Tahap-tahap yang dijabarkan di atas memperlihatkan bahwa pembelajaran aktif tipe rotating trio exchange memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertukar informasi dengan siswa lain. Siswa diberikan tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas kelompoknya.
Pembelajaran seperti ini memberikan manfaat antara lain dapat memperbesar motivasi belajar siswa, pemahaman terhadap pembelajaran lebih
mendalam, penerimaan terhadap individu lebih besar. Dengan demikian pembelajaran aktif efektif digunakan di dalam kelas untuk meningkatkan hasil
belajar siswa.
Tabel 2.1 Tabel Tahapan Pembelajaran dengan Model Rotating Trio Exchange RTE
Tahap Kegiatan Guru
Tahap 1 Menyampaikan tujuan, prosedur
dan memotivasi siswa Guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
belajar. Kemudian guru menjelaskan prosedur pada pembelajaran RTE
Tahap 2 Diskusi dan rotasi
Guru membagi
siswa secara
berkelompok yang terdiri dari 3 siswa dan memberikan pertanyaan yang akan
didiskusikan. Serta memberikan aba- aba apabila kelompok akan dirotasi.
Tahap 3 Penyajian hasil diskusi oleh
kelompok Guru
membimbing siswa
untuk persentasi di depan kelas
Tahap 4 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
3. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada
siswa, dimana guru mendorong siswa untuk melakukan kerja sama dalam kelompok-kelompok kecil pada waktu menerima pelajaran atau mengerjakan
soal-soal dan tugas-tugas. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika
mereka saling berdiskusi dengan temannya.
24
Anita Lie menyebut Cooperative Learning dengan istilah pembelajaran gotong-royong, dimana sistem pembelajaran yang memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas terstruktur.
25
Djahiri menyebutkan Cooperative learning sebagai pembelajaran kooperatif yang menuntut diterapkannya pendekatan belajar yang sentries,
humanistic, dan demokratis, yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya.
26
Menurut JohnsonJohnson, kooperatif adalah cara belajar yang menggunakan kelompok kecil, sehingga siswa dapat bekerja dan
belajar satu sama lain.
27
Pembelajaran kooperatif sangat menitikberatkan kehadiran dan partisipasi tiap anggotanya sehingga pada setiap anggota harus diberdayakan atau
dimanfaatkan, selain itu setiap siswa harus memiliki rasa tanggung jawab, pembagian tugas, harus ada interaksi dan komunikasi antar siswa, ada
hubungan yang saling menguntungkan diantaranya anggot akelompok. Komunikasi dan interaksi memungkinkan terjadinya pertukaran informasi
yang membantu meningkatkan pemikiran serta memberikan gagasan-gagasan baru dalam diri siswa. Hal ini memang dapat terjadi karena dalam kelompok
kecil yang dibentuk itu terdiri dari siswa-siswa yang latar belakang
24
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Fajar Interpratama Mandiri, 2009, h.57
25
Anita Lie, Op. Cit. h. 19
26
Isjoni, Op. Cit. h. 19
27
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Op. Cit. h. 130
kemampuan akademis serta pengalaman yang heterogen. Dalam hal ini agar proses pembelajaran kooperatif dapat berlangsung, dari siswa diperlukan
adanya will and skill, yaitu kemauan dan keterampilan untuk kerjasama.
28
Dari beberapa pengertian diatas, pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok dimana dalam kelompok itu
saling membantu satu sama lain dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Pengelompokkan siswa merupakan salah satu strategi yang dilanjutkan
sebagai cara siswa untuk saling berbagi pendapat, berargumentasi dan mengembangkan berbagai alternatif pandangan dalam upaya konstruksi
pengetahuan. Tiga konsep yang melandasi metode kooperatif, sebagai berikut:
29
Pertama, Team rewards: Tim akan mendapat hadiah bila mereka mencapai kriteria tertentu yang ditetapkan. Kedua, Individual accountability:
keberhasilan tim bergantung dari hasil belajar individual dari semua anggota tim. Pertanggung jawaban berpusat pada kegiatan anggota tim dalam
membantu belajar satu sama lain dan memastikan bahwa setiap anggota siap untuk kuis atau penilaian lainnya tanpa bantuan teman sekelompokya. Ketiga,
Equal opputunities for success: setiap siswa memberikan kontribursi kepada timnya dengan cara memperbaiki hasil belajarnya sendiri yang terdahulu.
Kontribursi dari semua anggota kelompok dinilai.
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa dalam bekerja dan berkolaborasi untuk mencapai
tujuan bersama. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman yang berbeda dengan latar belakangnya.
Dengan demikian model cooperative learning dapat membuat siswa menverbalisasi gagasan dan pendapat mendorong munculnya refleksi yang
mengarah pada konsep-konsep secara aktif. Tujuan dari pembelajaran
28
Isjoni, dkk., Pembelajaran Visioner: Perpaduan Indonesia-Malaysia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, h. 68
29
Eveline Siregar, Hartini, Op. Cit. h. 114
kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya pada level individual, serta dapat mengembangkan solidaritas sosial dikalangan
siswa. Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki
solidaritas sosial yang kuat
30
. Sedangkan menurut Wina Sanjaya tujuan dari pembelajaran kooperatif tidak hanya kemampuan akademik saja yang dicapai,
tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut.
31
Menurut Ibrahim pembelajaran kooperatif memiliki tiga tujuan penting yaitu, hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu,
pengembangan keterampilan sosial. Pembelajaran kooperatif dikatakan dapat membantu hasil belajar akademik karena menurut pendapat ahli pembelajaran
ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit. Pembelajaran ini juga dapat menimbulkan penerimaan secara luas dari orang-
orang yang berbeda, dan tujuan yang ketiga yaitu mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.
32
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembelajaran kooperatif yaitu menciptakan ketergantungan positif antar
peserta didik dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang diberikan dalam kegiatan belajar mengajar
serta melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama
c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif.
Pembelajaran kooperatif menggunakan model pembelajaran gotong royong juga mempunyai karakteristik tersendiri. Karakteristik kooperatif ini
sangat membantu dalam pembelajaran student centre, secara umum pembelajaran kooperatif mempunyai lima karakteristik, yaitu:
33
Pertama, Siswa melakukan proses pembelajaran dengan tugas-tugas umum atau aktivitas untuk menyelesaikan. Kedua, Siswa saling
30
Trianto, Op. Cit. h, 57-58
31
Wina Sanjaya, Op. Cit. h. 244
32
Isjoni, Cooperative Learning, Op. Cit. h. 27-28
33
Zulfiani, Op. Cit. h. 131
ketergantungan secara postif, dalam hal ini aktivitas diatur sehingga siswa membutuhkan siswa lain untuk mencapai hasil bersama. Ketiga, Siswa belajar
bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2-5 orang. Keempat, Siswa menggunakan perilaku kooperatif dan pro sosial. Kelima,
Setiap siswa secara mandiri bertanggung jawab untuk pekerjaan pembelajaran mereka. Dari hal-hal inilah pembelajaran akan berlangsung aktif dan tidak
monoton berpusat pada ceramah diberikan guru kepada murid yang diajar. Pembelajaran
kooperatif ini
mempunyai beberapa
keunggulan dibandingkan dengan pembelajaran lainnya, dari paparan sebelumnya
menunjukan adanya berbagai keunggulan pembelajaran kooperatif, menurut Anita Lie keunggulannya antara lain sebagai berikut:
34
Memudahkan siswa dalam menyelesaikan soal, memungkinkan pada siswa saling belajar mengenai
sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial dan pandangan,meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia, meningkatkan kesediaan
menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik, meningkatkan motivasi belajar siswa, meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan
pengalaman belajar.
d. Think, Pair, Share
Teknik think pair share berpikir-berpasangan-berbagi adalah jenis pembelajaran cooperative learning yang ditrancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa. Strategi ini dikembangkan oleh Frank Lyman di Universitas Maryland. Seperti yang dikutip Arends dalam Trianto menyatakan bahwa
think-pair-share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua diskusi
membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan prosedur yang digunakan dalam think-pair-share dapat memberi siswa lebih
banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu.
35
34
Ibid, h. 135-136
35
Trianto, Op. Cit. h. 81