186
2012AnnualReport• BNI
Untuk mengelola potensi kerugian Risiko Pasar telah ditetapkan limit-limit sebagai berikut:
a. Value at Risk Limit VaR Limit, yang merupakan maksimum potensi kerugian
yang mungkin terjadi pada waktu tertentu di masa datang dengan tingkat kepercayaan
tertentu.
b. Loss limit yang dipergunakan untuk membatasi realisasi kerugian aktivitas
bisnis. c. Limit pembelian surat berharga yang
digunakan untuk membatasi konsentrasi pembelian surat berharga korporat
berdasarkan rating dan jenis mata uang surat berharga.
d. Asset and liability repricing gap limit untuk membatasi risiko suku bunga dalam
banking book .
3. Risiko Operasional
Dengan meningkatnya keragaman dan kompleksitas produk serta aktivitas
perbankan yang ditawarkan kepada nasabah, perkembangan sistem dan teknologi
pendukung yang sangat cepat, serta meningkatnya ekspektasi nasabah akan
pelayanan yang diberikan oleh bank, maka pengelolaan risiko operasional menjadi hal
yang sangat penting.
Tata Kelola Organisasi
Tata kelola manajemen risiko operasional telah diimplementasikan di segenap unit bisnis dan
unit pendukung sebagai Risk Owner atau Risk Taking Unit
yang merupakan first line of defense
. Implementasi tersebut didukung dengan pertahanan second line of defense
yang dijalankan oleh Divisi Manajemen Risiko Bank serta Divisi Kepatuhan sebagai Risk
Control Unit dan third line of defence yaitu
Satuan Pengawas Internal sebagai Risk Assurance Unit
.
Kebijakan dan Prosedur
Divisi Manajemen Risiko Bank telah memiliki Kebijakan Manajemen Risiko Operasional
untuk mendukung implementasi manajemen risiko operasional pada segenap unit, yang
dijabarkan lebih rinci dalam Standard Operating Procedure
transaksi dan operasional yang prudent
untuk menjalankan aktivitas bisnis sehari-hari.
Manajemen Risiko
Risk Management
To manage the potential loss of market risk, limits have been set as follows:
a. Value at Risk VaR limit, which is the maximum potential loss that may occur at
a specific time in the future with a certain confidence level.
b. Loss limit, which is used to limit the realization of the loss of business activity.
c. Limit on the purchase of securities that is used to control the concentration of
corporate securities according to bond rating and currency denomination of
securities.
d. Asset and liability repricing gap limit to control the interest rate risk in the banking
book.
3. Operational Risk
The management of operational risk becomes very important in line with the increasing
diversity and complexity of banking products and activities offered to customers, the
very rapid development of systems and technologies, and the increased expectation of
customers regarding services provided by the bank.
Governance and Organization
Operational risk management governance has been implemented in all business units and
support units as Risk Owner or Risk Taking Unit forming the first line of defense. The
implementation is supported by a second line of defense undertaken by the Enterprise Risk
Management Division and the Compliance Division as the Risk Control Unit, as well as the
third line of defense constituting the Internal Audit as Risk Assurance Unit.
Policies and Procedures
Enterprise Risk Management Division has a Policy for Operational Risk Management to
support the implementation of operational risk management at all units, which is further
elaborated in more details into Standard Operating Procedures for prudent transactions
and operations for the day-to-day business activities.
187
LaporanTahunan2012• BNI
Proses
Proses manajemen risiko operasional BNI terdiri dari 5 lima proses utama yang
berkesinambungan mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yaitu identifikasi, penilaian,
pengukuran, pemantauan dan pengendalian. a. Identifikasi Risiko
Mekanisme identifikasi risiko operasional dilakukan dengan menerapkan Macro
Process Mapping atas proses kerjaaktivitas
masing-masing unit untuk menangkap potensi risiko operasional.
b. Penilaian Risiko Dilakukan oleh masing-masing unit pemilik
risiko melalui metode operational risk self assessment
, mencakup penilaian atas dampak, frekuensi dan penyebab risiko
serta solusinya. c. Pengukuran Risiko
Sesuai dengan aturan Bank Indonesia, pengukuran risiko operasional
menggunakan Pendekatan Indikator Dasar Basic Indicator Approach.
Pengungkapan kuantitatif risiko operasional Bank secara individu dan konsolidasi
dimuat dalam Tabel 8.1.a dan b
d. Pemantauan Risiko Dilakukan oleh Divisi Manajemen Risiko
Bank dengan melakukan evaluasi dan feedback
atas penilaian risiko berdasarkan hasil self assessment.
e. Pengendalian Risiko Mekanisme mitigasi risiko operasional
tergambar pada proses pengendalian internal, yaitu dengan menerapkan 4
strategi mitigasi, yaitu hindari, kurangi, transfer dan terima. Keempat strategi
mitigasi tersebut tertuang dalam prosedur mitigasi Risiko Operasional yang meliputi
prosedur pengendalian, prosedur penyelesaian transaksi, prosedur akuntansi,
prosedur penyimpanan aset dan kustodian, prosedur penyediaan produk dan prosedur
pencegahan fraud.
Perangkat dan Metode
Untuk membantu proses pengelolaan risiko operasional yang dilakukan oleh setiap unit
kerja bank, Bank telah mengembangkan perangkat manajemen risiko operasional
Operational Risk Management tool berbasis
Process
Operational risk management process at BNI consists of 5 five major continuing processes
as stipulated by Bank Indonesia, namely the identification, assessment, measurement,
monitoring and control of risk. a. Risk Identification
The mechanism for operational risk identification is done by applying Macro
Process Mapping on work processes activities of each unit to capture the
potential operational risks.
b. Risk Assessment Performed by each risk owner unit
through a method of operational risk self assessment, including an assessment of
the impact, the frequency and causes of risks as well as its solutions.
c. Risk Measurement In accordance with Bank Indonesia
regulation, the measurement of operational risk uses the Basic Indicator Approach.
Quantitative disclosure of operational risk - bank only and consolidated - is presented
in Table 8.1.a and Table 8.1.b
d. Risk Monitoring Enterprise Risk Management Division
conducted an evaluation and feedback on risk assessment based on the results of
self-assessment.
e. Risk Control The mechanism for operational risk
mitigation is reflected in the internal control processes through the implementation of
the four strategies of mitigation, namely avoid, mitigate, transfer and accept. The
four mitigation strategies are carried out in Operational Risk mitigation procedures
that include control procedures, settlement procedures, accounting procedures, assets
and custodial storage procedures, product delivery procedures, and fraud prevention
procedures.
Tools and Methods
To help the process of operational risk management performed by each working
unit, the Bank has developed a web-based Operational Risk Management tool known as
PERISKOP Operational Risk Management
188
2012AnnualReport• BNI
web web-based yang diberi nama PERISKOP
Perangkat Risiko Operasional. PERISKOP mempunyai peranan yang sangat penting
karena 3 tiga proses utama dalam proses pengelolaan risiko operasional menggunakan
perangkat ini yaitu Self Assessment, Loss Event Database
dan Key Risk Indicator.
PERISKOP PERISKOP
Modul Self Assessment Modul Loss Event Database
Modul Key Risk Indicator Self Assessment
SA merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan
sendiri oleh setiap unit risk owner dalam mengidentifikasi operational risk
issue yang terdapat di unitnya, mencari
penyebabnya, mengukur potensi kerugian yang mungkin timbul serta
mencarikan solusi untuk mengatasinya. Hasil SA memberikan gambaran potensi
risiko yang dihadapi unit untuk 3 bulan ke depan.
Self Assessment SA is a series of activities conducted by each unit risk
owner in identifying unit’s operational risk issue, finding the cause, measuring
potential loss and finding solution to solve it. SA result provides a view on
potential risk for 3 months ahead. Merupakan Database atas seluruh
kerugian finansial akibat risiko operasional yang terjadi di seluruh unit di bank. Data
kerugian yang terkumpul melalui modul LED, selain digunakan untuk pengelolaan
risiko operasional yang lebih baik namun juga sebagai dasar untuk perhitungan
kebutuhan modal untuk mengcover risiko operasional dengan menggunakan
Advance Measurement Approach
AMA. Database of all financial losses from
operational risks occurred in all units of the bank. In addition to using it for
better operational risk management, data of the losses gathered through
LED Modul is also used as the basis for calculating allocated capital needed to
cover operational risks, using Advance Measurement Approach AMA.
Key Risk Indicators merupakan alat ukur
untuk mengidentifikasi potensi risiko kerugian operasional yang melekat
pada produk dan aktivitas sebelum risiko tersebut terjadi dan memberikan
tanda signal jika melebihi suatu range nilai tertentu yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Key Risk Indicators is the measurement tool to identify potential losses from
operational risk inherent in products and activities before they occur and
give signal in the event of losses higher than the specified range that has been
decided.
Business Continuity Management
Gangguan atau bencana yang diakibatkan oleh faktor alam, perbuatan manusia, maupun
sistem dapat terjadi pada fungsi-fungsi usaha BNI yang kritikal sehingga menyebabkan
terganggunya aktivitas bisnis dan layanan BNI.
Untuk mengantisipasi kejadian tersebut maka BNI telah menerapkan Manajemen
Keberlangsungan UsahaBusiness Continuity Management
BCM yang diharapkan dapat meminimalisir risiko operasional pada saat
terjadinya kondisi darurat atau bencana. Pengembangan perangkat tersebut sejalan
dengan peraturan Bank Indonesia yang mewajibkan bank untuk melaksanakan proses
pengendalian risiko untuk mengelola risiko yang dapat membahayakan kelangsungan
usaha bank, serta selaras dengan persyaratan pada dokumen Basel II yang mewajibkan
Bank untuk memiliki rencana keberlangsungan usaha dan rencana darurat business continuity
management
dan contingency management guna memastikan kemampuan Bank untuk
dapat tetap beroperasi dan membatasi kerugian jika terjadi gangguan terhadap
aktivitas bisnisnya.
Manajemen Risiko
Risk Management
Tool. PERISKOP has a very important role because the 3 three main processes
in operational risk management use this tool, namely Self Assessment, Loss Event
Database and Key Risk Indicator.
Business Continuity Management
Disruption or disaster caused by natural factors, human action, and system may
happen to various BNI’s critical business function, causing disruption of business
activities and services by BNI.
To anticipate such events, BNI has implemented a Business Continuity
Management BCM system that is expected to be able to minimize operational risk in the
event of an emergency or disaster situation.
The development of the system is in line with Bank Indonesia regulation that requires banks
to implement risk control processes to manage risks that could compromise the survival of a
bank, and also in line with the requirements of the Basel II document which requires the Bank
to own a business continuity management and contingency management plan to ensure the
Bank’s ability to keep operating and to limit losses in the event of disruption to business
activities.
189
LaporanTahunan2012• BNI
Tata Kelola dan Organisasi
Dalam kondisi bencana disaster, BNI telah menyiapkan organisasi spesifik yang terdiri
dari Eksekutif Senior sebagai koordinator penanggulangan bencana yang memiliki level
kewenangan dan efektif sejak Crisis Management Team
CMT yang beranggotakan Direksi menyatakan kondisi status bencana.
Kebijakan Prosedur
Terkait dengan implementasi Business Continuity Plan
BCP, BNI telah menetapkan Kebijakan Rencana Penanggulangan Bencana,
Panduan Penyusunan, Panduan Pengujian dan Pemeliharaan BCP serta penyusunan standardisasi
petunjuk signage keselamatan gedung.
Proses
Setiap langkah Recovery Strategy dan Proses Recovery
yang dilaksanakan dipantau dan dilaporkan ke Crisis Management Team CMT
sampai kondisi dinyatakan normal kembali. Untuk memastikan tingkat kesiapan dan evaluasi
BCP Business Continuity Plan, BNI telah melakukan pengujian atas implementasi BCP di
seluruh unit operasional. Hal ini dilakukan secara rutin tiap tahun untuk mengetahui tingkat kesiapan
masing-masing unit, ditinjau dari segi organisasi maupun infrastruktur BCP yang dimilikinya. Hasil
dari evaluasi dan pengujian rutin tersebut terlihat dari penanganan yang sistematis dan terarah
dalam menghadapi bencana baik yang disebabkan oleh manusia, alam, maupun oleh sistem sehingga
aktivitas operasional BNI di lokasi bencana dapat tetap berjalan pada tingkatan tertentu walaupun
beberapa sarana dan prasarana penunjang aktivitas bisnis mengalami gangguan.
Perangkat dan Metode
Perangkat BCM dilengkapi berbagai tools analysis untuk mengevaluasi dampak, Business Impact
Analysis BIA, Recovery Time Analysis RTA,
Recovery Tools dan berbagai Recovery Standard
Operating Procedure SOP bagi setiap unit.
Selain itu, BNI telah memiliki gedung BCP yang berlokasi di tempat tertentu, sebagai alternatif
kelangsungan bisnis Bank jika terjadi bencana disaster di Kantor Pusat BNI. Gedung BCP
tersebut dilengkapi dengan Disaster Recovery Center, Back-up Infrastucture
dan Back-up Peralatan Komputer yang dibutuhkan dalam
penanggulangan bencana.
Governance and Organization
In a disaster situation, BNI has prepared specific organization consist of Senior Executives as
disaster management coordinator who has a level of authority and effective since the Crisis
Management Team CMT consist of the Board of Directors declares a disaster condition.
Policies Procedures
Along with the implementation of the Business Continuity Plan BCP, BNI has established
Disaster Management Plan Policies, Guidelines for Developing, Testing, and Maintenance of BCP and
preparation of standardized instructions signage in building safety.
Process
Every step of the Recovery Strategy and Recovery Process implemented are monitored and reported
to the Crisis Management Team CMT until it return to normal conditions.
To ascertain the level of readiness and evaluation of BCP Business Continuity Plan, BNI examined
the implementation of BCP in all operational units. This is conducted routinely every year to
determine the level of readiness of each unit, in terms of organization and infrastructure of its
BCP. The results of the routine evaluation and examination are tested that BNI can keep running
to a certain extent at disaster site although some facilities and business activity infrastructure
experienced interference, because of the systematic and directed handling to face disasters
caused by human, natural or system.
Tools and Methods
The BCM system is equipped with a variety of analysis tools to evaluate the impact, Business
Impact Analysis BIA, Recovery Time Analysis RTA, Recovery Tools and other Recovery
Standard Operating Procedure SOP for each unit.
In addition, BNI also operates a BCP building, as an alternative to the Bank’s business continuity
in case of disaster at BNI Head Office. The BCP building is equipped with Disaster Recovery
Center, Back-up Infrastructure and Back-up Computer Equipment needed in disaster.
190
2012AnnualReport• BNI
4. Risiko Likuiditas