Mendirikan Lembaga Pendidikan SEMINAR NASIONAL Seri Ke 5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari

ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 31 dalam hal ini, di lingkungan pesantren yang dilakukan oleh Kiai Sahal. Selain itu, juga menggeser perspektif yang selama ini paradigma qauli tekstual menjadi manhaji kontekstual. Gagasan fiqh sosial, yang direnungkan oleh Kiai Sahal, tentu tak lepas dari narasi historis- intelektual yang menjadi latar belakangnya. Narasi inilah yang menjadi sandaran bagi pelacakan koneksi keilmuan maupun transformasi cara pandang yang melatar belakangi lahirnya gagasan fiqh sosial. Bagi Kiai Sahal, pengaruh ayahnya, KH. Mahfudh Salam, pamannya, KH. Abdullah Salam, serta guru-gurunya di pesantren Bendo dan Sarang, serta Syech Yasin menjadi penting sebagai basis keilmuan. Di samping itu, keterlibatannya dalam dunia pendidikan —merawat Perguruan Islam Mathali’ul Falah—hingga organisasi NU, MUI dan jaringan LSM merupakan sisi lain dari spektrum lahirnya gagasan fiqh sosial. DAFTAR PUSTAKA Aziz, Munawir ed. 2014. Epistemologi Fiqh Sosial. Pati: Staimafa Press. Bizawie, Zainul Milal. 2002. Perlawanan Kultural Agama Rakyat: Pemikiran dan Paham Keagamaan Syekh Ahmad al-Mutamakkin dalam Pergumulan Islam dan Tradisi, 1645-1740. Jakarta: Keris. Jones, Steve. 2006. Antonio Gramsci, New York: Routledge. Kuntowijoyo. 1991. Paradigma Islam; Interpretasi untuk Aksi. Bandung: Mizan. Mahfudh, KH. Sahal. 1994. Nuansa Fiqh Sosial. Yogyakarta: LkiS. _____________________. 2003. Pidato Penganugrahan Doktor Honoris Causa. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah 18 Juni 2003. _____________________. 2008. Al Bayan al Mulamma an Alfaz al Luma. Kajen: Mabadi Sejahtera. _____________________. 2012. Thariqat al Hushul ila Ghayah al Ushul. Kajen: Mabadi Sejahtera. Mujiburrahman dkk. 2012. Kiai Sahal: Sebuah Biografi. Jakarta: Tim KMF Jakarta. Pigeaud. Th. 1967. Literature of Java: Catalogue Raisonné of Javanese Manuscripts in the Library of the University of Leiden and Other Public Collections in the Netherlands. The Hague: Martinus Nijhoff. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 32 Rahman, Jamal D. 1997. Wacana Baru Fiqih Sosial: 70 tahun K.H. Ali Yafie, Jakarta: Bank Muamalat. Soebardi. 1975. The Book of Cabolek. A Critical Edition with Introduction, Translation and Notes. A Contribution to the Study of Javanese Mystical Tradition. The Hague: Martinus Nijhoff. Sulistiyo, Hermawan. 2000. Palu Arit di Ladang Tebu: Sejarah Pembantaian Massal yang Terlupakan 1965-1966. Jakarta: Kompas. Van Bruinessen, Martin. 1990. Kitab Kuning: Books In Arabic Script Used In The Pesantren Milieu: Comments On A New Collection In The Kitlv Library. Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, Deel 146, 2de3de Afl. Hal. 226-269. Wessing, Robert. 2006. A Community of Spirits: People, Ancestors, and Nature Spirits In Java. Crossroads: An Interdisciplinary Journal of Southeast Asian Studies, Vol. 18, No. 1. Woodward, Mark. 1999. Islam Jawa: Kesalehan Normatif versus Kebatinan. Yogyakarta: LkiS. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 33 PENGARUH BIMBINGAN SPIRITUAL TERHADAP HARGA DIRI NARAPIDANA Studi Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Mojokerto Yudha Laga Hadikusuma 1 , Eka Diah Kartiningrum 2 1 Prodi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan Majapahit 2 Prodi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan Majapahit lagayudhagmail.com ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh bimbingan spiritual terstruktur terhadap harga diri narapidana. Penelitian ini menggunakan quasi eksperimen dengan pre-posttest with control design. Harga diri diamati dengan menggunakan kuesioner Coopersmith Inventary Self Esteem sebelum dan setelah memberikan perlakuan 8 kali untuk setiap kelompok dalam penelitian ini. Populasi dalam penelitian ini adalah semua narapidana di Lembaga Pemasyarakatan kelas II B Mojokerto sejak November 2014. Ada 24 responden sebagai sampel yang dibagi menjadi 12 kelompok studi mendapat bimbingan spiritual terstruktur. Ada 12 kelompok kontrol mendapat diskusi bebas. Data dianalisis dengan menggunakan uji t sampel independen dan berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan harga diri narapidana antara sebelum dan sesudah bimbingan rohani terstruktur p value 0,001. Tidak ada perbedaan harga diri narapidana sebelum dan setelah diskusi bebas p nilai 0,392. Memberikan bimbingan selama 8 kali dalam satu bulan meningkatkan harga diri narapidana sebesar 3,42. Pelaksanaan pelayanan bimbingan rohani terstruktur meningkatkan lima aspek spiritual konsep diri antara aspek-aspek lain dari diri fisik, diri sosial, spiritual diri, sesuatu yang tidak diketahui dalam kehidupan yang berhubungan dengan kedekatan diri sendiri dan Tuhan sehingga dapat mempengaruhi martabat seseorang. Manajemen lapas harus memberikan bimbingan spiritual terstruktur untuk memotivasi narapidana untuk dapat merasa lebih diterima, serta meningkatkan kualitas, makna dan tujuan hidup yang lebih baik dalam diri narapidana. Kata kunci: konsep diri, narapidana, struktural, bimbingan spiritual ABSTRACT The purpose of this study was to analyze the influence of the structured spiritual guidance for increasing prisoners self-esteem. The study used quasi experimental with pre- posttest control group design. Self esteem of each respondents observed by using Coopersmith Self Esteem Inventory questionnaire before and after giving treatment 8 times for each group in this study. The population in this study were all prisoners in Correctional Institution class II B Mojokerto since November 2014. There were 24 respondents as samples that divided into 12 study groups which treated by the structured spiritual guidance. There were 12 control group which treated by free discuss. Data analyzed by using two independentand paired sample t test. The results showed that there was a difference between self-esteem to prisoners before and after the structured spiritual guidance p value of 0.001. There was no difference between the self-esteem to prisoners before and after free discussion p value of 0.392. Giving guidance for 8 times in one month improved self-esteem in prisoners of 3.42. Implementation of structured spiritual guidance services improve five aspects of spiritual self-concept among other aspects of the physical self, social self, spiritual self, something unknown in life, as well as attachments with yourself and God so that they can affect a persons dignity. Management prisoners should provide structured spiritual guidance to motivate inmates to be able to feel more welcome, as well as a provision for inmates in improving the quality, meaning and purpose of life better. Keywords: Self esteem, prisoners, structured, spiritual guidance Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 34 PENDAHULUAN Narapidana yang sedang menjalani hukuman pidana tidak hanya akan mengalami hukuman secara fisik seperti terbatasnya ruang gerak, tetapi juga mengalami hukuman secara psikologis seperti kehilangan kebebasan dan kasih sayang dari anak atau pasangannya Siahaan, 2008. Arifin 2007, dikutip Ohoiulun, Ruba’i Aprilianda, 2012 menjelaskan bahwa ada beberapa dampak psikologis yang dialami remaja di Lapas, yaitu kehilangan kepribadian dan identitas diri, kehilangan rasa aman, kehilangan kemerdekaan, terbatasnya komunikasi, kehilangan pelayanan karena remaja dituntut mandiri dan mengurus dirinya sendiri, kehilangan rasa aman dan kasih sayang bersama keluarga, kehilangan harga diri dan kepercayaan diri. Haltersebut menyebabkan kondisi psikologis seperti perasaan jiwa yang tertekan, merasa takut, menjadi pemurung, pemalas, kurang bergairah mengikuti program pembinaan, mudah marah, harga diri rendah, serta kurang mantap dalam bertindak akibat kurang percaya diri.Frankl Siahaan, 2008 menambahkan bahwa dampak fisik dan psikologis yang dialami oleh narapidana dapat membuat narapidana merasakan perasaan tidak bermakna meaningless yang ditandai dengan perasaan hampa, gersang, bosan, dan penuh dengan keputusasaan. Setiap individu memiliki harga diri baik itu tinggi, sedang, maupun rendah. Begitu juga dengan narapidana, narapidana juga memiliki harga diri. Rahmawati Shofia, 2009 melalui penelitiannya tentang kepercayaan diri narapidana pasca hukuman pidana menyatakan bahwa pada dasarnya mantan narapidana memiliki harga diri rendah dan konsep diri yang negatif. Secara garis besar hal ini disebabkan karena masyarakat cenderung menolak kehadiran mereka dalam kehidupan yang normal. Penolakan masyarakat terhadap narapidana karena dianggap sebagai trouble maker atau pembuat kerusuhan yang harus diwaspadai. Penolakan dari masyarakat dapat membuat narapidana mengalami kehilangan kepercayaan diri. Bimbingan spiritual adalah terapi yang dilakukan dengan memakai upaya-upaya untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Bimbingan spiritual sama dengan terapi keagamaan, relijius, atau psikorelijius, yang berarti terapi dengan menggunakan faktor agama, kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang, berdoa, memanjatkan puji-pujian, ceramah keagamaan, kajian kitab suci dan sebagainya Wicaksana, 2012. Dengan bimbingan spiritualitas ini juga para narapidana diharapkan memiliki kemampuan untuk mendapatkan perasaan yang tenang, damai, gembira dan mampu melepaskan semua beban pikiran sejenak untuk mendapatkan ketenangan, untuk memutuskan pikiran pada hakikat, makna, dan tujuan dari apa yang telah kita lakukan. Merenungi jalan hidup anda dan menumbuhkan pikiran-pikiran dan ide-ide baru yang membuat anda lebih bersemangat ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 35 dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari. Namun pemberian Bimbingan spiritual terstruktur untuk meningkatkanharga diri narapidana belum pernah dilakukan, oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh Bimbingan spiritual terstrukturterhadap harga diri narapidana. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi eksperimental dengan pendekatan pre test-post test control group design. Rancangan penelitian ini dimulai dengan langkah sebagai berikut: 1 Pengambilan populasi dan sampel yang telah sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi, selanjutnya menyeleksi subyek untuk dijadikan sampel dan sampel ini terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan prosedur yang sama, 2 Melakukan pengukuran pre test terhadap kedua kelompok terpilih, 3 Memberikan perlakuan treatment yang tidak sama pada kedua kelompok, pada kelompok perlakukan diberikan bimbingan spiritualterstruktur dan pada kelompok kontrol diberikan intervensi diskusi bebas, 4 Pengukuran post test pada kedua kelompok untuk mengetahui perubahan harga diri setelah perlakuan, 5 Menganalisa perbedaan perubahan harga diri antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol, 6 Setelah pelaksanaan perlakuan maka kedua kelompok diberikan pertukaran perlakuan yang hasilnya tidak dipakai sebagai hasil penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh narapidana yang berada di Lembaga Pemasyarakatan kelas II B Mojokerto sejak bulan November 2014 yakni sebanyak 500 orang.Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelompok yakni 17 orang sebagai kelompok eksperimen dan 17 orang sebagai kelompok control. Kuesioner Coopersmith Self Esteem Inventory merupakan alat yang digunakan untuk mengukur adanya perubahan tingkat Harga dirisebelum diberikan intervensi dan sesudah diberikan intervensi pada para narapidana.Hasil penelitian kemudian dianalisa menggunakan uji t sampel berpasangan untuk menguji pengaruh pemberian terapi spiritualitas terhadap harga diri sebelum dan sesudah intervensi dan uji t sampel bebas digunakan untuk menguji perbandingan hasil pengukuran antara pengamatan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Prosiding Seminar Nasional seri ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari 36 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Perubahan harga dirinarapidana sebelum dan sesudah mendapatkan bimbingan spiritual terstruktur Tabel 1 Tabulasi Silang Perubahan Harga Diri Kelompok Studi Sebelum dan Sesudah Diberi Bimbingan Spiritual Terstruktur Pada Narapidana Lapas Kelas II B Mojokerto Bulan April 2015 Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan Jumlah Harga Diri Rendah Harga Diri Tinggi Harga Diri Rendah 2 16,7 7 58,3 9 75,0 Harga Diri Tinggi 0 0,0 3 25,0 3 25,0 Jumlah 2 16,7 10 83,3 12 100,0 Harga diri menurut Coopersmith Self Esteem Inventory CSEIterdiri dari empat domain, yaitu domain akademis, keluarga, sosial dan teman sebaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah dilakukan pengukuran pada narapidana yang sebelum diberi bimbingan spiritual terstruktur memiliki harga diri yang rendah berubah menjadi tinggi sebanyak 7 orang 58,3 sedangkan 2 orang sisanya tetap memiliki harga diri yang rendah. Narapidana yang telah memiliki harga diri yang tinggi tetap memiliki harga diri tinggi setelah diberi bimbingan spiritual terstruktur. Perubahan tersebut terjadi setelah narapidana mengikuti bimbingan spiritual terstruktur selama delapan sesi dalam satu bulan. 2 Harga diri narapidana sebelum dan sesudah mengikuti diskusi bebas Tabel 2 Tabulasi Silang Perubahan Harga Diri Kelompok Kontrol Sebelum dan Sesudah Mengikuti Diskusi Bebas Pada Narapidana Lapas Kelas II B Mojokerto Bulan April 2015 Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan Jumlah Harga Diri Rendah Harga Diri Tinggi Harga Diri Rendah 8 66,7 0 0,0 8 66,7 Harga Diri Tinggi 0 0,0 4 33,3 4 33,3 Jumlah 8 66,7 4 33,3 12 100,0 Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa setelah dilakukan pengukuran dengan menggunakan kuesioner Coopersmith Self Esteem Inventory CSEI padanarapidana yang sebelum mengikuti diskusi bebas memiliki harga diri yang rendah dan tetap rendah sebanyak 8 orang 66,7 sedangkan 4 orang sisanya baik sebelum maupun setelahnya tetap memiliki harga diri yang tinggi.

3. Pengaruh bimbingan spiritual terstruktur terhadap peningkatan harga diri narapidana

Perubahan harga diri yang terjadi pada kelompok studi maupun kelompok kontrol setelah pemberian bimbingan spiritual terstruktur dan diskusi bebas dijelaskan dalam tabel di bawah ini. ISBN: 978-602-71803-1-4 Yogyakarta, 16 Desember 2015 37 Tabel3 Harga Diri Pada Kelompok Studi dan Kelompok Kontrol Sebelum dan Sesudah Diberikan Bimbingan Spiritual Terstruktur Dan Diskusi Bebas Pada Narapidana Lapas Kelas II B Mojokerto Bulan April 2015 Kelompok Pre Test Post Test p Selisih Rerata x SD Rerata x SD Rerata x SD Studi 34,25 4,54 37,67 4,54 0,001 3,42 2,71 Kontrol 32,75 5,58 33,17 5,61 0,392 0,42 1,62 P 0,477 0,042 0,004 Ket :untuk skor harga diri, semakin besar nilai yang didapat, maka semakin tinggi skor semakin tinggi harga diri Hasil penelitian menjelaskan bahwa rerata harga diri pada kelompok studi sebelum diberikan bimbingan spiritual terstruktur memiliki skor CSEI 34,25 sedangkan setelah mengikuti bimbingan meningkat skor CSEI menjadi 37,67 sehingga terjadi peningkatan harga diri pada narapidana sebesar 3,42 sesuai skor CSEI, hal ini terjadi setelah diberikan bimbingan spiritual terstruktur sebanyak 8 kali selama satu bulan oleh peneliti. Hasil uji t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada harga diri narapidana antara sebelum dan sesudah diberikan bimbingan spiritual terstruktur p value sebesar 0,001. Pada kelompok kontrol dijelaskan bahwa rerata harga diri sebelum diberi diskusi bebas memiliki skor CSEI 32,75 dan skor CSEI nya meningkat menjadi 33,17 atau terjadi peningkatan harga diri pada narapidana sebesar 0,42 sesuai skor CSEI, hal ini terjadi setelah narapidana mengikuti diskusi bebas sebanyak 8 kali selama satu bulan oleh peneliti. Hasil uji t menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada harga diri narapidana antara sebelum dan sesudah diberikan diskusi bebas p value sebesar 0,392. Rerata skor harga diri narapidana menurut CSEI sebelum intervensi pada kelompok dengan bimbingan spiritual terstruktur sebesar 34,25 sedangkan kelompok dengan diskusi bebas sebesar 32,75. Hal itu menunjukkan bahwa harga diri kedua kelompok sebelum diberi intervensi adalah sama yakni harga diri rendah menurut CSEI. Hasil uji statistik menggunakan uji Independent sample t test mendapatkan nilai t hitung sebesar 0,723 dengan p value sebesar 0,477 α 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan harga diri antara kelompok dengan bimbingan spiritual terstruktur dan kelompok dengan diskusi bebas sebelum mendapatkan intervensi. Hasil post test setelah diberikan intervensi pada kelompok dengan bimbingan spiritual terstruktur skor CSEI terendah adalah 28 harga diri rendah dan kelompok dengan diskusi bebas skor CSEI terendah 20 harga diri rendah. Hasil post test skor CSEI tertinggi untuk kelompok dengan bimbingan spiritual terstruktur adalah 43 harga diri tinggi dan kelompok dengan diskusi bebas 38 harga diri tinggi.