Human Resources and trainings Trainings in APU and PPT keep on carried out

• Peran Bank dalam Mencegah dan Menangani Kejahatan Perbankan yang Menggunakan Produk Bank Berisiko Tinggi High Risk Product, yang diselenggarakan oleh FKDKP di Hotel Millenium Jakarta, tanggal 5 dan 6 Desember 2012. • Kegiatan Koordinasi Forum IT dan TPPU dengan seluruh Bank Umum, yang diselenggarakan oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan PPATK di Hotel Sari Pan Paciic Jakarta, tanggal 10 Desember 2012. Selama tahun 2012, aktivitas yang dilakukan oleh UKK APU dan PPT antara lain: • Melaporkan Transaksi Keuangan Tunai secara rutin dan Transaksi Keuangan Mencurigakan kepada PPATK. Selama semester II tahun 2012 telah dikirimkan sebanyak 3.334 Laporan Transaksi Keuangan Tunai. Jika dibandingkan dengan periode laporan sebelumnya, terjadi peningkatan sebesar 18,82 dari 2.806 laporan yang dikirim, yang disebabkan dari meningkatnya transaksi tunai diatas Rp500 juta yang dilakukan oleh nasabah, dan tidak terdapat Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan. • Selama semester II tahun 2012, sebanyak 18 permintaan data informasi nasabah dari Komisi Pemberantasan Komisi KPK dan PPATK telah terpenuhi, lebih tinggi dibandingkan permintaan pada laporan periode sebelumnya sebanyak 10 permintaan. Perubahan Peraturan Bank Indonesia yang berpengaruh terhadap perusahaan dan laporan keuangan: No. Peraturan Dampak terhadap Bank Regulation Impact on the Bank 1. PBI No. 148PBI2012 tentang Kepemilikan Saham Bank Umum Kategori pemegang saham sebagai berikut: - 40 dari modal Bank, pemegang saham berupa badan hukum lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank; - 30 dari modal Bank, pemegang saham berupa badan hukum bukan lembaga keuangan; - 20 dari modal Bank, untuk kategori pemegang saham perorangan pada bank umum konvensional. Bank harus menjaga tingkat kesehatan danatau GCG dengan peringkat 2, karena jika akhir 2013 tingkat kesehatan danatau GCG berada pada peringkat 3, 4 atau 5, maka pemegang saham Bank wajib menyesuaikan dengan batas maksimum kepemilikan sahamnya. Penyesuaian Batas Maksimum Kepemilikan Saham Bank juga diwajibkan kepada pemegang saham pada bank yang melakukan penggabunganpeleburan dan memiliki saham bank hasil penggabunganpeleburan lebih dari batas maksimum kepemilikan saham namun dengan jangka waktu yang lebih lama yang dikaitkan dengan tingkat kesehatan dan peringkat GCG. PBI No. 148PBI2012 regarding Ownership of Commercial Bank Shares. Category of shareholder: - 40 of Bank’s capital, shareholders representing legal entity of bank and non bank inancial institutions; - 30 of Bank’s capital, shareholders representing legal entity of non inancial institution; - 20 of Bank’s capital, for category of individual shareholder at conventional commercial bank. Bank is required to maintain the level of soundness andor GCG at ranking 2, because if by end 2013 the level of soundness and or GCG is at ranking 3, 4 or 5, bank’s shareholders should adjust the maximum limit of its share ownership. Adjustment to Maximum Ownership of Bank Shares is also required for the shareholder of bank conducting merger consolidation and owns the shares of bank resulting from mergerconsolidation more than the maximum limit of share ownership yet with longer period in relation to the level of soundness and GCG ranking. • Bank’s Role in the Prevention and Handling of Banking Crime Using High Risk Banking Product, organized by FKDKP at Millenium Hotel Jakarta, on 5 and 6 December 2012. • Coordination activities of IT and TPPU Forum with all Commercial Banks, arranged by Center for Reporting and Analysis of Financial Transaction PPATK at Sari Pan Paciic Hotel Jakarta, on 10 December 2012. In 2012, the activities of Compliance Unit APU and PPT were among others: • Reporting Cash Transaction on regular basis and Suspicious Transaction to PPATK. During semester II of 2012, 3,334 reports on Cash Transaction were sent. Compared with reports of the previous period, there was an increase of 18.82 from 2,806 reports sent out, which was due to the increase of cash transaction of above Rp500 million made by customers, and there was no Suspicious Transaction Report. • During semester II of 2012, 18 requests for customer’s information data from Corruption Eradication Committee KPK and PPATK were fulilled, which was higher than the previous period of 10 requests. Changes of Bank Indonesia’s Regulations PBI affecting the company and inancial reports: No. Peraturan Dampak terhadap Bank Regulation Impact on the Bank 2. PBI No. 1426PBI2012 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti. Berdasarkan modal inti kegiatan usaha Bank Umum berdasarkan Kelompok Usaha BUKU, bank dikelompokan menjadi: - BUKU 1, dengan modal inti Rp1 triliun - BUKU 2, Rp1 triliun modal inti Rp5 triliun - BUKU 3, Rp5 triliun modal inti Rp30 triliun - BUKU 4, dengan modal inti Rp30 triliun Modal inti Bank termasuk dalam kategori BUKU 2 sehingga kegiatan usahanya sebagaimana diatur dalam BUKU 2. PBI No. 1426PBI2012 regarding Business Activity and Ofice Network Based on Tier One Capital. Under tier one capital business activities of Commercial Banks based on Business Group BUKU, banks are grouped, as follows: - BUKU 1, tier one capital Rp1 trillion - BUKU 2, Rp1 trillion tier one capital Rp5 trillion - BUKU 3, Rp5 trillion tier one capital Rp30 trillion - BUKU 4, tier one capital Rp30 triliun The Bank’s tier one capital is included in category BUKU 2, accordingly its business activities are speciied in BUKU 2. 3. PBI No. 1418PBI2012 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. Penyediaan modal minimum sesuai proil risiko ditetapkan paling rendah: - 8 dari ATMR dengan proil risiko peringkat 1. - 9 sampai dengan kurang dari 10 dari ATMR dengan proil risiko peringkat 2. - 10 sampai dengan kurang dari 11 dari ATMR dengan proil risiko peringkat 3. - 11 sampai dengan 14 dari ATMR dengan proil risiko peringkat 4 atau peringkat 5. Untuk menghitung modal minimum sesuai proil risiko, Bank wajib memiliki Internal Capital Adequacy Assessment Process ICAAP. Persyaratan dan perhitungan kecukupan modal Bank perlu disesuaikan dengan standar internasional yang menjadi acuan adalah standar dengan Basel II. PBI No. 1418PBI2012 regarding Minimum Capital Requirement of Commercial Banks. The lowest Minimum Capital Requirement that appropriate with risk proile are determined: - 8 of Risk Weighted Assets with risk proile rate 1. - 9 until less than 10 of Risk Weighted Assets with risk proile rate 2. - 10 until less than 11 of Risk Weighted Assets wth risk proile rate 3. - 11 until 14 of Risk Weghted Assets with risk proile rate 4 of 5. To calculate minimum capital requirement that appropriate with risk proile, banks are required to have Internal Capital Adequacy Assesment Process ICAAP. Requirements and calculation of the Bank’s capital adequacy needs to be adjusted with the referenced international standard that is Basel II standard. Hal-hal terkait dengan fungsi kepatuhan di masa yang akan datang yang diperkirakan akan mempengaruhi kinerja perusahaan antara lain: 1. Bank harus tetap menjaga Komposit Tingkat Kesehatan Bank danatau GCG menjadi 2. Apabila Tingkat Kesehatan Bank atau GCG 3, 4, atau 5, maka pemegang saham Bank wajib menyesuaikan dengan batas maksimum kepemilikan sahamnya sesuai dengan PBI No. 148 PBI2012. 2. Bank harus tetap menjalankan komitmen-komitmen yang telah diselesaikan dan melaksanakan tata kelola perusahaan dalam rangka mengoptimalkan pengawasan aktif dan menjalankan sistem pengendalian intern dengan baik. 3. Perlu adanya penggantian Sistem Informasi Manajemen untuk core banking system yang lebih mendukung pengembangan bisnis Bank. Matters related to compliance function in the future that are estimated to affect the company’s performance are, among others: 1. The Bank must keep maintaining the Composite Level of Soundness andor GCC to ranking 2. When the Bank’s Level of Soundness or GCG is 3, 4 or 5, the Bank’s shareholders must adjust it with the maximum limit of ownership of its shares pursuant to PBI No. 148PBI2012. 2. The Bank must keep carrying out the commitments and conducting corporate governance in order to maximize active supervision and internal control system in good order. 3. Management Information System needs to be replaced for core banking system that is more supporting the Bank’s business development. Fungsi Audit Intern Satuan Kerja Audit Intern SKAI merupakan divisi yang independen dari unit kerja operasional. Kepala SKAI bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama dan dapat berkomunikasi langsung dengan Dewan Komisaris dan Komite Audit. SKAI melakukan pertemuan secara periodik dengan Direktur Utama, Dewan Komisaris dan Komite Audit. Laporan hasil audit berisi temuan dan tanggapan dari pihak yang diaudit auditee serta kesanggupan auditee untuk menyelesaikan temuan audit dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Rangkuman hasil audit dan hal-hal yang memerlukan perhatian khusus dibahas dalam rapat SKAI dengan Direksi dan dalam rapat Komite Audit. Pelaksanaan audit dan pokok-pokok hasil audit dilaporkan kepada Bank Indonesia setiap semester. Kegiatan SKAI berpedoman pada manual kerja dan Piagam Audit Internal yang disusun berdasarkan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank SPFAIB dari Bank Indonesia dan ketentuan mengenai Pembentukan dan Pedoman Penyusunan Piagam Audit Internal dari Bapepam dan LK. Efektivitas pelaksanaan fungsi SKAI dan kepatuhannya terhadap SPFAIB dikaji ulang oleh pihak eksternal yang independen sekurang-kurangnya sekali dalam 3 tiga tahun. Kaji ulang terakhir dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik untuk periode 1 Mei 2008 sampai dengan 30 April 2011. Dalam tahun 2012, hasil dan pengembangan yang dilakukan SKAI dapat terlihat antara lain dari realisasi pemeriksaan yang mencapai 100 dari target pemeriksaan, penyesuaian dan penyempurnaan Pedoman Pemeriksaan Intern, penyempurnaan teknik pemeriksaan, pelaksanaan metodologi audit secara Risk Based Audit, dan menetapkan fokus audit pada kegiatan dan transaksi yang memiliki risiko tinggi. Sasaran kerja SKAI dalam tahun 2013 sampai 2015 antara lain sebagai berikut: • Meningkatkan peran aktif dalam hal pemantauan, penilaian dan memastikan maupun memberikan rekomendasi atas penerapan manajemen berdasarkan risiko serta peningkatan efektivitas sistem pengendalian internal. • Meningkatkan dan memastikan pelaksanaan pemeriksaan intern dilakukan secara independen, obyektif dan profesional. • Optimalisasi pemeriksaan yang merujuk pada evaluasi kinerja kantor cabang dan unit kerja, termasuk langkah- langkah perbaikan atas hasil pemeriksaan sebelumnya. • Menyempurnakan pengembangan dan perencanaan sumber daya manusia untuk mendukung terciptanya program pembinaan sumber daya manusia yang profesional. Internal Audit Function Internal Audit Unit SKAI is a division being independent from the operational unit. SKAI Head is directly responsible to President Director and communicate directly with the Board of Commissioners and Audit Committee. SKAI conducts periodic meeting with President Director, Board of Commissioners and Audit Committee. Audit report containing indings and response from the audited party auditee and auditee’s commitment to settle the audit indings within the set period of time. Audit summary and matters required special attention are discussed in the meeting of SKAI and the Board of Directors and in Audit Committee’s meeting. Audit performance and subjects of audit results are reported to Bank Indonesia every semester. The activity of SKAI is guided by the job manual and Internal Audit Charter, which are prepared under the Standard Implementation of Bank’s Internal Audit Function SPFAIB from Bank Indonesia and the provision regarding Establishment and Guidelines of Internal Audit Charter from Bapepam and LK. Effective implementation of SKAI function and its compliance with SPFAIB are reviewed by independent external party at least once in three 3 years. The recent review was conducted by Public Accountant Firm for the period of 1 May 2008 to 30 April 2011. In 2012, the result and development conducted by SKAI was relected in, among others, audit realization reaching up to 100 from audit target, adjustment and improvement of Internal Audit Guidelines, improvement of audit techniques, application of risk-based audit methodology, and audit determination to focus on high risk activity and high risk transaction. SKAI’s job targets from 2103 to 2015 are as follows: • To increase the active role in monitoring and assessment, to ensure as well as recommend the application of risk-based management and improved effectiveness of internal control system. • To increase and ensure that internal audit is conducted in independent, objective and professional manner. • Optimal examination in reference to performance evaluation of branch ofice and work unit, including corrective measures for the previous audit results. • To improve human resources development and planning in order to support professional human resources development program. Untuk meningkatkan kualitas kinerjanya, SKAI terus berupaya melakukan peningkatan kompetensi auditor, pengembangan metodologi, serta optimalisasi audit tool dan penggunaannya. Selain mengembangkan pelatihan untuk meningkatkan kualitas Auditor, SKAI bersama-sama dengan Divisi Pendidikan dan Latihan menyusun Auditor Training Program ATP, yaitu pelatihan berkesinambungan khusus bagi calon auditor guna menghasilkan auditor dengan kualiikasi sesuai standar dan kebutuhan. Sejalan dengan hal tersebut serta untuk peningkatan kualitas pemeriksaan, SKAI secara berkelanjutan melakukan seleksi dan rekrutmen calon auditor. Fungsi Audit Ekstern Sesuai dengan ketentuan Bapepam dan LK, penunjukan auditor ekstern direkomendasikan oleh Komite Audit melalui Rapat Umum Pemegang Saham termasuk biayanya. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada bagian Rapat Umum Pemegang Saham dalam Laporan Tahunan ini. Sesuai Peraturan Bank Indonesia No. 322PBI2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 332DPNP tentang Hubungan antara Bank, Akuntan Publik dan Bank Indonesia, maka Bank Artha Graha Internasional memastikan bahwa laporan keuangan Bank telah diaudit oleh Akuntan Publik yang independen, kompeten, profesional, dan obyektif, serta menggunakan kemahiran profesional secara cermat dan seksama. Akuntan Publik yang ditunjuk oleh Bank Artha Graha Internasional melakukan audit sesuai dengan standar profesional, perjanjian kerja dan ruang lingkup audit. Penunjukan Kantor Akuntan Publik KAP yang sama hanya dapat dilakukan selama lima tahun berturut-turut kecuali apabila atas kondisi tertentu dan dengan persetujuan Bank Indonesia. KAP Tjahjadi Tamara anggota independen dari Morison International ditunjuk sebagai auditor Bank Artha Graha Internasional untuk pemeriksaan tahun buku 2012. Selama tahun 2012, KAP Tjahjadi Tamara memberikan jasa audit atas laporan keuangan Bank Artha Graha Internasional posisi 30 Juni 2012 untuk kepentingan Kuasi Reorganisasi dan Penawaran Umum Terbatas IV, laporan keuangan untuk tahun buku 2012 serta pemeriksaan isik saham dan evaluasi atas Bagian Jasa Kustodian. Nama Akuntan Publik dan KAP Nama Akuntan Publik : David Wangsja Nama Kantor Akuntan Publik : KAP Tjahjadi Tamara Berikut ini adalah KAP yang melakukan audit terhadap Bank selama lima tahun terakhir: TahunYear Kantor Akuntan PublikPublic Accountant Firm Nama AkuntanName of Accountant 2012 KAP Tjahjadi Tamara David Wangsja 2011 KAP Tjahjadi Tamara Junarto Tjahjadi 2010 KAP Tjahjadi, Pradhono Teramihardja Junarto Tjahjadi 2009 KAP Tjahjadi, Pradhono Teramihardja Junarto Tjahjadi 2008 KAP Ariin, Halid dan Rekan H.R. Ariin Wirakusumah, Halid Hasan To enhance its performance quality, SKAI keeps on exerting the effort to increase auditor’s competency, methodology improvement, and optimalization of audit tools and their use. Other than developing training and improving Auditor’s quality, SKAI together with Education and Training Division prepares Auditor Training Program ATP, which is continuous training especially for candidate auditors for the purpose of producing auditors with the qualiications that are conformed to standards and requirements. Along with such purpose and to improve audit quality, SKAI conducts the selection and recruitment of candidate auditors on continuous basis. External Audit Function Pursuant to the provision of Bapepam and LK, the appointment of external auditor including the fee is recommended by Audit Committee through General Meeting of Shareholders. Complete information is available in the section of General Meeting of Shareholder in this Annual Report. According to Bank Indonesia’s Regulation No. 322PBI2001 regarding Transparency of Bank’s Financial Condition and Circular No. 332DPNP regarding Relation among Bank, Public Accountant and Bank Indonesia, Bank Artha Graha Internasional makes sure that the Bank’s reports have been audited by Public Accountant that is independent, competent, professional and objective, and utilize its professional know how accurately and meticulously. The Public Accountant appointed by Bank Artha Graha Internasional conducted audit in accordance with the professional standards, work agreement and scope of audit. The same Public Accountant Firm KAP may only be reappointed for ive consecutive years unless under certain circumstances and subject to Bank Indonesia’s approval. KAP Tjahjadi Tamara independent member of Morison International was appointed auditor of Bank Artha Graha Internasional for the iscal year of 2012. In 2012, KAP Tjahjadi Tamara conducted audit on the inancial statements of Bank Artha Graha Internasional as of 30 June 2012 for the purpose of Quasy Reorganization and Limited Public Offering IV, inancial statements for the iscal year of 2012 including physical examination of the shares and evaluation on Custodian Section. Name of Public Accountant and KAP Name of Public Accountant : David Wangsja Name of Ofice of Public Accountant: KAP Tjahjadi Tamara The following table is the Ofices of Public Accountant KAP conducting audit of the Bank for the last ive years: Sekretaris Perusahaan Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pemodal, Bank Artha Graha Internasional sebagai perusahaan publik membentuk Sekretaris Perusahaan yang berperan sebagai penghubung Bank dengan para investor, pelaku pasar modal, dan regulator. Sekretaris Perusahaan memfasilitasi komunikasi yang efektif dan memastikan tersedianya informasi untuk berbagai pihak serta berperan sebagai penghubung antara Bank, Bapepam dan LK, dan Bursa Efek Indonesia. Sekretaris Perusahaan juga bertugas membantu Direksi dalam pelaksanaan fungsi manajemen serta mengatur arus informasi dari dan kepada investor dan pemegang saham. Fungsi Sekretaris Perusahaan meliputi aspek hubungan masyarakat, aspek komunikasi perusahaan, dan aspek kesekretariatan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Sekretaris Perusahaan bertanggung jawab langsung kepada Direksi dan bersifat independen terhadap unit kerja lainnya. Hal ini memungkinkan Sekretaris Perusahaan untuk mewakili Bank dalam berhubungan dengan pihak lain dan mengelola informasi yang berkaitan dengan kebijakan dan aktivitas Bank Artha Graha Internasional. Dalam tahun 2012, Sekretaris Perusahaan Bank Artha Graha Internasional telah menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Paparan Publik, serta Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang menyetujui pelaksanaan Kuasi Reorganisasi dan Penawaran Umum Terbatas IV. Sekretaris Perusahaan saat ini dijabat oleh Andy Dharma, Warga Negara Indonesia, lahir tahun 1974. Menyelesaikan pendidikan dan memperoleh Bachelor of Commerce in Banking and Finance dari Curtin University of Technology Perth, Australia dan Master of Science Han in Defense Economics dari Universitas Pertahanan Indonesia. Bergabung dengan Bank Artha Graha tahun 2002 dalam Management Development Trainee dan sebagai staf Divisi Treasury Forex Desk dan Fixed Income Desk tahun 2003- 2004. Sebelum menjabat sebagai Sekretaris Perusahaan pada Agustus 2012, pernah menempati posisi sebagai Wakil Kepala Divisi Product Development and Services 2008 dan Wakil Kepala Divisi Kredit 2010. Corporate Secretary To improve services to investors, Bank Artha Graha Internasional as a public company establishes Corporate Secretary to act as the Bank’s liaison and investors, capital market makers, and the regulators. Corporate Secretary facilitates effective communication and makes sure that information is available for various parties and acting as the liaison among the Bank, Bapepam and LK, and Indonesia Stock Exchange. Corporate Secretary also has the duty to assist the Board of Directors for the implementation of management function and arrange for information low from and to investors and the shareholders. The function of Corporate Secretary includes the aspects of public relation, company’s communication, and secretarial services. In line with its duty and functions, Corporate Secretary is directly responsible to the Board of Directors and independent to the other work units. This enables Corporate Secretary to represent the Bank to communicate with other party and manage any information related to the policy and activity of Bank Artha Graha Internasional. In 2012, Corporate Secretary of Bank Artha Graha Internasional convened Annual General Meeting of Shareholders including Public Expose, and Extraordinary Meeting of Shareholders to approve the implementation of Quasy Reorganization and Limited Public Offering IV. Corporate Secretary is currently held by Andy Dharma, Indonesian Citizen, born in 1974. He completed his education and obtained the title of Bachelor of Commerce in Banking and Finance from Curtin University of Technology Perth, Australia and Master of Science Han in Defense Economics from Defense University of Indonesia. He joined Bank Artha Graha in 2002 as Management Development Trainee and Staff of Treasury Division Forex Desk and Fixed Income Desk in 2003- 2004. Prior to holding the position Corporate Secretary in August 2012, he was Deputy Head of Product Development and Services Division 2008 and Deputy Head of Loan Division 2010. Kerangka Manajemen Risiko Dalam melaksanakan strategi manajemen operasional Bank Artha Graha Internasional, maka manajemen berupaya menyelaraskan antara: - Pertumbuhan bisnis dan peningkatan pangsa pasar kredit dan portofolio pendanaan; - Peningkatan eisiensi operasional perbankan; - Menjaga tingkat kebutuhan modal minimum sesuai ketentuan regulator; - Implementasi manajemen risiko yang berorientasi bisnis. Untuk mencapai tujuan usaha, Bank perlu menyeimbangkan secara optimal antara bisnis, operasional dan manajemen risiko. Bank perlu memiliki unit bisnis yang berorientasi risiko dan mempunyai unit manajemen risiko yang berorientasi bisnis. Dalam menjalankan bisnis yang berorientasi risiko, Bank melaksanakan penerapan manajemen risiko yang efektif dengan mempertimbangkan segala aspek sesuai dengan rencana kerja Bank dan prinsip kehati-hatian serta sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kerangka manajemen risiko Bank mencakup keseluruhan lingkup aktivitas usaha, transaksi dan produk Bank termasuk produk atau aktivitas baru berdasarkan pada prinsip-prinsip dasar pengelolaan risiko yang berlaku dengan menjaga keseimbangan antara fungsi pengendalian usaha yang efektif serta kebijakan yang jelas dalam pengelolaan risiko. Kerangka dasar manajemen risiko Bank merupakan bagian integral dari proses manajemen risiko dalam pengelolaan bisnis dan operasional Bank yang meliputi:

1. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung jawab

atas efektivitas penerapan manajemen risiko di Bank serta memastikan penerapan manajemen risiko telah memadai sesuai dengan karakteristik, kompleksitas dan proil risiko Bank. Untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Dewan Komisaris membentuk Komite Audit, Komite Pemantau Risiko, serta Komite Remunerasi dan Nominasi. Dalam rangka pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, Direksi juga membentuk Komite Kredit, Manajemen Risiko Risk Management Risk Management Framework For the implementation of operational management strategy of Bank Artha Graha Internasional, the management makes the effort to harmonize between: - Business growth and increase of loan market share and funding portfolio; - Improved eficiency of banking operations; - Maintaining the level of minimum capital requirement pursuant to the regulator; - Implementation of business oriented risk management. In order to achieve business objective, the Bank needs to optimally balance business, operations and risk management. The Bank needs to have risk-oriented business unit and business-oriented risk management unit. In conducting risk-oriented business, the Bank applied an effective risk management by considering all aspects according to the Bank’s business plan as well as prudential principle as per the effective rules. The framework of the Bank’s risk management covers the overall scope of business activities, transaction and products of the Bank including new product or activity based on effective basic principles of risk management by maintaining the balance between effective function of business control and distinct policy in risk management. Basic framework of the Bank’s risk management constitutes an integral part of risk management process in managing the Bank’s business and operations, which include:

1. Active supervision of the Board of Commissioners

and the Board of Directors The Board of Commissioners and the Board of Directors are responsible for effective application of risk management in the Bank and to ensure that risk management application has been in accordance with the characteristic, complexity and risk proile of the Bank. In order to conduct its duty and responsibility, the Board of Commissioners has established Audit Committee, Risk Monitoring Committee, and Remuneration and Nomination Committee. For its duty and responsibility implementation purposes, the Board of Directors has also established Loan Komite Manajemen Risiko, Komite Aset Kewajiban, dan Komite Pemantau Teknologi Informasi. Dan untuk pengendalian intern, Direksi membentuk Satuan Kerja Audit Intern, Satuan Kerja Manajemen Risiko, Satuan Kerja Kepatuhan, dan Satuan Kerja Kontrol.

2. Kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit

Seluruh aktivitas Bank berikut setiap produk dan jasa Bank dilaksanakan berdasarkan pedoman dan prosedur yang ditetapkan secara jelas dan dengan cakupan sejalan visi, misi dan strategi bisnis Bank. Kebijakan, pedoman dan prosedur yang diterbitkan oleh Bank ditatakerjakan oleh Bagian Sistem dan Prosedur. Penetapan limit Bank dibuat dan diusulkan oleh unit kerja operasional yang disampaikan kepada Satuan Kerja Manajemen Risiko untuk dilakukan analisa kajian manajemen risiko dan selanjutnya disampaikan kepada Komite Manajemen Risiko untuk direkomendasikan kepada Direksi. Kaji ulang terhadap kebijakan, pedoman, prosedur dan limit dilakukan paling kurang sekali dalam setahun oleh unit kerja operasional.

3. Kecukupan proses identiikasi, pengukuran,

pemantauan dan pengendalian risiko serta sistem informasi manajemen risiko Proses identiikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko merupakan bagian utama dari proses penerapan manajemen risiko yang dilakukan oleh Bank. Pelaksanaan keseluruhan proses manajemen risiko dilakukan oleh 3 tiga unit kerja yang berbeda tugas dan tanggung jawabnya, yaitu front ofice unit bisnis, middle ofice unit manajemen risiko, dan back ofice unit operasional. Committee, Risk Management Committee, Assets- Liabilities Committee, and Information Technology Steering Committee. And for internal control purpose, the Board of Directors has established Internal Audit Unit, Risk Management Unit, Compliance Unit, and Control Unit.

2. Adequacy of policy, procedure and decision limit

All the Bank’s activities including the respective product and service are conducted under the guidelines and procedure clearly stipulated and with the scope in line with vision, mission and business strategy of the Bank. The policy, guidelines and procedure established by the Bank are processed by System and Procedure Section. Decision on the Bank’s limit is prepared and proposed by operational unit that is submitted to Risk Management Unit for risk management analysis and then presented to Risk Management Committee for recommendation to the Board of Directors. Review on the policy, guidelines, procedure and limit is conducted at least once a year by operational unit.

3. Adequacy of risk identiication, measurement, monitoring and control process including risk

management information system Risk identiication, measurement, monitoring and control process is the major part from risk management process applied by the Bank. Overall risk management process is conducted by three units with different duty and responsibility, that are: front ofice business unit, middle ofice risk management unit, and back ofice operational unit.