53
masyarakat. Realita kurikulum di Indonesia sejak tahun 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006 tidak perna lepas dari cengkraman kepentingan
politik. Para pakar pendidikan masih memiliki idealisme tinggi terhadap pendidikan berkualitas meragukan bahwa sejumlah pengertian kurikulum
semata-mata demi kepentingan pendidikan. Nasution dalam Yamin, 2011: 18 mengatakan bahwa kurikulum dianggap bermakna bila bahan
pembelajaran dihubungkan berdasarkan pengalaman peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan teori di atas maka dapat disipulkan bahwa perubahan kurikulum 2013 terjadi dalam rangka mempersiapkan masa yang akan
datang dan bertujuan untuk menghasilkan manusia yang produktif, kreatif, inovatif, aktif; melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang terintegrasi dalam proses pembelajaran di sekolah. dengan demikian peserta didik dapat bekerja secara mandiri dan dapat menjalin komunikasi
dengan baik diantara sesama.
c. Rasional dan elemen perubahan Kurikulum SD 2013
Salahudin dan Alkrienciehie 2013: 171 mengatakan bahwa pemerintah akan mengubah kurikulum mempunyai tujuan tertentu yaitu
menekankan peserta didik untuk tidak banyak belajar menghafal, tetapi lebih banyak belajar berbasis sains yang mencakup aspek kognitif, afektif
dan psikomotor. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2014: 4 mengatakan bahwa Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena
54
adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal.
1 Tantangan Internal Tantangan internal ini terkait dengan kondisi pendidikan dengan
tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 delapan Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar pengelolaan, standar biaya,
standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi
lulusan. Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif.
Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif 15-64 tahun lebih banyak dari usia tidak produktif anak-anak berusia 0-14 tahun dan
orang tua berusia 65 tahun ke atas. Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya
pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan
agar sumber daya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumber daya manusia yang memiliki
kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.
2 Tantangan Eksternal Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain
berkaitan dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai fenomena negatif yang mengemukakan
Penyempurnaan Pola Pikir. Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan hanya
akan dapat terwujud apabila terjadi pergeseran atau perubahan pola pikir. Pergeseran itu meliputi proses pembelajaran sebagai berikut ini.
a Pola pembelajara yang berpusat pada guru akan menjadi berpusat pada peserta didik. Jadi peserta didik ditekankan untuk kreatif dalam
memilih materi yang akan dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama.
b Pola pembelajaran satu arah yaitu akan menjadi pembelajaran interaktif interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam,
sumber media lainnya. c Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring
peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet.
d Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif dalam mencari pembelajaran peserta didik aktif mencari semakin diperkuat dengan
model pembelajaran pendekatan sains. e Pola pembelajaran bersifat mayaabstrak anak menuju konteks dunia
nyata. f Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok berbasis tim.
56
g Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia.
h Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan users dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang
dimiliki setiap peserta didik. i Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal monodiscipline
menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak multidisciplines. j Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.
Jadi dalam orientasi kurikulum 2013 kompetensi yang harus dicapai sangat bervariasi atara sikap, keterampilan dan pengetahuan.
Selain itu cara pembelajarannya bersifat holistik dan menyenangkan. Mata pelajaran yang dipelajari dalam kurikulum 2013 akan diringkas
menjadi 7 mata pelajaran yaitu Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni Budaya dan
Prakarya, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Pramuka. Salah satu ciri khusus dalam kurikulum 2013 yaitu bersifat tematik integratif.
Dalam pendekatan ini mata pelajaran IPA dan IPS sebagai materi pembahasan pada semua pelajaran, yaitu dua mata pelajaran itu akan
diintegrasikan ke semua mata pelajaran. 3 Penguatan Tata Kelola Kurikulum
Pada penyusunan kurikulum 2013 dimulai dengan menetapkan standar kompetensi lulusan berdasarkan kesiapan peserta didik, tujuan
pendidikan nasional, dan kebutuhan. Setelah kompetensi ditetapkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
kemudian ditentukan kurikulumnya yang terdiri dari kerangka dasar kurikulum dan struktur kurikulum. Satuan pendidikan dan guru tidak
diberikan kewenangan menyusun silabus, tetapi disusun pada tingkat nasional. Guru lebih diberikan kesempatan mengembangkan proses
pembelajaran tanpa harus dibebani dengan tugas-tugas penyusunan silabus yang memakan waktu yang banyak dan memerlukan penguasaan teknis
penyusunan yang sangat memberatkan guru. Hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan yang dilakukan Balitbang pada tahun 2010 juga menunjukkan bahwa secara umum total waktu pembelajaran yang
dialokasikan oleh banyak guru untuk beberapa mata pelajaran di SD, SMP, dan SMA lebih kecil dari total waktu pembelajaran yang dialokasikan
menurut Standar Isi. Di samping itu, dikaitkan dengan kesulitan yang dihadapi guru dalam melaksanakan KTSP, ada kemungkinan waktu yang
dialokasikan dalam Standar Isi tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya. Hasil monitoring dan evaluasi ini juga menunjukkan bahwa banyak kompetensi
yang perumusannya sulit dipahami guru, dan kalau diajarkan kepada peserta didik sulit dicapai oleh peserta didik.
d. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013