Pengembangan aplikasi Lectora Inspire sebagai media alternatif pembelajaran teks prosedur kompleks kurikulum 2013 kelas X Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen Pangkalpinang
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
viii
ABSTRAK
Anggelina, Maria Yunita. 2016. Pengembangan Aplikasi Lectora Inspire sebagai Media Alternatif Pembelajaran Teks Prosedur Kompleks Kurikulum 2013 Kelas X Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen Pangkalpinang. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Media pembelajaran teks prosedur kompleks berbasis lectora inspire
merupakan multimedia yang dibuat untuk pembaruan (inovasi) dalam hal penyampaian materi pada kelas X di Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen Pangkalpinang. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan sebuah produk media pembelajaran dan mengetahui kualitas pengembangan media
lectora inspire sebagai media pembelajaran teks prosedur kompleks kurikulum 2013 kelas X Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen Pangkalpinang.
Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan Research and Development (R&D). Penelitian dilakukan pada 18 siswa kelas X di Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen Pangkalpinang pada bulan Juni (masa aktif sekolah) 2016. Pada tahap ini peneliti membuat instrumen penelitian sebagai alat yang digunakan untuk mengukur fenomena yang diamati dalam penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan antara lain pedoman wawancara, kuesioner (angket), dan lembar observasi. Selain itu, peneliti memodifikasi menjadi tujuh langkah prosedur pengembangan yaitu, (1) penelitian dan pengumpulan data,
(2) perencanaan, (3) pengembangan draf produk, (4) uji coba lapangan awal (5) merevisi hasil uji coba, (6) uji coba lapangan, dan (7) penyempurnaan produk
hasil uji coba lapangan. Penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa media pembelajaran teks prosedur kompleks berbasis lectora inspire telah divalidasi oleh (1) dosen ahli materi dengan skor 4,86 dengan kategori “sangat baik”, (2) dosen ahli media dengan skor 5,00 dengan kategori “sangat baik”, (3) guru bahasa Indonesia dengan skor 4,73 dengan kategori “sangat baik”, (4) kelompok kecil dengan skor 4,40 dengan kategori “sangat baik”, dan (5) kelompok besar dengan skor 4,37 dengan kategori “sangat baik”. Dengan demikian, media pembelajaran teks prosedur kompleks berbasis lectora inspire yang dikembangkan ini layak untuk digunakan sebagai media pembelajaran teks prosedur kompleks untuk kelas X di Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen Pangkalpinang.
(10)
ix ABSTRACT
Anggelina, Maria Yunita. 2016. The Development of Lectora Inspire-based Media as an Alternative Learning media for Complex Procedure Text in Curriculum 2013 for Class X in Mario John Boen Seminary Catholic Senior High School Pangkalpinang. Thesis. Yogyakarta: Indonesian
Language Literature Education Studies Program, Faculty of Teachership and Education Sanata Dharma University.
Lectora inspire-based learning media for complex procedure text is a multimedia which is created for a new innovation in delivering materials for Class X in Mario John Boen Seminary Catholic Senior High School Pangkalpinang. This research aims at producing a learning media and finding out the quality of the development of lectora inspire-based media as a learning media for complex procedure text in Curriculum 2013 for Class X in Mario John Boen Seminary Catholic Senior High School Pangkalpinang.
This research is a Research and Development (R&D). It was done to 18 students of Class X in Mario John Boen Seminary Catholic Senior High School Pangkalpinang in June (active period of school) 2016. In this step, the researcher developed an instrument as a tool to measure the observed phenomenon. The instruments used were interview guidelines, questionnaires, and observation sheets. Besides, the researcher modifiedthe procedures in developing the media into seven steps, namely (1) research and information collecting, (2) planning, (3) develop preliminary form of product, (4) preliminary field-testing (5) main product revision, (6) main field testing, and (7) operational product revision. This research uses descriptive quantitative data analysis.
The result shows that lectora inspire-based learning media for complex procedure text has been validated by (1) lecturer expertized in learning material development with score 4.86 which is very well categorized, (2) lecturer expertized in
learning media development with score 5.00 which is very well categorized, (3) Indonesian language teacher with score 4.73 which is very well categorized, (4) small group with score 4.40 which is very well categorized, and (5) big group with score 4.30 which is very well categorized. Therefore, thedeveloped lectora inspire-based learning media for complex procedure text is very worthy to use as a learning media for complex procedure text for Class X in Mario John Boen Seminary Catholic Senior High School Pangkalpinang.
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pembelajaran bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran wajib di tingkat SD, SMP, SMA/SMK, dan Perguruan Tinggi. Hal ini dapat dilihat dari undang-undang dasar tahun 2009 pasal 25 ayat 3 yang berbunyi “Bahasa
Indonesia sebagai bahasa resmi negara”, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, pengantar pendidikan, komunikasi
tingkat nasional, pengembangan kebudayaan nasional, transaksi dan dokumentasi niaga, serta sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan bahasa media massa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia sangat penting karena merupakan bahasa Nusantara yang digunakan untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya.
Tarigan (2008: 2) menyatakan keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills). Selanjutnya, setiap keterampilan itu erat pula berhubungan dengan proses-proses yang mendasari bahasa. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak pelatihan.
Tarigan (2008: 4) menyatakan pada pembelajaran bahasa Indonesia keterampilan menyimak (listening skills) dan keterampilan membaca (reading skills) mempunyai persamaan, kedua-duanya bersifat reseptif, bersifat menerima
(27)
(Brooks, 1964: 134). Perbedaanya menyimak menerima informasi dari sumber lain, sedangkan membaca menerima informasi dari sumber tertulis. Dengan perkataan lain, menyimak menerima informasi dari kegiatan berbicara, sedangkan membaca menerima informasi dari kegiatan menulis.
Suyatno (2009: 6-7) menyatakan secara harfiah definisi pembelajaran inovatif mengandung makna pembaruan. Gagasan pembaruan muncul akibat pembelajaran yang dirasakan statis, klasik, dan tidak produktif dalam memecahkan masalah belajar. Dengan demikian, dibutuhkan paradigma baru yang diyakini mampu memfasilitasi siswa yang ditandai dengan prinsip-prinsip, sebagai berikut: (a) pembelajaran, bukan pengajaran, (b) guru sebagai fasilitator bukan instruktur, (c) siswa sebagai subjek, bukan objek, (d) multimedia, bukan monomedia, (e) sentuhan manusiawi, bukan hewani, (f) pembelajaran induktif, bukan deduktif, (g) materi bermakna bagi siswa, bukan sekadar dihafal, dan (h) keterlibatan siswa partisipatif, bukan pasif.
Selain itu, media pembelajaran berbasis lectora inspire ini merupakan media alternatif pembelajaran secara khusus pada teks prosedur kompleks. KBBI (2008: 44) menyatakan alternatif adalah pilihan di antara dua atau beberapa kemunginan. Dengan demikian, media lectora inspire dapat menjadi pilihan media pembelajaran yang dapat menarik perhatian dan memotivasi siswa untuk belajar bahasa Indonesia secara khusus pada materi teks prosedur kompleks.
Berdasarkan kebutuhan sekolah, perlu dikembangkan media pembelajaran yang inovatif melalui teknologi komputer dengan menggunakan aplikasi lectora inspire sebagai media pembelajaran teks prosedur kompleks kurikulum 2013
(28)
kelas X Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen Pangkalpinang. Pengembangan aplikasi ini dibuat untuk menarik perhatian siswa dalam menjelaskan materi yang akan diberikan. Harapannya metode pembelajaran menggunakan aplikasi lectora inspire ini lebih efektif dan dapat meningkatkan tingkat pemahaman siswa.
Penggunaan media pembelajaran berbasis lectora inspire merupakan multimedia yang dibuat untuk pembaruan dalam hal penyampaian materi. Dalam media interaktif ini terdapat teks, suara, video, animasi, dan lain sebagainya. Tarigan (2008: 6) menyatakan keterampilan menyimak dan membaca berhubungan erat, peningkatan pada yang satu turut pula menimbulkan peningkatan pada yang lain.
Ada beberapa faktor yang menjadi alasan peneliti melakukan penelilitian di sekolah tersebut, yakni pertama guru dapat memanfaatkan laboratorium komputer yang dilengkapi dengan komputer satu set, wifi, hotspot, speaker, viewer dan proyektor. Kedua, berdasarkan hasil wawancara dengan guru Bapak A selaku guru bahasa Indonesia kelas X di Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen Pangkalpinang, dikemukakan penggunaan media pembelajaran bahasa Indonesia akan menarik perhatian siswa dan guru dapat menuangkan kreativitas di dalam media tersebut. Alhasil, penggunaan media pembelajaran dapat merangsang adanya perubahan-perubahan penting dalam sistem pendidikan dan dampak cara penyampaian informasi kepada peserta didik.
Penggunaan aplikasi lectora inspire mampu mengembangkan e-learning
(29)
bahwa cakupan lectora inspire terdiri dari (1) Flypaper for Lectora yang berfungsi menambah animasi flash, transisi dan efek spesial, (2) Camtasia for Lectora berfungsi membuat tutorial dengan capture video, animasi flash, dan
software desain 3D lainnya, (3) Snagit for Lectora berfungsi membuat image jika melakukan capture lewat desktop, dan (4) produk tambahan (Add-ons) yaitu
Lectora Integrator for Microsoft Powerpoint yang berfungsi mengubah presentasi
Microsoft Powerpoint menjadi lectora secara langsung. Oleh karena itu, peneliti ingin membuat media pembelajaran yang mampu memberikan kesempatan adanya partisipasi dari pengguna dalam bentuk respon, baik berupa jawaban, pemilihan, keputusan, percobaan, dan lain-lain.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana langkah-langkah pengembangan media lectora inspire sebagai
alternatif pembelajaran teks prosedur kompleks kurikulum 2013 kelas X Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen
Pangkalpinang?
2. Bagaimana kualitas pengembangan media lectora inspire sebagai alternatif
pembelajaran teks prosedur kompleks kurikulum 2013 kelas X Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen
(30)
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Mampu menghasilkan langkah-langkah pengembangan media lectora inspire
sebagai alternatif pembelajaran teks prosedur kompleks kurikulum 2013 kelas X Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen Pangkalpinang.
2. Mampu mendeskripsikan kualitas pengembangan media lectora inspire
sebagai alternatif pembelajaran teks prosedur kompleks kurikulum 2013 kelas X Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen Pangkalpinang.
D. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Mas’hud (2014: 1-2) menyatakan bahwa lectora inspire mampu membuat media interaktif yang cepat dan sederhana. Penelitian pengembangan ini bertujuan menghasilkan produk media pembelajaran berbasis lectora inspire dalam bentuk aplikasi Windows Executable (.exe) sebagai alternatif belajar bahasa Indonesia teks prosedur kompleks kurikulum 2013 kelas X Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen Pangkalpinang. Dalam media pembelajaran media lectora inspire akan dikemas dalam bentuk CD (Compact Disk). Spesifikasi produk hasil penelitian dan pengembangan media pembelajaran sebagai berikut.
(31)
1. Software media pembelajaran berbasis media interaktif ini dapat digunakan sebagai alternatif belajar teks prosedur kompleks kurikulum 2013 kelas X Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen Pangkalpinang. Penggunaan media dapat secara individu dengan menggunakan perangkat komputer atau laptop. Jika digunakan secara bersama-sama di kelas, maka dibantu dengan LCD (Liquid Cristal Display). Penggunaan software lectora inspire dirancang sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang diimplementasikan di sekolah untuk kelas X Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen Pangkalpinang.
2. Media pembelajaran yang akan dikembangankan ini meliputi kompetensi, materi, games, daftar pustaka, penyusunan, dan evaluasi. Setiap bagian dari media pembelajaran ini memiliki isinya masing-masing. Isi media pembelajaran yang akan dikembangkan sebagai berikut.
a. Kompetensi
Kompetensi berisi Kompetensi inti (KI), Kompetensi dasar (KD), dan konsep pendekatan ilmiah dalam pembelajaran menurut Kemendikbud (2013b) yang meliputi 5M (mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan).
b. Materi
Penyajian materi dalam media pembelajaran sebagai alternatif belajar teks prosedur kompleks kurikulum 2013 kelas X Sekolah Menengah Agama Katolik
(32)
Seminari Mario John Boen Pangkalpinang meliputi memahami definisi, struktur, kaidah, dan menginterpretasi teks prosedur kompleks.
c. Games
Games berisi permainan yang dikaitkan dengan materi pembelajaran teks prosedur kompleks.
d. Daftar Pustaka
Daftar Pustaka berisi kepustakaan yang digunakan dalam penyusunan media pembelajaran.
e. Penyusunan
Penyusunan berisi berisi profil yang terdiri dari foto dan identitas pengembangan media pembelajaran.
f. Evaluasi
Menurut Tuckman (dalam Nurgiyantoro, 2010:6) mengartikan penilaian sebagai suatu proses untuk mengetahui (menguji) apakah suatu kegiatan, proses kegiatan, keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditentukan.
3. Kurikulum 2013
Penyajian materi dalam media pembelajaran sebagai alternatif belajar teks prosedur kompleks kurikulum 2013 sesuai dengan salinan lampiran peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 69 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah menengah atas madrasah aliyah.
(33)
4. Ranah Kognitif (Pengetahuan)
Pengembangan media pembelajaran teks prosedur kompleks berbasis lectora inspire mengembangkan ranah kognitif (pengetahuan) dimana siswa dituntut untuk menguasai materi pembelajaran secara khusus pada teks prosedur kompleks. Alhasil, siswa dapat mengerjakan soal evaluasi yang ada di media pembelajaran tersebut.
5. CD (Compact Disk)
Penggunaan CD (Compact Disk) dapat digunakan untuk menyimpan data berupa file, audio, dan video. Alhasil, media pembelajaran teks prosedur kompleks berbasis lectora inspire akan menggunakan CD (Compact Disk). Penggunaan CD (Compact Disk) dalam media pembelajaran lebih murah, aman dan terhindar dari virus.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat kepada para pembaca, baik secara teoritis dan praktis. Adapun manfaatnya sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Peneliti diharapkan mampu menambah wawasan dan memperkaya ilmu pengetahuan mengenai materi pembelajaran kurikulum 2013 kelas X Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen Pangkalpinang terutama pada materi teks prosedur kompleks.
(34)
a. Manfaat bagi guru
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru sebagai inovasi atau pembaharuan dalam mengembangkan media pembelajaran. Khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia kelas X Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen Pangkalpinang. Selain itu, penelitian dapat mendeskripsikan pemanfaatan aplikasi lectora inspire lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan metode ceramah.
b. Manfaat bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam meningkatkan proses pembelajaran di Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen Pangkalpinang dalam hal memberikan inovasi atau pembaharuan pada materi teks prosedur kompleks.
c. Manfaat bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam meningkatkan proses pembelajaran di Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen Pangkalpinang. Selain itu, dapat digunakan sebagai alternatif pemanfaatan belajar teks prosedur kompleks yang menjadi acuan dalam mengembangkan penelitian sebagai penunjang kualitas pendidikan.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, dengan penelitian diharapkan dapat membantu pembaca untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan media pembelajaran terutama
(35)
dalam pemanfaatan aplikasi lectora inspire sebagai media alternatif di Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen Pangkalpinang.
F. Batasan Istilah
Peneliti membatasi beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Penelitian Pengembangan
Penelitian Pengembangan menurut Borg & Gall (dalam Setyosari, 2013: 22) adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan menvalidasi produk pendidikan.
2. Media Pembelajaran
Rossi dan Breidle (dalam Sanjaya, 2012: 58) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya.
3. Teks Prosedur Kompleks
Kosasih (2013: 164) menyatakan teks prosedur kompleks merupakan teks yang mengutamakan ketepatan dalam hal urutan.
4. Multimedia
Munir (2013: 110) menyatakan mutimedia merupakan perpaduan antara berbagai media (format file) yang berupa teks, gambar (vektor atau bitmap), grafik, sound, animasi, video, interaksi, dan lain-lain yang dikemas menjadi file
(36)
5. Lectora Inspire
Mas’ud (2012: 1) menyatakan lectora inspire adalah authoring tool untuk pengembangan konten e-learning yang dikembangkan oleh Trivantis Corporation. Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa lectora inspire adalah
authoring tool perangkat yang menyediakan suatu elemen seperti text, graphic,
animation, audio, dan video untuk memproduksi sebuah multimedia dan mengembangkan konten e-learning yaitu pembelajaran menggunakan sarana elektronik berupa telepon genggam, komputer, dan laptop untuk mempermudah proses pembelajaran agar lebih inovatif.
6. Kurikulum 2013
Fadlilah (2014: 16) menyatakan kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft skills dan hard skills yang berupa sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
G. Sistematika Penyajian
KBBI (2008: 1325) menyatakan skripsi adalah karangan ilmiah yang wajib ditulis oleh mahasiswa sebagai bagian dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya. Dalam penulisan skripsi terdapat lima bab, sebagai berikut.
1. Bab I memaparkan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, spesifikasi produk yang diharapkan, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian.
2. Bab II memaparkan kajian teori-teori terdahulu yang relevan, kajian teori yang menguraikan media, media pembelajaran, multimedia, lectora inspire, teks
(37)
prosedur kompleks, dan kurikulum 2013, kerangka teori, dan pertanyaan penelitian.
3. Bab III memaparkan jenis penelitian, model pengembangan, prosedur pengembangan, waktu dan tempat pelaksanaan, dan uji coba produk yang terdiri dari desain uji coba, subjek uji coba, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
4. Bab IV memaparkan penelitian dan pengumpulan data, perencanaan, pengembangan draf produk, uji coba lapangan awal, revisi validasi ahli, uji coba lapangan, penyempurnaan produk hasil uji coba lapangan, kajian produk akhir, kelebihan produk, kekurangan produk, dan pembahasan.
(38)
13
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori-Teori Terdahulu yang Relevan
Penelitian pendidikan dan pengembangan, yang lebih dikenal dengan istilah
Research & Development (R&D) masih sedikit peminatnya terutama dalam lingkup Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari tiga penelitian yang relevan antara lain: Pertama, Keefektifan Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Lectora di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Sleman diteliti Muhyadi Tugiyem, Universitas Negeri Yogyakarta (2014). Kedua, P engembangan Media P embelajaran Menulis Puisi Berbasis Lectora Inspire dengan Metode Self Directed Learning untuk Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Jetis Bantul diteliti Tiara Dewita, Universitas Negeri Yogyakarta (2015). Ketiga, Kefektifan Media P embelajaran F lash Card Dalam Pembelajaran Menulis Prosedur Kompleks Siswa Kelas X SMA Negeri 6 Yogyakarta diteliti Aulia Ratna Sari, Universitas Negeri Yogyakarta (2015).
Penelitian yang pertama, Muhyadi (2014) yang berjudul Keefektifan Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis Lectora di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Sleman dilakukan dengan tujuan “agar guru dapat menyusun bahan ajar
sebagai media pembelajaran sesuai mata pelajaran yang diampu dan terpenuhinya standar kompetensi guru terutama kompetensi pedagogi”. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
(39)
pendidikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XI Pasal 40 ayat 2b.
Pada penelitian ini, untuk mendapatkan, data peneliti menggunakan angket dengan tiga cara yaitu angket yang pertama, disebarkan kepada peserta pelatihan pada hari terakhir pelatihan untuk mendapatkan data tanggapan peserta pelatihan terhadap komponen penyelenggaraan pelatihan dan tanggapan peserta terhadap kemampuan fasilitator. Angket kedua, untuk mendapatkan data hasil prestasi belajar peserta yang berbentuk compact disc yang oleh peserta dikumpulkan di Dinas Dikpora Kabupaten Sleman seminggu setelah pelatihan berakhir, dengan cara mengambil hasil penilaian dari evaluator yang telah ditunjuk oleh lembaga Dikpora Kabupaten Sleman, dan angket ketiga untuk mendapatkan data pemenuhan kompetensi pedagogi dengan cara meminta bantuan 69 kepala sekolah yang telah mengirimkan guru sebagai peserta pelatihan untuk mendapatkan informasi terpenuhinya standar kompetensi pedagogi.
Relevansi penelitian pertama dengan penelitian pemanfaatan aplikasi lectora inspire sebagai media alternatif pembelajaran teks prosedur kompleks kurikulum 2013 kelas X Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen Pangkalpinang adalah sama-sama mengembangkan aplikasi lectora inspire. Perbedaannya adalah penelitian ini mengkaji tentang keefektifan pelatihan penyusunan bahan ajar berbasis lectora inspire. Produk yang dihasilkan adalah membuat bahan ajar berbasis lectora inspre dalam bentuk compact disc. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian evaluasi. Sementara penelitian ini lebih mengarah pada pengembangan produk untuk kebutuhan membuat materi
(40)
ajar siswa/i kelas X secara khusus pada materi teks prosedur kompleks menggunakan aplikasi lectora inspire. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian Research & Development (R&D).
Penelitian kedua, Tiara (2015) berjudul Pengembangan Media Pembelajaran Menulis Puisi Berbasis Lectora Inspire dengan Metode Self Directed Learning untuk Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Jetis Bantul dilakukan dengan tujuan mengembangkan dan menghasilkan produk media pembelajaran berbasis teks puisi berbasis lectora inspire dengan metode self directed learning dalam pembelajaran menulis puisi untuk kelas VIII SMP Negeri 3 Jetis Bantul. Permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah bagaimana pengembangan media pembelajaran puisi berbasis lectora inspire dengan metode self directed learning dalam pembelajaran puisi untuk kelas VIII SMP Negeri 3 Jetis Bantul?
Pada penelitian ini, untuk mendapatkan data peneliti menggunakan angket yang digunakan untuk menguji kelayakan media pembelajaran yang telah dibuat. Angket ini akan diberikan kepada ahli media pembelajaran dan ahli materi. Nurgiyantoro (2010: 9) menyatakan angket merupakan serangkaian (daftar) pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada peserta didik (dalam penelitian: responden) mengenai masalah-masalah tertentu, yang bertujuan untuk mendapatkan tanggapan dari peserta didik (responden) tersebut.
Relevansi penelitian kedua dengan penelitian pemanfaatan aplikasi lectora inspire sebagai media alternatif pembelajaran teks prosedur kompleks kurikulum 2013 kelas X Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen Pangkalpinang adalah sama-sama mengembangkan aplikasi lectora inspire dan
(41)
menggunakan metode penelitian Research & Development (R&D). Perbedaannya adalah penelitian ini mengembangkan media pembelajaran menulis puisi dengan metode self directed learning. Sementara penelitian ini lebih mengarah pada pengembangan media alternatif pembelajaran teks prosedur kompleks.
Penelitian ketiga, Aulia (2015) berjudul Kefektifan Media Pembelajaran Flash Card Dalam Pembelajaran Menulis Prosedur Kompleks Siswa Kelas X SMA Negeri 6 Yogyakarta yang dilakukan dengan tujuan (1) Mampu membedakan kemampuan menulis prosedur kompleks antara siswa yang mendapat pembelajaran menulis prosedur kompleks dengan menggunakan media flash card
dan siswa yang mendapat pembelajaran menulis prosedur kompleks menggunakan media konvensional (2) Menguji keefektifan media flash card dalam pembelajaran menulis prosedur kompleks siswa kelas X SMA Negeri 6 Yogyakarta. Permasalahan yang diangat pada penelitian ini adalah (1) Apakah ada perbedaan kemampuan menulis teks prosedur yang signifikan antara siswa yang mendapat pembelajaran menulis prosedur kompleks dengan menggunakan media
flash card dan siswa yang mendapat pembelajaran menulis prosedur kompleks menggunakan media konvensional? (2) Apakah pembelajaran menulis teks prosedur kompleks dengan menggunakan media flash card lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran menulis prosedur kompleks yang menggunakan media konvensional?
Pada penelitian ini, untuk mendapatkan data peneliti menggunakan tes, yaitu tes prates dan pascates. Data diambil pada saat pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung. Prates dan pascates digunakan untuk mengetahui tingkat
(42)
kemampuan siswa sebelum mendapat perlakuan, sedangkan pascates digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mendapat perlakuan.
Relevansi penelitian ketiga dengan penelitian pemanfaatan aplikasi lectora inspire sebagai media alternatif pembelajaran teks prosedur kompleks kurikulum 2013 kelas X Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen Pangkalpinang adalah sama-sama mengembangkan teks prosedur kompleks sebagai materi pembelajaran kelas X. Perbedaannya adalah penelitian ini mengembangkan media pembelajaran flash card dan menggunakan metode penelitian desain eksperimen. Sementara penelitian ini lebih mengarah pada pengembangan aplikasi lectora inspire dan menggunakan metode penelitian
Research & Development (R&D).
B. Kajian Teori 1. Media
a. Definisi Media
Molenda dan Russel dalam Sanjaya (2012: 57) mengungkapkan bahwa “media is a channel of communication. Derived from the latin word for
“between”, a source and a receiver. ” Robert Hanick, Dkk dalam Sanjaya (2012: 57) mendefinisikan media adalah sesuatu yang membawa informasi antara sumber (source) dan penerima (receiver) informasi. Bovee dalam Sanaky (2013: 3) mendefinisikan media adalah sebuah alat yang berfungsi menyampaikan pesan. Association for Educational Communication and Technology dalam Anitah (2009: 4) mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk
(43)
menyalurkan infomasi. Briggs dalam Anitah (2009: 4) mengatakan bahwa media pada hakikatnya adalah peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan isi pembelajaran.
Berdasarkan teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa media merupakan alat informasi yang berfungsi menyampaikan pesan sebagai sumber belajar seperti audio, video, dan audio visual kepada penerima pesan (receiver) yang tujuannya untuk memotivasi minat belajar. Dengan demikian, media dapat membantu meningkatkan minat belajar dan perhatian siswa terhadap materi yang diajarkan.
b. Prinsip Pemilihan Media
Prinsip pemilihan media harus disesuaikan dengan kebutuhan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek yang akan menunjang proses pembelajaran yang diberikan guru kepada siswa. KBBI (2008: 1102) menyatakan prinsip adalah asas (kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dsb); dasar. Dalam hal ini Sanjaya (2008: 224) menyatakan ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pemilihan media, di antaranya:
1) Pemilihan media harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Apakah tujuan tersebut bersifat kognitif, afektif, atau psikomotorik. Perlu dipahami tidak ada satu pun media yang dapat dipakai cocok untuk semua tujuan. Setiap media memiliki karakteristik tertentu, yang harus dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pemakaiannya.
(44)
2) Pemilihan media harus berdasarkan konsep yang jelas. Artinya pemilihan media tertentu bukan didasarkan kepada kesenangan guru atau sekadar selingan dan hiburan, melainkan harus menjadi bagian integral dalam keseluruhan proses pembelajaran untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran siswa.
3) Pemilihan media harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Ada media yang cocok untuk sekelompok siswa, namun tidak cocok untuk siswa yang lain.
4) Pemilihan media harus sesuai dengan gaya belajar siswa serta gaya dan kemampuan guru. Oleh sebab itu, guru perlu memahami karakteristik serta prosedur penggunaan media yang dipilih.
5) Pemilihan media harus sesuai dengan kondisi lingkungan, fasilitas dan waktu yang tersedia untuk kebutuhan pembelajaran.
Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa prinsip pemilihan media harus disesuaikan dengan: pertama, tujuan yang ingin dicapai. Pada tahap ini dalam keluaran produk yang akan dihasilkan dalam penelitian pengembangan adalah bersifat kognitif, afektif, atau psikomotorik. Dengan aplikasi lectora inspire, guru di Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen Pangkalpinang dapat menilai aspek kognitif dapat dilihat dari games dan evaluasi sehingga guru dapat mengetahui kemampuan berpikir siswa yang mencakup kemampuan intelektual dari pemahaman materi yang didapatkan ketika menggunakan media interaktif. Selanjutnya, untuk aspek afektif dapat dilihat dari
(45)
respon siswa terhadap media pembelajaran berbasis lectora inspire. Pada tahap ini siswa dapat menilai media pembelajaran yang menjadi alternatif pembelajaran teks prosedur kompleks Kurikulum 2013 kelas X Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen Pangkalpinang. Siswa akan memberikan penilaian terhadap media pembelajaran yang dibuat apakah dapat dipahami atau tidak. Selain itu, implementasi dari aspek psikomotorik adalah siswa dapat menerima pengalaman belajar melalui aplikasi lectora inspire.
Kedua, pemilihan media harus sesuai berdasarkan konsep yang jelas. Artinya penggunaan aplikasi lectora inspire digunakan untuk menambah inovasi (pembaruan) guru dalam hal menjelaskan materi kepada siswa. Penyusunan media ini disesuaikan dengan konsep yang sudah ditentukan peneliti, ketika melakukan analisis kebutuhan di Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen Pangkalpinang.
Ketiga, pemilihan media harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Artinya media pembelajaran yang dibuat menggunakan aplikasi lectora inspire
terdapat teks, gambar, audio, video, dan audio visual. Hal ini dilihat dari cara belajar siswa yang berbeda-beda.
Keempat, pemilihan media harus sesuai dengan gaya belajar siswa serta gaya dan kemampuan guru. Secara otomatis guru dan siswa dapat menggunakan aplikasi lectora inspire untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Maka dari itu, sebelum menggunakan aplikasi lectora inspire ada baiknya guru menjelaskan cara penggunaan media yang akan digunakan sebagai alernatif
(46)
pembelajaran teks prosedur kompleks Kurikulum 2013 kelas X Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen Pangkalpinang.
Kelima, pemilihan media harus sesuai dengan kondisi lingkungan, fasilitas dan waktu yang tersedia untuk kebutuhan pembelajaran. Jika dikaitan dengan penggunaan aplikasi lectora inspire untuk kondisi lingkungan Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen Pangkalpinang akan menggunakan LCD (Liquid Crysta Display) dan viewer. Namun, kendalanya LCD (Liquid Crysta Display) dan viewer belum dipasang permanen di masing-masing kelas. Alternatifnya jika tidak dapat menggunakan LCD (Liquid Crysta Display) dan
viewer di dalam kelas fasilitas pendukung lainnya adalah menggunakan laboratorium komputer.
2. Media Pembelajaran
a. Definisi Media Pembelajaran
Gerlach dalam Sanjaya (2012: 60) menyatakan secara umum media (pembelajaran) itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Gagne dalam Sanjaya (2012: 60) menyatakan media pembelajaran adalah pelbagai komponen yang ada dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sanaky (2013: 3) menyatakan media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran.
(47)
Berdasarkan teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu yang berfungsi untuk membantu kegiatan belajar siswa yang dapat menarik perhatian dalam hal memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam lingkungan sekolah. Pengetahuan siswa dapat dilihat dari evaluasi media pembelajaran yang menggunakan aplikasi lectora inspire yang terdiri dari beberapa tes seperti: tipe benar-salah (true-false test), tipe menjodohkan (matching test), tipe pilihan ganda (multiple choice test). Keterampilan dapat dilihat dari cara mengajar guru terhadap siswa dan keterampilan siswa menerima materi yang diberikan oleh guru. Tarigan (2008: 2) menyatakan keterampilan berbahasa (language arts, language skills) dalam kurikulum di sekolah biasanya mencakup empat segi, yaitu: keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills). Keempat keterampilan inilah yang dapat menambah keterampilan siswa. Sikap dalam lingkungan sekolah dapat dilihat dari mengubah sikap siswa menjadi lebih baik.
b. Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran
Sanaky (2013: 5-6) menyatakan tujuan dan manfaat media pembelajaran sebagai berikut.
1) Tujuan Media Pembelajaran
(48)
a) Mempermudah proses pembelajaran di kelas.
Seorang guru yang menggunakan media pembelajaran di dalam kelas akan mempermudah proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari ketertarikan siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru.
b) Meningkatkan efisiensi antara materi pelajaran dengan tujuan pembelajaran. Ketepatan waktu sangat diperlukan dalam proses pembelajaran karena semua kegiatan di dalam kelas diperhitungkan mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Maka dari itu, perhitungan waktu harus diakumulasikan dengan baik agar kegiatan di dalam kelas dapat tercapai sesuai dengan tujuan pembelajaran.
c) Membantu konsentrasi pembelajaran dalam proses pembelajaran.
Hal yang harus dilakukan adalah fokus pada hal yang akan dipelajari. Dengan demikian, memusatkan pikiran pada proses pembelajaran akan membantu siswa dalam menangkap penjelasan yang diberikan oleh guru.
2) Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat media pembelajaran baik secara umum maupun khusus sebagai alat bantu pembelajaran bagi pengajar dan pembelajar. Jadi manfaat media pembelajaran sebagai berikut.
a) Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
(49)
Menurut Sanjaya (2008: 174), motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Pengajaran seorang guru dituntut untuk mampu mengkreasikan cara belajar yang menyenangkan misalnya menggunakan alat peraga, media powerpoint, media
lectora inspire, dan lain sebagainnya. Seorang guru juga harus mengetahui cara belajar yang diinginkan siswa.
b) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami pembelajar, serta memungkinkan pembelajar menguasai tujuan pengajaran yang baik.
Materi yang akan disampaikan oleh guru ke siswa sebaiknya diberitahukan kepada siswa di awal pembelajaran. Tujuannya agar siswa memahami materi yang akan dipelajari dapat mencapainya sesuai dengan target yang ditentukan.
c) Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi verba melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak bosan, dan pengajar tidak kehabisan tenaga.
Inovatif dalam membuat metode pembelajaran bertujuan menarik daya belajar siswa ketika menerima materi yang diberikan oleh guru. Dengan metode, pembelajaran akan berlangsung dengan mudah dan menyenangkan. Metode pembelajaran jumlahnya sangat banyak, tetapi tidak semua metode tersebut dapat diterapkan diberbagai pembelajaran. Dalam konteks ini guru harus dapat memilah-milah metode pembelajaran yang tepat dan baik untuk digunakan.
(50)
d) Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang dilakukan seperti: mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain. Pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas harus imperatif dimana adanya timbal balik antara guru dan siswa atau sebaliknya. Cara pembelajaran seperti ini disebut dengan cara belajar dua arah. Pada kurikulum 2013 ini siswa dituntut lebih aktif mencari tahu mengenai materi yang dipelajari sedangkan guru hanya sebagai fasilitator saja.
Media pembelajaran yang dibuat pasti memiliki manfaat bagi penggunanya. Meskipun, setiap media yang digunakan memiliki kelemahan dan kelebihannya masing-masing yang disesuaikan dengan kebutuhan. Selain itu, manfaat media pembelajaran bagi pengajar dan pembelajaran, sebagai berikut:
3) Manfaat media pembelajaran bagi pengajar, sebagai berikut ini. a) Memberikan pedoman, arah untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Seorang guru harus membuat rancangan pembelajaran yang berguna menjadi pedoman selama mengajar di dalam kelas. Pedoman yang harus dibuat misalnya silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan lain sebagainya. Dengan adanya pedoman tersebut seorang guru dapat menyesuaikan media pembelajaran yang cocok dengan materi yang akan dipelajari. Hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditargetkan.
(51)
b) Menjelaskan struktur dan urutan pengajaran secara baik.
Menggunakan media pembelajaran membantu penjelasan materi secara lebih baik karena dibuat sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan siswa. Media pembelajaran yang dibuat berisi kompetensi, materi, games, daftar pustaka, penyusunan, dan evaluasi. Alhasil, media pembelajaran yang dihasilkan lebih interaktif karena terjadi timbal balik antara satu dengan yang lainnya.
c) Memberikan kerangka sistematis mengajar secara baik.
Dalam hal pembuatan media pembelajaran hal utama yang harus dipersiapkan pertama kali adalah membuat kerangka secara sistematis. Tujuannya untuk memberikan gambaran tentang media pembelajaran yang akan dibuat. Dengan demikian, dalam kerangka sistematis ini dapat diketahui hal apa saja yang harus dimuat dalam media pembelajaran.
d) Memudahkan kendali pengajar terhadap materi pelajaran.
Adanya media pembelajaran membantu penjelasan seorang guru sehingga waktu yang digunakan lebih efisien. Salah satu hal ini yang memudahkan seorang guru dalam hal memberikan materi kepada siswa. Hal ini dilakukan agar siswa ikut berperan aktif dalam memahami materi yang dijelaskan sehingga terjadi interaksi satu sama lain dan guru berfungsi sebagai fasilitator.
(52)
e) Membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian materi pembelajaran. Membuat media pembelajaran tidaklah mudah karena memerlukan waktu yang cukup untuk menghasilkan media pembelajaran yang menarik minat belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari kecermatan dan ketelitian seorang guru dalam menyusun suatu materi pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa. Kecermatan dan ketelitian seorang guru ini dapat dilihat dari media pembelajaran yang disusun. Media pembelajaran yang disusun seorang guru ada baiknya berisi kompetensi, materi, games, daftar pustaka, penyusunan, dan evaluasi.
f) Membangkitan rasa percaya diri seorang pengajar.
Media pembelajaran dibuat untuk membantu seorang guru saat memberikan penjelasan materi kepada siswa. Hal inilah yang menjadi nilai tambah tersendiri bagi seorang pengajar yaitu membangkitkan rasa percaya diri.
g) Meningkatkan kualitas pengajaran.
Menggunakan media pembelajaran sesuai dengan materi yang ingin diajarkan akan meningkatkan kualitas dalam mengajar siswa. Semakin sering menggunakan media pembelajaran maka rasa ingin tahu siswa akan meningkat. Akibatnya kualitas pengajaran dengan media pembelajaran yang berbeda akan semakin baik. Hal ini disesuaikan dengan metode pembelajaran dan kebutuhan siswa.
(53)
h) Memberikan dan meningkatkan variasi belajar.
Media pembelajaran yang berbeda dalam setiap pemberian materi akan menjadikan pengalaman belajar bagi siswa. Semakin banyak media pembelajaran yang diberikan kepada siswa maka, semakin banyak pula kesempatan siswa dalam meningkatkan pemahaman materi yang diberikan oleh guru dengan berbagai variasi.
i) Menyajikan inti informasi, pokok-pokok secara sistematik, sehingga memudahkan penyampaian.
Penyajian yang ditampilkan dalam media pembelajaran pasti disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Mulai dari materi pembelajaran, soal latihan, dan sumber acuan. Hal ini dilakukan agar media yang dibuat sesuai dengan tujuan pembelajaran dan tidak berlawanan dengan materi yang akan diajarkan ke siswa.
j) Menciptakan kondisi dan situasi belajar yang menyenangkan dan tanpa tekanan.
Seorang guru harus mampu membuat suasana belajar yang kondusif agar siswa tertarik memperhatikannya. Hal ini dapat diciptakan dengan berbagai cara belajar yang inovatif. Dengan demikian, situasi belajar akan menyenangkan dan tanpa tekanan.
4) Berbagai cara dilakukan oleh seorang guru untuk menghasilkan pembelajaran yang menarik untuk siswanya. Hal ini dilakukan oleh guru terhadap siswa
(54)
dengan tujuan secara tidak langsung memberikan manfaat media pembelajaran bagi pembelajaran, adalah:
a) Meningkatkan motivasi belajar pembelajar,
b) Memberikan dan meningkatkan variasi belajar bagi pembelajar, c) Memudahkan pembelajar untuk belajar,
d) Merangsang pembelajar untuk berpikir dan beranalisis,
e) Pembelajaran dalam kondisi dan situasi belajar yang menyenangkan dan tanpa tekanan, dan
f) Pembelajar dapat memahami materi pelajaran secara sistematis yang disajikan.
Sudjana dan Rifai dalam Sukiman (2012: 43-44) mengemukakan kegunaan/manfaat media pembelajaran dalam proses belajar peserta didik, yaitu: a) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar;
Pengembangan media pembelajaran teks prosedur kompleks berbasis lectora inspire dapat menarik perhatian siswa karena lebih menarik. Hal ini dapat dilihat dari tampilan media pembelajaran teks prosedur kompleks yang terdiri dari audio, video, dan gambar. Dengan demikian, motivasi belajar siswa akan meningkat.
b) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh peserta didik dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran;
(55)
Media pembelajaran yang dibuat terdiri dari materi pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan dilengkapi dengan tujuan pembelajarannya. Maka dari itu, guru harus membuat media pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang sudah ditentukan. Siswa juga diharapkan dapat mencapai indikator dan tujuan yang ditentukan oleh guru.
c) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga peserta didik tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran;
Metode pengajaran yang beraneka ragam membuat siswa tertarik dalam belajar bahasa Indonesia. Dengan demikian, guru bertugas menyampaikan materi kepada siswa sesuai cara yang berbeda dalam setiap jam pelajaran. Hal ini dilakukan agar siswa tidak jenuh dengan metode pengajaran yang sama dalam setiap pembelajaran.
d) Peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasi, memerankan, dan lain-lain.
Siswa harus lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Hal ini dikarenakan guru hanya sebagai fasilitator. Dalam hal ini guru dan siswa mempunyai tugasnya masing-masing untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
(56)
c. Fungsi Media Pembelajaran
Levie dan Lentz dalam Kustandi., Bambang (2013: 19-20) menyatakan terdapat empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu: (1) fungsi atensi, (2) fungsi afektif, (3) fungsi kognitif, dan (4) fungsi kompensatoris. Berikut ini dijelaskan satu per satu secara rinci.
1) Fungsi atensi, yaitu media visual yang menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pembelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
2) Fungsi afektif, yaitu media visual yang dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual akan dapat mengugah emosi dan sikap pembelajaran.
3) Fungsi kognitif, yaitu media visual yang terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4) Fungsi kompensatoris, yaitu media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
Selain itu, Sanaky (2013: 7) mengemukakan media pembelajaran berfungsi untuk merangsang pembelajaran:
(57)
1) Menghadirkan objek sebenarnya dan objek yang langkah,
Dalam media pembelajaran teks prosedur kompleks berbasis lectora inspire
guru dapat menampilkan objek yang ingin dijelaskan. Selain itu, objek yang ingin dilihat secara langsung dapat ditampilkan dalam bentuk gambar atau video. Alhasil, siswa dapat melihat tampilan yang disajikan tanpa harus berimajinasi.
2) Membuat duplikasi dari objek yang sebenarnya,
Media pembelajaran yang dibuat merupakan duplikasi yang dibuat dari objek yang sebenarnya. Tujuannya untuk mempermudah siswa dalam memahami pembelajaran yang akan diberikan oleh guru. Dengan diberikan objek atau gambaran yang akan dipelajari siswa akan mudah memahami.
3) Membuat konsep abstrak ke konsep kongkret,
Storyboard sangat diperlukan ketika membuat media pembelajaran teks prosedur kompleks berbasis lectora inspire. Fungsinya sebagai gambaran yang merupakan konsep abstrak yang akan dijadikan menjadi nyata dalam bentuk media pembelajaran. Dengan demikian, kedua konsep ini sangat diperlukan dalam pembuatan media pembelajaran.
4) Memberi kesamaan persepsi,
Penyampaian materi pembelajaran menggunakan media pembelajaran teks prosedur kompleks berbasis lectora inspire merupakan pembaruan dalam media pembelajaran. Hal ini memberikan kesamaan terhadap tanggapan mengenai media
(58)
pembelajaran yang akan digunakan. Namun, media pembelajaran teks prosedur kompleks berbasis lectora inspire dapat memuat evaluasi yang akan menampilkan skor secara otomatis ketika siswa sudah selesai mengerjakan soal yang diberikan.
5) Mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah, dan jarak,
Penggunaan media pembelajaran teks prosedur kompleks berbasis lectora inspire dapat mengatasi waktu, tempat, jumlah, dan jarak. Dalam mengatasi waktu media ini pembelajaran ini lebih efisien karena dapat digunakan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Selain itu, siswa dapat menggunakannya di rumah. Alhasil, jumlah dapat diperbanyak sesuai kebutuhan dan jarak tidak menjadi masalah.
6) Menyajikan ulang informasi secara konsisten, dan
Penyampaian materi yang ada tidak berubah-ubah dan selaras dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Hal ini dapat dilihat dari kompetensi, kompetensi inti, kompetensi dasar yang sudah ditetapkan oleh kurikulum. Dengan demikian, penyajian materi dapat berulang kali disampaikan sesuai dengan kebutuhan siswa.
7) Memberi suasana belajar yang menyenangkan, tidak tertekan, santai, dan menarik, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Media pembelajaran teks prosedur kompleks berbasis lectora inspire
(59)
yang dapat menarik perhatian siswa. Selain itu, media pembelajaran dapat menampilkan games mengenai materi pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran akan semakin menyenangkan.
d. Klasifikasi dan Macam-macam Media Pembelajaran
Sanjaya (2008: 211-212) menyatakan media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut mana melihatnya.
1) Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi sebagai berikut.
a) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.
b) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Contoh media ini adalah film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis.
c) Media audio visual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua.
2) Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi sebagai berikut.
(60)
a) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti radio dan televisi. Melalui media siswa dapat mempelajari hal-hal atau kejadian-kejadian yang aktual secara serentak tanpa harus menggunakan ruangan khusus.
b) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu, seperti film slide, film, video, dan lain sebagainya.
3) Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi sebagai berikut.
a) Media yang diproyeksi, seperti film, slide, film strip, transparansi, dan lain sebagainya. Jenis media yang demikian memerlukan alat proyeksi khusus, seperti film projector untuk memproyeksi film, slide projector untuk memproyeksikan film slide, Over Head Projector (OHP) untuk memproyeksikan transparansi. Tanpa dukungan alat proyeksi semacam ini, maka media semacam ini tidak akan berfungsi apa-apa.
b) Media yang tidak diproyeksikan, seperti gambar, foto, lukisan, radio, dan lain sebagainya.
KBBI (2008: 706) menyatakan klasifikasi adalah penyusunan bersistem di kelompok atau golongan menurut kaidah atau standar yang ditetapkan. Rudy Brets dalam Sanjaya (2008: 212) menyatakan ada tujuh klasifikasi media, yaitu: (1) media audio visual gerak, seperti: film suara, pita video, film tv; (2) media audio visual diam, seperti: film rangkai suara; (3) audio semigerak, seperti: tulisan
(61)
jauh bersuara; (4) media visual bergerak, seperti: film bisu; (5) media visual diam, seperti: halaman cetak, foto, microphone, slide bisu; (6) media audio, seperti: radio, telepon, pita audio; (7) media cetak, seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri.
Berbeda dengan Anderson dalam Sanjaya (2008: 213) mengelompokkan media, yaitu sebagai berikut:
NO KELOMPOK MEDIA MEDIA INSTRUKSIONAL
1. Audio a. Pita audio (rol atau kaset)
b. Piringan audio
c. Radio (rekaman siaran)
2. Cetak a. Buku teks terprogram
b. Buku pegangan/manual
c. Buku tugas
3. Audio-Cetak a. Buku latihan dilengkapi kaset
b. Gambar/poster (dilengkapi audio)
4. Proyek Visual Diam a. Film bingkai (slide)
b. Film rangkai (berisi pesan verbal)
5. Proyek Visual Diam dengan Audio a. Film bingkai (slide) suara
b. Film rangkai suara
6. Visual Gerak a. Film bisu dengan judul (caption)
7. Visual Gerak dengan Audio a. Film suara
b. Video/vcd/dvd
8. Benda a. Benda nyata
b. Model tiruan (mock-up)
9. Komputer a. Media berbasis komputer; CAI (Computer
Assisted Instructional) dan CMI (Computer Managed Instructional)
Selain itu, Sanaky (2013: 44-45) menyatakan media pembelajaran apabila dilihat dari sudut pandang yang luas, tidak hanya terbatas pada alat-alat audio, visual, audio-visual saja melainkan sampai pada tingkah laku pengajar dan kondisi pribadi pembelajar. Maka media pembelajaran dapat diklasifikasi sebagai berikut:
(62)
1) Bahan-bahan yang mengutamakan kegiatan membaca atau dengan menggunakan simbol-simbol kata dan visual berupa bahan-bahan cetakan dan bacaan.
2) Alat-alat audio-visual, alat-alat yang tergolong ke dalam kategori ini, yaitu: a) Media proyeksi, seperti: overhead projector, slide, film, dan LCD,
b) Media non-proyeksi, seperti papan tulis, poster, papan tempel, kartun, papan flanel, komik, bagan, diagram, gambar, grafik, dll, dan
c) Benda tiga dimensi antara lain benda tiruan, diorama, boneka, topeng, lembaran balik, peta, globe, pameran, dan museum sekolah.
3) Media yang menggunakan teknik atau masinal yaitu, slide, film strip, film rekaman, radio, televisi, video, VCD, laboratorium elektronik, perkakas otoinstruktif, ruang kelas otomatis, sistem interkomunikasi, komputer, internet.
4) Kumpulan benda-benda (material collections), yaitu berupa peninggalan sejarah, dokumentasi, bahan-bahan yang memiliki nilai sejarah, jenis kehidupan, mata pencaharian, industri, perbankan, perdagangan, pemerintahan, agama, kebudayaan, politik, dan lain-lain.
5) Contoh-contoh kelakuan, perilaku pengajar. Pengajar memberi contoh perilaku atau suatu perbuatan. Misalnya, mencontohkan suatu perbuatan dengan gerakan tangan dan kaki, gerakan badan, mimik, dan lain-lain. Media pembelajaran dalam bentuk ini, sangat tergantung pada inisiatif, rekayasa, dan kreatif pengajar itu sendiri. Jenis media seperti ini, hanya dapat dilihat dan ditirukan oleh pembelajar.
(63)
3. Multimedia
a. Definisi Multimedia
Munir (2013: 2) menyatakan multimedia berasal dari kata multi dan media. Multi berasal dari bahasa Latin, yaitu nouns yang berarti banyak atau bermacam-macam. Kata media berasal dari bahasa Latin, yaitu medium yang berarti perantara atau sesuatu yang dipakai untuk menghantarkan, menyampaikan, atau membawa sesuatu. Rosch dalam Munir (2013: 2) menyatakan multimedia adalah suatu kombinasi data atau media untuk menyampaikan suatu informasi sehingga informasi itu tersaji dengan lebih menarik. Hofstetter dalam Munir (2013: 3) menyatakan multimedia adalah penggunaan komputer untuk menyajikan dan menggabungkan teks, suara, gambar, animasi, dan video dengan alat bantu (tool) dan koneksi (link) sehingga pengguna dapat melakukan navigasi, berintegrasi, berkarya, dan berkomunikasi.
Berdasarkan teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa multimedia adalah kumpulan media berbasis komputer dan sistem komunikasi yang memiliki peran dan kombinasi dari beberapa media (audio, video, grafik, teks, animasi, dan sebagainya) sehingga menjadi sebuah kesatuan yang memberikan hasil interaksi (umpan balik) terhadap pengguna. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan media
lectora inspire yang menampilkan penjelasan materi berupa teks, contoh berupa video yang akan disimak, dan soal evaluasi untuk latihan siswa. Maka dari itu, multimedia dirancang untuk keperluan belajar siswa yang disesuaikan dengan kebutuhan.
(64)
b. Bentuk Multimedia
Sanjaya (2012: 224-226) menyatakan pengembangan multimedia dapat dibagi dua, yakni multimedia linear dan multimedia interaktif. Berikut ini penjelasan mengenai bentuk multimedia.
1) Multimedia Linear
Multimedia linear adalah multimedia yang bersifat sekuensial atau berurutan, setiap siswa atau pemakai multimedia ini menggunakannya sesuai dengan urutan setahap demi setahap sesuai dengan pengemasan materi yang ditentukan. Siswa belajar berdasarkan bagian-bagian yang didesain sedemikian rupa secara berurutan dengan waktu yang telah ditentukan. Bentuk multimedia yang bersifat linear memiliki kelebihan di antaranya sebagai berikut.
a) Lebih mudah dalam pengembangannya. Hal ini disebabkan multimedia yang bersifat linear bentuknya lebih sederhana yang tidak banyak menggunakan fungsi kontrol.
b) Multimedia ini bentuknya lebih sederhana, maka pemakaiannya pun lebih sederhana pula. Siswa tidak dihadapkan pada berbagai frame dan menu pilihan.
c) Multimedia linear terdiri atas bagian-bagian atau unit-unit terkecil bahan pelajaran, dengan demikian lebih mudah dalam kontrol penguasaan materi oleh siswa.
d) Bentuk umpan balik dapat dilakukan dengan segera, sehingga dengan segera pula siswa dapat memperbaikinya apabila diperlukan.
(65)
Multimedia linear dimulai dari posisi awal menuju ke suatu posisi akhir. Misalnya televisi, film, majalah, dan koran. Pengguna multimedia linear hanya menjadi pengguna dan menikmati hasilnya. Namun, bentuk multimedia yang bersifat linear memiliki kekurangan di antaranya sebagai berikut.
1) Hal yang lebih diutamakan dalam multimedia ini adalah penguasaan materi pembelajaran, dengan demikian persoalan proses belajar kurang mendapat perhatian.
2) Wawasan siswa sesuai dengan topik pembelajaran akan terbatas pada materi yang disajikan dalam multimedia ini.
3) Kecenderungan adanya anggapan pembentukan tingkah laku terjadi secara mekanis seperti yang diasumsikan oleh aliran belajar behavioristik sangat kental.
Gambar 2.1 Multimedia Tipe Linear
2) Multimedia Interaktif
Multimedia interaktif adalah multimedia yang tidak besifat linear, namun siswa memiliki pilihan sesuai dengan menu yang ditawarkan. Dalam mempelajari satu topik bahasan siswa kelas X di Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen Pangkalpinang dapat memilih mana yang akan dipelajari lebih
(66)
dahulu. Dengan demikian ciri khas dari multimedia interaktif adalah semacam pengontrol yang dapat disebut dengan graphical user interface (GUI), yang berupa icon, button, scroll, atau yang lainnya. Setiap GUI tersebut dapat dioperasikan oleh siswa (pemakai) untuk mencari informasi yang diinginkan.
Gambar 2.2 Multimedia Tipe Interaktif
c. Ragam Media yang Digunakan dalam Multimedia
Sanjaya (2012: 227-233) menyatakan multimedia merupakan pengemasan materi pembelajaran dengan memadukan berbagai ragam media untuk dipelajari siswa sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Terdapat berbagai macam media yang dapat dipadukan di antaranya teks, suara, gambar atau foto, film (video), animasi, simulasi.
1) Teks
Teks adalah rangkaian tulisan yang tersusun sehingga memiliki makna sebagai informasi yang hendak disampaikan. Teks merupakan jenis media yang paling dominan pemakaiannya dalam multimedia terutama ketika belum ditemukannya
(67)
unsur-unsur lain dalam internet seperti gambar (foto) termasuk gambar hidup seperti film dan video.
Bentuk data multimedia yang paling mudah disimpan dan dikendalikan adalah teks. Munir (2013:216) menyatakan teks merupakan salah satu media penting yang diperlukan dalam sebuah multimedia karena informasi yang disampaikan dan disebarkan dengan mudah dan bermakna. Ada beberapa keuntungan penggunaan teks dalam multimedia di antaranya sebagai berikut.
a) Teks dapat digunakan untuk menyampaikan materi yang kompleks dan bersifat abstrak seperti rumus-rumus tertentu.
b) Teks dapat digunakan untuk membantu menjelaskan suatu proses yang panjang dan rumit misalnya proses fotosintesis atau reaksi kimia tertentu. c) Teks merupakan media yang lebih mudah untuk menyampaikan gagasan dan
ide yang hendak disampaikan.
d) Membuat teks lebih mudah dibandingkan dengan program yang lainnya seperti animasi atau film, demikian juga halnya dalam mengoperasikannya.
Teks biasanya digabungkan dengan gambar, audio, dan video. Jadi, tidak mengherankan jika sebuah produk multimedia itu bergantung pada teks dalam berbagai hal seperti di dalam menjelaskan bagaimana suatu aplikasi bekerja, membantu pengguna di dalam suatu aplikasi dan untuk menyebarkan informasi melalui aplikasi-aplikasi yang telah didesain. Teks juga memiliki kelemahan dalam multimedia di antaranya sebagai berikut.
(68)
1) Teks sulit untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa. Hal ini disebabkan teks hanya menyajikan informasi.
2) Teks dapat menimbulkan kejenuhan dan membosankan bagi siswa, apalagi kalau pengembangan media tidak memperhatikan jenis dan tampilan huruf yang digunakan serta tidak memperhatikan panjangnya teks.
3) Teks yang terlalu panjang dapat membuat mata siswa menjadi cepat lelah.
Teks dapat dikombinasikan bersama-sama dengan media lain untuk menyampaikan suatu informasi menarik dan bermakna. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan agar penggunaan teks dapat berfungsi sebagai media yang menarik dan tidak membosankan, yaitu:
a) Perhatikan pemilihan warna teks. Hindari warna-warna teks yang dapat membuat mata menjadi cepat lelah, misalnya warna merah menyala.
b) Gunakan teks dengan warna yang kontras. Warna yang kontras antara teks dan warna dasar akan membuat teks menjadi jelas.
c) Usahakan teks hanya memuat poin-poin yang penting. Teks yang terlalu panjang akan membuat bosan.
d) Perhatikan ukuran teks. Teks dengan ukuran yang terlalu kecil akan sulit ditangkap oleh audiens sehingga bukan hanya akan membuat audiens cepat lelah, namun juga perhatiannya akan mudah terpecah.
(69)
2) Suara (audio)
Suara (audio) merupakan unsur penting yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan multimedia. Ada dua fungsi pengembangan suara dalam multimedia yakni fungsi penjelasan (eksplanation) dan fungsi efek suara (sound effect). Fungsi penjelasan (eksplanation) adalah fungsi suara sebagai media untuk menjelaskan materi atau bahan ajar yang hendak disampaikan melalui multimedia, sedangkan fungsi efek suara (sound effect) adalah sebagai bahan untuk mempercantik penampilan multimedia itu sendiri, misalnya unsur instrinsik dan efek-efek lainnya, untuk memperkuat pesan (gagasan).
Fungsi penjelasan sama pentingnya dengan unsur teks yang dikembangkan sesuai dengan isi (content) materi pelajaran, bahkan sering keduanya muncul secara bersamaan. Terdapat beberapa kelebihan penggunaan audio atau suara (sound) dalam multimedia, yaitu:
a) Audio dapat memperjelas gagasan yang hendak disampaikan. Artinya, audio dapat digunakan secara kebersamaan dengan media lain seperti grafis untuk menyampaikan gagasan atau informasi sesuai dengan tujuan.
b) Penggunaan audio pada multimedia dapat meminimalisir kejenuhan sehingga dapat meningkatkan kegairahan belajar.
c) Audio dapat menyampaikan gagasan yang tidak dapat disampaikan dengan media lain.
(70)
Munir (2013: 265) menyatakan audio atau suara adalah suara dalam bentuk seperti suara, musik, narasi, dan sebagainya yang dapat didengar. Dalam hubungannya dengan multimedia, media audio (sound) memiliki beberapa keterbatasan di antaranya sebagai berikut.
1) Dalam komputer perangkat audio membutuhkan kapasitas tempat penyimpanan file dalam ukuran besar.
2) Membutuhkan komputer dengan kapasitas tertentu baik software maupun
hardware-nya.
3) Penggabungan suara atau audio dengan unsur lain memerlukan keterampilan khusus yang tidak dimiliki oleh setiap orang.
Integrasi suara dalam aplikasi multimedia dapat memberikan informasi yang tidak dapat disampaikan oleh media lain. Agar unsur audio dapat mendukung keberhasilan multimedia ada beberapa prinsip yang akan dipertimbangkan di antaranya sebagai berikut.
a) Prinsip kejelasan (clarifity) artinya suara (sound) baik suara dalam bentuk penjelasan suatu keterangan, maupun suara dalam bentuk efek dan musik, perlu diperhatikan kejelasan suara itu sendiri. Misalnya apabila dalam multimedia diperlukan suara atau audio untuk menjelaskan suatu konsep (biasanya bersamaan dengan munculnya caption atau teks) maka suara yang ditampilkan harus jelas dalam melafalkan setiap kata dengan kalimat sehingga tidak meragukan pendengar. Demikian juga dalam intonasi suara, bukan saja
(71)
unsur suara atau audio perlu memiliki aspek artistik akan tetapi juga memiliki aspek kebermaknaan dari setiap suara yang ditampilkan.
b) Prinsip kesesuaian (relevansi) artinya setiap suara atau audio yang muncul harus relevan dengan unsur-unsur lainnya, baik dengan teks, foto, gambar, animasi, dan lain sebagainya. Para pengembang multimedia perlu mengerti, apakah audio merupakan unsur utama atau hanya sebagai unsur sampingan. Demikian juga dengan audio pada unsur instrinsik perlu disesuaikan dengan kedudukan musik itu sendiri apakah hanya sekadar music thema atau musik latar.
c) Prinsip komunikasi (communication) artinya bahasa yang digunakan dalam audio adalah bahasa komunikasi baik dalam penyapaan atau penjelasan materi.
d) Prinsip kesatuan (unity) artinya audio dalam multimedia tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan unsur lainnya.
3) Animasi
Pada awal penemuannya, film animasi dibuat dari berlembar-lembar kertas gambar yang kemudian di-“putar” sehingga muncul efek gambar bergerak. Dengan bantuan komputer film animasi menjadi sangat mudah dan cepat. Oleh karena itu, dengan alasan tertentu dalam pengembangan multimedia dengan menggunakan komputer, selalu menampilkan animasi. Dalam mengembangkan multimedia peran animasi dapat berupa bagian yang tidak terpisahkan dari multimedia itu sendiri atau hanya bagian pelengkap dari program multimedia.
(72)
Dikatakan sebagai bagian yang tidak terpisahkan manakala keseluruhan program multimedia menggunakan film animasi dari mulai pembuka sampai penutup program. Adapun, manakala animasi ditempatkan sebagai bagian terpisah, misalnya animasi digunakan hanya untuk memberikan ilustrasi bahan atau informasi yang hendak disampaikan, atau animasi digunakan pada awal atau penutup program, maka kedudukan animasi hanya sebagai pelengkap.
Animasi dapat digunakan untuk menarik perhatian peserta didik jika digunakan secara tepat. Terdapat beberapa keuntungan penggunaan animasi dalam program multimedia, di antaranya sebagai berikut.
a) Menggunakan animasi yang sesuai dan dibuat dengan baik, program multimedia akan lebih menarik sehingga multimedia tidak membosankan dan dapat menambah motivasi belajar siswa.
b) Film animasi dapat dikemas untuk menyampaikan berbagai jenis materi pelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran, baik kognitif, afektif maupun psikomotorik.
c) Menggunakan film animasi dalam program multimedia dapat menekan biaya produksi dibandingkan dengan menggunakan pemeran yang sesungguhnya. d) Memproduksi multimedia dengan film animasi, akan lebih mudah
mengorganisasi sesuai dengan kehendak penulis naskah.
Munir (2013: 318) berdasarkan penelitian menyatakan peserta didik yang memiliki latar belakang pendidikan dan pengetahuan rendah cenderung memerlukan bantuan, salah satunya animasi, untuk menangkap konsep materi
(73)
yang disampaikan. Beberapa kelebihan di atas, penggunaan film animasi juga memiliki keterbatasan, di antaranya sebagai berikut.
1) Membuat animasi bukan pekerjaan yang mudah, melainkan memerlukan keahlian khusus.
2) Memproduksi animasi diperlukan komputer dengan spesifikasi khusus.
3) Animasi dalam bentuk film cenderung cocok digunakan untuk siswa usia tertentu.
4) Bagan/Grafik
Fungsi bagan dan multimedia adalah untuk menyajikan ide atau gagasan yang sulit bila hanya disampaikan melalui teks atau suara saja. Dengan demikian, fungsi bagan untuk memperjelas penyajian informasi/pesan yang biasanya disajikan melalui suara.
Berbagai jenis bagan dapat disajikan sesuai dengan jenis dan bentuk informasi yang hendak disajikan misalnya bagan pohon (tree chart) yang disajikan untuk menggambarkan silsilah; bagan arus (flowchart) yakni bagan yang berfungsi untuk menggambarkan suatu proses atau menggambarkan hubungan kerja dan tanggung jawab antarbagian dalam suatu organisasi. Berbeda dengan bagan, grafik adalah gambar sederhana yang menggunakan titik-titik, garis atau gambar dan simbol-simbol verbal lainnya yang berfungsi untuk menggambarkan data secara kuantitatif tentang perkembangan sesuatu, atau membandingkan suatu objek tertentu. Macam-macam grafik dapat digunakan misalnya grafik garis, grafik batang, grafik lingkaran dan grafik gambar. Grafik garis biasanya
(74)
digunakan untuk menunjukkan perkembangan sesuatu dalam rentang waktu tertentu. Melalui garis kita dapat melihat angka kenaikan atau angka penurunan (fluktuasi) sesuatu dalam periode tertentu. Grafik batang dapat menggambarkan perkembangan dan melihat perbandingan sesuatu.
4. Lectora Inspire
a. Definisi Lectora Inspire
Mas’ud (2012: 1) mendefinisikan lectora inspire adalah authoring tool untuk pengembangan konten e-learning yang dikembangkan oleh Trivantis Corporation. Aplikasi lectora inspire mampu membuat kursus online cepat dan sederhana. Pendirinya adalah Timothy D. Loudermilk di Cincinnati, Ohio, Amerika tahun 1999.
b. Keunggulan Lectora Inspire
Lectora Inspire memperoleh 5 penghargaan dalam bidang produk e-leaning
inovatif, authoring tool, tool presentasi terbaik, dan teknologi e-learning terbaik pada tahun 2011. Jadi, wajar lebih dari 50 perusahaan atau instansi di dunia memilih lectora inspire. Mas’ud (2012: 2-3) menyatakan lectora inspire
mempunyai mempunyai beberapa keunggulan dibanding authoring tool e-learning lainnya, yaitu:
1) Aplikasi lectora inspire dapat digunakan untuk membuat website, konten
(75)
2) Fitur-fitur yang disediakan lectora inspire sangat memudahkan pengguna pemula untuk membuat multimedia (audio dan video) pembelajaran.
3) Bagi seorang guru atau pengajar, keberadaan lectora inspire dapat memudahkan membuat media pembelajaran.
4) Template lectora inspire cukup lengkap.
5) Aplikasi lectora inspire menyediakan media library yang sangat membantu pengguna.
6) Aplikasi lectora inspire sangat memungkinkan penggunanya untuk mengkonversi presentasi microsoft powerpoint ke konten e-learning.
7) Konten yang dikembangkan dengan perangkat lunak lectora inspire dapat dipublikasikan ke berbagai output seperti HTML5, single file executable
(.exe), CD-ROM, maupun standar e-learning seperti SCORM dan AICC.
5. Teks Prosedur Kompleks
a. Definisi Teks Prosedur Kompleks
Kosasih (2013: 153) menyatakan bahwa teks prosedur kompleks merupakan teks yang mengutamakan ketepataan dalam hal urutan. Langkah-langkah kegiatan yang kita kemukakan harus benar. Kekeliruan dalam urutan dapat menyebabkan hasil dari kegiatan menjadi gagal, atau bahkan mencelakakan.
b. Struktur Teks Prosedur Kompleks
Kosasih (2013: 125-126) menyatakan secara umum, struktur teks prosedur kompleks terdiri atas pendahuluan, pembahasan, dan penutup.
(76)
1) Pendahuluan diisi dengan pengantar berkaitan dengan petunjuk yang akan dikemukakan pada bagian pembahasan. Pada bagian ini, mungkin pula dikemukakan tujuan dari penulisan petunjuk itu sendiri.
2) Pembahasan diisi dengan petunjuk atau langkah-langkah pengerjaan sesuatu yang disusun serta sistematis. Pada umumnya, penyusunannya mengikuti urutan waktu, yang bersifat kronologis. Dalam petunjuk yang berupa resep, bagian ini berisikan penjelasan tentang alat, bahan, dan langkah-langkah perjalanannya.
Terdapat tiga kategori pembahasan pada isi suatu teks prosedur kompleks. a) Teks yang berisi cara-cara menggunakan alat, benda, ataupun perangkat lain
yang sejenisnya. Sebagai contoh, cara menggunakan komputer atau cara mengendarai mobil secara manual.
b) Teks yang berisi cara melakukan suatu aktivitas. Sebagai contoh, cara-cara melamar pekerjaan, cara-cara membaca buku secara-cara efektif, dan cara-cara-cara-cara berolahraga untuk penderita sakit jantung.
c) Teks yang berisi kebiasaan-kebiasaan atau sifat-sifat tertentu. Sebagai contoh, cara-cara menikmati hidup dan cara-cara melepaskan kebosanan.
3) Penutup diisi dengan kalimat-kalimat yang seperlunya, tidak berupa simpulan.
c. Kaidah Teks Prosedur Kompleks
Yustinah (2013: 125-126) menyatakan kaidah-kaidah yang berlaku pada teks prosedur kompleks adalah sebagai berikut.
(77)
1) Menggunakan Kalimat Imperatif, Deklaratif, dan Interogatif
a) Kalimat imperatif disebut juga kalimat perintah. Kalimat ini berfungsi untuk memerintah. Dalam teks prosedur kompleks, kita harus mengenali kalimat-kalimat perintah. Kalimat perintah bermanfaat untuk menyusun langkah-langkah dalam teks prosedur kompleks.
b) Kalimat deklaratif disebut juga kalimat pernyataan. Kalimat ini berfungi untuk menyatakan informasi atau berita. Dalam teks prosedur kompleks kita harus mengenali kalimat-kalimat deklaratif. Kalimat deklaratif bermanfaat untuk menyusun teks prosedur kompleks pada bagian pengantar. Bagian pengantar sangat penting karena membuka isi teks, mencantumkan tujuan, dan menjelaskan bagian untuk menuju langkah-langkah.
c) Kalimat interogatif disebut juga kalimat pernyataan. Kalimat ini berfungsi untuk bertanya. Dalam teks prosedur kompleks, kita harus mengenali kalimat-kalimat interogatif. Kalimat interogatif bermanfaat untuk menyusun teks prosedur kompleks pada bagian menuju langkah-langkah. Kalimat ini menghubungkan pengantar dan langkah-langkah.
2) Menggunakan Urutan/Langkah
Prosedur kompleks menggunakan urutan/langkah untuk satu tahapan perintah dengan perintah lain sampai tahapan itu usai. Langkah itu harus urut. Tidak boleh dibalik atau salah satunya dihilangkan, sebab hal itu akan membuat tahapan alur kerja dalam prosedur kompleks menjadi tidak utuh.
(78)
3) Menggunakan Nomina dan Partisipan
Nomina adalah kata yang mengacu pada orang, benda, atau hal-hal yang bersifat abstrak/konsep, misalnya kursi, bangunan, dan keputusan. Partisipan dalam prosedur kompleks biasanya manusia secara umum, seperti pengendara, Anda, kita, disesuaikan dengan konteks kalimat.
4) Menggunakan Verba/Kata Kerja
Verba/kata kerja adalah kata yang menunjukkan aksi, peristiwa/keadaan, misalnya menulis, melihat, dan menyaksikan. Kata kerja dalam prosedur kompleks biasanya berupa verba tingkah laku (verba yang mengacu pada ungkapan verbal) atau verba material (verba yang mengacu pada tindakan fisik). Contoh verba tingkah laku: menerima, menolak, dan sebagainya. Contoh verba material: menulis, membaca, menyetir).
5) Menggunakan Konjungsi
Konjungsi yang digunakan dalam prosedur kompleks biasanya berupa konjungsi temporal, seperti pertama, kedua, ketiga, selanjutnya, sesudah itu, dan kemudian.
d. Cara Menginterpretasi Teks Prosedur Kompleks
Yustinah (2013: 128) menyatakan membaca dan memahami teks prosedur kompleks dalam bentuk petunjuk penggunaan sangat penting jika kita hendak
(79)
melakukan suatu kegiatan. Untuk memenuhi kriteria ini, perlu dilakukan proses menginterprestasi makna teks prosedur kompleks sebagai berikut.
1) Dari segi kriteria, teks prosedur kompleks di atas telah memenuhi standar. Struktur teksnya sudah memuat pendahuluan, pembahasan, dan penutup. 2) Dari segi isi, teks prosedur kompleks di atas berisi petunjuk mengenai cara
memilih rumah yang tepat, yang meliputi luas rumah, bentuk rumah, lokasi rumah, harga, dan cicilannya. Dengan kriteria yang jelas, pembaca dapat mempertimbangkan langkah-langkah untuk memenuhi kebutuhan perumahan. 3) Dari segi makna, teks prosedur kompleks ini dapat diinterpretasikan sebagai
petunjuk pemilihan rumah yang tepat. Teks ini memberi gambaran yang sangat jelas sehingga pembaca merasa mendapatkan informasi secara maksimal apabila hendak memilih rumah. Trik dan tips dalam memilih rumah harus diperhatikan. Bagimana jadinya jika kebutuhan akan rumah tidak dapat dipenuhi oleh sebagian warga negara? Perlukah masalah perumahan menempati daftar urutan teratas dalam perioritas pembangunan?
6. Kurikulum 2013
a. Definisi Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang dibuat oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Kesatuan Pendidikan (KTSP). Fadlillah (2014:16) menyatakan kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft skills
(80)
b. Tujuan Kurikulum 2013
Abidin (2014:59) menyatakan tujuan umum kurikulum 2013 adalah mengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa, rumusan tujuan performasi yang dikembangkan hendaknya mencerminkan gradasi ketiga tujuan tersebut. Gradasi sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang harus dicapai siswa dalam konteks kurikulum 2013 tertuang dalam Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses. Fadlillah (2014:25) menyatakan tujuan Kurikulum 2013, di antaranya sebagai berikut.
1) Meningkatkan mutu pendidikan dengan menyeimbangkan hard skills dan soft skills melalui kemampuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam rangka menghadapi tantangan global yang terus berkembang.
2) Membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia yang produktif, kreatif, dan inovatif sebagai modal pembangunan bangsa dan negara Indonesia.
3) Meringankan tenaga pendidik dalam menyampaikan materi dan menyiapkan administrasi mengajar, sebab pemerintah telah menyiapkan semua komponen kurikulum beserta buku teks yang digunakan dalam pembelajaran.
4) Meningkatkan peran serta pemerintah pusat dan daerah serta warga masyarakat secara seimbang dalam menentukan dan mengendalikan kualitas dalam pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan.
5) Meningkatkan persaingan yang sehat antar-satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai. Sebab sekolah diberikan keleluasaan untuk mengembangkan Kurikulum 2013 sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah.
(1)
57.Selamat Anda Lulus Visual
Audio
Audio tepuk tangan untuk siswa yang lulus mengerjakan soal evaluasi teks prosedur kompleks.
Keterangan
Tampilan slide selamat Anda lulus terdiri dari logo Universitas Sanata Dharma, latar berwarna putih dengan kombinasi warna ungu tua dan ungu muda, tombol navigasi exit, home, help, dan next, hasil evaluasi atas nama siswa dan nilai, serta copyright 2016 Maria Yunita Anggelina.
(2)
58.Selamat Anda Gagal Visual
Audio
Audio bayi menangis untuk siswa yang gagal mengerjakan soal evaluasi teks prosedur kompleks.
Keterangan
Tampilan slide maaf Anda gagal terdiri dari logo Universitas Sanata Dharma, latar berwarna putih dengan kombinasi warna ungu tua dan ungu muda, tombol navigasi exit, home, help, dan next, hasil evaluasi atas nama siswa dan nilai, serta copyright 2016 Maria Yunita Anggelina.
(3)
Keterangan: Persiapan Wawancara Analisis Kebutuhan Guru dan Siswa
(4)
Keterangan: Angkatan ke 3 Siswa Kelas X Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen Pangkalpinang
(5)
Keterangan: Uji Coba Kelompok Besar
Keterangan: Kepala Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen Pangkalpinang RD. Aloysius Angus, M.Pd. dan guru bahasa Indonesia Antonius Aris Wibowo, S.Pd. beserta angkatan ke 3 Siswa Kelas X
(6)
310
BIOGRAFI PENULIS
Maria Yunita Anggelina lahir di Batam, 1 Juni 1993. Anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Yulianus Yulius dan Wilisitas Niran Waruwahang. Penulis menempuh pendidikan TK-SMP di Yos Sudarso Batam pada tahun 2000-2009, dan melanjutkan pendidikan menengah atas di SMAN 5 Batam pada tahun 2009-2012. Penulis tercatat sebagai mahasiswa aktif di Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta sejak tahun 2012.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi dan kepanitiaan. Organisasi yang diikuti adalah Cana Community dan menjabat sebagai koordinator tata laksana periode kepengurusan 2013/2014, serta menjadi ketua periode kepengurusan 2014/2015. Selain itu, penulis terlibat dalam beberapa kepanitiaan antara lain: Perayaan Pekan Suci menjabat sebagai Ketua Umum tahun 2013, Inisiasi Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia menjabat sebagai Wakil Ketua tahun 2015, Panitia Seminar Nasional Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia (PIBSI) Ke-37 tahun 2015 menjabat sebagai notulis, dan lain sebagainya. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta diakhiri penulis pada tahun 2016 dengan membuat skripsi yang berjudul “Pengembangan Aplikasi Lectora Inspire sebagai Media Alternatif Pembelajaran Teks Prosedur Kompleks Kurikulum 2013 Kelas X Sekolah Menengah Agama Katolik Seminari Mario John Boen Pangkalpinang”.