Indi Bausari
2
STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Email:
ikafitriaayuningtyasgmail.com
ABSTRAK
Latar belakang: Masalah kesehatan yang sering terjadi pada masa balita adalah berkaitan dengan masalah tumbuh kembang. Hal ini terjadi karena pertumbuhan dan perkembangan
mengalami  peningkatan  yang  pesat  pada  usia  dini,  yaitu  dari  0  sampai  5  tahun.  Tumbuh kembang  merupakan  masa  yang  sangat  penting  untuk  memperhatikan  tumbuh  kembang
anak secara cermat agar sedini mungkin dapat terdeteksi apabila terjadi kelainan. Secara umum  terdapat  dua  faktor  utama  yang  berpengaruh  terhadap  tumbuh  kembang,  yaitu
faktor  genetic  merupakan  modal  dasar  dalam  mencapai  hasil  akhir  proses  tumbuh kembang  anak  yaitu  potensi  anak  yang  menjadi  ciri  khasnya,  dan  faktor  lingkungan
merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan, faktor ini  disebut  juga  mileu  merupakan  tempat  anak  tersebut  hidup  dan  berfungsi  sebagai
penyedia  kebutuhan  dasar  anak.Tujuan:  Diketahuinya  perkembangan  balita  di  Batang Gede  Tambakrejo  Tempel  Sleman  Yogyakarta.  Metode  penelitian:  Penelitian  ini
merupakan  penelitian  deskriptif  dengan  sampel  35  balita  di  Batang  Gede  Tambakrejo Tempel  Sleman  Yogyakarta.  Hasil:  Perkembangan  balita  di  Batang  Gede  Tambakrejo
Tempel Sleman Yogyakarta adalah 29 balita 82,8 normal, dan 6 balita 17,2 suspect. Kesimpulan: Mayoritas perkembangan balita di Batang Gede Tambakrejo Tempel Sleman
Yogyakarta normal.
Kata kunci
: perkembangan, balita
ABSTRACT
Background:  A  health  problem  that  often  occurs  in  infancy  is  associated  with developmental  problems.  This  occurs  due  to  the  growth  and  development  has  increased
rapidly  at  an  early  age,  from  0  to  5  years.  Future  growth  and  development  is  very important to pay attention to child growth carefully so as early as possible can be detected
in  case  of  abnormality.  In  general  there  are  two  main  factors  that  affect  growth  and development, namely genetic factors which is the basis to achieve the end result of growth
and  development  of  children,  the  childs  potential  which  became  his  trademark,  and environmental factors a crucial factor achieved whether or not the innate potential , this
factor is also called the child mileu a place to live and function as a provider of basic needs of  children.    Objective:  The  identification  of  early  toddler  development  in  Batang  Gede
Tambakrejo Tempel Sleman Yogyakarta. Methods: This study is a descriptive study with a sample  of  35  toddlers  in  Batang  Gede  Tambakrejo  Tempel  Sleman,  Yogyakarta.  Results:
Development  of  a  toddler  in  Batang  Gede  Tambakrejo  Tempel  Yogyakarta  Sleman  is  29 toddler  82.8  normal,  and  6  toddler  17.2is  suspect.  Conclusions:  The  majority  of
early  toddler  development  in  Batang  Gede  Yogyakarta  Sleman  Tambakrejo  Tempel  is normal.
Keywords: development, toddler
PENDAHULUAN
Pembangunan  kesehatan  sebagai  bagian  dari  upaya  membangun  manusia  seutuhnya  antara lain  diselenggarakan  melalui  upaya  kesehatan  anak  yang  dilakukan  sedini  mungkin  sejak  anak
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
606 masih di dalam kandungan. Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan
sampai  lima  tahun  pertama  kehidupannya,  ditujukan  untuk  mempertahankan  kelangsungan hidupnya  sekaligus  meningkatkan  kualitas  hidup  anak  agar  mencapai  tumbuh  kembang  optimal
baik  fisik,  mental,  emosional  maupun  sosial  serta  memiliki  intelegensi  majemuk  sesuai  dengan potensi genetiknya Depkes RI, 2009.
Masalah  kesehatan  yang  sering  terjadi  pada  masa  balita  adalah  berkaitan  dengan  masalah tumbuh  kembang.  Hal  ini  terjadi  karena  pertumbuhan  dan  perkembangan  mengalami  peningkatan
yang  pesat  pada  usia  dini,  yaitu  dari  0  sampai  5  tahun.  Masa  ini  sering  juga  disebut  sebagai  fase tumbuh  kembang.  Tumbuh  kembang  merupakan  masa  yang  sangat  penting  untuk  memperhatikan
tumbuh kembang anak secara cermat agar sedini mungkin dapat terdeteksi apabila terjadi kelainan Nutrisiani, 2010.
Faktor  dominan  yang  mempengaruhi  pertumbuhan  dan  perkembangan  adalah  gizi  yang  di peroleh  oleh  bayi  yang  dilahirkan.  Apabila  setelah  dilahirkan  bayi  mengalami  kekurangan  gizi
dapat  dipastikan  pertumbuhan  anak  akan  terlambat  Supariasa,  2009.  Menurut  Badan  Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2008,  Perkembangan anak terdiri dari: perkembangan
motorik  kasar  pergerakan  dan  sikap  tubuh,  perkembangan  motorik  halus  menggambar, memegang  suatu  benda  dan  lain
–  lain,  perkembangan  bahasa  kemampuan  respon  suara, mengikuti  perintah,  dan  berbicara  sopan;  kepribadian  atau  tingkah  laku  berinteraksi  dengan
lingkungannya Kania, 2009.  Faktor-faktor  yang mempengaruhi tumbuh kembang ,secara umum terdapat  dua  faktor  utama  yang  berpengaruh  terhadap  tumbuh  kembang,  yaitu  faktor  genetic
merupakan  modal  dasar  dalam  mencapai  hasil  akhir  proses  tumbuh  kembang  anak  yaitu  potensi anak  yang  menjadi  ciri  khasnya,  dan  faktor  Lingkungan  merupakan  faktor  yang  sangat
menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan,faktor ini disebut juga mileu merupakan tempat anak  tersebut  hidup  dan  berfungsi  sebagai  penyedia  kebutuhan  dasar  anak  Marimbi,  2010.  Tes
yang  umum  digunakan  untuk  memantau  perkembangan    adalah  tes  Denver.  Denver  adalah  salah satu  dari metode  skrining  terhadap  kelainan  perkembangan  anak.  Tes  ini  membagi  perkembangan
anak  menjadi  empat  yaitu  perkembangan  personal  sosial,  perkembangan  bahasa,  serta perkembangan motorik kasar dan motorik halus adaktif As’ad, 2010. Jika terjadi kekurangan pada
salah  satu  aspek  kemampuan  tersebut  dapat  mempengaruhi  perkembangan  aspek  yang  lain. Kemajuan perkembangan anak mengikuti suatu pola yang teratur dan mempunyai variasi pola batas
pencapaian  dan  kecepatan.  Batasan  usia  menunjukkan  bahwa  suatu  patokan  kemampuan  harus dicapai pada usia tertentu. Batas ini menjadi penting dalam penilaian perkembangan, apabila anak
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
607 gagal mencapai dapat memberikan petunjuk untuk segera melakukan penilaian yang lebih terperinci
dan intervensi yang tepat Yeyen, 2011. Hasil pemantauan status gizi berdasarkan indikator BBUmur di  Indonesia, DIY  termasuk
dalam kategori perkembangan balita dan status gizi buruk yang masih tinggi. Di antara 5 kabupaten di DIY perkembangan  Balita yang terhambat masih tinggi  yaitu di Kabupaten Sleman terendah di
Kabupaten  Gunung  Kidul.  Persentase  perkembangan  Balita  yang  terhambat    di  DIY  yaitu Kabupaten:  Sleman  tahun  2014  sebanyak  12,60,  Kabupaten  Gunung  Kidul  sebanyak  1,5,
Kabupaten  Bantul  sebanyak  0,42,  dan  Kabupaten  Kulon  Progo  sebanyak  5.  Perkembangan balita  dikabupaten  Sleman,  di  Puskesmas  Tempel  II  tertinggi  sebanyak  4,57.  Prevalensi
pertumbuhan  Balita  di  Dusun  Batang  Gede  menunjukkan  penurunan  dari  tahun  2008-2014,  yaitu 12,60  pada  tahun  2008  dan  menurun  menjadi    7,01  pada  tahun  2014.  Berdasarkan  uraian  di
atas,  penulis  tertarik  untuk  meneliti  tentang  perkembangan  balita  di  Dusun  Batang  Gede,  Desa Tambakrejo, Tempel, Sleman, Yogyakarta.
METODE PENELITIAN
Penelitian  ini  akan  dilaksanakan  dengan  metode  diskriptif  non  analitik.  Populasi  dalam penelitian  ini  adalah  ibu  yang  mempunyai  balita  di  Batang  Gede  Tambakrejo  Tempel  Sleman
Yogyakarta.  Jumlah  sampel  dalam  penelitian  ini adalah  35  balita.    Dalam  penelitian  ini  alat  yang digunakan adalah DDST Denver Developmnent Screening Test II Subbagian Tumbuh Kembang
Ilmu  Kesehatan  Anak  RS  Sardjito,  2004,  formulir  tes  DDST  II  berisi  125  item  yg  terdiri  dari  4 sektor,  yaitu:  personal  sosial,  motorik  halus-adaptif,  bahasa,  serta  motorik  kasar.  Data  diperoleh
secara  langsung  melalui  pemeriksaan  perkembangan  pada  balita  di  Batang  Gede,  Tambakrejo, Tempel Sleman, Yogyakarta. Analisis data univariat menggunakan persentase.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Perkembangan balita di Batang Gede, Tambakrejo, Tempel, Sleman, Yogyakarta No
Perkembangan balita f
Persentase 1.
Normal 29
82,8 2.
Suspect 6
17,2 3.
Untestable Jumlah
35 100
Berdasarkan tabel diatas perkembangan balita mayoritas normal sebanyak 29 balita 82,8.
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
608 Tabel  2.  Perkembangan  balita  berdasarkan  aspek  di  Batang  Gede,  Tambakrejo,  Tempel,  Sleman,
Yogyakarta No
Perkembangan Balita Motorik
Kasar Motorik
Halus Bahasa
Personal Sosial
f f
f f
1. 2.
3. Normal
Suspect Untestable
33 2
94,3 5,7
32 3
91,4 8,6
34 1
97,1 2,9
35 100
Total 35
35 35
35 100
Berdasarkan tabel diatas perkembangan balita normal mayoritas dari aspek personal sosial sebanyak 35 balita 100 dan perkembangan balita suspect mayoritas dari aspek motorik halus sebanyak 3
balita 8,5. Tabel 2. Perkembangan balita berdasarkan aspek dan umur di Batang Gede, Tambakrejo, Tempel,
Sleman, Yogyakarta
Umur Perkembangan Balita
Motorik kasar Motorik halus
Bahasa Sosial
Normal Suspect
Normal Suspect
Normal Suspect
Normal Suspect
f f
f f
f f
f f
1 10
28,6 0  0,0
7 20,0
3  8,6  10 28,6
0  0,0  10 28,6
0  0,0 2
12 34,3
2  5,7  14 40,0
0  0,0  13 37,1
1  2,9  14 40,0
0  0,0 3
7 20,0
0  0,0 7
20,0 0  0,0
7 20,0
0  0,0 7
20,0 0  0,0
4 3
8,6 0  0,0
3 8,6
0  0,0 3
8,6 0  0,0
3 8,6
0  0,0 5
1 2,9
0  0,0 1
2,9 0  0,0
1 2,9
0  0,0 1
2,9 0  0,0
Jumlah 33
94,3  2   5,7  32 91,4
3  8,6  34 97,1
1  2,9  35 100,0
0  0,0 Berdasarkan tabel diatas perkembangan balita suspect pada aspek motorik kasar terjadi pada
umur 2 tahun sebanyak 2 balita 5,7, motorik halus umur 1 tahun sebanyak 3 balita 8,6 dan aspek bahasa umur 2 tahun sebanyak 1 balita 2,9.
Denver  adalah  salah  satu  metode  skrining  terhadap  kelainan  perkembangan  anak,  tes  ini bukanlah tes  diagnostic  atau tes  IQ  Dewi,  2010.  Denver  memenuhi  persyaratan yang  diperlukan
untuk  metode  skrining  yang  baik.  Ada  beberapa  aspek  perkembangan  yang  dinilai  di  Denver  II yaitu  perilaku  sosial,  motorik  kasar,  motorik  halus,  dan  bahasa.  Diantara  4  aspek  tersebut
penilaiannya  dapat  diinterpretasikan  apakah  balita  tersebut  lulus  passed=p,  gagal  failed=f, ataukah  anak  tidak  mendapat  kesempatan  untuk  melaksanakan  tugas  No  Opportunity=N.O
kemudian  ditarik  garis  kronologis  yang  memotong  garis  horizontal  tugas  perkembangan  pada formulir  DDST  Denver  Development  Screening  Test.  Setelah  itu  dihitung  pada  masing-masing
skor berapa yang P dan berapa yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil test diklasifikasikan
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
609 dalam Normal, Dicurigai Suspect dan tidak dapat di test Untestable. Penilaian keseluruhan dari
hasil  pemeriksaan  yang  menggunakan  Denver  adalah  apabila  terjadi  dicurigai  suspect  pada tumbuh  kembang  balita  maka  akan  dilakukan  pemeriksaan  kembali  pada  waktu  1-2  minggu
kedepan,  pemeriksaan  ini  dilakukan  untuk  menghilangkan  faktor  sesaat  takut,  lelah,  sakit,  tidak nyaman, dan apabila telah dilakukan pemeriksaan dari keseluruhan dan hasilnya Normal maka bisa
dilanjutkan pemeriksaan selanjutnya. Perkembangan  motorik  yang  lambat  dapat  disebabkan  oleh  beberapa  hal.  Salah  satu
penyebab  gangguan  perkembangan  motorik  adalah  kelainan  tonus  otot  atau  penyakit neuromuskular.  Anak  dengan  serebral  palsi  dapat mengalami  keterbatasan  perkembangan  motorik
sebagai  akibat  spastisitas,  athetosis,  ataksia,  atau  hipotonia.  Kelainan  sumsum  tulang  belakang seperti  spina  bifida  juga  dapat  menyebabkan  keterlambatan  perkembangan  motorik.  Penyakit
neuromuscular sepeti muscular distrofi memperlihatkan keterlambatan dalam kemampuan berjalan. Namun, tidak selamanya gangguan perkembangan motorik selalu didasari adanya penyakit tersebut.
Faktor  lingkungan  serta  kepribadian  anak  juga  dapat  mempengaruhi  keterlambatan  dalam perkembangan  motorik.  Anak  yang  tidak  mempunyai  kesempatan  untuk  belajar  seperti  sering
digendong  atau  diletakkan  di  baby  walker  dapat  mengalami  keterlambatan  dalam  mencapai kemampuan motorik Yeyen, 2011.
Kemampuan  bahasa  merupakan  kombinasi  seluruh  system  perkembangan  anak. Kemampuan  berbahasa  melibatkan  kemapuan  motorik,  psikologis,  emosional,  dan  perilaku
Widyastuti, 2008. Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat diakibatkan berbagai faktor, yaitu adanya faktor genetik, gangguan pendengaran, intelegensia rendah, kurangnya interaksi anak
dengan lingkungan, maturasi yang terlambat, dan faktor keluarga. Selain itu, gangguan bicara juga dapat disebabkan karena adanya kelainan fisik seperti bibir sumbing dan serebral palsi. Gagap juga
termasuk salah satu gangguan perkembangan bahasa yang dapat disebabkan karena adanya tekanan dari orang tua agar anak bicara jelas Soetjingsih, 2003.
Dalam  perkembangannya  menjadi  manusia  dewasa,  seorang  anak  berkembang  melalui tahapan tertentu. Diantara jenis perkembangan, yang paling penting untuk menentukan  kemampuan
intelegensi  di  kemudian  hari  adalah  perkembangan  motorik  halus  dan  pemecahan  masalah  visuo- motor,  serta  perkembangan  berbahasa.  Kemudian  keduanya  berkembang  menjadi  perkembangan
sosial  yang  merupakan  adaptasi  terhadap  lingkungan.  Walaupun  kecepatan  perkembangan  setiap anak  berbeda-beda,  kita  harus  waspada  apabila  seorang  anak  mengalami  keterlambatan
perkembangan  atau  penyimpangan  perkembangan.  Untuk  mendeteksi  keterlambatan,  dapat
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
610 digunakan  2  pendekatan:  Yang  pertama  adalah  menyerahkan  kepada  orang  tua,  nenek,  guru  atau
pengasuh  untuk  melaporkan  bila  anak  mengalami  kesulitan  berbahasa.  Kerugian  cara  ini  adalah bahwa  orang  tua  sering  menganggap  bahwa  anak  akan  dapat  menyusul  keterlambatannya
dikemudian  hari  dan  cukup  ditunggu  saja,  atau  nenek  mengatakan  bahwa  ayah  atau  ibu  juga terlambat  bicara,  atau  anggapan  bahwa  anak  yang  cepat  jalan  akan  lebih  lambat  bicara.  Kadang-
kadang disulitkan oleh reaksi menolak dari orang tua yang tidak mengakui bahwa anak mengalami keterlambatan  bicara,  Pendekatan  kedua  adalah  dengan  deteksi  aktif,  membandingkan  apakah
seorang  anak  dapat  melakukan  fungsi  bahasa  yang  sesuai  dengan  baku  untuk  anak  seusianya. Pendekatan  kedua  juga  mempunyai  kelemahan  yaitu  akan  terlalu  banyak  anak  yang  diidentifikasi
sebagai  abnormal  karena  bicara  terlambat.  Sebagian  besar  diantaranya  memang  secara  alamiah akan menyusul bicara dikemudian hari. Peran orang tua untuk melaporkan kecurigaannya dan peran
dokter  untuk  menanggapi  keluhan  tersebut  sama  pentingnya  dalam  penatalaksanaan  anak.  Bila dijumpai keterlambatan atau penyimpangan harus dilakukan pemeriksaan.
KESIMPULAN
Perkembangan balita di Batang Gede, Tambakrejo, Tempel, Sleman, Yogyakarta mayoritas baik.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji  syukur  kehadirat  Allah  SWT  yang  telah  melimpahkan  Rahmat  dan  Hidayah-Nya  sehingga penulis  dapat  menyelesaikan  penelitian  yang  berjudul  “Perkembangan  Balita  di  Batang  Gede
Tambakrejo  Tempel  Sleman  Yogyakarta”.  Penyusunan  penelitian  ini  tidak  terlepas  dari  bantuan
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1.  Kuswanto Hardjo, dr., M.Kes, selaku Ketua Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
2.  Muhamat  Nofiyanto,  M.Kep  selaku  Ketua  Lembaga  Penelitian  dan  Pengabdian  kepada Masyarakat Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
3.  Reni  Merta  Kusuma,  M.Keb,  selaku  ketua  Program  Studi  Kebidanan  Stikes  Jenderal  Achmad Yani Yogyakarta
Semoga  Allah  SWT  senantiasa  melimpahkan  kebaikan  kepada  kita  semua,  sebagai  imbalan  atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar harapan penulis semoga upenelitian ini dapat
bermanfaat bagi pembaca
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
611
DAFTAR PUSTAKA
As’ad S. 2006. Gizi-Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional DepKes RI. 2008. Rencana Strategi 2009-2010. Jakarta: Depkes RI.
DepKes RI. 2008. Profil Kesehatan RI. Jakarta: Depkes RI Dewi, V.N.L. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika
Kania, N. 2009. Upaya Peningkatan Kualitas Tumbuh Kembang Anak. http:pustaka.unpad.ac.id Marimbi,  Hanum.  2010.  Tumbuh  Kembang,  Status  Gizi  dan  Imunisasi  Dasar.  Pada  Balita.
Yogyakarta: Nuha Medika. Nutrisiani,  Febrika.  2010.  Hubungan  Pemberian  Makanan  Pendamping  ASI  MP  ASI  pada  anak
usia  0-24  bulan  dengan  kejadian  diare  di  Wilayah  Kerja  Puskesmas  Purwodadi  Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan. Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Karya Ilmiah.
Soetjiningsih. 2006. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC Supariasa. 2007. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Widyastuti, D, dan Widyani, R. 2007. Panduan Perkembangan Anak 0 Sampai 1 Tahun. Yeyen,  2011.  Faktor-faktor  yang  mepengaruhi  pertumbuhan  dan  perkembangan.  http:anti-
remed.blogspot.co.id201110faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
612 Lampiran
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
613
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
614
PERBANDINGAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK DENGAN RIWAYAT KEHAMILAN LETAK SUNGSANG YANG DILAHIRKAN SECARA
NORMAL DAN SECTIO Sri Wardini Puji Lestari
1
, Eka Diah Kartiningrum
2
1
Prodi DIII Kebidanan Poltekkes Majapahit
2
Prodi DIII Keperawatan Poltekkes Majapahit
sriwardinipujilestarigmail.com
ABSTRAK
Kehamilan letak sungsang merupakan penyulit saat persalinan yang memberikan dampak pada  janin  dan  ibu  yang  melahirkan.  Jenis  persalinan  yang  tidak  tepat  mengakibatkan
penanganan  yang  kurang  tepat  dan  berdampak  pada  pertumbuhan  dan  perkembangan anak  setelah  beberapa  tahun  dari  kelahirannya.  Tujuan  penelitian  ini  adalah  untuk
membandingkan  pertumbuhan  dan  perkembangan  anak  dengan  riwayat  kehamilan  letak sungsang  antara  yang  dilahirkan  secara  normal  per  vaginam  dengan  sectio  caesaria  di
Kabupaten  Sidoarjo.  Penelitian  ini  menggunakan  desain  cohort  retrospektif  dengan populasi  penelitian  adalah  anak  usia  1
–    3  tahun  dengan  riwayat  persalinan  letak sungsang  berdasarkan  data RS Sidoarjo tahun 2014  adalah sebanyak  287 anak. Besar
sampel  penelitian  sebanyak  62  anak  yang  berumur  1-3  tahun.  Data  pertumbuhan  dan perkembangan  diobservasi  menggunakan  berat  badan  dan  tinggi  badan  serta  KPSP.
Kemudian  data  dianalisa  menggunakan  Wilcoxon  Mann  Whitney  Test.  Hasil  penelitian menjelaskan  bahwa  anak  dengan  riwayat  letak  sungsang  yang  dilahirkan  secara  sectio
memiliki pertumbuhan pada kategori normal dan gemuk sedangkan anak yang dilahirkan secara normal per vaginam mengalami pertumbuhan pada kategori kurus.Hasil Wilcoxon
Mann Whitney Test menghasilkan pvalue sebesar 0.008 yang berarti bahwa ada perbedaan pertumbuhan  anak  dengan  riwayat  letak  sungsang  antara  yang  dilahirkan  secara  normal
dan sectio. Sedangkan pada perkembangan anak diperoleh kesimpulan bahwa anak dengan riwayat  letak  sungsang  yang  memiliki  perkembangan  dengan  kategori  kemungkinan
menyimpang semuanya dilahirkan secara normal per vaginam, sedangkan yang dilahirkan dengan  sectio  tidak  ada  yang  mempunyai  perkembangan  yang  menyimpang.  Hasil
Wilcoxon  Mann  Whitney  Test  menyimpulkan  bahwa  ada  perbedaan  perkembangan  anak dengan  riwayat  letak  sungsang  antara  yang  dilahirkan  secara  normal  dengan  sectio  p
value=0.000. Kata kunci : letak sungsang, pertumbuhan, perkembangan
ABSTRACT
Incomplete  Breech  pregnancy  is  a  complication  during  delivery  that  impact  on  fetal  and maternal.  Type  of  delivery  is  not  exactly  result  of  improper  handling  and  impact  on  the
growth and development of children after a few years of his birth. The purpose of this study was  to  compare  the  growth  and  development  of  children  with  a  history  of  incomplete
breech pregnancies among born by normal vaginal with sectio Caesaria in Sidoarjo. This study used a retrospective cohort design study population was children aged 1-3 years with
a history of breech delivery based on data from Sidoarjo RS 2014 is a total of 287 children. A large study sample were 62 children aged 1-3 years. Data growth and development were
observed  using  weight  and  height  and  KPSP.  Then  the  data  were  analyzed  using  the Wilcoxon Mann Whitney Test. Results of the study explained that children with a history of
breech  born  in  sectio  have  growth  in  normal  and  obese  category  while  a  child  born  by normal vaginal growth in the category kurus.Hasil Wilcoxon Mann Whitney Test generate
pvalue by 0008, which means that there are differences in childrens growth with a history of breech between  who delivered vaginally and sectio. While on child development can be
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
615
concluded that children with a history of breech that has development with the possibility to deviate  all  categories  of  normal  vaginal  birth,  while  those  born  with  sectio  nobody  has
distorted  development.  Wilcoxon  Mann  Whitney  Test  results  concluded  that  there  are differences in the development of children with a history of breech between  who delivered
vaginally with sectio p value = 0.000. Keywords : Incomplete Breech, growth, development.
PENDAHULUAN
Letak  sungsang  merupakan  keadaan  dimana  janin  terletak  memanjang  dengan  kepala  di fundus uteri dan pantat berada di bagian bawah kavum uteri. Insidensi letak sungsang berkisar 3-4
dari  seluruh  kehamilan  tunggal  pada  umur  kehamilan  cukup  bulan    ≥  37  minggu Prawirohardjo, 2010 . Sekalipun kejadiannya kecil, tetapi mempunyai penyulit yang besar dengan
angka  kematian  sekitar  20  sampai  30  Manuaba,  2010.  Penatalaksanaan  persalinan  sungsang dapat  dilakukan  secara    pervaginam  atau  perabdominal.  Pemilihan  kelahiran  sungsang  baik
perabdominal ataupun pervaginam tergantung pada posisi sungsang dan jenis penolong persalinan Kasdu,  2005.  Goffinet  pada  penelitiannya  di  Perancis  dan  Belgia  tahun  2006  dengan  studi
diskriptif  menjelaskan bahwa wanita hamil dengan letak sungsang 47,8 –  89 melahirkan secara
pervaginam  dan  69  melahirkan  secara  sectio  caesaria,  dengan  resiko  kematian  neonatal  akibat persalinan  secara  pervaginam  0,15  dan  secara  sectio  caesaria  0,08.  Resiko  kejadian  asfiksia
dengan  Apgar  Score    4  pada  lima  menit  pertama  untuk  persalinan  pervaginam  sebesar  0,2 sedangkan persalinan sectio caesaria sebesar 0,16 SOGC, 2010 . Insiden persalinan sungsang di
Rumah Sakit Umum Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2009 adalah 17,1 dari semua persalinan yang ada,  sedangkan  pada  tahun  2011  dari  176  persalinan  letak  sungsang  66,4  melahirkan  secara
pervaginam dan 33,6  melahirkan secara sectio caesaria   Rekam Medis RSUD Sidoarjo, 2013 . Adapun komplikasi dari persalinan sungsang secara pervaginam akibat terjadinya prematuritas dan
penanganan persalinan  yang kurang  sempurna, menyebabkan komplikasi pada  bayi seperti trauma kepala dan asfiksia yang dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan otak. Pada persalinan letak
sungsang  secara  pervaginam  kepala  melewati  panggul  dalam  waktu  yang  singkat,  sehingga  tidak ada  adaptasi  terhadap  bentuk  dan  ukuran  panggul  yang  menyebabkan  kompresi,  dan  decompresi
kepala yang berakibat pada terjadi luka yang menyebabkan perdarahan dan kerusakan  otak. Selain itu persalinan pervaginam pada letak sungsang juga bisa menyebabkan terjepitnya tali pusat antara
kepala  dan  panggul  sehingga  berakibat  hipoksia  dan  terjadi  kerusakan  otak  ireversibel  yang  bisa mempengaruhi  pertumbuhan  dan  perkembangan  anak  Manuaba,  2010.  Oleh  sebab  itu  peneliti
tertarik untuk meneliti tentang perbandingan pertumbuhan dan perkembangan anak dengan riwayat
Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
616 kehamilan letak sungsang antara yang dilahirkan secara normal per vaginam dan sectio caesaria di
Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa Timur.
METODE PENELITIAN
Penelitian  ini  merupakan  penelitian  observasional  dengan  metoda  studi  analitik  dan menggunakan  desain  cohort  retrospective  dimana  peneliti  membandingkan  pertumbuhan  dan
perkembangan  anak  usia  1 –  3 tahun dengan riwayat persalinan pervaginam dan sectio caesaria
pada  letak  sungsang  di  Kabupaten  Sidoarjo.  Peneliti  mengunakan  teknik  observasi  untuk mendeteksi kelainan pertumbuhan dan perkembangan anak. Populasi penelitian adalah anak usia 1
–  3 tahun dengan riwayat persalinan letak sungsang  berdasarkan  data RS Sidoarjo tahun 2014 adalah  sebanyak    287  anak.  Besar  sampel  sampel  disesuaikan  dengan  instrument  Kuisioner  Pra
Skrining Perkembangan  KPSP  yaitu  anak yang saat penelitian berusia 12,15,18,21,24,30, dan 36 bulan sebanyak 62 anak. Kriteria inklusi sampel adalah anak dengan riwayat persalinan pervaginam
spontan  dan  SC,  usia  kehamilan  aterm  dan  merupakan  anak  ke  1  atau  ke  2,  sedangkan  eksklusi sampel  anak  yang  menderita  kelainan  bawaan  dan  dalam  kondisi  sakit  saat  penelitian.  Kemudian
dilakukan  editing,  coding  dan  scoring  serta  cleaning  data  dan  terakhir  dianalisis  menggunakanuji wilcoxon  mann  whitney  untuk  membandingkan  pertumbuhan  dan  perkembangan  anak  1-3  tahun
dengan riwayat letak sungsang berdasarkan jenis persalinannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN a.
Hasil Penelitian 1.
Jumlah  Saudara  Anak  yang  Dilahirkan  Dengan  Riwayat  Kehamilan  Letak  Sungsang di Kabupaten Sidoarjo
Tabel 1 Jumlah Saudara Anak yang Dilahirkan Dengan Riwayat Kehamilan Letak Sungsang di Kabupaten Sidoarjo
Jumlah Saudara Yang Dimiliki Frekuensi
Persentasi
Tidak memiliki saudara 23
37.1 Memiliki saudara
39 62.9
Total 62
100.0
Jumlah anak yang dilahirkan merupakan faktor resiko terjadinya kehamilan letak sungsang.  Ibu telah    melahirkan    banyak  anak  sehingga  rahimnya  sudah  sangat  elastis  dan  membuat  janin
berpeluang  besar  untuk  berputar  hingga  minggu  ke-37  dan  seterusnya.  Sehingga  resiko  untuk
ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015
617 mengalami  letak  sungsang  lebih  besar  daripada  primigravida.  Tabel  1  diatas  menjelaskan  bahwa
responden yang memiliki anak lebih dari 1, lebih banyak yang mengalami kejadian letak sungsang. Ibu  yang  telah  melahirkan  banyak  anak,  memiliki  rahim  yang  sudah  sangat  elastis  sehingga
membuat  janin  berpeluang  besar  untuk  berputar  hingga  minggu  ke  37  dan  seterusnya  sehingga menimbulkan  kelainan  letak  sungsang.  Pada  grande  multipara  sering  didapatkan  perut  gantung
akibat  regangan  uterus  berulang  karena  kehamilan  dan  longgarnya  ligamentum  yang  memfiksasi uterus  sehingga  uterus  jatuh  ke  depan.  Perut  gantung  mengakibatkan  terjadinya  gangguan  his
sehingga  dapat  menekan  dan  berhubungan  langsung  serta  rapat  dengan  segmen  bawah  rahim akhirnya janin akan mengalami kelainan letak seperti letak sungsang Supartini, dkk, 2012.
                