Risiko Kredit Credit Risk
• Menentukan batas eksposur kredit pada jenis industrisektor ekonomi pasar
sasaran. • Menetapkan sektor-sektor usaha yang
dihindari Bank. • Melakukan
stress testing risiko
kredit dengan menerapkan skenario peningkatan rasio Non Performance Loan
NPL dan pelaksanaan write off secara berkala.
d Mekanisme pengukuran dan pengendalian risiko kredit
1. Pengukuran Risiko Kredit • Bank
menggunakan metode
Standardized Approach untuk
pemenuhan kecukupan modal dalam meng-cover risiko kredit sesuai
dengan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.
• Sedangkan penilaian terhadap proil risiko kredit dilakukan oleh Bank secara
triwulanan untuk Bank Indonesia dan setiap bulan untuk Dewan Komisaris
dan Direksi Bank dengan berpedoman kepada ketentuan Bank Indonesia
yang berlaku.
2. Pengendalian Risiko Kredit • Bank
mengembangkan serta
menerapkan Risk Governance sebagai bagian dalam pengendalian internal
perkreditan sebagai berikut: - Lini pertama pilar bisnis
dan pendukung terutama bertanggung jawab mengelola
risiko kredit yang merupakan bagian dari aktivitasnya sehari-
hari.
- Lini kedua menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk
mengembangkan kerangka kerja risiko kredit, kebijakan,
metodologi dan perangkat risiko kredit dalam pengelolaan risiko
kredit yang bersifat material secara bankwide.
- Lini ketiga melibatkan audit internal dan kontrol internal,
yang secara independen bertugas untuk melakukan pemeriksaan
terhadap kepatuhan, kecukupan dan efektiitas proses manajemen
risiko kredit.
• Bank mengimplementasikan aplikasi Credit Risk Rating
CRR sebagai suatu perangkat untuk melakukan mitigasi
risiko kredit awal terhadap kemungkinan • Setting credit exposure limit for the type
of industryeconomic sector of target market.
• Setting business sectors to be avoided by the Bank.
• Conducting credit risk stress testing by applying the scenario of increased
ratio of Non Performing Loan NPL and conducting write off from time to time.
d Mechanism of measuring and controlling credit risk
1. Measuring Credit Risk • The Bank uses the Standardized
Approach method for compliance with capital adequacy to cover
credit risk in accordance with the applicable provisions of Bank
Indonesia.
• The assessment of credit risk proile conducted by the Bank on
quarterly basis to Bank Indonesia and on monthly basis to the Board
of Commissioners and the Board of Directors as guided by the applicable
provisions of Bank Indonesia.
2. Controlling Credit Risk • The Bank develops and implements
Risk Governance as part of credit internal control as follows:
- First-line business and
supporting pillars primarily responsible for managing credit
risk that is part of their daily activities.
- Second line provides the
resources necessary to develop credit risk framework, policies,
methodologies and tools in credit risk management which is
material bankwide.
- Third line involves internal
audits and internal controls, that independently examines
the compliance, adequacy and effectiveness of credit risk
management process.
• The Bank applies Credit Risk Rating CRR as a tool to mitigate initial
credit risk against the possibility of debtor’s ability to paydefault of its
kemampuan bayarkegagalan bayar debitur atas permohonan kreditnya di
masa mendatang yang dideskripsikan melalui perolehan rating debitur.
• Bank melakukan review independen terhadap permohonan kredit
debitur dalam batasan tertentu dan juga terhadap debitur existing
secara sampling untuk mengetahui performance
kualitas kredit debitur. • Bank menetapkan limit kewenangan
dalam pemberian persetujuan kredit untuk setiap anggota Komite Kredit
yang diatur secara ketat dan di-review secara berkala.
• Bank melaksanakan
pengelolaan portofolio kredit per sektor ekonomi,
geograi, dan Batas Maksimum Pemberian Kredit BMPK sesuai
ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.
• Bank melaksanakan stress testing risiko kredit secara berkala.
• Bank melakukan
upaya-upaya penyehatan danatau penyelamatan
kredit bermasalah yang dilakukan antara lain berupa restrukturisasi,
rescheduling atau reconditioning
kredit yang dilakukan oleh Divisi Remedial. Tata cara dan pedoman
untuk melaksanakan penyehatan dan atau penyelamatan kredit bermasalah
diatur dalam kebijakan internal Bank.
2 Deinisi tagihan yang telah jatuh tempo dan tagihan yang mengalami penurunan nilai
• Tagihan yang telah jatuh tempo adalah seluruh tagihan kepada pemerintah, tagihan
kepada entitas sektor publik, tagihan kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga
Internasional, tagihan kepada Bank, kredit beragun rumah tinggal, kredit beragun
property komersial, kredit pegawaipensiun, tagihan kepada usaha mikro, usaha kecil dan
portofolio ritel dan tagihan kepada korporasi, yang telah jatuh tempo lebih dari 90 sembilan
puluh hari, baik atas pembayaran pokok dan atau pembayaran bunga.
• Tagihan yang mengalami penurunan nilai impairment
adalah tagihan dalam kondisi dimana terdapat bukti obyektif terjadinya
peristiwa yang merugikan sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah
pengakuan awal kredit tersebut, dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada
estimasi arus kas masa datang atas kredit atau kelompok kredit yang dapat diestimasi
secara handal. credit application in the future as
described in the result of debtor’s rating.
• The Bank conducts an independent review of debtor’s credit application
within certain limits and also of existing debtor on sampling basis in
order to determine the performance of debtor’s credit quality.
• The Bank sets authority limit for loan approval to each member of
Credit Committee which is strictly regulated and reviewed regularly.
• The Bank manages its credit portfolio by economic sector, geography, and
Legal Lending Limit LLLBMPK in accordance with the applicable Bank
Indonesia’s regulation.
• The Bank conducts stress testing of credit risk on a regular basis.
• The Bank undertakes the effort of restructuring andor rescue of
problem loan by among others, restructuring, rescheduling or
reconditioning of credit that is performed by Remedial Division.
Procedure and guidelines for the soundness andor rescue of problem
loan are stipulated in the Banks internal policies.
2 Deinition of receivable overdue and receivable decreased by value is as follows:
• Overdue receivable is total receivable to the government, receivable to public sector entity,
receivable to Multilateral Development Bank and International Institutions, receivable to
Banks, loan with collateral of dwelling house, loan with collateral of commercial property,
staffpension loan, receivable to micro and small enterprises and retail portfolio and
receivable to corporation, that have been overdue more than 90 ninety days, both for
principal payment andor interest payment.
• Receivable decreased by valueimpairment is receivable in the condition that there is
objective proof of a damaging event resulting from one or more events occurring after
the initial admittance of such credit, and such damaging event has an impact on the
estimated future cash low of credit or credit group that may consistently be estimated.
3 Pendekatan yang digunakan untuk pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai CKPN
individual dan kolektif, serta metode statistik yang digunakan dalam perhitungan CKPN.
Pendekatan yang digunakan Bank untuk pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan
Nilai CKPN secara individual dan kolektif adalah sebagai berikut :
• Cadangan Kerugian Penurunan Nilai CKPN
secara individual
Bank menggunakan nilai wajar agunan sebagai dasar arus kas di masa mendatang
apabila memenuhi salah satu kondisi berikut: - Kredit bersifat collateral dependent, yaitu
jika pelunasan kredit hanya bersumber dari agunan.
- Pengambil alih agunan kemungkinan besar terjadi dan dihitung dengan
perjanjian legal pengikatan agunan.
• Cadangan Kerugian Penurunan Nilai CKPN kolektif
Bank menggunakan metode migration analysis
yaitu metode untuk menilai penyisihan kerugian penurunan nilai kredit
dengan menggunakan data historis 3 tiga tahun terakhir untuk Probability of Default
PD dan 5 lima tahun terakhir untuk Loss Given Default
LGD. 4
Pengungkapan risiko kredit dengan menggunakan metode standar
a Kebijakan penggunaan peringkat dalam perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko
ATMR untuk risiko kredit. Dalam perhitungan ATMR risiko kredit,
Bank menggunakan perhitungan dengan Pendekatan Standar Standardized Approach,
dimana kualitas debitur diperingkat oleh lembaga pemeringkat eksternal yang diakui
oleh Bank Indonesia.
b Kategori portofolio yang menggunakan peringkat ekternal adalah tagihan kepada
Pemerintah, tagihan kepada entitas sektor publik, tagihan kepada Bank Pembangunan
Multilateral dan Lembaga Internasional, tagihan kepada Bank, tagihan kepada
Korporasi dan surat berharga yang memiliki peringkat jangka pendek.
c Lembaga pemeringkat yang digunakan oleh Bank berpedoman pada ketentuan Bank
Indonesia. d Pengungkapan risiko kredit pihak lawan
counterparty credit risk sebesar eksposur
tagihankredit yang diterima oleh pihak lawandebitur dengan memperhitungkan
jenis agunan yang diserahkan kepada Bank 3 The approach used for the establishment of
Allowance for Loss of Value Decrease CKPN on both individual and collective basis, including the
statistic model used in calculating CKPN. The approach used by the Bank for the established
of Allowance for Loss of Value Decrease CKPN on both individually and collective basis, is as
follows: • Individual Allowance for Loss of Value
Decrease CKPN
The Bank uses proper value of collateral as the basis of future cash low when it meets
one of the following conditions: - Collateral dependent Loan, when loan
settlement is only sources from the collateral.
- Taking over collateral is very likely to occur
and to be calculated with agreement of collateral legal binding
• Collective Allowance for Loss of Value Decrease CKPN
The Bank uses migration analysis method, which is the method to evaluate the allowance
for loss of credit value decrease using historical data for the last three 3 years for
Probability of Default PD and the last ive 5 years for Loss Given Default LGD.
4 Disclosure of credit risk using standardized methods
a Rating Policy in calculating Risk Weighted Assets ATMR for credit risk.
In calculating ATMR for credit risk, the Bank uses the calculation with Standardized
Approach, where debtor’s quality is rated by external rating agency which is recognized by
Bank Indonesia.
b Category of portfolio using external rating is receivable to the Government, receivable to
public sector entity, receivable to Multilateral Development Bank and International
institution, receivable to Banks, receivable to corporation and commercial papers with
short term rating.
c Rating agency used by the Bank as guided by Bank Indonesia’s regulation.
d Disclosure of counterparty credit risk amounting to receivablecredit exposure
received by counterpartydebtor by calculating the type of collateral presented
to Bank as the mitigation of the Bank’s credit
sebagai mitigasi risiko kredit Bank. Jenis instrumen mitigasi yang lazim diterima
diserahkan kepada Bank antara lain agunan tunai berupa deposito, tanah dan bangunan,
tagihanpiutang, mesin dan peralatan, kendaraan bermotor, corporate guarantee,
dan personal guarantee.
5 Pengungkapan mitigasi risiko kredit dengan menggunakan metode standar
a Kebijakan Bank untuk jenis agunan utama yang diterima
Dalam kebijakan perkreditan Bank jenis agunan utama yang diterima terbagi menjadi
2 dua kelompok yaitu: • Material yang terdiri dari:
- Benda bergerak dan berwujud, seperti:
kendaraan bermotor kendaraan alat berat, barang dagangan inventory,
emas, logam mulia, berlian, mesin alat-alat berat, kapal laut, dan pesawat
terbang.
- Benda bergerak dan tidak berwujud, antara lain: sertiikat deposito,
deposito berjangka, tagihanpiutang, saham, obligasi, standby LC Letter
of Credit , dan lain-lain.
- Benda tidak bergerak antara lain: Sertiikat Hak Milik, Sertiikat Hak
Guna Usaha HGU, Sertiikat Hak Guna Bangunan SHGB, Sertiikat Hak
Milik atas Rumah Susun SHMRS, Sertiikat Hak Pakai atas tanah negara
yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
wajib didaftarkan dan menurut sifatnya dapat dipindahtangankan
serta dibebani hak tanggungan berikut segala sesuatu yang berada, ditanam,
dan dibangun di atas bidang tanah tersebut maupun di bawah permukaan
tanahnya seperti ruang bawah tanah yang ada hubungannya dengan bagian
permukaan tanah tersebut.
- Perjanjian Pengikatan Jual Beli PPJB atas objek yang dibiayai dapat
diterima sebagai jaminan apabila ada perjanjian kerjasama antara bank
dengan pengembang developer, atau jika tidak ada perjanjian
kerjasama antara bank dengan pihak pengembang developer maka harus
mendapat persetujuan dari Komite Kredit Kantor Pusat tingkat Direksi dan
objek yang dijaminkan mempunyai nilai tambah seperti lokasinya cukup
risk. Type of mitigation instrument usually receivedgiven to the Bank is among others
cash collateral in form of deposit account, land and building, receivables, machineries
and equipment, motor vehicle, corporate guarantee, and personal guarantee.
5 Disclosure of credit risk mitigation using standardized method
a The Bank’s policy for the type of main collateral received
In the Bank’s credit policy the type of main collateral received is divided into two 2
groups, which are: • Materials consisting of:
- Movable and concrete object, such as: motor vehicleheavy equipment
vehicle, trading goods inventory, gold, precious metal, diamond,
machineriesheavy equipment, ocean vessel, and airplane.
- Movable and not concrete object, such as: certiicate of deposit, time
deposit, receivables, shares, bonds, standby LC Letter of Credit, etc.
- Immovable object, such as: Ownership Title Certiicate, Leasehold
Certiicate HGU, Building Rights Certiicate SHGB, Ownership Title
Certiicate for High Rise SHMRS, Certiicate of Rights for Use of the
state land which according to the effective laws and regulations these
must be registered and following its characteristic are transferable and
charged with security rights including anything existing, planted, and built
on the land as well as below the land surface such as underground
chamber that is related to such land surface.
- Sales Purchase Binding Agreement PPJB on the inanced object
is acceptable as collateral when there is a cooperation agreement
between the Bank and developer, or no cooperation agreement exists
between the Bank and developer, it is subject to the approval from Credit
Committee of Head Ofice at Board of Directors level and the collateralized
object has an added value, such as strategic and marketable location.
strategis dan marketable. Namun harus ada cover note dari notaris yang
menyatakan bahwa sertiikat sedang ditingkatkan statusnya dan terdapat
jangka waktu penyelesaiannya.
- PPJB juga dapat diterima sebagai jaminan apabila sertiikat tersebut
dalam proses pemecahan, namun harus ada cover note dari notaris yang
menyatakan sedang ditingkatkan status sertiikatnya dan terdapat
jangka waktu penyelesaiannya.
- PPJB masih dapat diterima apabila jaminan tersebut akan dijual.
- Jaminan pribadiperorangan
personal guarantee dan jaminan
perusahaan corporate guarantee. • Tidak Material
Seperti hak sewa atas kios, garansi bank, Letter of Indemnity
, dan lain-lain. b Kebijakan, prosedur dan proses untuk menilai
dan mengelola agunan Pada prinsipnya pemberian pinjaman
harus disesuaikan dengan kemampuan pembayarannya, tetapi analisa jaminan tetap
dibutuhkan sebagai alternatif penyelesaian apabila pinjaman menjadi bermasalah.
Jaminan yang diterima merupakan jaminan yang materil dan memiliki nilai pasar yang
tinggi marketable dan diutamakan atas nama calon debitur. Agunan dilakukan penilaian
oleh internal atau external appraisal, di mana pinjaman diatas Rp5 miliar, maka agunan
harus dilakukan penilaian oleh independen external appraisal sedangkan pinjaman
hingga Rp5 miliar dilakukan oleh Bank.
c Pihak-pihak utama pemberi jaminangaransi dan kelayakan kredit creditworthiness
Untuk menjaga kemungkinan tidak tertagihnya kredit yang sudah diberikan
kepada debitur, maka Bank dapat meminta tambahan agunan antara lain meminta
jaminan dari pihak ketiga lainnya danatau garansi yang tidak berkaitan langsung dengan
obyek yang dibiayai dan Bank akan menilai kelayakan kredit creditworthiness dari pihak-
pihak tersebut. Walaupun demikian, Bank tidak boleh menjadikan agunan tambahan
tersebut sebagai dasar pertimbangan utama dalam pemberian kredit.
d Tingkat konsentrasi yang ditimbulkan dari penggunaan teknik mitigasi risiko kredit
Bank melakukan pemantauan dan However there must be cover note
from Notary stating that the status of certiicate is being increased and the
completion takes time.
- PPJB is also acceptable as collateral when the certiicate is in splitting
process, however there must a cover note from notary stating that the
status of certiicate is being increased and the completion takes time.
- PPJB is yet acceptable when such collateral is going to be sold.
- Personal guarantee and corporate guarantee.
• Immaterial Such as right to lease kiosk, bank
guarantee, Letter of Indemnity, etc. b Policy, procedure and process to assess and
manage collateral Principally extending loan must be
adjusted with repayment capacity, however collateral analysis is still required as
settlement alternative when the loan is in problem. Collateral received constitutes
material collateral with high market value marketable and emphasized on the name
of prospective debtor. Collateral appraisal is performed by internal or external appraisal,
where collateral for loan of above Rp5 billion must be appraised by independent external
appraisal whereas for loan up to Rp5 billion by the Bank.
c Major parties granting collateralguarantee and creditworthiness
In order to prevent any possible uncollectible of the loan extended to debtor, the Bank may
ask for additional collateral, among others guarantee of any other third party andor
guarantee unrelated directly with the object being inanced and the Bank will assess
the creditworthiness of such other parties.
Nevertheless, the Bank cannot make such additional collateral as the basis for the main
consideration in extending loan.
d Level of concentration arising from the use of credit risk mitigation technique
The Bank monitors and controls the level of
pengendalian tingkat konsentrasi yang ditimbulkan dari penggunaan teknik mitigasi
risiko kredit berupa penerimaan jenis agunan tertentu, sehingga Bank dapat terhindari
dari risiko kerugian akibat terkonsentrasinya suatu jenis agunan yang diterima oleh Bank.