harus memperhatikan minat dan kemampuan peserta didik. Selain itu bermain pada umumnya tidak dapat dipisahkan dari anak-anak, karena
disamping memenuhi kebutuhan akan bermain dapat juga menambah dan memperkaya pengalaman anak. Dengan keinginan anak bermain,
pendidik dapat memanfaatkannya untuk menanamkan pengertian akan pelajaran misalnya pelajaran matematika.
Permainan yang mengandung nilai-nilai matematika dapat meningkatkan keterampilan, penanaman konsep, pemahaman, dan
pemantapannya, meningkatkan kemampuan menemukan, memecahkan masalah, dan lain-lainnya. Selain itu, penanaman dan pengembangan
konsep, nilai, moral, dan norma dapat dicapai bilamana siswa secara langsung bekerja dan melakukan interaksi satu sama lainnya dan
pemecahan masalah dilakukan melalui peragaan. Oleh karena itu metode permainan ini dapat menghasilkan satu pengalaman yang berharga bagi
siswa.
4. Tujuan dan Fungsi Metode Permainan
a. Tujuan
Penggunaan metode permainan berjuan untuk: 1
Mengajarkan pengertian konsep 2
Menanamkan nilai 3
Memecahkan masalah b.
Fungsi Menurut Hetherington dan Parke sebagaimana yang dikutip
Desmita, ada tiga fungsi utama dalam permainan, yaitu fungsi kognitif, fungsi sosial, dan fungsi emosi.
1 Fungsi kognitif. Permainan membantu perkembangan kognitif
anak. Melalui permainan, anak-anak menjelajahi lingkungannya mempelajari objek-objek disekitarnya, dan belajar memecahkan
masalahnya.
2 Fungsi sosial, dapat meningkatkan perkembangan sosial anak,
khususnya dalam permainan fantasi dengan memerankan suatu peran, anak belajar memahami orang lain dan peran-peran yang
akan ia mainkan dikemudian hari setelah tumbuh menjadi orang dewasa.
3 Fungsi emosi, permainan memungkinkan anak untuk
memecahkan sebagian dari masalah emosionalnya, belajar mengatasi kegelisahan dan konflik batin.
48
Dunia anak adalah dunia bermain, tapi sebenarnya dari bermain itulah mereka belajar. Dengan menggunakan metode permainan dalam proses
pembelajaran anak-anak dapat dimotivasi dengan aktivitas-aktivitas yang mendorong mereka untuk berpikir dan mengungkapkan gagasan mereka.
Dengan ini anak-anak diharapkan turut berperan besar mengembangkan permainan dan aktivitas sebagai rutinitas yang merangsang otak anak,
khususnya dalam mengerjakan soal matematika. Selain itu, banyak hikmah yang dapat diambil dari permainan-
permainan anak, terutama bagi pembentukan sikap mental dan nilai- nilaikepribadian akak, misalnya:
a. Dengan bermain anak belajar menyadari keteraturan, peraturan, dan
berlatih menjalankan komitmen yang dibangun dalam permainan tersebut.
b. Anak belajar menyelesaikan masalah dari kesulitan terendah sampai
tertinggi c.
Anak berlatih sabar menunggu giliran, setelah temannya menyelesaikan permainannya
d. Anak berlatih bersaing dan membentuk motivasi dan harapan hari esok
akan ada peluang memenangkan permainan
48
Desmita, Op., cit, h. 141-142.
e. Anak-anak belajar mengalami resiko kekalahan yang dihadapi dari
permainan.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bermain
Ada beberapa faktor yang memengaruhi anak dalam bermain, yaitu: a.
Pengaruh-pengaruh keluarga 1
Ibu memiliki peran suportif penting dalam perkembangan interaksi-interaksi bermain pengandaian di usia dini Haigh
Miller, 1993 2
Persepsi orang tua tentang bahaya contohnya, jumlah jalan raya yang harus disebrangi, kepadatan lalulintas juga
ditemukan memengaruhi penggunaan area-area bermain luar ruang oleh anak-anak.Timperio dkk., 2004
3 Ellaway dkk. 2006 berpendapat bahwa permainan luar
ruang lebih terbatas di daerah-daerah yang miskin di Glasgow, bukan karena daerah-daerah tersebut kekurangan
fasilitas namun karena kualitas area-area bermain tersebut buruk.
b. Jender
1 Orang tua terutama ayah telah diamati terlibat dalam
permainan kasar dan berguling dengan anak laki-laki mereka ketimbang dengan anak perempuan McDonald Parke,
1986 2
Anak-anak perempuan kerap tampak terlibat dalam aktivitas- aktivitas yang lebih banyak duduk ketimbang anak-anak laki-
laki. Dalam sebuah studi yang dilakukan di sekolah ditemukan bahwa anak-anak perempuan usia sekolah dasar
terlibat dalam 13,8 persen aktivitas yang lebih banyak duduk dan 8,2 persen aktivitas yang kurang bertenaga ketimbang
teman-teman sebaya laki-laki mereka saat istirahat Ridgers, Fairclough, Stratton 2010