Skor Rata-Rata Kecemasan Belajar Matematika Siswa Sesudah

terdapat ciri-ciri kecemasan pada dirinya, namun tidak sebanyak seperti sebelum diajarkan menggunakan metode permainan. Mereka sudah merasa nyaman dalam proses pembelajaran, karena sudah terbiasa dengan suasana kelas yang menyenangkan, walaupun masih ada yang tidak percaya diri untuk maju ke depan kelas untuk menyelesaikan soal di papan tulis. Siswa yang memperoleh skor 6 sampai dengan 14 adalah siswa dengan kategori kecemasan sedang, dan siswa yang termasuk kecemasan sedang juga mengalami perubahan dari yang sebelumnya sebanyak 25 orang, setelah diberi perlakuan meningkat menjadi 22 orang, dikatakan meningkat karena sisanya masuk kedalam kategori kecemasan rendah. Siswa dalam kategori kecemasan sedang ialah siswa yang memiliki ciri-ciri kecemasan yang lebih rendah daripada siswa yang terdapat dalam kategori kecemasan tinggi, selain dapat memperhatikan penjelasan guru dengan baik, mereka juga lebih semangat dalam proses pembelajaran, lebih siap saat diberi soal latihan, dan lebih berani untuk maju ke depan kelas. Siswa yang memperoleh skor 2 sampai dengan 5 adalah siswa dengan kategori kecemasan rendah, dan siswa yang termasuk kategori kecemasan rendah juga mengalami perubahan dari sebelumnya sebanyak 7 orang, menjadi 11 orang setelah diberi perlakuan. Siswa dalam kategori kecemasan rendah ialah siswa yang paling sedikit terdapat ciri-ciri kecemasan pada dirinya, mereka lebih semangat dan aktif dalam proses pembelajaran, dan berani maju ke depan kelas. Berikut adalah pernyataan kecemasan sesudah diberi perlakuan dari seluruh siswa yang berjumlah 39 orang berdasarkan aspek fisik, behavior, dan kognitif. Data tersebut disajikan pada Tabel 4.11, Tabel 4.12, dan Tabel 4.13. Tabel 4.11 Kecemasan Siswa Berdasarkan Aspek Fisik Sesudah Perlakuan Perolehan Jumlah Siswa Presentase Pernyataan tertinggi 30 76,92 menjawab pertanyaan guru dengan suara lantang dan jelas saat pelajaran matematika terendah 9 23,07 kesal jika guru memberikan soal yang sulit Tabel 4.12 Kecemasan Siswa Berdasarkan Aspek Behavior Sesudah Perlakuan Perolehan Jumlah Siswa Presentase Pernyataan tertinggi 32 82,05 aktif bertanya pada saat pembelajaran matematika berlangsung terendah 7 17,94 mengandalkan teman saat mengerjakan tugas kelompok Tabel 4.13 Kecemasan Siswa Berdasarkan Aspek Kognitif Sesudah Perlakuan perolehan Jumlah Siswa Presentase Pernyataan tertinggi 26 66,67 merasa mampu menjawab pertanyaan yang diberikan guru terendah 7 17,94 khawatir ditunjuk oleh guru untuk mengerjakan soal di papan tulis

c. Perbandingan Skor Rata-Rata Kecemasan Belajar Matematika

Siswa Sebelum dan Sesudah Menggunakan Metode Permainan Pada Pembelajaran Matematika Perbandingan perolehan skor kecemasan belajar siswa dalam pembelajaran matematika antara sebelum dan sesudah diberi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.14. Tabel 4.14 Perbandingan Kecemasan Belajar Matematika Siswa Sebelum Dan Sesudah Menggunakan Metode Permainan Responden Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan N 39 39 Mean 21,29 9,85 Median 19,75 9,6 Modus 18,83 14,75 Nilai Tertinggi 33 19 Nilai Terendah 12 2 Simpangan Baku 4,76 5,01 Varians 22,69 25,08 Dari data tabel diatas terlihat bahwa rata-rata kecemasan belajar matematika siswa sebelum diberi perlakuan adalah 21,29, sedangkan rata-rata kecemasan belajar matematika setelah diberi perlakuan yaitu 9,85. Hal ini menunjukan bahwa terdapat perubahan rata-rata menjadi lebih rendah. Rata-rata kecemasan belajar matematika setelah diberi perlakuan lebih rendah dibandingkan rata- rata kecemasan belajar matematika siswa sebelum diberi perlakuan. Selain itu, perolehan nilai tertinggi dan terendahpun mengalami penurunan, nilai tertinggi sebelum diberi perlakuan sebesar 33 sebanyak 1 siswa, sedangkan nilai tertinggi sesudah perlakuan sebesar 19 sebanyak 1 siswa. Nilai terendah sebelum diberi perlakuan sebesar 12 sebanyak 1 siswa, sedangkan perolehan nilai terendah sesudah perlakuan sebesar 2 sebanyak 2 siswa. Penyajian diagram batang dari hasil skor kecemasan belajar matematika siswa sebelum dan sesudah menggunakan metode permainan berdasarkan nilai rata-rata mean dapat dilihat pada Gambar 4.3. Gambar 4.11 Histogram Nilai Rata-Rata Sebelum dan Sesudah Perlakuan

C. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis

Sebelum dilaksanakannya pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilaksanakan pengujian persyaratan analisis berupa uji normalitas dan homogenitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Liliefors. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan adalah 0,05 dan n = 39. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas, yaitu: a. Jika L hitung L tabel , maka dinyatakan data berdistribusi normal. b. Jika L hitung L tabel , maka dinyatakan data berdistribusi tidak normal. 5 10 15 20 25 sebelum perlakuan sesudah perlakuan 21.29 9.85 Berikut adalah tabel hasil uji normalitas data sebelum dan sesudah menerapkan metode permainan. Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Uji Normalitas dengan Uji Liliefors Data N L hitung L tabel Kesimpulan Sebelum perlakuan 39 0,030 0,141 Data berdistribusi normal Sesudah perlakuan 39 0,065 0,141 Data berdistribusi normal Berdasarkan tabel di atas, diketahui L hitung sebelum perlakuan adalah 0,030 dan L hitung sesudah perlakuan adalah 0,065 dengan nilai L tabel untuk α = 0,05 dan n = 39 pada tabel Liliefor didapat 0,141. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada sebelum perlakuan didapat L hitung L tabel 0,0300,141, maka dinyatakan data hasil sebelum perlakuan berdistribusi normal. Dan data setelah perlakuan didapat L hitung L tabel 0,0650,141, maka dinyatakan data hasil sesudah perlakuan berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Setelah dilakukan uji normalitas, diketahui bahwa sampel penelitian ini dinyatakan berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas, pengujian homogenitas terhadap kedua hasil belajar menggunakan uji fisher. Dasar pengambilan keputusan uji homogenitas, yaitu: a. Jika F hitung F tabel , maka dinyatakan kedua hasil belajar homogen. b. Jika F hitung F tabel , maka dinyatakan kedua hasil belajar tidak homogen. Berikut tabel hasil perhitungan uji homogenitas dengan menggunakan uji fisher. Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas dengan Uji Fisher Data db = n-1 Varians F hitung F tabel Kesimpulan Sebelum perlakuan 38 22,69 1,105 1,7 Data memiliki varians homogen Sesudah perlakuan 38 25,08 Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa F hitung sebesar 1,105 dan F tabel dengan dk pembilang = n 2 – 1 dan dk penyebut = n 1 – 1 sebesar 1,7. Dapat disimpulkan, bahwa F hitung F tabel 1,1051,7, maka dapat dinyatakan data memiliki varians homogen .

3. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan analisis data berupa uji normalitas dan uji homogenitas, diperoleh kesimpulan bahwa data berdistribusi normal dan homogen. Pengujian dilanjutkan pada analisis data berikutnya, yaitu uji-t. Dasar pengambilan pengujian hipotesis adalah sebagai berikut: a. Jika t hitung t tabel , maka H o diterima, artinya tidak terdapat pengaruh penggunaan metode permainan terhadap kecemasan belajar matematika siswa. b. Jika t hitung t tabel , maka H o ditolak, artinya terdapat pengaruh penggunaan metode permainan terhadap kecemasan belajar matematika siswa. Berikut perhitungan uji t, yaitu:

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PERMAINAN KURSI PANAS TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SDN SIDOMULYO 3 BATU

22 125 27

Penerapan pembelajaran aktif metode permainan bingo untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas III SDN Tunas Mekar

2 21 171

PENGARUH KEDISIPLINAN DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV Pengaruh Kedisiplinan Dan Kemandirian Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SDN Wironanggan 01 Tahltn 2a14/2015.

1 8 12

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR MELALUI METODE PERMAINAN DOMINO PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA Peningkatan Keaktifan Belajar Melalui Metode Permainan Domino Pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 01 – 02 Balong Kecamatan Jenawi Kabupaten Karan

0 0 14

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN METODE JIGSAW SISWA KELAS IV SDN GUNUNGWUNGKAL 01 Meningkatkan Hasil Belajar IPA Menggunakan Metode Jigsaw Siswa Kelas IV SDN Gunungwungkal 01 Tahun 2013.

0 1 16

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN METODE JIGSAW SISWA KELAS IV SDN GUNUNGWUNGKAL 01 Meningkatkan Hasil Belajar IPA Menggunakan Metode Jigsaw Siswa Kelas IV SDN Gunungwungkal 01 Tahun 2013.

0 0 16

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE RESITASI BAGI SISWA KELAS IV Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Resitasi Bagi Siswa Kelas IV SDN Sukobubuk 01 Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati Tah

0 2 16

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE RESITASI BAGI SISWA KELAS IV Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Resitasi Bagi Siswa Kelas IV SDN Sukobubuk 01 Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati Tah

0 2 20

PENGARUH METODE PERMAINAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS II SD N PLEBENGAN.

1 1 242

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORRAY TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 28 CAKRANEGARA TAHUN PELAJARAN 20152016

0 1 14