Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi

Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 558 Belajar evaluatif, siswa diarahkan untuk belajar dan diagnostik. Tidak statis seperti, teks atau pendidikan berbasis cetak, Kehadiran jalur belajar yang berbeda untuk mengeksplorasi dan menemukan bukan hanya mendengarkan dan mengingat. TIK dalam bidang pendidikan khususnya pembelajaran merupakan tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan, khususnya teknologi pembelajaran dewasa ini. Tuntutan dalam menjawab globaliasi pendidikan telah hadir didepan mata. Berbagai perangkat komputer beserta koneksinya dapat menghantarkan peserta belajar secara cepat dan akurat apabila dimanfaatkan secara benar dan tepat. Untuk itu dibutuhkan sumber daya manusia yang tanggap terhadap perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. TIK bukan hanya sebatas bagaimana mengoperasikan komputer saja, namun bagaimana menggunakan teknologi untuk berkolaborasi dan berkomunikasi, melakukan penelitian dan menyelesaikan berbagai persoalan dalam proses pembelajaran yang semakin kompleks dan berkembang secara dinamis, dengan teknologi informasi dan komunikasi ini akan membuat belajar menjadi lebih menarik, biaya juga lebih murah dan waktu yang dipergunakan menjadi lebih efektif. Siswa akan dengan cepat mendapatkan ide dan pengalaman dari berbagai kalangan. Kemampuan siswa pun semakin bertambah karena dengan pembelajaran tersebut siswa akan mampu belajar mandiri, sehingga siswa mampu memutuskan dan mempertimbangkan sendiri kapan waktu yang tepat dan dimana tempat yang pas sehingga dapat dilakukan secara tepat dan optimal. Organisasi dan manajemen menggunakan TIK sebagai alat bantu di sekolah.Contoh penggunaan TIK dalam sistem pendidikan di negara maju, sebagian besar negara-negara maju memiliki menerapkan TIK sejak tahun 1980. Beberapa alasan sebagaidibahas oleh Pedro, 2004, adalah sebagaiberikut:Sebuah masyarakat baru membutuhkan keterampilan baruTIK yang meliputi setiap aspekkehidupan pekerjaan, belajar, rekreasi, dan kesehatan.Karena TIK adalah alat yang sangat baik untukpengolahan informasi, generasi baruperlu menjadi kompeten dalam penggunaannya,harus mempunyai keterampilan yang diperlukan, danOleh karena itu harus memiliki akses ke komputerdan jaringan di sekolah Kok, 2007.Sekolah adalah sebuah lembaga untuk memperoleh informasi dan pengetahuanmemegang peranan penting. TIK Meningkatkan Proses Belajar Mengajar Pembelajaran konvensional menekankan konten. Buku teks selama bertahun-tahun telah ditulis. Guru mengajarkan materi melalui ceramah dan presentasi diselingi dengan tutorial dan kegiatan belajar yang dirancang untuk mengkonsolidasikan dan berlatih konten. Pengaturan kontemporer sekarang mendukung kurikulum yang mempromosikan kompetensi dan kinerja. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 559 Kurikulum mulai menekankan kemampuan dan untuk peduli lagi dengan bagaimana informasi tersebut akan digunakan dibandingkan dengan apa informasi tersebut. TIK kontemporer mampu memberikan dukungan yang kuat untuk semua persyaratan ini dan di dunia saat ini terdapat banyak contoh yang luar biasa dari pengaturan kelas untuk kompetensi dan kurikulum berbasis kinerja yang menggunakan suara affordances teknologi tersebut Oliver, 2000. TIKMeningkatkan Kualitasdan AksesibilitasPendidikan TIK meningkatkan fleksibilitas transfer pendidikan agar siswa dapat mengakses pengetahuan kapan saja dan dari mana saja. Hal ini dapat mempengaruhi carasiswa diajarkan dan bagaimana mereka belajar seperti sekarang ini proses pembelajaran di dorong bukan oleh guru. Hal ini pada gilirannya akan lebih mempersiapkan siswa untuk belajar sepanjang hayat serta untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam konser dengan fleksibilitas geografis, program pendidikan teknologi-difasilitasi juga menghapus banyak kendala yang dihadapi peserta didik duniawi dengan kebutuhan khusus Moore Kearsley, 1996. Siswa mulai menghargai kemampuan untuk melakukan pendidikan di mana saja, kapan dan dimana saja TIKMeningkatkan LingkunganBelajar TIK menyajikan lingkungan belajar yang sama sekali barubagi siswa, sehingga membutuhkan keterampilan yang berbeda untuk menjadi sukses. Pemikiran, penelitian, dan keterampilan evaluasi kritis semakin penting sebagai siswa telah meningkatkan volume informasi dari berbagai sumber untuk memilah-milah New Media Consortium, 2007. TIK telah mengubah proses belajar mengajar dengan menambahkan unsur-unsur vitalitas untuk belajar lingkungan termasuk lingkungan virtual untuk tujuan. TIK adalah alat yang beberpotensi kuat untuk menawarkan kesempatan pendidikan. Sulit dan mungkin bahkan tidak mungkin untuk membayangkan lingkungan belajar masa depan yang tidak didukung, dalam satu cara atau lain , yaitu olehTeknologi Informasi dan KomunikasiTIK. TIKMeningkatkanMotivasi Belajar TIK dapat meningkatkan kualitas pendidikan dibeberapa cara, dengan meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa, juga sebagai alat transformasi yang jika digunakan dengan tepat, dapat mempromosikanpergeserankelingkunganberpusat pada siswa. Beberapa orang tua dari responden berpendapat bahwa anak-anak mereka merasa lebih termotivasi dari sebelumnya di jenis seperti mengajar di kelas daripada stereotip 50 menit kuliah. Mereka berpandangan bahwa jenis ini proses belajar jauh lebih efektif daripada situasi kelas monolog monoton di mana guru hanya mengajar di depan kelas dan siswa hanya mendengarkan guru. TIK mengubah karakteristik masalah Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 560 dan tugas belajar, dan karena memainkan tugas penting sebagai mediator dari perkembangan kognitif, meningkatkan akuisisi kompetensi kognitif generik sebagai penting bagi kehidupan dalam masyarakat pengetahuan kita. Siswa menggunakan TIK untuk tujuan menjadi dalam proses belajar mengajar dan karena semakin banyak siswa menggunakan komputer sebagai sumber informasi dan alat kognitif Reeves dan Jonassen, 1996, pengaruh teknologi mendukung terus untuk meningkatkan belajar siswa. TIKMeningkatkan KinerjaSkolastik Berdasarkan penggunaan ekstensif TIK dalam pendidikan muncul kebutuhan untuk mengungkap mitos yang mengelilingi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi TIK sebagai bantuan untuk mengajar dan belajar, dan dampaknya pada kinerja akademik siswa. TIK membantu memperluas akses pendidikan, memperkuat relevansi pendidikan ke tempat kerja yang semakin digital, dan meningkatkan kualitas pendidikan. Namun, pengalaman memperkenalkan TIK yang berbeda di dalam kelas dan pengaturan pendidikan lainnya di seluruh dunia selama beberapa dekade terakhir menunjukkan bahwa realisasi potensi TIK dan manfaat di bidang pendidikan. Hubungan langsung antara penggunaan TIK dan kinerja akademik mahasiswa telah menjadi fokus dari literatur yang luas selama dua dekade terakhir. TIKmembantu siswa untuk belajar mereka dengan meningkatkan komunikasi antara mereka dan instruktur Valasidou dan Bousiou, 2005. ANALISIS Implikasidari penggunaan TIK di bidang Pendidikan yaitu untuk kebijakan dan perencanaan, terdapat kepercayaan umum bahwa TIK memiliki kontribusi yang signifikan terhadap perubahan cara mengajar, perubahan sekolah dan inovasi, dan layanan masyarakat. Dengan demikian, para pembuat kebijakan dan pemimpin proyek system informasi harus berpikir dalam hal faktor input yang dapat bekerja sama untuk mengamati dampak TIK dalam pendidikan. Dengan adanya TIK dalam upaya mencapai peningkatan hasil pendidikan dimasa datang. Sepertidikutip dalam OECD Planning Meeting Agenda and Issue 2002: 3, struktur aktivitas berfokus pada dua pertanyaan yang luas sebagai berikut: 1. Kebijakan apa yang diperlukan untuk memastikan bahwa investasi dalam TIK mengarah selain di bidang pendidikan? Hal ini mencoba untuk memahami bagaimana TIK dapat berkontribusi untuk akses yang lebih besar untuk belajar; kualitas pengajaran yang lebih tinggi; dan untuk meningkatkan dan pembelajaran yang lebih baik di masa datang. 2. Dampak TIK adalah memiliki pada bidang lembaga pendidikan dan pada pembuatan kebijakan pendidikan? Mencoba ini untuk merefleksikan isu-isu seperti kelembagaan kerangka kerja untuk ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 561 manajemen sekolah, struktur peraturan untuk pendidikan lembaga dan pengaturan cara bekerja guru. Kebutuhan keterkaitan TIK dan kebijakan lembaga pendidikan. Dalam mencerminkan pentingnya teknologi, kebijakan pendidikan harus berfokus poin utama berikut ini UNDP, 2004: 1 Kebijakan Pendidikan harus mencerminkan paradigma mengajar alternatif dan baru yang TIK dapat menawarkan dalam hal memberikan lebih Modus yang efektif, relevan, dan fleksibel belajar untuk yang kurang mampu dan massa umum. 2 Kebijakan harus memperhitungkan pelatihan ulang guru menggabungkan penggunaan TIK dalam pendidikan. Guru harus terampil mendesain ulang lingkungan belajar sehingga siswa dapat mentransfer keterampilan TIK yang baru mereka diperoleh untuk aplikasi lain. 3 Sebagian besar kebijakan pendidikan perlu mencerminkan pada infrastruktur TIK tanpa meninggalkan kebutuhan untuk konten pendidikan lokal. Pengembangan instruksional perangkat-konten tetap menjadi hal yang tidak boleh diabaikan. 4 Fokus pada negara-negara berkembang, bagaimana mereka harus menggunakan TIK untuk mengkompensasi faktor yang kurang dalam pendidikan, yaitu, guru yang terlatih dalam mengelola sumber daya peralatan yang relative mahal. Tugas kita adalah untuk berkonsentrasi pada memilih alternatif teknologi dengan biaya rendah, dibutuhkan kreativitas yang sangat baik dari beberapa guru. Terdapat beberapa program yang dapat dilaksanakan seperti, Studi kelayakandankonsultasi tentang solusi konektivitasdanpengelolaan telecenter, Konektivitas internetuntuksekolah, · Kemitraan antar sekolah, serta Pengembangan profesionalitas guru pada isuteknologidalam konteks pedagogiinovatif, dan Lokakaryabagi para pembuatkebijakandi koordinasi kebijakandan strategi implementasi. Keterbatasan penggunaan TIK dalam Pendidikan, TIK sebagai teknologi modern yang menyederhanakan dan memfasilitasi kegiatan manusia tidak hanya menguntungkan dalam banyak hal, tetapi juga memiliki banyak keterbatasan. Banyak orang dari dalam dan di luar sistem pendidikan, memikirkan TIK sebagai hal penting untuk menyelesaikan masalah sekolah dan perbaikan. Namun, banyak kondisi dapat dianggap sebagai keterbatasan penggunaan TIK dalam pendidikan. Keterbatasan dapat dikategorikan terkait kepada guru, siswa, dan teknologi. Semua itu berpotensi membatasi manfaat TIK untuk pendidikan. Jika TIK tidak benar-benar digunakan dengan baik, maka akan diperoleh kerugian bukannya manfaat. Sebagai contoh, sementara siswa menggunakan internet, mungkin membingungkan Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 562 mereka dengan banyaknya pilihan informasi. Akibatnya, guru menghabiskan banyak waktu untuk mengontrol siswa dari situs yang tidak terkait dengan isi pembelajaran. Kemudian juga penting untuk berhati-hati, dalam mengidentifikasi keterbatasan utama penggunaan ICT dalam pendidikan berkaitan dengan perilaku siswa. KESIMPULAN Dalam upaya untuk memperoleh kesimpulan akan mencobauntuk melanjutkan dengan mensintesisdari sudut pandangumumhasil yang diperoleh, dengan mempertimbangkanaspek- aspekyang relevan dari literatur. Hasil yang diberikan oleh kedua analisis kuantitatif dan kualitatif dari literatur yang diperoleh terutama mengenai aspek-aspek yang terkait dengan TIK di bidang Pendidikan. TIK untuk pendidikan mengacu pada perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara khusus untuk tujuan pengajaranbelajar, sedangkan TIK dalam pendidikan melibatkan adopsi komponen umum teknologiinformasi dan komunikasi dalam proses belajar mengajar. Teknologi informasi dan komunikasi bagi dunia pendidikan dapat berarti tersedianya sarana yang dapat dipakai untuk menyiarkan program pendidikan. Terdapat beberapa hal yang dapat diajukan untuk mendukung pengembangan dan penerapan teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas pendidikan. Tinjauan pustaka ini telah berupaya untuk mengeksplorasi penggunaan TIK dalam pendidikan seperti kemajuan dalam abad ke-21. Ekstrapolasi kegiatan saat ini dan praktek-praktek, terus menggunakan dan pengembangan TIK dalam pendidikan akan memiliki dampak yang kuat pada, TIK dan proses belajar mengajar; kualitas dan aksesibilitas pendidikan; motivasi belajar, lingkungan dan penggunaan TIK dan kinerja belajar akademik. Penggunaan TIK dalam pendidikan memiliki dampak positif pada pengajaran, pembelajaran, dan penelitian. TIK dapat mempengaruhi pelayanan pendidikan dan memungkinkan akses yang lebih luas. Selain itu, akan meningkatkan fleksibilitas agar siswa dapat mengakses pendidikan tidak tergantung dari waktu dan hambatan geografis. Hal ini dapat mempengaruhi cara pengajaran kepada siswa dan bagaimana mereka belajar. Hal ini akan memberikan lingkungan yang kaya akan makna dan motivasi untuk proses belajar mengajar dan nampaknya memiliki dampak besar pada proses pembelajaran dalam pendidikan dengan menawarkan kemungkinan baru bagi siswa dan guru. Kemungkinan-kemungkinan ini dapat berdampak pada kinerja dan prestasi siswa. Ketersediaan sama yang lebih luas dari praktek-praktek terbaik dan materi kursus terbaik dalam ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 563 pendidikan, yang dapat dibagi dengan cara ICT, dapat mendorong pengajaran yang lebih baik dan peningkatan prestasi akademik siswa. DAFTAR PUSTAKA Daniels J.S. 2002 “Foreword” in Information and Communication Technology in Education–A Curriculum for Schools and Programme for Teacher Development. Paris:UNESCO. Jonassen, D. Reeves, T. 1996. Learning with technology: Using computers as cognitive tools. In D. Jonassen Ed., Handbook of Research Educational on Educational Communications and Technology pp 693-719. New York: Macmillan. Kok, A. 2007. ICT Integration into Classrooms Moore, M. Kearsley, G. 1996. Distance Education: A Systems View. Belmont, CA: Wadsworth. New Media Consortium 2007.Horizon Report OECD. 2002. ICT: Policy Challenges for Education. Planning Meeting, Agenda and Issue Paper. Oliver, R. 2000. Creating Meaningful Contexts for Learning in Web-based Settings. Proceedings of Open Learning 2000. Pp; 53-62.Brisbane: Learning Network, Queensland. Pedro et.al. 2004. Technology in Schools: Education, ICT and the Knowledge Society. Sutrisno. 2011. Pengantar Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Gaung Persada GP Press. Tinio, V.L. 2002. ICT in Education: UN Development Programme UNESCO 2002 Information and Communication Technology in Education –A Curriculum for Schools and Programme for Teacher Development. Paris: UNESCO. UNESCO,2002, Open And Distance Learning Trends, Policy And Strategy Considerations,14 UNESCO. Valasidou A, Sidiropoulos D, Hatzis T, Bousiou- Makridou D 2005.”Guidelines for the Design and Implementation of E- Learning Programmes, Proceedings of the IADIS”. International Conference IADIS E-Society 2005, 27 June- 30 June, Qawra, Malta. Volman M. 2005. Variety of roles for a new type of teacher. Educational technology and the teacher profession. Teacher and Teacher Education, 21, 15-31. Watson, D.M. 2001. Pedagogy before Technology: Re-thinking the Relationship between ICT and Teaching. Education and Information Technologies, 6, 4, 251-266. Yusuf, M.O. 2005. Information and communication education: Analyzing the Nigerian national policy for information technology. International Education Journal Vol. 6 No. 3, Pp; 316- 321 Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 564 KAJIAN SIMULASI TINGKAT KEPERCAYAAN DARI DATA UJI HIDUP BERDISTRIBUSI EKSPONENSIAL DUA PARAMETER TERSENSOR TIPE-II MULTIPLE SEDERHANA Akhmad Fauzy Program Studi Statistika, FMIPA, UII Yogyakarta akhmad.fauzyuii.ac.id ABSTRAK Kajian simulasi tingkat kepercayaan dari data berdistribusi eksponensial satu dan dua parameter tersensor tipe-II tunggal dan tersensor tipe-II double telah dilakukan oleh Fauzy 2014a, 2014b dan 2014c. Tingkat kepercayaan dari satu dan dua parameter distribusi eksponensial yang dihasilkan oleh metode bootstrap persentil lebih kecil daripada metode tradisional. Pada penelitian ini dilakukan studi simulasi tingkat kepercayaan dari data berdistribusi eksponensial dua parameter tersensor tipe-II multiple sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan yang dihasilkan oleh metode bootstrap persentil lebih kecil daripada metode tradisional. Kata kunci:persentil bootstrap, distribusi eksponensial, multiple sederhana ABSTRACT Simulation study of the level of confidence of exponentially one and two parameters of censored type-II of single and double has been carried out by Fauzy 2014a , 2014b and 2014c . The level of trust of one and two parameters exponential distribution produced by the bootstrap method percentile smaller than traditional methods. In this study conducted a simulation study of the level of confidence of two parameters exponentially of censored type-II of multiple simple case. The results showed that the level of trust generated by the bootstrap method percentile smaller than traditional methods. Keywords:bootstrap persentil, exponentially, multiple simple case PENDAHULUAN Latar Belakang Fauzy 2011 dalam buku bunga rampainya telah menguraikan penerapan metode bootstrap persentil dari data uji hidup berdistribusi eksponensial tersensor tipe-II. Dalam buku tersebut telah dijelaskan bahwa lebar selang yang dihasilkan oleh metode bootstrap persentil lebih kecil daripada metode tradisional. Selang kepercayaan yang dapat dibangun dari data uji hidup berdistribusi eksponensial adalah selang kepercayaan bagi parameter, fungsi tahan hidup dan kuantil waktu hidup. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 565 Penelitian berbasis data berdistribusi eksponensial tersensor tipe-II juga telah dikembangkan dengan mencari daerah kepercayaan confidence band bagi fungsi tahan hidup dan kuantil tahan hidup. Hasil penelitian tersebut dapat dilihat dalam Fauzy, et. al. 2004, Fauzy 2007a dan 2007b, Hakim dan Fauzy 2010 serta Fauzy, et. al. 2003a, 2003b dan 2007. Studi tentang perbandingan nilai variansi yang dihasilkan oleh metode bootstrap persentil dan metode tradisional telah dilakukan oleh Fauzy 2005. Hasil studi menunjukkan bahwa variansi yang dihasilkan metode bootstrap persentil lebih kecil daripada metode tradisional. Fauzy 2014a, 2014b dan 2014c juga telah melakukan kajian simulasi dari data berdistribusi eksponensial satu dan dua parameter tersensor tipe-II tunggal dan double untuk mencari tingkat kepercayaan yang sebenarnya bagi parameter, fungsi tahan hidup dan kuantil waktu hidup menggunakan metode tradisional dan metode bootstrap. Hasil kajian menunjukkan tingkat kepercayaan dari satu dan dua parameter distribusi eksponensial yang dihasilkan oleh metode bootstrap persentil lebih kecil daripada metode tradisional. Simulasi perlu dilanjutkan menggunakan data berdistribusi eksponensial dua parameter tersensor tipe-II multiple sederhana. Tujuan Tujuan dari kajian ini adalah untuk membuat simulasi tingkat kepercayaan dari data berdistribusi eksponensial dua parameter tersensor tipe-II multiple sederhana menggunakan metode tradisional dan metode bootstrap. Selanjutnya hasil dari kedua metode dibandingkan. Metode Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data artificial berdistribusi eksponensial dua parameter tersensor tipe-II multiple sederhana. Data yang dibangun dianggap sebagai data populasi. Selanjutnya dari data populasi tersebut diambil sampel kecil, sedang dan besar. Tujuan pengambilan sampel kecil, sedang dan besar adalah untuk melihat apakah hasilnya tetap konsisten atau tidak. Langkah selanjutnya adalah mencari tingkat kepercayaan yang sebenarnya bagi parameter, fungsi tahan hidup dan kuantil waktu hidup menggunakan metode bootstrap. Selanjutnya tingkat kepercayaan yang dihasilkan dibandingkan dengan tingkat kepercayaan yang dihasilkan oleh metode tradisional. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 566 LANDASAN TEORI Metode Bootstrap Persentil Tujuan utama penggunaan metode bootstrap adalah untuk mendapatkan estimasi yang baik dari data dengan sampel yang minimum. Penggunaan metode ini perlu bantuan komputer karena perhitungannya yang kompleks Efron dan Thibshirani, 1993. Selanjutnya Efron 1979 menguraikan bahwa bootstrap adalah suatu metode analisis statistik yang berbasis komputasi. Istilah bootstrap mengandung arti berdiri di atas kaki sendiri dan berusaha dengan sumber daya minimum. Sumber daya minimum adalah data yang sedikit, atau data yang menyimpang dari asumsi tertentu atau data yang tidak mempunyai asumsi tentang distribusi populasinya. Metode bootstrap telah diperkenalkan oleh Efron 1979. Metode bootstrap adalah suatu metode yang merupakan pengembangan dan perluasan dari metode jackknife. Prinsip dari metode bootstrap adalah sampel dengan pengembalian, yaitu pengambilan sampel buatan artificial samples dari observasi n X . . . X X , , , 2 1 yang telah ada. Gambar 1: Algoritma bootstrap Beberapa buku yang mengupas tentang metode bootstrap antara lain Hall 1992, Efron dan Tibshirani 1993, Shao dan Tu 1995 dan Chernick 2007. Beberapa penulis lain yang menggunakan metode bootstrap ialah Leger etal. 1992 yang telah mengupas teknologi bootstrap dan penggunaannya. Kebolehjadian bootstrap telah dikemukakan oleh Davison etal. 1992. Efron 1993 telah menganalisis Bayes dan estimasi kebolehjadian dari selang kepercayaan. Booth dan Hall 1994 telah meneliti aproksimasi Monte Carlo pada bootstrap. Metode bootstrap persentil sering memberikan estimasi yang lebih baik dari metode tradisional Helmers dan Putter, 1995. Zelterman etal. 1996 telah menggunakan teknik bootstrap pada model tingkat bahaya dengan data tersensor. Hall etal. 1999 telah menyarankan menggunakan metode bootstrap untuk memprediksi selang.. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 567 Metode bootstrap persentil telah digunakan oleh Fauzy 2000a untuk mengestimasi selang kepercayaan β 1 dari garis regresi pada kasus variansi tidak homogen. Fauzy 2000b juga menggunakan metode bootstrap untuk menghitung selang kepercayaan bagi rata-rata pada sampel berdistribusi t. Kemudian Fauzy dan Ibrahim 2001a dan 2001b telah menggunakan metode bootstrap persentil untuk menghitung selang kepercayaan bersama Bonferroni pada regresi linear sederhana. Distribusi Eksponensial Di antara distribusi waktu hidup yang sering digunakan adalah distribusi eksponensial dengan fungsi Lawless, 2003:   θ , θ exp θ 1 θ , ; , x t t f                ; = , 1 dengan dan hidup waktu rata - rata θ  garansi. waktu   Patel 1976 telah menguraikan selang kepercayaan pada data tersensor. Satu tahun kemudian Pettitt 1977 telah melakukan uji goodness of fit pada data tersensor berdistribusi eksponensial menggunakan statistik Cramer-von Mises. Estimasi selang untuk dua parameter distribusi eksponensial telah dijelaskan oleh Lawless 1977. Kambo 1978 telah mencari estimasi parameter lokasi dan skala bagi distribusi eksponensial dari sampel tersensor. Nagarsenker 1980 telah mengulas uji persamaan bagi beberapa distribusi uji hidup eksponensial. Selanjutnya Evans dan Nigm 1980 membicarakan estimasi Bayesian dari distribusi eksponensial terpangkas kiri. Uji F bagi waktu tersensor yang datanya berdistribusi eksponensial telah dijelaskan oleh Regal 1980. Pata tahun 1982, Brookmeyer dan Crowley telah membangun selang kepercayaan untuk median waktu hidup. Pada tahun yang sama, Miyamura 1982 telah mengestimasi komponen tingkat kegagalan dari kombinasi komponen dan sistem data untuk komponen waktu hidup berdistribusi eksponensial. Piegorsch 1987 telah mengestimasi selang berdasarkan metode kebolehjadian pada dua parameter eksponensial dengan sampel tersensor tipe-I. Fairbanks 1988 telah menguraikan uji hidup dua tahap untuk parameter eksponensial. Leemis dan Shih 1989 telah mengestimasi parameter eksponensial dari set data tersensor dari kanan dan kiri. Diciccio dan Efron 1992 telah menunjukkan keakurasian dari selang kepercayaan pada keluarga eksponensial dengan metode bootstrap. Uji Shapiro-Wilk dan uji Darling pada data berdistribusi eksponensial telah dikerjakan oleh Metz et al. 1994. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 568 Analisis Uji Hidup Analisis uji hidup adalah suatu analisis dari data yang berbasis waktu. Tujuan diadakannya analisis uji hidup menurut Lawless 2003 adalah: - Untuk menentukan bentuk statistik yang sesuai dengan distribusi waktu hidup atau proses kegagalan, - Untuk mengestimasi parameter dari data waktu hidup yang berdistribusi tertentu dan melakukan uji hipotesis terhadap parameter tersebut, - Untuk meramal batas kepercayaan dari komponen waktu hidup. Dalam melakukan eksperimen atau penelitian akan selalu dihasilkan salah satu keputusan, yaitu kejayaankeberhasilan atau kegagalankematian. Kejayaankeberhasilan didefinisikan sebagai individu atau komponen yang dijumpai masih hidup atau tidak terjadi kerusakan selepas waktu eksperimen berakhir. Kegagalankematian didefinisikan sebagai individu atau komponen yang mati atau rusak dalam waktu eksperimen atau penelitian berlangsung. Kajian tentang analisis uji hidup telah banyak dilakukan bahkan telah dibukukan. Di antara buku teks yang menjadi bahan referensi tentang analisis uji hidup adalah yang ditulis oleh Elandt- Johnson dan Johnson 1980, Sinha dan Kale 1980, Miller 1981, Lawless 2003, Cox dan Oakes 1984. Buku teks yang khusus tentang analisis uji hidup dalam bidang kesehatan dan biologi dapat dilihat dalam Collett 2003, Kleinbaum dan Klein 2005, Klein dan Moeschberger 2003, Therneau dan Grambsch 2000 dan Hougaard 2000. Dalam bidang teknik dapat dilihat dalam Birolini 2004, Ushakov 1994, Bury 1999, Wolstenholme 1999, dan Pham 2003. Analisis uji hidup telah berkembang ke bidang lain seperti ilmu asuransi, epidemiologi, ekonomi, demografi dan sebagainya. Beberapa contoh data tentang analisis uji hidup antara lain: - waktu tunggu pasien sejak pasien diobati sampai sembuh, - waktu tunggu lamanya pesan makanan sampai makanan tersebut tersaji di meja makan, - lamanya produk hasil industri dipakai sampai produk tersebut mengalami kerusakan. Analisis uji hidup berbeda dengan bidang statistika lainnya. Hal ini disebabkan dalam analisis uji hidup ada penyensoran. Beberapa tipe penyensoran antara lain sensor lengkap, sensor tipe-I dan tipe-II. Dalam sensor lengkap atau uji sampel lengkap ini eksperimen akan dihentikan jika semua komponen yang diuji telah mengalami kematian atau kegagalan semua. Untuk sensor tipe-I, eksperimen akan dihentikan apabila telah mencapai waktu penyensoran tertentu. Sedangkan suatu ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 569 sampel dikatakan tersensor tipe-II apabila eksperimen akan dihentikan setelah kerusakan atau kegagalan ke-r telah diperoleh. Penyensoran tipe-II multiple sederhana ialah penyensoran tipe-II yang waktu hidup di awal, di tengah dan diakhir tidak dapat digunakan. Hal ini dapat disebabkan oleh individu atau komponen yang digunakan cacat atau rusak atau karena eksperimennya salah sehingga datanya tidak dapat digunakan. Distribusi eksponensial dengan data tersensor tipe-II multiple sederhana telah diteliti oleh Balakrishnan 1990. Di bawah ini adalah contoh sensor tipe-II multiple sederhana artificial data. - ; - ; 24.4; 28.6; 43.2; - ; - ; 75.3; 95.5; - ; - ; - Data 1: Lamanya mengungsi dalam hari dari penduduk yang terkena musibah meletusnya sebuah gunung berap i Analisis uji hidup dari data berdistribusi eksponensial tersensor tipe-II multiple sederhana Balakrishnan 1990 telah merumuskan nilai dugaan dari  dan µ, yaitu:            n r n θ t μ :n r 1 ln ˆ ˆ 1 for 1  r or t ˆ n : 1    r for 1  r        t r n t β t t β β s t t t t α A θ :n r :n t k r k:n r s:n n s n t k r i i:n k r r i i:n 1 1 1 1 1 1 ˆ                            2 dengan   t r s n A     ;   :n t k r k r q β q ββ α α 1 1 ln          ; 1 1 1 ln ln                 t k r k r k r k r t k r t k r q q q q q q α ;                              1 2 1 1 1 ln t k r k r t k r k r t k r k r t k r k r k r q q q q q q q q q β ; r r r p rn and q p    1 Interval konfidensi bagi parameter  dan µ diperoleh: Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 570 2 2 2 2 ˆ 2 2 2 1 2 2 ˆ 2                  ; αα A χ θ A θ α ; A χ θ A         1 ˆ ˆ 1 ˆ ˆ 2 2 2 2 2 1 2 2 2       A n F θ A μ μ A n F θ A μ ; αα A- , - αα ; A- , 3 Fungsi tahan hidup atau   t S didefinisikan sebagai probabilitas suatu individu atau komponen akan bertahan hidup sampai waktu t Lawless, 2003.           dx x f dx x f t F t T t S t t           1 1 Pr 4 Fungsi bahaya hazard function atau   t h didefinisikan sebagai fungsi yang menunjukkan tingkat kegagalankematian pada waktu t Miller, 1981:               t S t F t S t f t F t f t h      1   t T dt t T t      Pr           t dt t t ktu setelah wa hidup bertahan , interval dalam habis waktu Pr 5 Nilai kuantil ke-p, atau t p , dicari dengan rumus Bury, 1999:   θ p μ t p ˆ 1 ln ˆ    6 Selang bagi kuantil pada dua parameter distribusi eksponensial di bawah sensor tipe-II multiple sederhana dicari dengan rumus:     max max min min ˆ 1 log ˆ ˆ 1 log ˆ θ p μ t θ p μ p       7 HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN Misalkan diketahui sebanyak 5000 data terobservasi dan 500 data tersensor, 100 data waktu hidup di depan r, 100 data waktu hidup di tengah t dan 100 data waktu hidup di belakang s tidak dapat digunakan dengan rata-rata waktu hidup 330 dalam jam sebagai populasi artificial di ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 571 bawah sensor tipe-II multiple kasus sederhana. Beberapa nilai yang dapat diperoleh di bawah distribusi eksponensial antara lain nilai  = 390.73 jam, µ= 0.155 jam, fungsi tahan hidup pada t = 40 atau S40 = 0.903 dan kuantil waktu hidup pada t 0.20 = 87.3 jam. Seterusnya sampel diambil dengan ukuran sampel kecil sebesar 14 10 terobservasi, 1 di depan, 2 di tengah dan 1 di belakang waktu hidup tidak dapat digunakan, sedang sebesar 25 20 terobservasi, 1 di depan, 2 di tengah dan 2 di belakang waktu hidup tidak dapat digunakan dan besar sebesar 50 42 terobservasi, 2 di depan, 3 di tengah dan 3 di belakang waktu hidup tidak dapat digunakan. Pengambilan sampel untuk masing-masing ukuran diulang 200 kali. Selanjutnya dengan menggunakan data sampel yang telah diperoleh, kajian diteruskan dengan mencari tingkat kepercayaan yang sebenarnya bagi parameter, fungsi tahan hidup dan kuantil waktu hidup menggunakan metode tradisional dan metode bootstrap. Secara lengkap tingkat kepercayaan yang diperoleh dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1: Tingkat kepercayaan yang dikehendaki SK, dalam dan tingkat kepercayaan yang dihasilkan dalam dari data berdistribusi eksponensial dua parameter tersensor tipe-II multiple kasus sederhana menggunakan metode tradisional MT dan bootstrap persentil MB Ukuran sampel SK ˆ µ   20 Sˆ 20 0. tˆ MT MB MT MB MT MB MT MB 14 99.0 99.0 99.0 96.5 98.5 99.0 99.0 99.0 99.0 95.0 94.0 96.0 92.0 96.0 94.0 96.0 94.0 96.0 25 99.0 98.5 99.0 97.5 99.0 98.5 99.0 98.5 99.0 95.0 93.5 96.0 93.0 96.0 93.5 96.0 93.5 96.0 50 99.0 97.5 99.0 95.0 98.0 98.0 99.0 98.0 99.0 95.0 94.0 96.0 91.0 95.0 94.0 96.0 94.0 96.0 Dari tabel 1 di atas pada ukuran sampel kecil n=14, tingkat kepercayaan yang sebenarnya yang diperoleh dari metode bootstrap persentil adalah lebih dekat dengan tingkat kepercayaan 99 dan 95. Sedangkan tingkat kepercayaan yang dihasilkan oleh metode tradisional memberikan tingkat kepercayaan yang lebih rendah. Begitu juga pada ukuran sampel sedang n=25 dan besar n=50, diperoleh hasil yang hampir sama. KESIMPULAN Kajian simulasi tingkat kepercayaan dari data uji hidup berdistribusi eksponensial dua parameter tersensor tipe-II multiple kasus sederhana telah dilakukan. Dalam kajian tersebut disimpulkan bahwa metode bootstrap persentil memberikan tingkat kepercayaan bagi parameter, Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 572 fungsi tahan hidup dan kuantil waktu hidup yang lebih tinggi daripada metode tradisional sehingga metode bootstrap lebih baik daripada metode tradisional. PERSEMBAHAN Ucapan terima kasih disampaikan yang sebesar-besarnya kepada DPPM UII dan Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Dirjen Dikti, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti atas dibiayainya penelitian ini melalui skema Hibah Bersaing tahun 2015-2016. DAFTAR PUSTAKA Balakrishnan, N. 1990. On the maximum likelihood estimation of the location and scale parameters of the exponential distribution based on multiply type II censored samples. Journal of Applied Statistics, 171, 55- 61. Birolini, A. 2004. Reliability engineering: theory and practice 4th ed. Berlin: Springer-Verlag. Booth, J. G. Hall, P. 1994. Monte Carlo approximation and the iterated bootstrap. Biometrika, 812, 331-340. Brookmeyer, R. Crowley, J. 1982. A confidence interval for the median survival time. Biometrics, 38, 29-41. Bury, K. 1999. Statistical distributions in engineering. Cambridge: Cambridge University Press. Chernick, M. R. 2007. Bootstrap Methods: A Practitioners and Researchers. New York: Wiley Interscience. Collett, D. 2003. Modeling survival data in medical research 2nd ed.. London: Chapman Hall. Cox, D. R. Oakes, D. 1984. Analysis of survival data. London: Chapman Hall. Davison, A. C., Hinkley, D. V. Worton, B. J. 1992. Bootstrap likelihoods. Biometrika, 791, 113-130. Diciccio, T. Efron, B. 1992. More accurate confidence intervals in exponential families. Biometrika, 792, 231-245. Efron, B. 1979. Bootstrap method: another look at the jackknife. The Annals of Statistics, 71, 1-26. Efron, B. 1993. Bayes and likelihood calculations from confidence intervals. Biometrika, 801, 3-26. Efron, B. Tibshirani, R. 1993. An introduction to the bootstrap. New York: Chapman Hall. Elandt-Johnson, R. C. Johnson, N. L. 1980. Survival models and data analysis. New York: John Wiley Sons. Evans, I. G. Nigm, A. H. M. 1980. Bayesian prediction for the left truncated exponential distribution. Technometrics, 222, 201-204. Fairbanks, K. 1988. A two-stage life test for the exponential parameter. Technometrics, 302, 175-180. Fauzy, A. 2000a. Selang keyakinan untuk koefisien  1 dari garis regresi apabila ragam galat tidak homogen dengan metode bootstrap persentil. MIHMI, 63, 46-54. Fauzy, A. 2000b. Estimasi interval konfidensi dari nilai rata-rata pada sampel berdistribusi t dengan metode bootstrap persentil. MIHMI, 65, 241-245. Fauzy, A. Ibrahim, N. A. 2001a. Interval konfidensi bersama bonferroni pada regresi linier sederhana dengan metode bootstrap persentil. Prosiding Seminar Nasional Matematika FMIPA UGM pp. 15-22. Yogyakarta: FMIPA UGM. Fauzy, A. Ibrahim, N. A. 2001b. Interval rata-rata hasil produksi padi dengan metode bootstrap persentil. Prosiding Seminar Nasional Statistika V FMIPA ITS Surabaya pp. 247-253. Surabaya: Jurusan Statistika ITS. Fauzy, A., Ibrahim, N. A., Daud, I. Abu Bakar, M. R. 2003a. Bonferroni joint confidence intervals for parameters exponential distribution under double type-II censoring with bootstrap percentile. Eksakta, 51, 60-67. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 573 Fauzy, A., Ibrahim, N. A., Daud, I. Abu Bakar, M. R. 2003b. Bonferroni confidence interval for two parameter exponential distribution under type-II censoring with bootstrap percentile. Berkala Ilmiah MIPA, 131, 17-28. Fauzy, A., Ibrahim, N. A., Daud, I. Abu Bakar, M. R. 2004. Confidence bands for survivor function on exponential distribution under type-II censoring with bootstrap percentile. Forum Statistika dan Komputasi, 91, 34-38. Fauzy, A. 2005. Interval estimations for exponential distributions one and two parameter under tingle and multiple type-II censoring using bootstrap percentiles. Disertasi, Serdang: Universiti Putra Malaysia Fauzy, A. 2007a. Confidence bands for survivor function of two parameters exponential distribution under type-II censoring with bootstrap persentile. Prosiding Seminar Nasional Statistika FMIPA UNISBA pp. 15- 20. Bandung: Jurusan StatistikaUNISBA. Fauzy, A. 2007b. Confidence bands for survivor function of two parameters exponential distribution under multiple type-II censoring with traditional method and bootstrap persentile method. Jurnal Ilmiah Mat Stat, 72, 180-190. Fauzy, A., Supandi, E.D., Ibrahim, N. A., Daud, I. Abu Bakar, M. R. 2007. Confidence bands for air pollutan carbon monoxida under double type-II censoring with bootstrap percentile. Proceeding of ICREM 3 pp. 209-214. Serdang: INSPEM Universiti Putra Malaysia. Fauzy, A. 2011. Bunga rampai: pemanfaatan metode bootstrap persentil dalam bidang analisis uji hidup studi kasus data berdistribusi eksponensial tersensor tipe-II tunggal, double dan multiple. Yogyakarta: Ardana Media. Fauzy, A. 2014a. Kajian simulasi tingkat kepercayaan bagi parameter, fungsi tahan hidup dan kuantil waktu hidup dari data berdistribusi eksponensial tersensor tipe-II. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Statistika FMIPA Universitas Tanjungpura pp. 15-20. Pontianak: Jurusan Statistika UNTAN. Fauzy, A. 2014b. Simulasi tingkat kepercayaan dari data berdistribusi eksponensial satu parameter tersensor tipe-II double. Jurnal Statistika, Forum Teori dan Aplikasi Statistika, ISSN 1411-5891, Volume 14 Nomor 1, Mei 2014, 51-58. Fauzy, A. 2014c. Simulasi tingkat kepercayaan dari data berdistribusi eksponensial dua parameter tersensor tipe-II double. Prosiding Seminar Nasional Statistika, Matematika dan Aplikasinya pp. 495-502. Bandung: Universitas Islam Bandung Hakim, F.B. Fauzy, A. 2010. Confidence bands for survivor function of one parameter exponential distribution under double type-II censoring.Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA pp. 105-110. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Hall, P. 1992. The bootstrap and Edgeworth expansion. New York: Springer-Verlag. Hall, P., Peng, L. Tajvidi, N. 1999. On prediction intervals based on predictive likelihood or bootstrap methods. Biometrika, 864, 871-880. Helmers, R. Putter, H. 1995. Bootstrap resampling: a survey of research in the Netherlands. Proceedings of the Regional Conference on Mathematical Analysis and Statistics. Yogyakarta: Gadjah Mada University. Hougaard, P. 2000. Analysis of multivariate survival data statistics for biology and health. New York: Springer-Verlag. Kambo, N. S. 1978. Maximum likelihood estimators of the location and scale parameters of the exponential distribution from a censored sample. Commun. Statist.-Theory Meth., A712, 1129-1132. Klein, J. P. Moeschberger, M. L. 2003. Techniques for censored and truncated data statistics for biology and health 2nd ed. New York: Springer-Verlag. Kleinbaum, D. G. Klein, J. P. 2005. Survival analysis:A self-learning text statistics in the health sciences 2nd ed. New York: Springer-Verlag. Lawless, J. F. 1977. Prediction intervals for the two parameters exponential distribution. Technometrics, 194, 469-472. Lawless, J. F. 2003. Statistical models and methods for lifetime data2nd ed.. New York: John Wiley Sons. Leemis, L. Shih, L. 1989. Exponential parameter estimation for data sets containing left and right censored observations. Communications in Statistics-Simulation and Computation, B183, 1077-1086. Leger, C., Politis, D. N. Romano, J. P. 1992. Bootstrap technology and applications. Technometrics, 344, 378-396. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 574 Metz, J. A. J., Haccou, P. Mellis, E. 1994. On the shapiro- wilk test and darling’s test for exponentiality. Biometrics, 50, 527-530. Miller, R. G. 1981. Survival analysis. New York: John Wiley Sons. Miyamura, T. 1982. Estimating component failure rates from combined component and systems data:exponentially distributed component lifetimes. Technometrics, 244, 313-318. Nagarsenker, P. B. 1980. On a test of equality of several exponential survival distributions. Biometrika, 672, 475-478. Patel, J. K. 1976. Confidence intervals using cencored data. Technometrics, 182, 221-225. Pettitt, A. N. 1977. Tests for the exponential distribution with censored data using Cramer-von mises statistics. Biometrika, 643, 629-632. Pham, H. 2003. Handbook of reliability engineering. London: Springer-Verlag. Piegorsch, W. W. 1987. Performance of likelihood-based interval estimates for two parameter exponential samples subject to type I censoring. Technometrics, 291, 41-49. Regal, R. 1980. The F test with time-censored exponential data. Biometrika, 672, 479-481. Shao, J. Tu, D. 1995. The jackknife and bootstrap. New York: Springer-Verlag. Sinha, S. K. Kale, B. K. 1980. Life testing and reliability estimation. New Delhi: Wiley Eastern Limited. Therneau, T. M. Grambsch, P. 2000. Modeling survival data:extending the Cox model statistics for biology and health. New York: Springer-Verlag. Ushakov, I. A. 1994. Handbook of reliability engineering. Toronto: John Wiley Sons. Wolstenholme, L. C. 1999. Reliability modeling: a statistical approach. Florida: Chapman Hall. Zelterman, D., Le, C. T. Louis, T. A. 1996. Bootstrap techniques for proportional hazards models with censored observations. Journal of Statistics and Computing, 6, 191-199. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 575 TERAPI AIR SEBAGAI USAHA PREVENTIF DAN REHABILITASI TERHADAP KESEHATAN MANUSIA Bertika Kusuma Prastiwi Dosen PJKR Universitas PGRI Semarang Email: bertikakusumagmail.com ABSTRAK Tujuan dari makalah ini untuk menginformasikan kepada masyarakat umum mengenai cara preventif dan rehabilitasi terhadap kesehatan manusia. Karena kesehatan sangat penting untuk melanjutkan kehidupan sehari-hari. Seseorang harus mencegah munculnya masalah kesehatan preventif, ada semboyan lebih baik mencegah dari pada mengobati. Usaha mencegah munculnya masalah kesehatan lebih murah dari pada mengobati. Maka dari itu makalah ini ditujukan kepada saeluruh masyarakat Indonesia untuk menggalakkan pola hidup sehat, dengan makan makanan yang seimbang, istirahat teratur dan olahraga. Rehabilitasi merupakan pemulihan keadaan atau perbaikan anggota tubuh yang bermasalah agar menjadi manusia yang berguna. Jenis olahraga sangat banyak macamnya tergantung kegemaran masing-masing, dalam hal ini terapi air dengan renang dipilih sebagai salah satu alternatif olahraga yang baik untuk usaha preventif dan rehabilitasi terhadap kesehatan manusia. Renang dipandang dari fisiologi, anatomi, biomekanika mampu menggerakan hampir seluruh organ tubuh yang dapat berkerja secara seimbang. Renang merupakan olahraga aerobik yang membutuhkan oksigen yang diperlukan dalam sistem kardiovaskuler. Olahraga ini memiliki berbagai macam jenis atau gaya dan program latihan yang bisa disesuaikan dalam kebutuhan untuk usaha preventif maupun rehabilitasi menurut masalah kesehatan yang ada. Kata Kunci: terapi air, preventif, rehabilitasi, program latihan. ABSTRACT The purpose of this paper is to inform the general public about how preventive and rehabilitation to human health. Since health is very important to continue daily life. Someone should prevent the emergence of health problems preventive, there is the motto better to prevent than to cure. Efforts to prevent the emergence of health problems is cheaper than cure. Therefore this paper saeluruh addressed to the people of Indonesia to promote a healthy lifestyle, by eating a balanced diet, rest and exercise regularly. Rehabilitation is the restoration of a state or repair the troubled parts of the body in order to become a human being useful. The type of exercise is very much dependent craze kinds respectively, in this case with an outdoor water therapy chosen as one of the sporting good alternative for preventive and rehabilitation efforts on human health. Pool viewed from physiology, anatomy, biomechanics able to move almost every organ of the body that can work in a balanced way. Pool is an aerobic exercise that requires oxygen required in the cardiovascular system. This sport has various types or styles and training programs that can be tailored to the need for preventive measures and rehabilitation according to existing health problems. Keywords: water treatment, prevention, rehabilitation, exercise programs Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 576 PENDAHULUAN Kondisi masyarakat sekarang ini dimudahkan dengan perkembangan teknologi menyebabkan kurangnya aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut menyebabkan timbulnya berbagai masalah kesehatan manusia disamping makanan yang serba instan. Pola hidup yang tidak baik akan mempengaruhi kesehatan dan kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Pola hidup sehat adalah keadaan dimana manusia memiliki fisik, mental yang baik tanpa mengalami gangguan untuk beraktivitas dan terhindar dari penyakit. Pola hidup sehat bisa didapat melalui aktivitas yang cukup, pola makan yang seimbang, istirahat yang cukup. Pola hidup sehat itu sudah jarang dilakukan oleh masyarakat sekarang pada umumnya mereka hanya sibuk bekerja dari pagi sampai malam, pola makan tidak diperhatikan, bahkan aktivitas pekerjaan hanya duduk dibelakang meja kerja atau komputer. Hal ini apabila dilakukan terus menerus oleh masyarakat akan menyebabkan Indonesia rawan akan berbagai penyakit. Untuk itu Pemerintah harus menggalakan Indonesia berpola hidup sehat dan mengadan usaha-usaha preventif untuk mencegah rawannya berbagai penyakit. Usaha preventif merupakan cara dimana suatu hal dihindari atau dicegah terlebih dahulu sebelum kejadian. Salah satu usaha preventif untuk mencegah hal tersebut dengan melakukan pola hidup sehat. Makan tiga kali sehari dengan menu dan waktu yang seimbang, istirahat yang cukup delapan jam sehari dan melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik ini yang masih jarang dilakukan masyarkat maka disini akan membahas salah satu aktifitas yang dapat digunkan sebagai usaha preventif dalam menjaga kesehatan seseorang. Sebenarnya aktivitas fisik sangat banyak jenisnya dan dapat dilakukan dimana saja tergantung kegemaran masing-masing. Aktivitas fisik yang dapat menggerakan hampir seluruh anggota badan manusia adalah renang. Olahraga renang merupakan olahraga yang memanfaatkan seluruh organ manusia baik otot maupun organ dalam. Renang merupakan olahraga aerobik yang membutuhkan oksigen dan membantu tubuh dalam sistem kardiovakuler dan mengerakkan seluruh otot tubuh. Maka dari itu renang dapat digunakan sebagai usaha preventif dalam menjaga kesehatan manusia jika dilakukan rutin menurut intensitas latihan. Olahraga renang juga dapat digunakan sebagai terapi air yang bertujuan untuk rehabilitasi menangani berbagai masalah kesehatan. Masalah-masalah kesehatan tersebut diakibatkan kesalahan manusia itu sendiri, genetik maupun kecelakaan. Contoh masalah yang diakibatkan kesalahan manusia itu sendiri adalah tidak melakukan pola hidup sehat, akan mengalami obesitas, penyakit gula, gangguan pernafasan, dll, masalah yang diakibatkan genetik adalah anak berkebutuhan khusus ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 577 seperti gangguan tulang skiliosis, lordosis, kifosis walaupun itu juga diakibatkan kesalahan manusia sendiri, masalah yang diakibatkan kecelakaan adalah saraf kejepit, kebanyakan duduk karena tuntutan pekerjaan dll. Terapi air dengan renang dilakukan menggunakan berbagai gaya dalam renang yang disesuaikan menurut kebutuhan penangan masalah kesehatan, disesuaikan berdasar analisis biomekanik, fisiologi, anatomi dan program latihan, anjuran dari dokter. Dari masalah-masalah tersebut maka terapi air dengan olahraga renang akan membantu penyembuhan masalah-masalah kesehatan manusia yang didampingi oleh dokter sebagai ahli medis. PEMBAHASAN Terapi air merupakan salah satu usaha untuk menjaga maupun memperbiaki kesehatan seseorang dengan menggunakan media air utamanya dengan olahraga renang. Renang adalah suatu jenis olahraga yang dilakukan di dalam air dan merupakan cabang olahraga yang dapat dilakukan oleh siapa saja, baik putra maupun putri, usia berapapun. Renang termasuk olahraga yang paling menyehatkan, sebab hampir semua otot tubuh bergerak dan berkembang dengan mengoordinasikan kekuatan setiap perenang. Renang sekarang ini menjadi olahraga yang digemari masyarakat yang mempunyai berbagai manfaat contohnya untuk sarana rekreasi, pertandingan, pendidikan, menjaga kesehatan maupun untuk terapi kesehatan. Media utama yang digunakan dalam olahraga renang adalah air, air disini adalah air yang berada dikolam renang. Kolam yang digunakan adalah kolam untuk dewasa yang tidak terlalu dalam bagi tahapan awal. Prasarana pendukung olahraga ini adalah pakaian renang, kaca mata renang dan pelatih renang jika belum bisa melakukan renang. Olahraga renang mempunyai berbagai macam gaya, contohnya gaya dada katak, gaya punggung back crowl, gaya bebas crowl, gaya lumba-lumba kupu-kupu dolphin. Gaya-gaya dalam renang tersebut mempunyai analisis gerakan yang berbeda-beda sehingga penggunaan gaya- gaya dalam renang tersebut disesuaikan menurut tujuan dan kebutuhan seseorang. Manfaat melakukan olahraga renang selain jantung kita dapat bekerja maksimal, kombinasi gerakan tangan dan kaki dapat menguatkan otot-otot tangan dan kaki. Renang juga dapat menjadikan pernapasan menjadi teratur dan tidak mudah lelah. Olahraga ini juga sangat mempengaruhi terhadap peredaran darah. Renang sangat berpengaruh dalam kesehatan bukan hanya dimanfaatkan untuk olahraga namun juga dapat untuk rekreasi. Selain itu, berenang dapat memupuk keberanian dan perasaan mampu serta percaya diri sendiri, di samping itu dapat untuk membangkitkan suasana kegembiraan yang tidak dapat dijumpai di olahraga lainnya. Mengenal air kolam merupakan pengalaman fisik Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 578 yang dapat membangkitkan respon kejiwaan. Disini akan dibahas renang sebagai sarana kesehatan dengan kata lain renang digunakan sebagai usaha preventif dan rehabilitasi kesehatan. Sebelum membahas tentang macam-macam gaya renang dan manfaatnya perlu diperhatikan aktivitas yang dilakukan sebelum renang, harus belajar mengenai pengenalan air baik ditempat maupun berjalan di air, meluncur, cara membuang nafas di air. Tumbuh yang mengapung, air akan mengilangkan gravitasi sehingga kekuatan otot yang terbatas dapat diperbesar untuk menghasilkan gerakan yang lebih besar, tubuh akan terasa ringan di air. Gaya dada katak Renang gaya katak dianggap renang paling santai dan paling mudah dilakukan. Tujuan renang ini untuk rekreasi, kebugaran, bahkan rehabilitasi. Kesulitan renang ini membutuhkan koordinasi gerakan tangan, kaki dan nafas yang bergantian secara stabil. Cara melakukan Gerakan kaki: dimulai dari gerakan kaki lurus kebelakang, gerakan pertama memutar kedua telapak kaki keluar sehingga apabila dilihat dari belakang kelihatan telapak kaki putih. Gerakan kedua telapak kaki ditarik maju ke depan sedikit atau ditekuk ke depan sehingga apabila dilihat dari belakang kelihatan seperti kaki katak. Gerakan ketiga kedua kaki menendang ke arah samping lebar dengan tenaga yang kuat, kemudian meluruskan kaki hingga rapat dibelakang beberapa detik. Gerakan tangan dan nafas, dilakukan ketika kaki rapat dibelakang, posisi tangan rapat berada didepan. Gerakan pertama, tangan menarik air ke belakang atau membentuk huruf O sampai di depan perut diikuti kepala naik ke atas untuk mengambil udara. Gerakan kedua meluruskan tangan ke depan diikuti gerakan memasukkan kepala ke dalam air dan meniupkan udara ke air. Ulangi gerakan renang gaya katak beberapa kali. Analisis gerak Gerakan benar, akan membuat badan maju ke depan, tenaga yang dikeluarkan dan jarak yang dihasilkan sebanding, tidak menimbulkan sakit pada anggota badan. Urutan gerakan benar, dari gerakan kaki, tangan dan nafas bergantian secara rileks. Gerakan salah, akan membuat badan tidak maju ke depan bahkan hanya ditempat, tenaga yang dikelurkan dan jarak yang dihasilkan tidak sebanding, menimbulkan sakit pada anggota badan. Contohnya kram, nyeri pada paha atau otot hamstring. Biasanya kesalahan terletak pada telapak kaki yang tidak diputar ke arah luar terlebih dahulu, menekuk kaki terlalu kedepan, tendangan bukan ke arah samping tapi ke arah belakang, tidak menunggu luncuran hasil tendangan. Gerakan tangan yang tidak lebar menarik akan menyebabkan mengambilan nafas kurang optimal, tidak ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 579 mengambil nafas ketika sudah menaikkan kepala ataupun tidak membuang nafas ketika kepala sudah masuk ke dalam air yang mengakibatkan tidak kuat berenang jarak jauh dan renang terasa berat. Secara Fisiologi dan anatomi Koordinasi gerakan antara kaki, tangan nafas mengakibatkan sebagian otot bekerja secara selaras. Pengambilan dan pembuangan nafas mengakibatkan paru-paru bekerja konsisten yang menyebabkan rongga paru akan beradaptasi optimal yang berhubungan dengan kardiovaskuler. Secara anatomi otot dan rangka tubuh bekerja maksimal, tendangan dari kaki mengakibatkan tulang sacrum bekerja optimal, gerakan tangan membuka mengakibatkan rongga dada membesar, menaikkan kepala mengakibatkan tulang vertebrai servicalis bekerja optimal. Kelainan syaraf kejepit ini yang biasa dialami seseorang yang diakibatkan terlalu berat menopang tubuh atau kebanyakan beraktivitas duduk dan kecelakaan. Kelainan ini biasanya menyerang pada tulang leher, tulang belakang, tulang punggung, tulang pinggang, tulang kelangkang, dan tulang ekor. Manfaat Meningkatkan kesehatan, menguatkan otot perut, otot tangan, otot dada, otot kaki dll, rehabilitasi masalah paru-paru, syaraf kejepit, kelainan tulang seperti skoliosis, lordosis, kifosis, dll. Gaya bebas crowl Renang gaya bebas dianggap renang paling membutuhkan kecepatan dan daya tahan. Tujuan renang ini untuk rekreasi, kebugaran, bahkan rehabilitasi. Kesulitan renang ini membutuhkan koordinasi gerakan tangan, kaki dan nafas yang memutar ke arah samping atas bergantian secara terus menerus. Cara melakukan Gerakan kaki: dimulai dari gerakan dua kaki lurus kebelakang, gerakan pertama kaki naik turun bergantian antara kaki kanan dan kiri gerakan dimulai dari pangkal paha, ampitudo gerakan antar kaki sekitar 30º secara cepat. Gerakan tangan dan nafas, dilakukan bergantian antara tangan kanan dan kiri. Gerakan pertama, tangan menarik air ke belakang sampai di depan perut diikuti gerakan tangan mendorong ke belakang kemudian tangan kembali ke depan lurus. Gerakan kedua cara pengambilan nafas bersamaan saat tangan mendorong kebelakang, arah pengambilan nafas ke samping belakang pilih kenyamanan mengambil ke arah kanan atau kiri saja secara konstan, diikuti gerakan memasukkan kepala ke dalam air dan meniupkan udara ke air. Ulangi gerakan renang gaya bebas beberapa kali. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 580 Analisis gerak Gerakan benar, akan membuat badan maju ke depan, tenaga yang dikeluarkan dan jarak yang dihasilkan sebanding, tidak menimbulkan sakit pada anggota badan. Urutan gerakan benar, dari gerakan kaki, tangan dan nafas bergantian secara rileks. Gerakan salah, akan membuat badan tidak maju ke depan bahkan hanya ditempat, tenaga yang dikelurkan dan jarak yang dihasilkan tidak sebanding, menimbulkan sakit pada anggota badan.Contohnya kram, nyeri pada paha atau otot hamstring. Biasanya kesalahan terletak pada gerakan kaki diangkat terlalu tinggi atau ditekuk dilutut.Gerakan tangan yang terlalu cepat atau memutar terus menerus akan menyebabkan mengambilan nafas kurang optimal, tidak mengambil nafas ketika sudah memutar kepala ataupun tidak membuang nafas ketika kepala sudah masuk ke dalam air yang mengakibatkan tidak kuat berenang jarak jauh dan renang terasa berat. Secara Fisiologi dan anatomi Koordinasi gerakan antara kaki, tangan nafas mengakibatkan sebagian otot bekerja secara selaras. Pengambilan dan pembuangan nafas mengakibatkan paru-paru bekerja konsisten yang menyebabkan rongga paru akan beradaptasi optimal yang berhubungan dengan kardiovaskuler. Secara anatomis otot dan rangka tubuh bekerja maksimal,gerakan dari kaki mengakibatkan tulang anggota gerak bawah bekerja optimal,gerakan tangan menarik dan mendorong mengakibatkan tulang lengan, gelang bahu, tulang belakang bekerja secara optimal, memutar kepala mengakibatkan tulang sambungan kepala bekerja optimal. Manfaat Meningkatkan kesehatan, menguatkan otot kaki, otot tangan, otot punggung, dll, rehabilitasi masalah paru-paru, syaraf kejepit, kelainan tulang, dll. Gaya punggung back crowl Renang gaya punggung dianggap renang paling membutuhkan daya apung dan daya tahan. Renang ini hampir sama dengan gaya bebas hanya posisi badan terlentang jadi cara pengambilan dan pembuangan nafas diudara Tujuan renang ini untuk rekreasi, kebugaran, bahkan rehabilitasi. Kesulitan renang ini membutuhkan koordinasi gerakan tangan, kaki, daya apung dan nafas tidak terlalu sulit karena hidup dan mulut selalu diudara. Cara melakukan Gerakan kaki: posisi badan terlentang dimulai dari gerakan dua kaki lurus kebelakang, gerakan pertama kaki naik turun bergantian antara kaki kanan dan kiri gerakan dimulai dari pangkal paha, ampitudo gerakan antar kaki sekitar 30º secara cepat. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 581 Gerakan tangan dan nafas, dilakukan bergantian antara tangan kanan dan kiri. Gerakan pertama, tangan disamping badan, menarik air ke belakang melewati samping kepala diikuti gerakan tangan mendorong kedepan kemudian tangan kembali kesamping badan. Gerakan kedua cara pengambilan nafas bersamaan saat tangan mendorong kebelakang, tidak terlalu sulit karena posisi mulut dan hidung diudara. Ulangi gerakan renang gaya punggung beberapa kali. Analisis gerak Gerakan benar, akan membuat badan maju ke depan, tenaga yang dikeluarkan dan jarak yang dihasilkan sebanding, tidak menimbulkan sakit pada anggota badan. Urutan gerakan benar, dari gerakan kaki, tangan dan nafas bergantian secara rileks. Gerakan salah, akan membuat badan tidak maju ke depan bahkan hanya ditempat, tenaga yang dikelurkan dan jarak yang dihasilkan tidak sebanding, menimbulkan sakit pada anggota badan. Contohnya kram, nyeri pada paha atau otot hamstring. Biasanya kesalahan terletak pada gerakan kaki bukan naik turun tetapi maju mundur seperti mengayuh sepeda atau ditekuk dilutut. Gerakan tangan yang terlalu cepat atau memutar terus menerus akan menyebabkan kelelahan yang mengakibatkan tidak kuat berenang jarak jauh dan renang terasa berat. Secara Fisiologi dan anatomi Koordinasi gerakan antara kaki, tangan nafas mengakibatkan sebagian otot bekerja secara selaras.Secara anatomis otot dan rangka tubuh bekerja maksimal, gerakan dari kaki mengakibatkan tulang anggota gerak bawah bekerja optimal, gerakan tangan menarik dan mendorong mengakibatkan tulang lengan, gelang bahu, tulang belakang bekerja secara optimal, posisi padan terlentang mengakibatkan tulang belakang datar. Manfaat Meningkatkan kesehatan, menguatkan otot kaki, otot tangan, otot punggung, dll, rehabilitasi masalah syaraf kejepit, kelainan tulang seperti skoliosis, lordosis dan kifosi, tulang sambung kepala, dll. Gaya lumba-lumba kupu-kypu dolpin Renang gaya dolpin dianggap renang paling berat dan paling sulit dilakukan. Tujuan renang ini untuk rekreasi, kebugaran, bahkan rehabilitasi. Kesulitan renang ini membutuhkan koordinasi gerakan tangan, kaki dan nafas yang bergantian secara stabil. Cara melakukan Gerakan kaki: dimulai dari gerakan kaki lurus kebelakang, gerakan pertama sedikit mengangkat kedua kaki bersamaan gerakan ikutan akan menghasilkan pantat naik kemudian Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 582 menunggu luncuran kedepan beberapa saat hingga kaki lurus ke belakang. Gerakan tangan dan nafas, dilakukan ketika kaki rapat dibelakang, posisi tangan rapat berada didepan. Gerakan pertama, tangan menarik air ke bawah kemudian ke belakang hingga 360º diikuti kepala naik ke atas untuk mengambil udara. Gerakan kedua meluruskan tangan ke depan diikuti gerakan memasukkan kepala ke dalam air dan meniupkan udara ke air. Ulangi gerakan renang gaya katak beberapa kali. Gerakan renang ini bergelombang dari kaki, pantat, tangan kemudian kepala Analisis gerak Gerakan benar, akan membuat badan maju ke depan, tenaga yang dikeluarkan dan jarak yang dihasilkan sebanding, tidak menimbulkan sakit pada anggota badan. Urutan gerakan benar, dari gerakan kaki, tangan dan nafas bergelombang rileks. Gerakan salah, akan membuat badan tidak maju ke depan bahkan hanya ditempat, tenaga yang dikelurkan dan jarak yang dihasilkan tidak sebanding, menimbulkan sakit pada anggota badan. Contohnya kram, nyeri pada paha atau otot hamstring, nyeri punggung dan pinggang. Kesalahan biasanya terletak pada kaki yang ditekuk dilutut atau mengangkat kaki terlalu tinggi. Gerakan pantat merupakan gerak lanjutan dari kaki tidak perlu dibuat-buat atau dinaikkan. Gerakan tangan yang tidak membuka lebar menarik akan menyebabkan mengambilan nafas kurang optimal, tidak mengambil nafas ketika sudah menaikkan kepala ataupun tidak membuang nafas ketika kepala sudah masuk ke dalam air yang mengakibatkan tidak kuat berenang jarak jauh dan renang terasa berat. Secara Fisiologi dan anatomi Koordinasi gerakan antara kaki, tangan nafas mengakibatkan sebagian otot bekerja secara selaras. Pengambilan dan pembuangan nafas mengakibatkan paru-paru bekerja konsisten yang menyebabkan rongga paru akan beradaptasi optimal yang berhubungan dengan kardiovaskuler. Secara anatomi otot dan rangka tubuh bekerja maksimal, gerakan renang bergelombang mengakibatkan anggota badan lentur, punggung kuat memacu pertumbuhan pada anak-anak dan pembentukan tubuh, gerakan tangan membuka mengakibatkan rongga dada membesar, menaikkan kepala mengakibatkan tulang vertebrai servicalis bekerja optimal. Manfaat Meningkatkan kesehatan, otot tangan, otot punggung, kelenturan, pertumbuhan , pembentukan, otot kaki dll, rehabilitasi masalah anak berkebutuhan khusus dll. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 583 Usaha Preventif Upaya preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan penyakit. Menjalani pola hidup sehat dengan makan secara teratur dan takaran seimbang, tiga kali sehari pagi, siang, sore dengan makan-makanan bergizi menghindari makanan instan. Istirahat cukup minimal delapan jam sehari seimbang antara aktivitas dengan istirahat, tidak tidur larut malam. Melakukan aktivitas olahraga sesuai takaran, tidak overload atau tidak terlalu sedikit. Dianjurkan olahraga aerobik yang membutuhkan oksigen karena akan membantu sistem kardiovaskuler dan meningkatkan daya tahan tubuh. Usaha preventif dapat dilakukan dengan berolahraga, terutama olahraga renang yang mempunyai banyak fungsi karena hampir menggunakan seluruh otot dan organ tubuh. Perlu diperhatikan dalam berolahraga adalah takaran latihan yang disesuikan dengan tujuan berolahraga, untuk pembentukan atau kebugaran. Menurut Suharjana 2013 Takaran latihan harus diprogram sesuai prinsip-prinsip latihan FITT frequency, intensity, time, and type. Intensitas berhubungan dengan waktu latihan, berapa menit dan bebannya berapa, intensitas latihan dapat berupa olahraga rendah 120-150 denyut per menit, menengah 150-170 denyut per menit, tinggi 170-185 denyut per menit , maksimum lebih dari 185 denyut per menit. Frekuensi berhubungan dengan jumlah latihan per minggu 3-6 kali seminggu, harus ada waktu atau hari istirahat untuk pemulihan tubuh. Durasi berhubungan waktu latihan saat itu, durasi untuk olahraga aerobik adalah 30-60 menit. Tipe latihan adalah model atau jenis olahraga yang dipilih untuk latihan sesuai dengan tujuan olahraga yang diinginkan. Tipe latihan menyesuaikan individu yang ingin mencapai tujuan, contoh; latian aerobik untuk pembentukan, kebugaran maupun rehabilitasi Usaha Rehabilitasi Upaya rehabilitasi adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Rehabilitasi dapat dilakukan dengan terapi fisik dan pengobatan. Bentuk rehabilitasi berbeda dengan bentuk pengobatan tradisional Menurut Susan J 2001 Fase-fase rehabilitasi : No Fase Rehabilitasi Tujuan Penanganan Prinsip 1. Reduksi akut Mengendalikan Inflamasi, nyeri 2. Restoratif subakut Memulihkan Jangkauan gerak sendi, estensibilitas jaringan lunak, kekuatan otot, pengurangan beban. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 584 3. Re integrasi transisi Mengembangkan Biomekanika: pola pergerakan yang spesifik aktivitas, kebugaran kardiovaskuler, pemeliharaan kekuatan, fleksibilitas, pengkordinasian, dan keterampilan. Terapis fisik menekankan kemampuan gerak kasar menilai dan melatih mobilitas seseorang yang mengalami masalah kesehatan. Mengajarkan kemampuan keseimbangan, perpindahan posisi, kekuatan, daya tahan, koordinasi salah satunya dengan terapi air. Terapi digunakan untuk 1 tulang; fraktur, dislokasi, 2 sendi; disfungsi kartilago, ligamentum, 3 otot dan tendo; peregangan berlebih, inlamasi, kelemahan otot, 4 syaraf; terjepitnya syaraf, neuropati diabetes, 4 biomekanik; abnormali postur. Program Latihan Program latihan merupakan proses sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan prinsip kian hari, kian menambah beban latihan atau pekerjaannya. Jadi latihan yang dilakukan harus sesuai agar dapat mencapai target atau tujuan, sesuai dengan prinsi-prinsip latihan, harus tersusun sistematis dalam bentuk program latihan. Prinsip latihan yang utama adalah adanya pemanasan statis maupun dinamis, inti latihan, dan pendinginan. Prinsip-prinsip latihan terdiri dari 1 kesiapan; materi, dosis harus disesuaikan dengan kondisi fisiologis dan tujuan, 2 individu; berhubungan dengan kondisi kebugaran maupun saat mengalami masalah kesehatan, 3 adaptasi, penyesuaian otot terhadap latihan yang diberikan, 4 beban berlebih; melampaui sedikit diatas batas ambang rangsang, 5 progresif; meningkat dari waktu ke waktu 5 spesifikasi; jenis olahraga disesuaikan dengan tujuan 6 variasi; agar tidak terjadi kebosanan, 7 sistematik; berhubungan dengan FITT. Contoh Program Latihan Tujuan : kebugaran, pembentukan otot Frekuensi : 3-6 kali seminggu dilakukan secara rutin terus menerus Intensitas : rendah ditingkatkan tiap minggu Waktu durasi : 30-60 menit Tipe : olahraga aerobik renang semua gaya Interval istirahat : 5 menit Tujuan : gangguan pernafasan, jantung dan diabetes Frekuensi : 3-6 kali seminggu dilakukan minimal 18 kali pertemuan ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 585 Intensitas : rendah 1-8 pertemuan, menengah 9-15 pertemuan, tinggi 16-18 pertemuan, dilakukan rutin mandiri tidak berhenti di pertemuan 18 Waktu durasi : 20-40 menit meningkat tiap minggu Tipe : olahraga aerobik renang gaya katak, gaya bebas Interval istirahat : 10 menit Tujuan : gangguan syaraf syaraf kejepit Frekuensi : 3-6 kali seminggu dilakukan minimal 20 kali pertemuan Intensitas : rendah 1-10 pertemuan, menengah 10-18 pertemuan, tinggi 18-20 pertemuan, dilakukan rutin mandiri tidak berhenti di pertemuan 20 Waktu durasi : 20-40 menit meningkat tiap minggu Tipe : olahraga aerobik renang gaya katak, gaya bebas, gaya punggung Interval istirahat : 5 menit Tujuan : gangguan tulang sendi, osteoporosis, tendo, skoliosis, lordosis, Kifosis, ganguan tulang penghubung kepala atau leher Frekuensi : 3-6 kali seminggu dilakukan minimal 22 kali pertemuan Intensitas : rendah 1-10 pertemuan, menengah 10-18 pertemuan, tinggi 19-22 pertemuan, dilakukan rutin mandiri tidak berhenti di pertemuan 22 Waktu durasi : 20-40 menit meningkat tiap minggu Tipe : olahraga aerobik renang gaya katak, gaya bebas, gaya punggung Interval istirahat : 5 menit Tujuan : terapi anak berkebutuhan khusus autis, gangguan pertumbuhan Frekuensi : 3-6 kali seminggu dilakukan minimal 25 kali pertemuan Intensitas : rendah 1-10 pertemuan, menengah 10-20 pertemuan, tinggi 20-25 pertemuan, dilakukan rutin mandiri tidak berhenti di pertemuan 25 Waktu durasi : 20-40 menit meningkat tiap minggu Tipe : olahraga aerobik gaya bebas, gaya punggung, gaya dolpin Interval istirahat : 3 menit SIMPULAN DAN SARAN Terapi air dengan berenang dapat digunakan sebagai salah satu usaha preventif untuk menjaga kesehatan disamping harus menjalankan pola hidup sehat. Usaha rehabilitasi juga bisa Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 586 dilakukan dengan terapi air dengan tujuan yang berbeda-beda dan program latihan yang berbeda- beda pula sesuai dengan permasalahan kesehatan. Saran setiap orang harus melakukan pola hidup sehat untuk menghindari masalah-masalah kesehatan, mencegah lebih baik dan lebih murah secara ekonomi dari mengobati suatu masalah kesehatan. DAFTAR PUSTAKA Sukadiyanto. 2011. Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Yogyakarta: UNY. Susan J. 2001. Dasar-Dasar Terapi dan Rehabilitasi Fisik. Jakarta: Hipokrates. Suharjana. 2013. Kebugaran Jasmani. Yogyakarta: Jogja Global Media. Syaifuddin.2010. Anatomi Tubuh Manusia Atlas Berwarna Tiga Bahasa. Jakarta: Salemba Media. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 587 MANAJEMEN STRES MAHASISWA S1 KEPERAWATAN DITINJAU DARI JENIS KELAMIN, GPA, DAN TEMPAT TINGGAL DI WILAYAH KABUPATEN MOJOKERTO DAN JOMBANG Dwiharini Puspitaningsih Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto dwi2dayyahoo.com ABSTRAK Kejadian stres pada mahasiswa keperawatan menjadi hal yang penting untuk diperhatikan.Mojokerto dan Jombang memiliki banyak institusi program studi S1 Keperawatan dengan mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dengankarakteristik dan manajemen stres yang bervariasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen stres ditinjau dari jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tempat tinggal pada mahasiswa S1 Keperawatan di wilayah Kabupaten Mojokerto dan Jombang.Desain penelitian analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 414 mahasiswa keperawatan yang berasal dari stikes majapahit mojokerto, Stikes dian husada, Stikes Stikes Husada Jombang, Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Unipdu, Stikes Pemkab Jombang, Stikes Insan Cendekia Medika, Stikes Bahrul Ulum. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kuisioner modifikasi peneliti yang telah dilakukan uji coba instrumen. Hasil penelitian menunjukkan hampir setengah responden melakukan manajemen stres dengan mendengarkan musik sebanyak 151 mahasiswa 36,5 dan berdoa mendengarkan doa sebanyak 149 mahasiswa 36. Manajemen stress yang di lakukan untuk mengatasi stress pada mahasiswa baik di Mojokerto maupun di Jombang relatif sama. Hal tersebut dimungkinkan karena karakteristik dari masing-masing intitusi pendidikan keperawatan dan mahasiswanya hampir sama. Institusi pendidikan di mojokerto dan jombang dapat lebih memberikan fasilitas mahasiswa dalam menurunkan stres agar dapat meningkatkan hasil dan kualitas pendidikan. Kata kunci : Manajemen stress, Mahasiswa keperawatan. ABSTRACT The incidence of stress on nursing student becomes important to be a concern. Mojokerto and Jombang has many institutions of Nursing college with students who come from various regions in Indonesia where this will greatly affect the stress management. The purpose of this study was to determine stress of management levels on Nursing student in Mojokerto and Jombang district. This research was use analytical research design. The samples in this study were 414 nursing students who come from stikes majapahit mojokerto, Stikes dian husada, Stikes Stikes Husada Jombang, S1 Study Program of Nursing Faculty of Health Sciences Unipdu, Stikes Jombang regency, Stikes Scholar Insan Medika, Stikes Bahr Ulum. Almost half of the respondents did stress management to listen to music as much as 151 students 36.5 and pray listen to the prayer as much as 149 students 36. There is a significant relationship between the stress management stress level of Nursing student in Mojokerto and Jombang 0.119 r = 0.119. The stress management experienced by nursing students in mojokerto dijombang as well as they do to overcome stress are relatively the same. This is possible because the characteristics of each of the nursing educational institutions and students about the same. Educational institutions in mojokerto and jombang can give more student facilities in reducing stress in order to increase the yield and quality of education. Keywords: Stress management, nursing student. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 588 PENDAHULUAN Stres merupakan suatu keadaan kecemasan yang disebabkan oleh kejadian dan tanggung jawab yang melebihi kemampuannya dalam mengatasi hal tersebut Seaward, 2014. Mahasiswa keperawatan merupakan salah satu kelompok yang rentan dengan kondisi stress akibat waktu tempuh pendidikan yang lama dan materi kuliah yang sangat kompleks Jeffreys, 2014. Sumber stress mahasiswa keperawatan tidak hanya berupa stres akademik tetapi juga stresdi tempat praktik selama masa praktik merekaSpielberger Reheiser, 2005. Angka kejadian stress diatas menggambarkan tingginya kondisi stress yang dialami mahasiswa keperawatan dari berbagai sumber stress. Dampak dari kejadian stress ini mempengaruhi kemampuan ingatan, daya konsentrasi, kemampuan pemecahan masalah, dan penurunan kualitas belajar Goff, 2009. Dampak stress juga menimbulkan gejala fisik berupa sakit kepala, peningkatan emosi, dan kesulitan tidur. Jika hal ini berlangsung lama, akan menimbulkan penyakit pada individu Perry Potter, 2007. Perubahan perilaku yang menyimpang seperti merokok, minum minuman keras, mengkonsumsi junk food, dan dan bunuh diri juga muncul sebagai dampak stress pada mahasiswa Duffy Atwater, 2005. Dampak yang sangat kompleks sebagai reaksi munculnya stress pada mahasiswa perlu tindakan untuk mengatasi stress. Penelitian tentang koping yang digunakan mahasiswa dalam mengatasi stres dalam pembelajaran KBK, didapatkan 97 dengan tidur, 92 dengaan mendengarkan music, dan 92 dengan beraktifitas sesuai hobi Wanda, dkk., 2011. Cara pemecahan masalah dengan membentuk kelompok belajar, direkomendasikan juga sebagai strategi koping untuk mengatasi stress pada saat mahasiswa melaksanakan praktek Rahmahidayani, 2012. Tindakan terapi Tapas Acupressure Technique TAT dan hypnoterapi juga bisa menjadi pilhan dalam mengatasi stress pada mahasiswa Apriliyanik, 2013 ; Hendriyanto, Sriati, dan Fitria, 2012. Mojokerto dan Jombang memiliki banyak institusi program studi S1 Keperawatan dengan mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia yang mana hal ini akan sangat mempengaruhi tingkat stress dan manajemen stress mahasiswa. Peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan manajemen stress dan tingkat stress pada mahasiswa S1 Keperawatan di wilayah Mojokerto dan Jombang. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif korelasi. Hal ini bertujuan untuk menguji manajemen stress dan tingkat stress pada mahasiswa keperawatan di wilayah Kabupaten ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 589 Mojokerto dan Jombang.Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa pada masing-masing institusi keperawatan di wilayah Kabupaten Mojokerto dan Jombang. Pembagian institusi, ditentukan sebagai berikut: 1. Wilayah Kabupaten Mojokerto a. Stikes Majapahit b. Stikes Dian Husada 2. Wilayah Kabupaten Jombang a. Stikes Husada Jombang b. Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi S1 Keperawatan Unipdu c. Stikes Pemkab Jombang d. Stikes Insan Cendekia Medika e. Stikes Bahrul Ulum Jumlah populasi dihitung mahasiswa aktif pada tahun akademik 2014, di semua tingkat akademik dan profesi sebesar 414 orang.Pengambilan partisipan menggunakan teknik simple randomsampling Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel manajemen stres menggunakan kuisioner yang meliputi dari 5 aspek yaitu : berbagi perasaan, penyesuaian, perubahan perasaan, aktvitas rekreasi dan aktivitas menarik. Cara pengisian kuisioner pada manajemen stres sebagai berikut: Tidak Pernah : Tidak pernah menggunakan manajemen stres. Kadang-kadang : Telah menggunakan manajemen stres sekali dalam lebih dari 2 minggu. Sering : Telah menggunakan manajemen stres 1-3 kali dalam seminggu. Sangat sering : Telah menggunakan manajemen stres lebih dari 3 kali dalam seminggu. Peneliti menentukan responden berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi kemudian membagi responden pada tiap-tiap institusi dengan perhitungan proporsi. Masing-masing responden di tiap- tiap institusi akan ditentukan secara random. Kemudian peneliti membagi kuisioner kepada responden yang telah ditentukan. Apabila ada responden yang menolak maka akan ditentukan responden baru dengan cara yang acak dari institusi yang sama dengan responden awal. Peneliti akan mendatangi institusi yang ditentukan untuk menemui responden yang telah dikumpulkan dalam satu kelas. Kemudian peneliti membagikan kuisioner kepada responden setelah sebelumnya diberikan inform concern dan penjelasan cara pengisian. Selama pengisian kuisioner Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 590 responden akan didampingi peneliti sehingga jika ada kesulitan bisa langsung ditanyakan oleh responden. Hasil kuisioner yang telah diisi oleh responden dikembalikan kepada peneliti pada hari yang sama. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin Kelompok Laki-laki Perempuan Intervensi N 122 292 29,5 70,5 Pada tabel diatas didapatkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelaminperempuan, yaitu 70,5. Tabel Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan Berdasarkan tabel diatas didapatkan data bahwasebagian besar responden pada tingkat 3 pendidikan akademik sarjana keperawatan 27,3. Karakterisitik responden berdasarkan domisili digolongkan menjadi 4 kelompok yaitu kos, asrama kampus, dirumah orang tua, lain-lain. Tabel Distribusi responden berdasarkan domisili tinggal Berdasarkan karakteristik domisili responden didapatkan data sebagian besar responden kos diluar kampus 47,6. Kelompok Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4 Intervensi N 92 104 113 105 22,2 25,1 27,3 25,4 Kelompok Kos Asrama Kampus Rumah Orang Tua Lain-lain Intervensi N 197 57 148 12 47,6 13,8 35,7 2,9 ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 591 Tabel menajemen stress responden manajemen_stress N Valid 414 Missing Mean 18.5000 Std. Deviation 4.63629 Minimum 1.00 Maximum 31.00 Berdasarkan tabel diatas didapatkan mean manajemen stress responden 18,5 dengan standar deviasi 4,6 Mean N Std. Deviation Minimum. Maximum Perempuan 18.2842 292 4.51398 4.00 31.00 Laki-laki 19.0164 122 4.89726 1.00 31.00 Total 18.5000 414 4.63629 1.00 31.00 Tabel diatas menjelaskan bahwa rerata manajemen stress laki-laki lebih baik dari pada perempuan.Namun hasil uji Mann Whitney menunjukkan bahwa nilai Z sebesar -1,606 dengan p value sebesar 0,108  0,05 maka Ho diterima sehingga tidak ada perbedaan manajemen stress antara laki-laki dan perempuan. Tingkat Mean N Std. Deviation Minimum Maximum Tingkat 1 18.6196 92 4.54246 8.00 31.00 Tingkat 2 18.9135 104 4.79504 1.00 31.00 Tingkat 3 17.7434 113 4.40126 4.00 28.00 Tingkat 4 18.8000 105 4.77252 4.00 30.00 Total 18.5000 414 4.63629 1.00 31.00 Hasil penelitian menjelaskan bahwa mahasiswa tingkat 2 memiliki manajemen stress yang lebih tinggi dibandingkan kelompok lain sedangkan mahasiswa tingkat 3 justru memiliki manajemen stress yang paling rendah.Hasil uji median menunjukkan bahwa nilai chi square sebesar 3,931 dengan p value sebesar 0,269  0,05 maka Ho diterima sehingga tidak ada perbedaan manajemen stress berdasarkan tingkatan kelasnya. The Place to stay Mean N Std. Deviation Minimum Maximum Dormitory off campuss 18.7208 197 4.63661 1.00 30.00 Dormitory on campuss 18.7719 57 4.28460 11.00 31.00 Home 18.0541 148 4.75921 4.00 31.00 Relatives 19.0833 12 4.85159 11.00 29.00 Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 592 The Place to stay Mean N Std. Deviation Minimum Maximum Dormitory off campuss 18.7208 197 4.63661 1.00 30.00 Dormitory on campuss 18.7719 57 4.28460 11.00 31.00 Home 18.0541 148 4.75921 4.00 31.00 Relatives 19.0833 12 4.85159 11.00 29.00 Total 18.5000 414 4.63629 1.00 31.00 Hasil penelitian menjelaskan bahwa mahasiswa yang tinggal di tempat kerabat memiliki manajemen stres yang lebih baik sedangkan yang tinggal dirumah memiliki manajemen stress yang paling rendah. Hasil uji median menunjukkan bahwa nilai chi square sebesar 2,412 dengan p value sebesar 0,491  0,05 maka Ho diterima sehingga tidak ada perbedaan rerata manajemen stress berdasarkan tempat domisili mahasiswa. Name of campuss Mean N Std. Deviation Minimum Maximum STIKes Majapahit 19.4390 41 4.54450 11.00 30.00 STIKes Dian Husada 17.3421 76 4.82370 1.00 29.00 STIKes Husada Jombang 17.6944 36 6.37325 4.00 31.00 STIKes ICME 19.2941 102 4.15203 11.00 31.00 STIKes Bahrul Ulum 18.7568 37 4.00975 8.00 25.00 STIKes Pemkab Jombang 18.6203 79 4.44137 8.00 30.00 S1 Keperawatan UNIPDU 18.0000 43 4.32600 11.00 31.00 Total 18.5000 414 4.63629 1.00 31.00 Hasil penelitian menjelaskan bahwa mahasiswa stikes majapahit memiliki manajemen stress yang paling bagus dengan rentangan data yang kecil sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa stikes majapahit memiliki manajemen stress yang sudah baik, sedangkan mahasiswa stikes dian husada memiliki manajemen stres yang paling rendah.Hasil uji median menunjukkan bahwa nilai chi square sebesar 5,338 dengan p value sebesar 0,501  0,05 maka Ho diterima sehingga tidak ada perbedaan rerata manajemen stress berdasarkan asal kampus mahasiswa. Respon koping individu sering terjadi secara spontan, yang mana, individu melakukan apapun secara alami pada diri mereka dan apa yang telah dikerjakan sebelumnya. Tetapi seringkali usaha-usaha itu tidak cukup. Stresor bisa jadi lebih kronis, atau lebih elusif sehingga menyebabkan usaha individu itu sendiri tidak berhasil untuk menurunkan stres. Karena individu dengan jelas kesulitan mengatur stres dengan dirinya sendiri, sehingga ahli psikologi kesehatan mengembangkan teknik yang disebut manajemen stres yang dapat diajarkan Taylor, 2003. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 593 Manajemen stres lebih daripada sekedar mengatasinya, yakni belajar menanggulanginya secara adaptif dan efektif Margiati, 1999. Memanajemen stres berarti membuat perubahan dalam cara berfikir dan merasa, dalam cara berperilaku dan sangat mungkin dalam lingkungan individu masing-masing Margiati, 1999. Manajemen stres dengan menggunakan berbagi perasaan p0,05, mengelola perasaan p0,01, mendengarkan musik p0,01, dan surfing internet p0,01 digunakan oleh mahasiswa S1 keperawatan untuk mengurangi stres. Sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Rahmadiyani 2012 bahwa berbagi perasaan dengan teman merupakan cara yang paling efektif dilakukan untuk mengurangi stres. KESIMPULAN Manajemen stres yang sering digunakan mahasiswa S1 keperawatan di Sekolah Tinggi Kesehatan wilayah Jombang dan Mojokerto adalah berbagi perasaan, mengelola perasaan, mendengarkan musik serta surfing internet. Antara lali-laki dan perempuan tidak memiliki perbedaan dalam melakukan manajemen stres, namun pada tiap-tiap tingkat memiliki perbedaan cara dalam manajemen stres. Domisili tinggal juga mempengaruhi cara mahasiswa dalam melakukan manajemen stres. UCAPAN TERIMAKASIH Penelitian ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak, untuk itu perkenankan penulis dengan hati yang tulus ikhlas menyampaikan ucapan terima kasih tak terhingga kepada : 1. Seluruh Ketua dan staffnya yang telah membantu secara teknis pelaksanaan pelitian ini. 2. dr. Rahmi SA., selaku Direktur Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan 3. Seluruh responden dalam penelitian ini yang telah memberikan inspirasi dan banyak membantu peneliti dalam melakukan penelitian. Teman-teman dosen dan semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu DAFTAR PUSTAKA Guyton, A.C. 1996. Textbook of medical physiology, 9 th, Ed. Philadelphia: W.B Saunders Co, 9225-1015. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 594 Hidayat. A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasai, Konsep dan Proses Keperawatan. Buku 2. Jakarta : Salemba Medika. Jacobs, E.E, Masson, RL Harvill, RL. 1998. Group counseling: strategies and skill 3 rd ed. USA: BrooksCole Publishing Company. Lovallo, W.R. 2005. Stress and health: biological ang psycological interaction, Second Edition, California: Sage Publication, Inc, pp.721-722. Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep Proses dan Praktik. Edisi 4 volume 2 : Alih bahasa Yasmin Asih. Jakarta : EGC. Romero, M, Luke B. 2007. ‘Endocrinology of stress’, International Journal of Comparative Psychology, vol.20, pp. 89-95. Rynor, A, 2003, ‘Living the New Spirituality. Humanity’s Team’. Didapat dari http:www.humanitysteam.comimagesnew spirituality.com. Diakses pada9 Februari 2011. Pukul 10.00 WIB. Videbeck, S.L. 2008. Buku ajar keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 595 HUBUNGAN URUTAN KELAHIRANDAN KEMATIAN NEONATAL DI INDONESIAANALISIS DATA SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA TAHUN 2012 Elyana Mafticha Politeknik Kesehatan Majapahit elyanamagmail.com ABSTRAK Kematian neonatal terjadi sekitar 99 di negara berkembang. Di Indonesia angka kematian neonatal 191000 Kelahiran Hidup KH. Angka ini tidak mengalami penurunan berdasarkan hasil SDKI 2007 dan 2012.Tujuan Millenium Development Goals MDGs ke 4 tidak akan tercapai tanpa penurunan angka kematian neonatal secara signifikan. Peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak dilakukan salah satunya melalui pembatasan jumlah anak..Badan Kependudukan dan Keluarga Berancana Nasional BKKBN juga telah menyerukan membatasi 2 anak dalam satu keluarga. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan urutan kelahiran anak denganrisikokematian neonatal di Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian analitik korelasional menggunakan data SDKI tahun 2012 dengan strategi analisis secararetrospective cohort. Sampel penelitian ini 17.736 neonatus yang lahir hidup dan lahir tunggal.Analisis univariabel berupa distribusi frekuensi, bivariabel berupa log-ranktest dilanjutkan dengan uji regresi cox.Hasil penelitian disajikan dalam tabel dan gambar dan dilanjutkan dengan pembahasan.Pola kematian neonatal di Indonesia berdasarkanKurva Kalpan-Meier menunjukkan sebagian besarkematian neonatal terjadi pada periode neonatal dini. Hasil analisis menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara jumlah anak dan kematian neonatal di Indonesia p value 0,869; HR: 0,03; CI:0,77-1,35, namun anak yangdilahirkan sebagai anak ketiga dan seterusnyamemilikiresiko kematian neonatal lebih tinggi daripada yang dilahirkan sebagai anak pertama dan kedua. Kata kunci:jumlah anak, kematian neonatal ABSTRACT Neonatal deaths, about 99 occured in developing countries.Neonatal mortality rate In Indonesia is still high, remainedon 191000 live births, based on the Demographic and Health Survey IDHS2012. This figure does not decrease based on the results of IDHS 2007 and 2012. The aim of the 4th Millennium Development Goals MDGs can not be achieved without a reduction in neonatal mortality rate significantly.The one way to improving health of mothers and children is to limit the number of children. the National Population and Family Planning Board BKKBN has also called limit 2 children in a family.This study aims to investigate the relationship of birth order of children with the risk of neonatal mortality in Indonesia.The study was a quantitative research, using IDHS data in 2012 were analyzed using retrospective cohort analysis strategy. Children born alive period 2007-2012and single births amounted to 17.736 inhabitants, into the sample. Analysis of data using univariable analysis in the form of a frequency distribution, and the log-rank test for bivariate analysis continuing using cox regression test. The results of the data analysis are presented in tables or pictures, followed by discussion.Kaplan-Meier curvesshowed mostneonataldeathsoccurin theearly neonatalperiod. The analysis showednosignificant relationshipbetween birth order of Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 596 childrenandneonataldeathsinIndonesiap value = 0.869; HR: 0.03; CI: 0.77-1.35,but the children who were born as the third child and so has the risk of neonatal mortality higher than the neonates were born as the first child and second. Keywords: birth order, neonatal death, retrospective cohort. PENDAHULUAN Periode neonatal adalah periode kehidupan yang rawan, dimana bayi baru dilahirkan memiliki resiko yang tinggi terhadap penyakit dan kematianAdetola, dkk, 2011. Jumlah bayi yang meninggal padaperiode ini diperkirakan mencapai 4 juta per tahun Lawn, dkk, 2005, diantaranya meninggal pada 0-7 hari atau minggu pertama kehidupanWilopo, 2012.Sekitar 99 kematian neonatal terjadi di negara berkembang, dimana dua pertiganya terjadi di Afrika dan Asia TenggaraAdetola, dkk, 2011.Penurunan angka kematian Bayi AKB dapat dijadikan sebagai tolok ukur peningkatan keberhasilan pembangunan di bidang kesehatanWandira dan Indawati, 2012. Angka kematian anak di dunia telah mengalami penurunansecara signifikan, tetapi penurunan angka kematian neonatal terjadi sangat lambatYou, dkk, 2013. Angka kematian neonatal di Indonesia berdasarkan hasil SDKI 2012 masih tinggi yakni 191000 Kelahiran Hidup KHBadan Pusat Statistik, 2013. Tujuan Millenium Development Goals MDGs ke 4, tidak akan tercapai tanpa penurunan angka kematian neonatal yang signifikanAdetola, dkk, 2011. Untuk itu penurunan angka kematian neonatal sangat diperlukan, terutama penurunan kematian neonatal dini atau kematian bayi pada minggu pertama kehidupanLawn, dkk, 2005. Sehingga program menurunkan angka kematian neonatal menjadi fokus utama terutama di negara-negara dengan angka kematian neonatal yang tinggiJehan, dkk, 2009. Berbagai hal dianggap sebagai faktor yang bertanggungjawab terhadap kematian bayi dan neonatus. Komplikasi atau penyebab kematian langsung pada bayi seperti asfiksia atau sepsis, banyak menjadi penyebab kematian neonatus dan membutuhkan biaya tinggi untuk mengatasinya. Kegiatan preventif akan membutuhkan biaya yang lebih sedikitLawn, dkk, 2000. Selain hal tersebut salah satu determinan dekat kematian neonatal adalah urutan kelahiran anak dalam keluargaTitaley, dkk, 2008. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Data penelitian diperoleh dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI tahun 2012, yang dianalisis menggunakan ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 597 strategi analisis kohort retrospektif. Data survei diperoleh dari 33 provinsi di Indonesia, yakni provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Populasi penelitian ini adalah seluruh responden dalam SDKI 2012, yakni bayi yang dilahirkan hidup di Indonesia pada tahun 2007-2012 yang berjumlah 18.021 jiwa. Sampel dipilih dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusinya adalah bayi dari kelahiran tunggal dan kriteria eksklusi meliputi bayi dengan keterangan tidak lengkap untuk waktu meninggal. Sampel penelitian berjumlah 17.736 bayi. Terdapat tiga variabel yakni variabel independen, dependen dan luar. Variabel independen penelitian ini adalah jumlah anak, variabel terikat adalah kematian neonatal dan variabel luar terdiri dari jenis kelamin bayi, usia ibu, tingkat pendidikan dan status ekonomi keluarga. Analisis yang digunakan meliputi analisis univariabel dan analisis bivariabel. Analisis univariabel memaparkan distribusi frekuensi variabel, analisis bivariabel untuk menunjukkan hubungan antara variabel independen dan dependen menggunakan analisis survival menggunakan uji log-rank dilanjutkan dengan regresi cox dengan confidence interval CI 95 dan tingkat kemaknaan p0,05 dengan melihat nilai Hazard Ratio. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini diperoleh dari pengolahan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI tahun 2012. Hasil penelitian pertama adalah merupakan hasil analisis univariabel berupa distribusi frekuensi yang menggambarkan karakteristik subjek penelitian. Karakteristik variabel disajikan dalam tabel 1. Tabel 4. Distribusi frekuensi karakteristik subjek penelitian Karakteristik Variabel n = 17.736 Hidup Mati n n Urutan kelahiran anak 2 2 11.429 5.999 65,6 34,4 205 103 66,6 33,4 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 9.006 8.422 51,7 48,3 194 114 63,0 37,0 Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 598 Usia ibu 20 tahun terlalu muda 20-35 Ahun reproduksi aman 35 tahun terlalu tua 1.680 13.617 2.131 9,7 78,1 12,2 54 207 47 17,5 67,2 15,3 Tingkat pendidikan ibu Tinggi Menengah Tidak sekolah dan dasar 2.347 9.194 5.887 13,5 52,7 33,8 25 153 130 8,1 49,7 42,2 Status ekonomi keluarga Sangat kaya Kaya Sedangmenengah Miskin Sangat miskin 2.639 2.935 3.130 3.458 5.266 15,2 16,8 18,0 19,8 30,2 33 37 61 61 116 10,7 12,0 19,8 19,8 37,7 Sumber: Pengolahan data SDKI 2012 Keterangan: Data tidak tertimbang. Neonatus yang mati pada periode neonatal 0-28 hari. Karakteristik subjek penelitian diatas menunjukkan bahwa tidak terlihat suatu perbedaan yang mencolok antara persentase neonatus yang tetap hidup dan yang mati berdasarkan urutan kelahiran anak. Ditinjau dari jenis kelamin anak, terlihat bahwa bayi yang lebih banyak meninggal pada usia neonatus adalah bayi laki-laki. Secara persentase dan jumlah berdasarkan usia ibu saat melahirkan, kematian tertinggi terjadi pada bayi yang dilahirkan ibu pada usia reproduksi aman. Tidak terlihat perbedaan yang mencolok pada persentase maupun jumlah bayi yang meninggal pada usia neonatus antar ibu dengan pendidikan menengah dan tidak sekolah atau tingkat dasar, namun ibu dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki persentase dan jumlah tertinggi dengan bayi yang mampu bertahan hidup hingga melewati periode neonatus. Semakin rendah status ekonomikeluarga maka persentase bayi yang meninggal pada usia neonatus juga semakin tinggi. Data yang diperoleh juga diolah dengan analisis bivariabel menggunakan analisis survival dengan melihat kurva Kaplan-Meier,log-rank testserta regresi cox. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 599 0. 98 0. 99 1. 00 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 Usia Neonatus bo = pertama dan kedua bo = ketiga dan seterusnya Kematian Neonatal Berdasarkan Jumlah Anak 0. 98 0. 99 1. 00 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 Usia Neonatus hari uit = usia terlalu muda uit = usia rep. aman uit = usia terlalu tua Kematian Neonatal Berdasarkan Usia Ibu 0. 98 0. 99 1. 00 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 Usia Neonatus hari sex = laki laki sex = perempuan Kematian Neonatal Berdasarkan Jenis Kelamin 0. 98 0. 99 1. 00 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 Usia Neonatus hari pendidikan = rendah pendidikan = menengah pendidikan = tinggi Kematian Neonatal Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu 0. 98 0. 99 1. 00 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 Usia Neonatus Kematian Neonatal 0. 98 0. 99 1. 00 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 Usia Neonatus hari sosek = sangat miskin sosek = miskin sosek = menengah sosek = kaya sosek = sangat kaya Kematian Neonatal Berdasarkan Tingkat Ekonomi Keluarga Sumber: SDKI 2012 Gambar 1. Kematian Neonatal Di Indonesia Kurva Kaplan-Meier kematian neonatal di indonesia pada Gambar 1 menunjukkan bahwa kematian neonatal cenderung terjadi pada periode neonatal dini yakni pada minggu pertama terutama hari pertama kehidupan. Kurva Kaplan-Meier kematian neonatal berdasarkan jumlah anak memperjelas hasil distribusi frekuensi sebelumnya, dimana terlihat bahwa bayi yang dilahirkan pada urutan ketiga dan seterusnya mengalami kematian pada usia neonatus terutama pada hari pertama kehidupan. Meskipun kurva Kaplan-Meier menunjukkan bahwa bayi yang dilahirkan sebagai anak pertama dan kedua lebih mampu bertahan hidup terutama pada hari pertama, namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara urutan kelahiran dengan kematian neonatal p value Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 600 0,869; HR: 1,02; CI:0,77-1,35 meskipun terjadi peningkatan resiko kematian pada bayi yang dilahirkan sebagai anak ketiga dan selanjutnya. Tabel 5. Analisis hubungan urutan kelahiran dan kematian neonatal Variabel Log-rank p HR CI Jumlah anak 2 ref 2 0.03 0,869 1 1.02 0,77-1,35 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan ref 9,51 0,002 1,53 1,17-2,02 1 Usia ibu Usia 20 tahun Usia 20-35 tahun ref Usia 35 tahun 15,48 0,0004 1,88 1,29-2,73 1 1,61 1,13-2,32 Tingkat pendidikan ibu Dasar Menengah Tinggi ref 15,17 0.0005 2,71 1,55-4,75 1,94 1,11-3,39 1 Status ekonomi keluarga Sangat miskin Miskin Menengah Kaya Sangat kaya ref 18,35 0,001 2,14 1,33-3,44 1,34 0,79-2,30 1,76 1,05-2,96 1,07 0,60-1,92 1 Sumber: Pengolahan data SDKI 2012 Keterangan: Signifikansi p0,05; Berdasarkan uji Cox’s regression, CI = Confident Interval; ref Referensi Hasil ini tidak berbeda denganpenelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pada dua puluh delapan hari pertama kehidupan bayi atau periode neonatal memang merupakan periode kehidupan yang rawan, dimana bayi rentan terhadap penyakit dan kematian Adetola, dkk, 2011. Tiga per empat dari kematian neonatal terjadi pada minggu pertama kehidupan, dan risiko terbesar tejadi kematian adalah pada hari pertama Lawn, dkk., 2005. Ibu dengan paritas kecil maka otot uterus ibu masih kuat, kekuatan mengejan masih adekuat, dan memiliki risiko kejadian komplikasi persalinan maupun partus lama yang dapat membahayakan ibu maupun bayinya yang lebih kecilPriyadi Nugraha, dkk, 2008, namun tidak hanya pada kelahiran anak ketiga, kelahiran anak kedua pun memiliki resiko terhadap kematian neonatus Sugiharto dan Kusumawati, 2010. Hasil penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa pada kelahiran anak pertama juga berisiko terjadi kematian neonatal dan banyak studi yang menunjukkan bahwa kehamilan kedua dan ketiga adalah kehamilan yang paling tidak menyulitkan Djaja dan Soemantri, 2003. Hubungan yang signifikan terhadap kematian neonatal antara lain jenis kelamin anak, usia ibu, tingkat pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga. Hasil ini didukung oleh hasil yang ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 601 tergambar pada kurva Kaplan-Meier maupun hasil uji log-rank dan regresi cox. Terjadi peningkatan risiko kematian neonatal sebesar 1,5 kali pada bayi laki-laki dibandingkan dengan bayi perempuan. Hasil penelitian ini terjadi pula pada penelitian sebelumnya dimana kematian neonatal pada bayi laki-laki 60,2 lebih besar dibandingkan pada bayi perempuan39,8 Djaja dan Soemantri, 2003 dan proporsi 1,7 lebih tinggi pada bayi laki-laki Sugiharto dan Kusumawati, 2010. Kelangsungan hidupbayi perempuan lebih baik di atas laki-laki, studi ini tidak menunjukkan signifikan perbedaan berdasarkan jenis kelamin di kematian neonatal. Bagaimanapun terdapat variasi dalam perbedaan jenis kelamin dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan ini menyiratkan saran bahwa perilaku pencarian perawatan kesehatan mungkin berbeda, menyesuaikan dengan budaya lokal, sehingga penting untuk merancang intervensi berdasarkan pemahaman adatistiadat setempat untuk perawatan bayi baru lahir Adetola, dkk, 2011. Kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan oleh ibu pada usia reproduksi aman yakni usia 20- 35 tahun memiliki kelangsungan hidup neonatal yang paling baik. Secara statistik, usia ibu saat melahirkan berhubungan signifikan dengan kematian neonatal p value: 0,0004. Risiko kematian neonatal pada bayi yang dilahirkan oleh ibu usia remaja atau 20 tahun adalah hampir 2 kali lebih tinggi dan 1,6 kali lebih tinggi pada bayi yang dilahirkan ibu pada usia tua 35 tahun dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan pada ibu usua reproduksi aman 20-35 tahun. Ibu yang melahirkan pada usia reproduksi aman memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang kehamilan dan persalinan, juga memiliki kenyamanan dalam merawat bayi yang lebih baik dan lebih bertanggungjawab terhadap bayinya Singh, dkk, 2013. Risiko kelahiran prematur lebih besar terjadi pada ibu usia belasan tahun sehingga memiliki resiko kematian neonatal juga lebih tinggi. Ibu yang terlalu muda ini juga dimungkinkan meningkatkan risiko kematian neonatal karena pada usia muda ini, mereka masih memiliki tingkat pendidikan rendah, ketidakadekuatan dalam melakukan kunjungan ANC, status ekonomi yang belum baik dan lebih mengalami peningkatan berat badan selama kehamilan yang tidak adekuat Chen, dkk, 2007; Chen, dkk, 2008.Usia ibu saat melahirkan semakin tua juga tidak lebih baik. Ibu pada usia sekitar 40 tahunan, sering kali telah menderita berbagai penyakit, dimana kematian perinatal lebih sering terjadi dan kehamilan dengan komplikasi berbagai penyakit daripada pada wanita yang tidak memiliki penyakit Van Katwijk Peeters, 1998; Jacobsson, dkk, 2004. Ibu usia 20 tahun dan 35 tahun, juga cenderung memiliki kunjungan ANC yang rendah World Health Organization , 2003. Frekuensi kunjungan ANC di masyarakat berhubungan dengan kematian neonatal. Kunjungan ANC yang baik memberikan kesempatan kepada ibu untuk lebih banyak dan baik dalam menerima informasi tentang kehamilan, Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 602 persalinan dan perawatan bayi baru lahir. Hal ini juga dapat memberikan peningkatan ibu dan keluarga dalam mengenal dan memahami tentang komplikasi persalinan, sehingga mampu menentukan tindakan yang tepat Titaley, et al., 2008. Tingkat pendidikan ibu berpengaruh signifikan secara statistik dengan kematian neonatal. Grafik Kaplan-Meier menunjukkan bayi yang dilahirkan oleh ibu berpendidikan tinggi memiliki kelangsungan hidup periode neonatal paling baik. Risiko kematian pada neonatus dari ibu berpendidikan menengah lebih besar hampir 2 kali, dan kematian neonatus dari ibu berpendidikan dasar dan tidak sekolah lebih besar hampir 3 kali daripada neonatus dari ibu yang berpendidikan tinggi.Tingkat pendidikan ibu memiliki korelasi yang signifikan terhadap penurunan kematian neonatal di India.Risiko kematian bayi yang lahir dari ibu dengan lama pendidikan setidaknya 10 tahun, lebih kecil 40 dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan dari ibu yang tidak sekolah atau buta huruf.Singh, et al., 2013.Hasil penelitian di Vietnam menunjukkan peningkatan pendidikan akan sejalan dengan peningkatan penghasilan yang dapat memperbaiki perilaku kesehatan para ibuMålqvist, 2011. Pendidikan pada ibu sangat diperlukan. Dengan pendidikan yang baik, seorang ibu akan memiliki wawasan yang lebih baik dalam memberikan perawatan kesehatan pada diri dan bayinya. Ibu juga memiliki kemampuan dalam mencari informasi kesehatan yang diperlukan. Status ekonomi keluarga memiliki hubungan yang signifikan dengan kematian neonatal.Kurva survival, menunjukkan kelangsungan hidup neonatus dari keluarga dengan status ekonomi sangat miskin adalah paling rendah. Status ekonomi yang baik seiring dengan kemampuan yang lebih baik pada ibu dalam memahami dan menggunakan sistem kesehatan yang ada. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status ekonomi dengan kematian neonatalMålqvist, 2011. Memiliki anak dalam jumlah yang banyak akan semakin meningkatkan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan makan dan pakaian anakSiregar, 2003.Di Negara Berkembang masih banyak Ibu yang harus ikut bekerja untuk menopang kebutuhan ekonomi keluarga. Hal ini akan meningkatkan kebutuhan dan pengeluaran energi ibu hamil, sehingga memperbesar risiko melahirkan bati kecil. Bayi kecil ini tentu memiliki risiko kesakitan dan kematian yang lebih tinggi Djaja dan Soemantri, 2003. Kurva ini juga menunjukkan bahwa kelangsungan hidup neonatus dari keluarga dengan status ekonomi miskin memiliki kelangsungan hidup yang lebih baik daripada neonatus dari keluarga dengan status ekonomi menengah. Markides Mc Farland, 1982 menyebutkan bahwa kematian neonatal ini lebih dipengaruhi oleh faktor fisik dan faktor lingkungan bukan hanya faktor ekonomi. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 603 KESIMPULAN Kematian neonatal di Indonesia lebih cenderung terjadi pada periode neonatal dini terutama pada hari pertama kehidupan. Urutan kelahiran tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kematian neonatal, namun demikian terdapat risiko lebih tinggi pada bayi yang dilahirkan sebagai anak ketiga dan selanjutnya. Kematian neonatal lebih berhubungan dengan jenis kelamin bayi, usia ibu saat melahirkan, tingkat pendidikan dan status ekonomi keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa faktor ibu dan kemuarga masih menjadi faktor penentu kesejahteraan kehidupan bayi baru lahir. Sehingga perawatan kesehatan pada ibu sedini mungkin dan kesiapan kemapanan ekonomi keluarga tentu akan menjadi potensi yang baik untuk kelangsungan hidup neonatal. UCAPAN TERIMAKASIH Pengalaman melakukan analisis pada penelitian ini tidak terlepas dari dampak positif dari arahan yang diberikan saat peneliti menyelesaikan tesis dalam rangka meraih gelar M.P.H di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Peneliti mengucapkan terimakasih kepada Prof. dr. Siswanto Agus Wolopo, SU, M.Sc, Sc.D, Program Studi IlmuKesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta atas segala saran-saran statistik Beliau. DAFTAR PUSTAKA Adetola, A., Tongo, O., Orimadegun, A. Osinusi, K., 2011. Neonatal Mortality in an Urban Population in Ibadan, Nigeria. Pediatrics Neonatology, Volume 5, pp. 243-250. Badan Pusat Statistik, 2013. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: BPS, BKKBN, Kemenkes, ICF International . Chen, X. et al., 2007. Teenage pregnancy and adverse birth outcomes: a large population based retrospective cohort study.. International Journal of Epidemiology. Chen, X. et al., 2008. Increased risks of neonatal and postneonatal mortality associated with teenage pregnancy had different explanations. Journal of Clinical Epidemiology. Djaja, S. Soemantri, S., 2003. Penyebab kematian bayi baru lahir Neonatal dan Sistem Pelayanan Kesehatan yangBerkaitan Di Indonesia Survey Kesehatan Rumah Tangga 2001. Buletin Penelitian Kesehatan, Volume 13. Jacobsson, B., Ladfors, L. Milsom, I., 2004. Advanced maternal age and adverse perinatal outcome. Obstetrics Gynecology. Jehan, I. et al., 2009. Neonatal mortality, risk factors and causes: a prospective population-based cohort study in urban Pakistan. Bulletin of the World Health Organization, pp. 130-8. Lawn, J., Cousens, S. J., Z., 2005. 4 million neonatal deaths: when? Where? Why?. The Lancet, pp. 891-900. Lawn, J., McCarthy, B. Ross, S., 2000. The healthy newborn: A reference manual for program managers. s.l.:Centers for Disease Control and Prevention. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 604 Målqvist, M., 2011. Neonatal mortality: an invisible and marginalised trauma. Global health action. Markides, K. Mc Farland, C., 1982. A note on recent trends in the infant mortality- socioeconomic status relationship. Social Forces. Priyadi Nugraha, P., Cahya Tri, P. Laksmono, W., 2008. Analisis Faktor Risiko Status Kematian Neonatal. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, Volume 3. Singh, A., Kumar, A. Kumar, A., 2013. Determinants of neonatal mortality in rural India 2007 – 2008. PeerJ, Volume 1. Siregar, F. A., 2003. Pengaruh Nilai dan Jumlah Anak Pada Keluarga Terhadap Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera. USU Digital Library, pp. 1-7. Sugiharto, M. Kusumawati, L., 2010. Analisis Perbedaan Antar Paritas Ibu dengan Kematian Neonatal. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Volume 13. Titaley, C. et al., 2008. Determinants of neonatal mortality in Indonesia. BMC Public Health. Van Katwijk, C. Peeters, L., 1998. Clinical aspects of pregnancy after the age of 35 years: a review of the literature. Human Reproduction Update. Wandira, A. K. Indawati, R., 2012. Faktor Penyebab Kematian Bayi Di Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Volume 1, p. 33. Wilopo, S. A., 2012. Kesehatan Perempuan Prioritas Pembangunan Abad ke 21. Yogyakarta: Pusat Kesehatan Reproduki sFakultas Kedokteran UGM. World Health Organization , 2003. Antenatal care in developing countries : promises, achievements and missed opportunities : an analysis of trends, levels and differentials, 1990-2001. s.l.:World Health Organization. You, D., Bastian, P., Wu, J. Wardlaw, T., 2013. Levels Trends in Child Mortality. UN Inter- agency Group for Child Mortality Estimation. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 605 PERKEMBANGAN BALITA DI BATANG GEDE TAMBAKREJO TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA Ika Fitria Ayuningtyas 1 , Indi Bausari 2 STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Email: ikafitriaayuningtyasgmail.com ABSTRAK Latar belakang: Masalah kesehatan yang sering terjadi pada masa balita adalah berkaitan dengan masalah tumbuh kembang. Hal ini terjadi karena pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada usia dini, yaitu dari 0 sampai 5 tahun. Tumbuh kembang merupakan masa yang sangat penting untuk memperhatikan tumbuh kembang anak secara cermat agar sedini mungkin dapat terdeteksi apabila terjadi kelainan. Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang, yaitu faktor genetic merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak yaitu potensi anak yang menjadi ciri khasnya, dan faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan, faktor ini disebut juga mileu merupakan tempat anak tersebut hidup dan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak.Tujuan: Diketahuinya perkembangan balita di Batang Gede Tambakrejo Tempel Sleman Yogyakarta. Metode penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan sampel 35 balita di Batang Gede Tambakrejo Tempel Sleman Yogyakarta. Hasil: Perkembangan balita di Batang Gede Tambakrejo Tempel Sleman Yogyakarta adalah 29 balita 82,8 normal, dan 6 balita 17,2 suspect. Kesimpulan: Mayoritas perkembangan balita di Batang Gede Tambakrejo Tempel Sleman Yogyakarta normal. Kata kunci : perkembangan, balita ABSTRACT Background: A health problem that often occurs in infancy is associated with developmental problems. This occurs due to the growth and development has increased rapidly at an early age, from 0 to 5 years. Future growth and development is very important to pay attention to child growth carefully so as early as possible can be detected in case of abnormality. In general there are two main factors that affect growth and development, namely genetic factors which is the basis to achieve the end result of growth and development of children, the childs potential which became his trademark, and environmental factors a crucial factor achieved whether or not the innate potential , this factor is also called the child mileu a place to live and function as a provider of basic needs of children. Objective: The identification of early toddler development in Batang Gede Tambakrejo Tempel Sleman Yogyakarta. Methods: This study is a descriptive study with a sample of 35 toddlers in Batang Gede Tambakrejo Tempel Sleman, Yogyakarta. Results: Development of a toddler in Batang Gede Tambakrejo Tempel Yogyakarta Sleman is 29 toddler 82.8 normal, and 6 toddler 17.2is suspect. Conclusions: The majority of early toddler development in Batang Gede Yogyakarta Sleman Tambakrejo Tempel is normal. Keywords: development, toddler PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak anak Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 606 masih di dalam kandungan. Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupannya, ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya Depkes RI, 2009. Masalah kesehatan yang sering terjadi pada masa balita adalah berkaitan dengan masalah tumbuh kembang. Hal ini terjadi karena pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada usia dini, yaitu dari 0 sampai 5 tahun. Masa ini sering juga disebut sebagai fase tumbuh kembang. Tumbuh kembang merupakan masa yang sangat penting untuk memperhatikan tumbuh kembang anak secara cermat agar sedini mungkin dapat terdeteksi apabila terjadi kelainan Nutrisiani, 2010. Faktor dominan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan adalah gizi yang di peroleh oleh bayi yang dilahirkan. Apabila setelah dilahirkan bayi mengalami kekurangan gizi dapat dipastikan pertumbuhan anak akan terlambat Supariasa, 2009. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2008, Perkembangan anak terdiri dari: perkembangan motorik kasar pergerakan dan sikap tubuh, perkembangan motorik halus menggambar, memegang suatu benda dan lain – lain, perkembangan bahasa kemampuan respon suara, mengikuti perintah, dan berbicara sopan; kepribadian atau tingkah laku berinteraksi dengan lingkungannya Kania, 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang ,secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang, yaitu faktor genetic merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak yaitu potensi anak yang menjadi ciri khasnya, dan faktor Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan,faktor ini disebut juga mileu merupakan tempat anak tersebut hidup dan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak Marimbi, 2010. Tes yang umum digunakan untuk memantau perkembangan adalah tes Denver. Denver adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini membagi perkembangan anak menjadi empat yaitu perkembangan personal sosial, perkembangan bahasa, serta perkembangan motorik kasar dan motorik halus adaktif As’ad, 2010. Jika terjadi kekurangan pada salah satu aspek kemampuan tersebut dapat mempengaruhi perkembangan aspek yang lain. Kemajuan perkembangan anak mengikuti suatu pola yang teratur dan mempunyai variasi pola batas pencapaian dan kecepatan. Batasan usia menunjukkan bahwa suatu patokan kemampuan harus dicapai pada usia tertentu. Batas ini menjadi penting dalam penilaian perkembangan, apabila anak ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 607 gagal mencapai dapat memberikan petunjuk untuk segera melakukan penilaian yang lebih terperinci dan intervensi yang tepat Yeyen, 2011. Hasil pemantauan status gizi berdasarkan indikator BBUmur di Indonesia, DIY termasuk dalam kategori perkembangan balita dan status gizi buruk yang masih tinggi. Di antara 5 kabupaten di DIY perkembangan Balita yang terhambat masih tinggi yaitu di Kabupaten Sleman terendah di Kabupaten Gunung Kidul. Persentase perkembangan Balita yang terhambat di DIY yaitu Kabupaten: Sleman tahun 2014 sebanyak 12,60, Kabupaten Gunung Kidul sebanyak 1,5, Kabupaten Bantul sebanyak 0,42, dan Kabupaten Kulon Progo sebanyak 5. Perkembangan balita dikabupaten Sleman, di Puskesmas Tempel II tertinggi sebanyak 4,57. Prevalensi pertumbuhan Balita di Dusun Batang Gede menunjukkan penurunan dari tahun 2008-2014, yaitu 12,60 pada tahun 2008 dan menurun menjadi 7,01 pada tahun 2014. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang perkembangan balita di Dusun Batang Gede, Desa Tambakrejo, Tempel, Sleman, Yogyakarta. METODE PENELITIAN Penelitian ini akan dilaksanakan dengan metode diskriptif non analitik. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita di Batang Gede Tambakrejo Tempel Sleman Yogyakarta. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 35 balita. Dalam penelitian ini alat yang digunakan adalah DDST Denver Developmnent Screening Test II Subbagian Tumbuh Kembang Ilmu Kesehatan Anak RS Sardjito, 2004, formulir tes DDST II berisi 125 item yg terdiri dari 4 sektor, yaitu: personal sosial, motorik halus-adaptif, bahasa, serta motorik kasar. Data diperoleh secara langsung melalui pemeriksaan perkembangan pada balita di Batang Gede, Tambakrejo, Tempel Sleman, Yogyakarta. Analisis data univariat menggunakan persentase. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Perkembangan balita di Batang Gede, Tambakrejo, Tempel, Sleman, Yogyakarta No Perkembangan balita f Persentase 1. Normal 29 82,8 2. Suspect 6 17,2 3. Untestable Jumlah 35 100 Berdasarkan tabel diatas perkembangan balita mayoritas normal sebanyak 29 balita 82,8. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 608 Tabel 2. Perkembangan balita berdasarkan aspek di Batang Gede, Tambakrejo, Tempel, Sleman, Yogyakarta No Perkembangan Balita Motorik Kasar Motorik Halus Bahasa Personal Sosial f f f f 1. 2. 3. Normal Suspect Untestable 33 2 94,3 5,7 32 3 91,4 8,6 34 1 97,1 2,9 35 100 Total 35 35 35 35 100 Berdasarkan tabel diatas perkembangan balita normal mayoritas dari aspek personal sosial sebanyak 35 balita 100 dan perkembangan balita suspect mayoritas dari aspek motorik halus sebanyak 3 balita 8,5. Tabel 2. Perkembangan balita berdasarkan aspek dan umur di Batang Gede, Tambakrejo, Tempel, Sleman, Yogyakarta Umur Perkembangan Balita Motorik kasar Motorik halus Bahasa Sosial Normal Suspect Normal Suspect Normal Suspect Normal Suspect f f f f f f f f 1 10 28,6 0 0,0 7 20,0 3 8,6 10 28,6 0 0,0 10 28,6 0 0,0 2 12 34,3 2 5,7 14 40,0 0 0,0 13 37,1 1 2,9 14 40,0 0 0,0 3 7 20,0 0 0,0 7 20,0 0 0,0 7 20,0 0 0,0 7 20,0 0 0,0 4 3 8,6 0 0,0 3 8,6 0 0,0 3 8,6 0 0,0 3 8,6 0 0,0 5 1 2,9 0 0,0 1 2,9 0 0,0 1 2,9 0 0,0 1 2,9 0 0,0 Jumlah 33 94,3 2 5,7 32 91,4 3 8,6 34 97,1 1 2,9 35 100,0 0 0,0 Berdasarkan tabel diatas perkembangan balita suspect pada aspek motorik kasar terjadi pada umur 2 tahun sebanyak 2 balita 5,7, motorik halus umur 1 tahun sebanyak 3 balita 8,6 dan aspek bahasa umur 2 tahun sebanyak 1 balita 2,9. Denver adalah salah satu metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnostic atau tes IQ Dewi, 2010. Denver memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Ada beberapa aspek perkembangan yang dinilai di Denver II yaitu perilaku sosial, motorik kasar, motorik halus, dan bahasa. Diantara 4 aspek tersebut penilaiannya dapat diinterpretasikan apakah balita tersebut lulus passed=p, gagal failed=f, ataukah anak tidak mendapat kesempatan untuk melaksanakan tugas No Opportunity=N.O kemudian ditarik garis kronologis yang memotong garis horizontal tugas perkembangan pada formulir DDST Denver Development Screening Test. Setelah itu dihitung pada masing-masing skor berapa yang P dan berapa yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil test diklasifikasikan ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 609 dalam Normal, Dicurigai Suspect dan tidak dapat di test Untestable. Penilaian keseluruhan dari hasil pemeriksaan yang menggunakan Denver adalah apabila terjadi dicurigai suspect pada tumbuh kembang balita maka akan dilakukan pemeriksaan kembali pada waktu 1-2 minggu kedepan, pemeriksaan ini dilakukan untuk menghilangkan faktor sesaat takut, lelah, sakit, tidak nyaman, dan apabila telah dilakukan pemeriksaan dari keseluruhan dan hasilnya Normal maka bisa dilanjutkan pemeriksaan selanjutnya. Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot atau penyakit neuromuskular. Anak dengan serebral palsi dapat mengalami keterbatasan perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia. Kelainan sumsum tulang belakang seperti spina bifida juga dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik. Penyakit neuromuscular sepeti muscular distrofi memperlihatkan keterlambatan dalam kemampuan berjalan. Namun, tidak selamanya gangguan perkembangan motorik selalu didasari adanya penyakit tersebut. Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga dapat mempengaruhi keterlambatan dalam perkembangan motorik. Anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk belajar seperti sering digendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai kemampuan motorik Yeyen, 2011. Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh system perkembangan anak. Kemampuan berbahasa melibatkan kemapuan motorik, psikologis, emosional, dan perilaku Widyastuti, 2008. Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat diakibatkan berbagai faktor, yaitu adanya faktor genetik, gangguan pendengaran, intelegensia rendah, kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang terlambat, dan faktor keluarga. Selain itu, gangguan bicara juga dapat disebabkan karena adanya kelainan fisik seperti bibir sumbing dan serebral palsi. Gagap juga termasuk salah satu gangguan perkembangan bahasa yang dapat disebabkan karena adanya tekanan dari orang tua agar anak bicara jelas Soetjingsih, 2003. Dalam perkembangannya menjadi manusia dewasa, seorang anak berkembang melalui tahapan tertentu. Diantara jenis perkembangan, yang paling penting untuk menentukan kemampuan intelegensi di kemudian hari adalah perkembangan motorik halus dan pemecahan masalah visuo- motor, serta perkembangan berbahasa. Kemudian keduanya berkembang menjadi perkembangan sosial yang merupakan adaptasi terhadap lingkungan. Walaupun kecepatan perkembangan setiap anak berbeda-beda, kita harus waspada apabila seorang anak mengalami keterlambatan perkembangan atau penyimpangan perkembangan. Untuk mendeteksi keterlambatan, dapat Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 610 digunakan 2 pendekatan: Yang pertama adalah menyerahkan kepada orang tua, nenek, guru atau pengasuh untuk melaporkan bila anak mengalami kesulitan berbahasa. Kerugian cara ini adalah bahwa orang tua sering menganggap bahwa anak akan dapat menyusul keterlambatannya dikemudian hari dan cukup ditunggu saja, atau nenek mengatakan bahwa ayah atau ibu juga terlambat bicara, atau anggapan bahwa anak yang cepat jalan akan lebih lambat bicara. Kadang- kadang disulitkan oleh reaksi menolak dari orang tua yang tidak mengakui bahwa anak mengalami keterlambatan bicara, Pendekatan kedua adalah dengan deteksi aktif, membandingkan apakah seorang anak dapat melakukan fungsi bahasa yang sesuai dengan baku untuk anak seusianya. Pendekatan kedua juga mempunyai kelemahan yaitu akan terlalu banyak anak yang diidentifikasi sebagai abnormal karena bicara terlambat. Sebagian besar diantaranya memang secara alamiah akan menyusul bicara dikemudian hari. Peran orang tua untuk melaporkan kecurigaannya dan peran dokter untuk menanggapi keluhan tersebut sama pentingnya dalam penatalaksanaan anak. Bila dijumpai keterlambatan atau penyimpangan harus dilakukan pemeriksaan. KESIMPULAN Perkembangan balita di Batang Gede, Tambakrejo, Tempel, Sleman, Yogyakarta mayoritas baik. UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Perkembangan Balita di Batang Gede Tambakrejo Tempel Sleman Yogyakarta”. Penyusunan penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Kuswanto Hardjo, dr., M.Kes, selaku Ketua Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. 2. Muhamat Nofiyanto, M.Kep selaku Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 3. Reni Merta Kusuma, M.Keb, selaku ketua Program Studi Kebidanan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada kita semua, sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar harapan penulis semoga upenelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 611 DAFTAR PUSTAKA As’ad S. 2006. Gizi-Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional DepKes RI. 2008. Rencana Strategi 2009-2010. Jakarta: Depkes RI. DepKes RI. 2008. Profil Kesehatan RI. Jakarta: Depkes RI Dewi, V.N.L. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika Kania, N. 2009. Upaya Peningkatan Kualitas Tumbuh Kembang Anak. http:pustaka.unpad.ac.id Marimbi, Hanum. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar. Pada Balita. Yogyakarta: Nuha Medika. Nutrisiani, Febrika. 2010. Hubungan Pemberian Makanan Pendamping ASI MP ASI pada anak usia 0-24 bulan dengan kejadian diare di Wilayah Kerja Puskesmas Purwodadi Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan. Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Karya Ilmiah. Soetjiningsih. 2006. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC Supariasa. 2007. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Widyastuti, D, dan Widyani, R. 2007. Panduan Perkembangan Anak 0 Sampai 1 Tahun. Yeyen, 2011. Faktor-faktor yang mepengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. http:anti- remed.blogspot.co.id201110faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 612 Lampiran ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 613 Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 614 PERBANDINGAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK DENGAN RIWAYAT KEHAMILAN LETAK SUNGSANG YANG DILAHIRKAN SECARA NORMAL DAN SECTIO Sri Wardini Puji Lestari 1 , Eka Diah Kartiningrum 2 1 Prodi DIII Kebidanan Poltekkes Majapahit 2 Prodi DIII Keperawatan Poltekkes Majapahit sriwardinipujilestarigmail.com ABSTRAK Kehamilan letak sungsang merupakan penyulit saat persalinan yang memberikan dampak pada janin dan ibu yang melahirkan. Jenis persalinan yang tidak tepat mengakibatkan penanganan yang kurang tepat dan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak setelah beberapa tahun dari kelahirannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan pertumbuhan dan perkembangan anak dengan riwayat kehamilan letak sungsang antara yang dilahirkan secara normal per vaginam dengan sectio caesaria di Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan desain cohort retrospektif dengan populasi penelitian adalah anak usia 1 – 3 tahun dengan riwayat persalinan letak sungsang berdasarkan data RS Sidoarjo tahun 2014 adalah sebanyak 287 anak. Besar sampel penelitian sebanyak 62 anak yang berumur 1-3 tahun. Data pertumbuhan dan perkembangan diobservasi menggunakan berat badan dan tinggi badan serta KPSP. Kemudian data dianalisa menggunakan Wilcoxon Mann Whitney Test. Hasil penelitian menjelaskan bahwa anak dengan riwayat letak sungsang yang dilahirkan secara sectio memiliki pertumbuhan pada kategori normal dan gemuk sedangkan anak yang dilahirkan secara normal per vaginam mengalami pertumbuhan pada kategori kurus.Hasil Wilcoxon Mann Whitney Test menghasilkan pvalue sebesar 0.008 yang berarti bahwa ada perbedaan pertumbuhan anak dengan riwayat letak sungsang antara yang dilahirkan secara normal dan sectio. Sedangkan pada perkembangan anak diperoleh kesimpulan bahwa anak dengan riwayat letak sungsang yang memiliki perkembangan dengan kategori kemungkinan menyimpang semuanya dilahirkan secara normal per vaginam, sedangkan yang dilahirkan dengan sectio tidak ada yang mempunyai perkembangan yang menyimpang. Hasil Wilcoxon Mann Whitney Test menyimpulkan bahwa ada perbedaan perkembangan anak dengan riwayat letak sungsang antara yang dilahirkan secara normal dengan sectio p value=0.000. Kata kunci : letak sungsang, pertumbuhan, perkembangan ABSTRACT Incomplete Breech pregnancy is a complication during delivery that impact on fetal and maternal. Type of delivery is not exactly result of improper handling and impact on the growth and development of children after a few years of his birth. The purpose of this study was to compare the growth and development of children with a history of incomplete breech pregnancies among born by normal vaginal with sectio Caesaria in Sidoarjo. This study used a retrospective cohort design study population was children aged 1-3 years with a history of breech delivery based on data from Sidoarjo RS 2014 is a total of 287 children. A large study sample were 62 children aged 1-3 years. Data growth and development were observed using weight and height and KPSP. Then the data were analyzed using the Wilcoxon Mann Whitney Test. Results of the study explained that children with a history of breech born in sectio have growth in normal and obese category while a child born by normal vaginal growth in the category kurus.Hasil Wilcoxon Mann Whitney Test generate pvalue by 0008, which means that there are differences in childrens growth with a history of breech between who delivered vaginally and sectio. While on child development can be ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 615 concluded that children with a history of breech that has development with the possibility to deviate all categories of normal vaginal birth, while those born with sectio nobody has distorted development. Wilcoxon Mann Whitney Test results concluded that there are differences in the development of children with a history of breech between who delivered vaginally with sectio p value = 0.000. Keywords : Incomplete Breech, growth, development. PENDAHULUAN Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan pantat berada di bagian bawah kavum uteri. Insidensi letak sungsang berkisar 3-4 dari seluruh kehamilan tunggal pada umur kehamilan cukup bulan ≥ 37 minggu Prawirohardjo, 2010 . Sekalipun kejadiannya kecil, tetapi mempunyai penyulit yang besar dengan angka kematian sekitar 20 sampai 30 Manuaba, 2010. Penatalaksanaan persalinan sungsang dapat dilakukan secara pervaginam atau perabdominal. Pemilihan kelahiran sungsang baik perabdominal ataupun pervaginam tergantung pada posisi sungsang dan jenis penolong persalinan Kasdu, 2005. Goffinet pada penelitiannya di Perancis dan Belgia tahun 2006 dengan studi diskriptif menjelaskan bahwa wanita hamil dengan letak sungsang 47,8 – 89 melahirkan secara pervaginam dan 69 melahirkan secara sectio caesaria, dengan resiko kematian neonatal akibat persalinan secara pervaginam 0,15 dan secara sectio caesaria 0,08. Resiko kejadian asfiksia dengan Apgar Score 4 pada lima menit pertama untuk persalinan pervaginam sebesar 0,2 sedangkan persalinan sectio caesaria sebesar 0,16 SOGC, 2010 . Insiden persalinan sungsang di Rumah Sakit Umum Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2009 adalah 17,1 dari semua persalinan yang ada, sedangkan pada tahun 2011 dari 176 persalinan letak sungsang 66,4 melahirkan secara pervaginam dan 33,6 melahirkan secara sectio caesaria Rekam Medis RSUD Sidoarjo, 2013 . Adapun komplikasi dari persalinan sungsang secara pervaginam akibat terjadinya prematuritas dan penanganan persalinan yang kurang sempurna, menyebabkan komplikasi pada bayi seperti trauma kepala dan asfiksia yang dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan otak. Pada persalinan letak sungsang secara pervaginam kepala melewati panggul dalam waktu yang singkat, sehingga tidak ada adaptasi terhadap bentuk dan ukuran panggul yang menyebabkan kompresi, dan decompresi kepala yang berakibat pada terjadi luka yang menyebabkan perdarahan dan kerusakan otak. Selain itu persalinan pervaginam pada letak sungsang juga bisa menyebabkan terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul sehingga berakibat hipoksia dan terjadi kerusakan otak ireversibel yang bisa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak Manuaba, 2010. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang perbandingan pertumbuhan dan perkembangan anak dengan riwayat Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 616 kehamilan letak sungsang antara yang dilahirkan secara normal per vaginam dan sectio caesaria di Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa Timur. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metoda studi analitik dan menggunakan desain cohort retrospective dimana peneliti membandingkan pertumbuhan dan perkembangan anak usia 1 – 3 tahun dengan riwayat persalinan pervaginam dan sectio caesaria pada letak sungsang di Kabupaten Sidoarjo. Peneliti mengunakan teknik observasi untuk mendeteksi kelainan pertumbuhan dan perkembangan anak. Populasi penelitian adalah anak usia 1 – 3 tahun dengan riwayat persalinan letak sungsang berdasarkan data RS Sidoarjo tahun 2014 adalah sebanyak 287 anak. Besar sampel sampel disesuaikan dengan instrument Kuisioner Pra Skrining Perkembangan KPSP yaitu anak yang saat penelitian berusia 12,15,18,21,24,30, dan 36 bulan sebanyak 62 anak. Kriteria inklusi sampel adalah anak dengan riwayat persalinan pervaginam spontan dan SC, usia kehamilan aterm dan merupakan anak ke 1 atau ke 2, sedangkan eksklusi sampel anak yang menderita kelainan bawaan dan dalam kondisi sakit saat penelitian. Kemudian dilakukan editing, coding dan scoring serta cleaning data dan terakhir dianalisis menggunakanuji wilcoxon mann whitney untuk membandingkan pertumbuhan dan perkembangan anak 1-3 tahun dengan riwayat letak sungsang berdasarkan jenis persalinannya. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Penelitian 1. Jumlah Saudara Anak yang Dilahirkan Dengan Riwayat Kehamilan Letak Sungsang di Kabupaten Sidoarjo Tabel 1 Jumlah Saudara Anak yang Dilahirkan Dengan Riwayat Kehamilan Letak Sungsang di Kabupaten Sidoarjo Jumlah Saudara Yang Dimiliki Frekuensi Persentasi Tidak memiliki saudara 23 37.1 Memiliki saudara 39 62.9 Total 62 100.0 Jumlah anak yang dilahirkan merupakan faktor resiko terjadinya kehamilan letak sungsang. Ibu telah melahirkan banyak anak sehingga rahimnya sudah sangat elastis dan membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-37 dan seterusnya. Sehingga resiko untuk ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 617 mengalami letak sungsang lebih besar daripada primigravida. Tabel 1 diatas menjelaskan bahwa responden yang memiliki anak lebih dari 1, lebih banyak yang mengalami kejadian letak sungsang. Ibu yang telah melahirkan banyak anak, memiliki rahim yang sudah sangat elastis sehingga membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke 37 dan seterusnya sehingga menimbulkan kelainan letak sungsang. Pada grande multipara sering didapatkan perut gantung akibat regangan uterus berulang karena kehamilan dan longgarnya ligamentum yang memfiksasi uterus sehingga uterus jatuh ke depan. Perut gantung mengakibatkan terjadinya gangguan his sehingga dapat menekan dan berhubungan langsung serta rapat dengan segmen bawah rahim akhirnya janin akan mengalami kelainan letak seperti letak sungsang Supartini, dkk, 2012.

2. Usia Ibu Anak yang Dilahirkan Dengan Riwayat Kehamilan Letak Sungsang di

Kabupaten Sidoarjo Tabel 2 Usia Ibu Anak yang Dilahirkan Dengan Riwayat Kehamilan Letak Sungsang di Kabupaten Sidoarjo Usia Ibu Frekuensi Persentasi 20-35 tahun 48 77.4 35 tahun 14 22.6 Total 62 100.0 Usia ibu merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya letak sungsang. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun memiliki kondisi panggul yang sempit sehingga mengalami kesulitan saat persalinan dan mengancam jiwa ibu dan janin jika tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat. Sedangkan ibu yang berusia lebih dari 35 tahun mengalami terjadinya regenerasi sel-sel tubuh terutama dalam hal ini endometrium akibat usia biologis jaringan dan adanya penyakit yang dapat menimbulkan kelainan letak. Namun ibu yang berusia 20-35 tahun juga bisa mengalami letak sungsang hal ini dikarenakan kecenderungan keadaan rahim ibu rahim arkuatus, septum pada rahim, dan uterus dupleks, keadaaan plasenta plasenta letak rendah dan plasenta previa, keadaan jalan lahir panggul sempit, deformitas tulang panggul, tumor serta dari sudut janin yang meliputi tali pusat pendek, hidrocephalus, gemeli, hidramnion dan prematuritas Supartini, dkk, 2012. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian pada tabel 2 yang menjelaskan bahwa sebagian besar ibu yang mengalami letak sungsang berumur 20-35 tahun. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 618

3. Pekerjaan Ibu Anak yang Dilahirkan Dengan Riwayat Kehamilan Letak Sungsang di

Kabupaten Sidoarjo Tabel 3 Pekerjaan Ibu Anak yang Dilahirkan Dengan Riwayat Kehamilan Letak Sungsang di Kabupaten Sidoarjo Pekerjaan Ibu Frekuensi Persentasi Tidak Bekerja 30 48.4 Bekerja 32 51.6 Total 62 100.0 Tabel 3 menjelaskan bahwa lebih dari 50 ibu yang mengalami riwayat kehamilan letak sungsang merupakan ibu yang bekerja. Hal ini sejalan dengan penelitian Ningsih 2011 yang menjelaskan bahwa sebagian ibu yang bekerja 47,1 lebih banyak mengalami letak sungsang dari pada ibu yang tidak bekerja 15,0. Ibu yang bekerja memiliki aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja, sehingga memiliki resiko persalinan yang juga lebih tinggi dibandingkan ibu yang tidak bekerja termasuk resiko mengalami letak sungsang. Selain sebagai faktor resiko dari kejadian letak sungsang, pekerjaan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak balita Mahlia, 2008. Ibu yang tidak bekerja memiliki kecenderungan pola asuh yang lebih baik dibandingkan ibu yang bekerja. Sehingga anak yang dilahirkan dengan letak sungsang, walaupun mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan karena beberapa komplikasi yang terjadi saat persalinan cenderung memiliki perkembangan dan pertumbuhan yang normal karena diasuh oleh ibu yang tidak bekerja.

4. Pendidikan Ibu Pada Anak yang Dilahirkan Dengan Riwayat Kehamilan Letak

Sungsang di Kabupaten Sidoarjo Tabel 4 Pendidikan Ibu Anak yang Dilahirkan Dengan Riwayat Kehamilan Letak Sungsang di Kabupaten Sidoarjo Pendidikan Ibu Frekuensi Persentasi Dasar 17 27.4 Menengah 35 56.5 Tinggi 10 16.1 Total 62 100.0 Tabel 4 diatas menjelaskan bahwa ibu yang berpendidikan menengah banyak yang mengalami kehamilan letak sungsang. Tingkat pendidikan ibu bukan faktor resiko kejadian letak sungsang, namun merupakan faktor yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak. Ibu