lingkungannya.
14
Menurut Winkel, pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa,
dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung
dialami siswa. Miarso mengemukakan bahwa pembelajaran adalah usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan
yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali.
15
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi
dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa,
karakteristik bidang
studi serta
berbagai strategi
pembelajaran, baik
penyampaian, pengelolaan,
maupun pengorganisasian pembelajaran.
16
Dengan demikian kegiatan pembelajaran adalah satu usaha dan proses yang dilakukan secara sadar dengan mengacu pada
tujuan, dengan sistematik dan terarah pada terwujudnya perubahan tingkah laku. Berdasarkan pada pengertian pembelajaran di atas,
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika pada dasarnya adalah proses pengembangan kemampuan penalaran, komunikasi
dan penguasaan konsep serta kemampuan memecahkan masalah melalui kegiatan belajar mengajar yang dirancang secara sistematik
dengan melibatkan aktivitas fisik maupun psikis, sehingga siswa dapat belajar baik dengan bimbingan guru ataupun belajar sendiri.
Dan hasil proses pembelajaran tersebut berupa bertambahnya pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap terhadap materi yang
telah dipelajari sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain pembelajaran matematika adalah usaha sistematik yang
14
Fadlillah, dkk, Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Kencana, 2014, h.24.
15
Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor:Ghalia Indonesia. 2010, h.12.
16
Hamzah B Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, h. V.
dilakukan secara sadar untuk membentuk kondisi belajar demi tercapainya segenap kompetensi matematis yang telah ditentukan.
4. Hakikat anak usia SDMI
Anak bukanlah manusia dewasa dalam ukuran kecil. Anak pada umumnya memiliki karakteristik husus yang berbeda dengan
orang dewasa bahkan mereka berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan-perbedaan tersebut juga dapat dilihat dari cara
berpikir, bertindak, bekerja, dan lain sebagainya. Anak-anak MISD pada umumnya berada pada kisaran usia 7-12 tahun, menurut teori
kognitif Peaget, pemikiran anak-anak usia sekolah dasar disebut pemikiran operasional konkrit. Menurut Piaget, operasi adalah
hubungan-hubungan logis diantara konsep-konsep atau skema- skema. Sedangkan operasi konkrit adalah aktivitas mental yang
difokuskan pada objek-objek dan peristiwa-peristiwa nyata atau konkrit dapat diukur.
17
Artinya bahwa siswa belum bisa berpikir formal dan abstrak. Pada tahap ini, anak-anak dapat memahami
operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit. Oleh karena itu dalam pembelajaran matematika guru harus memperhatikan
karakteristik dan
perbedaan-perbedaan untuk
meningkatkan efektivitas pembelajaran matematika. Menurut Uno dalam Mulifah,
karakteristik anak adalah aspek-aspek dan kualitas anak seperti bakat, motivasi, dan hasil belajar yang telah dimiliki, karakteristik
anak bisa mempengaruhi pemilihan strategi penyampaian materi pembelajaran.
18
Pembelajaran matematika di SDMI akan dapat mencapai hasil dengan baik jika dalam pelaksanaanya disesuaikan dengan
perkembangan fisik maupun psikis serta karakter siswa SDMI. Dan karakter yang menonjol pada karakter siswa sekolah dasar adalah
17
Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012, h. 156.
18
Ilun Mulifah dkk, Pengembangan Peserta Didik, Learning Assistence Program For Islamic School Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah 2008, h. Paket 12- h.6
berupa kecenderungan mereka untuk bermain. Oleh sebab itu kiranya menjadi suatu kebijakan yang tepat jika dalam penyampaian
materi pembelajaran khususnya pelajaran matematika, disiasati dengan cara dikolaborasikan dengan permainan yang disukai anak-
anak, sehingga pada saat pembelajaran berlangsung anak-anak merasakan ketenangan dan gairah yang pada akhirnya akan tertanam
suatu persepsi bahwa belajar adalah kegiatan yang menyenangkan. Seperti yang diungkapkan oleh Suwangsih bahwa penggunaan
metode yang tepat akan turut menentukan efektifitas dan efesiensi pembelajaran. Pembelajaran matematika perlu dilakukan dengan
sedikit ceramah dan metode-metode yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan pada interaksi peserta didik. Penggunaan metode
yang bervariasi akan sangat membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran matematika.
19
Adapun fokus materi yang akan dijadikan bahan ajar dalam melakukan penelitian ini adalah materi
bilangan bulat.
5. Suasana dalam Pembelajan Matematika
Guru matematika harus membuat suasana belajar yang
membantu perkembangan matematika setiap siswa dengan cara:
a. Menyediakan dan mengatur waktu yang diperlukan untuk
mengungkap matematika yang logis dan menghadapi ide-ide serta masalah yang penting
b. Menggunakan ruang fisik dan benda-benda untuk memfasilitasi
belajar matematika siswa c.
Menyediakan sesuatu yang dapat mendorong perkembangan keahlian dan kecakapan matematika siswa
d. Menghargai dan menilai ide-ide, cara berpikir, dan watak atau
sikap matematika siswa
19
Erna Suwangsih dan Tiurlina, Op., cit, h.179.