174
2012AnnualReport• BNI
Risk OwnerTaking Unit merupakan unit yang
melaksanakan aktivitas bisnis dan proses operasional bisnis sehari-hari sebagai first
line of defense . Dalam implementasi di BNI,
unit ini sebagai risk owner atas aktivitas yang dilaksanakannya. Unit ini merupakan unit
yang paling bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan pengendalian risiko atas
aktivitas harian yang dilakukannya.
Pada second line of defense atau Risk Control terdapat Divisi Manajemen Risiko Bank dan
Unit Tata Kelola Kebijakan yang bertanggung jawab kepada Direktur Risiko serta Divisi
Kepatuhan yang bertanggung jawab kepada Direktur Kepatuhan Hukum.
Sebagai third line of defense atau Risk Assurance Unit
, BNI memiliki Satuan Pengawas Internal yang bertanggung jawab
kepada Direktur Utama. Risk Assurance memastikan bahwa kebijakan dan prosedur
Manajemen Risiko telah memadai dan penerapan manajemen risiko telah sesuai
dengan kebijakan dan prosedur yang berlaku termasuk melakukan kaji ulang secara berkala
terhadap penerapan manajemen risiko, serta verifikasi kecukupan dan akurasi informasi.
B. Penerapan Manajemen Risiko BNI Untuk Masing-masing Risiko
Dalam mengelola risiko secara komprehensif dan efektif diperlukan infrastruktur risiko
yang mencakup Tata Kelola dan Organisasi termasuk SDM, Kebijakan dan Prosedur, Proses
Manajemen Risiko, Perangkat dan Metode Pengukuran termasuk Kuantifikasi Model Risiko,
yang didukung oleh Teknologi Informasi dan Budaya Risiko yang kuat.
Pengelolaan masing-masing risiko dikembangkan dan diimplementasikan berdasarkan infrastruktur
tersebut.
1. Risiko Kredit
Selama tahun 2012, BNI berhasil mengelola dan membatasi risiko kreditnya dengan baik,
dimana portofolio kredit tumbuh sebesar 22,8 dengan rasio kredit bermasalah gross
Gross Non Performing Loan turun dari 3,6 menjadi 2,8 dan rasio cadangan kredit
bermasalah meningkat dari 120,8 menjadi 123,0.
Manajemen Risiko
Risk Management
Risk OwnerTaking Units are units that carry out business activities and processes of
the daily business operations as first line of defense. These units are the risk owner of
their activities, and are primarily responsible for the management and control of daily operation
and the risk associated with it.
In the second line of defense or Risk Control are the Enterprise Risk Management Division
and the Policy Governance Unit that are responsible directly to the Director of Risk,
as well as the Compliance Division that is responsible to the Director of Compliance
Legal.
As third line of defense or Risk Assurance Unit, BNI has the Internal Audit Unit that
is responsible directly to the President Director. Risk Assurance ensures that the
Risk Management policies and procedures is adequate and the implementation of Risk
Management is in compliance with current policies and procedures including conducting
periodic review of the implementation of risk management, as well as the verification of the
adequacy and accuracy of information.
B. Implementation of BNI Risk Management for Each Risk Type
The comprehensive and effective management of risk require a risk infrastructure that includes
Governance and Organization including HR, Policies and Procedures, Risk Management
Process, Tools and Methods of Measurement including Quantification of Risk Model, and
supported by Information Technology and a strong Risk Culture.
The management of each type of risk is developed and implemented on the basis of such
infrastructure.
1. Credit Risk
During 2012, BNI has been successfully in managing and limiting its credit risk, where
the loan portfolio increased by 22.8 while the ratio of gross non-performing loans
declined from 3.6 to 2.8 and the ratio of non-performing loan provision increased from
120.8 to 123.0.
175
LaporanTahunan2012• BNI
Tata Kelola dan Organisasi
Untuk menjaga dan meningkatkan kualitas kredit, proses analisa kredit memisahkan
fungsi antara unit bisnisfungsi pemasaran dilakukan oleh Relationship Manager dengan
unit risikofungsi analisa kredit dilakukan oleh Credit Analyst
. Selanjutnya, proses persetujuan kredit
dilakukan dalam Komite Kredit yaitu forum bersama pejabat pemutus kredit yang
berwenang memutus kredit sesuai dengan limit yang ditetapkan, yang terdiri dari pejabat
dari unit bisnis dan unit risiko bisnis. Unit bisnis dan unit risiko bisnis berperan sebagai first line
of defence
atau risk owner yang mengelola dan mengendalikan risiko kredit pada kegiatan
operasional harian unit tersebut. Sesuai dengan pendekatan Customer Centric,
organisasi risiko kredit dikembangkan sesuai dengan segmennya. Unit risiko bisnis di BNI
terdiri dari Divisi Risiko Bisnis Korporasi, Divisi Risiko Bisnis Komersial Usaha Kecil, dan
Divisi Risiko Bisnis Konsumer Ritel yang bertanggung jawab kepada Pemimpin Sektor
Risiko Bisnis Chief of Business Risk Officer.
Sementara menurut fungsinya, organisasi risiko kredit pada dasarnya terbagi atas 3 tiga
jenis aktivitas, yaitu: a. Credit Risk Operation
Merupakan partner dari unit bisnis dalam proses kredit baik dari analisa, persetujuan,
pemantauan serta remedial dan recovery. b. Credit Policy
Bertugas menyiapkan kebijakan dan prosedur perkreditan yang diperlukan dalam
proses kredit, seperti limit kewenangan, persyaratan-persyaratan perkreditan dan
sebagainya. Fungsi ini dijalankan oleh Unit Tata Kelola Kebijakan sebagai second line
of defense
. c. Credit Risk Management
Mencakup portfolio planning, credit risk measurement, internal rating system,
pricing dan sebagainya. Fungsi ini
dijalankan oleh Divisi Manajemen Risiko Bank sebagai second line of defense.
Kebijakan dan Prosedur
Dalam rangka mendukung target bisnis dengan tetap menjaga kualitas portofolio, BNI telah
memiliki Kebijakan Perkreditan Bank KPB sebagai panduan kebijakan terkait aktivitas
Governance and Organization
To manage and improve the quality of credit, the loan analysis process is segregated between the
business unitsmarketing functions performed by a Relationship Manager and the risk unitscredit
analysis function performed by a Credit Analyst.
Afterward, the loan approval process is carried out by a Credit Committee, comprising loan officers
from the business units and the business risk units with the authority to grant loan approval
in accordance with the established limits. The business units and business risk units act as the
first line of defense or risk owners who manage and control credit risk in the daily operations of the
unit.
To support the Customer Centric approach, the credit risk organization has been designed
in accordance with the respective business segment. The business risk units at BNI comprise
of the Corporate Business Risk Division, Commercial Business Risk Division, and the
Consumer Retail Business Risk Division, which are responsible to the Chief of Business Risk
Officer.
Meanwhile, according to its function, the credit risk organization is basically divided into 3 three
types of activities, namely: a. Credit Risk Operation
A partner of the business unit in the loan process from credit analysis, approval,
monitoring and loan remedial and recovery. b. Credit Policy
In charge of setting up credit policies and procedures that are required in the loan
process, such as limit of authority, credit requirements, and so on. These functions are
carried out by the Policy Governance Unit as the second line of defense.
c. Credit Risk Management Includes portfolio planning, credit risk
measurement, internal rating system, pricing, etc. These functions are carried out by
Enterprise Risk Management Division as a second line of defense.
Policies and Procedures
In order to support business expansion goals while still maintaining the quality of the loan
portfolio, the Bank has a Bank Credit Policy KPB as a lending activities guideline. The Bank Credit
176
2012AnnualReport• BNI
perkreditan. Kebijakan Perkreditan Bank ini diterjemahkan menjadi Kebijakan Perkreditan
yang diputus oleh Forum Komite Risiko dan Kapital Bidang Kebijakan Kredit atau Keputusan
Direksi dan dituangkan dalam Standard Operating Procedure
SOP yang lebih detil. Dan untuk memastikan penerapan manajemen
risiko kredit berjalan efektif, telah disusun Pedoman Penerapan Manajemen Risiko Kredit.
Proses
Proses manajemen risiko kredit berlangsung secara berkesinambungan dalam suatu value
chain activity , diawali dengan customer insight,
portfolio planning, product development, loan originationmonitoring, loan administration
portfolio optimization .
Pada tataran eksposur individu, proses manajemen risiko kredit dilaksanakan oleh
unit bisnis dan unit Risiko Bisnis melalui identifikasi antara lain verifikasi kebenaran
data, pengukuran menggunakan perangkat analisa kredit, pemantauan melalui kunjungan
berkala kepada nasabah dan review rating nasabah, dan pengendalian antara lain melalui
penetapan limit-limit, covenant, dan faktor mitigant
. Pada tataran eksposur portofolio, eksposur
kredit senantiasa dipantau dan dilaporkan secara berkala kepada Manajemen antara
lain melalui Laporan Portofolio Pinjaman atau Forum Risiko dan Kapital Bidang Manajemen
Risiko. Pada Forum Risiko dan Kapital Bidang Manajemen Risiko dilakukan evaluasi atas
pencapaian target, penetapan langkah-langkah dan koordinasi tindaklanjut perbaikan, serta
evaluasi atas efektivitas langkah-langkah perbaikan yang telah dilakukan.
Perangkat dan Metode
Untuk mendukung proses bisnis dan pengelolaan risiko kredit, BNI telah
mengembangkan beberapa perangkat manajemen risiko kredit baik pada tataran
eksposur portofolio maupun individu.
Pada tataran eksposur individu, BNI telah membangun dan mengembangkan model
rating debitur yang mencakup seluruh segmen Business Banking dan Consumer Retail
untuk menetapkan kualitas debitur dalam proses analisa kredit dan penetapan parameter
Risiko Kredit mencakup Probability of Default
Manajemen Risiko
Risk Management
Policy is translated into Loan Policies through the decision of the Risk and Capital Committee
on Loan Policy or through the decision of the Board of Directors, and further elaborated into
detailed Standard Operating Procedures SOP. To ensure the implementation of effective credit risk
management, the Bank has formulated the Credit Risk Management Implementation Guidelines.
Process
The process of credit risk management takes place continuously in a value chain activity,
beginning from customer insight, portfolio planning, product development, loan origination
monitoring, loan administration and portfolio optimization.
At the level of individual loan exposures, the credit risk management processes are implemented by
the business units and business risk units through risk identification such as verifying the data
accuracy, measurement using a credit analysis tools, monitoring through regular visits to
customers and customer review rating, and risk control including limits setting, loan covenants,
and mitigant factor.
At the level of loan portfolio exposure, credit exposure are constantly monitored and reported
regularly to Management in the form of reports such as Loan Portfolio Report or in the form of
Risk and Capital Committee on Risk Management Forum. The Risk and Capital Committee on
Risk Management forum evaluates targets achievement, determines measures and
coordination for follow-up corrective measures, and evaluates the effectiveness of the corrective
measures.
Tools and Methods
To support the business processes and management of credit risk, BNI has developed a
number of credit risk management tools both at the level of individual loan exposure as well as
loan portfolio exposure.
At the individual loan exposure level, BNI has built and developed debtor rating models covering
all segments Business Banking and Consumer Retail Banking in order to determine the
quality of debtors in the credit analysis process and determination of credit risk parameters
that includes Probability of Default PD, Loss
177
LaporanTahunan2012• BNI
PD, Loss Given Default LGD, Exposure at Default
EAD sesuai dengan ketentuan Basel II. Model-model kuantitatif tersebut direview
dan divalidasi secara berkala. Pada tataran eksposur portofolio, Loan
Exposure Limit LEL merupakan batas
maksimum pinjaman dalam negeri di akhir tahun untuk setiap sektor ekonomi pada
masing-masing segmen, yang digunakan sebagai pedoman ekspansi pinjaman dan
sebagai salah satu upaya mengurangi risiko konsentrasi pinjaman. Selain itu, ditetapkan
pula Industry Risk Rating IRR yang merupakan penilaian tingkat risiko industri,
serta referensi rasio keuangan untuk masing- masing segmen.
Sebagai bagian dari pengukuran risiko kredit, telah dilakukan stress testing risiko
kredit untuk menilai ketahanan bank dalam menghadapi kondisi ekstrim.
Pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai CKPN
Penurunan nilai adalah suatu kondisi dimana nilai tercatat dari suatu aset melebihi dari
nilai yang dapat dipulihkan dari aset yang bersangkutan.
BNI melakukan evaluasi penurunan nilai atas seluruh aset keuangan kecuali aset keuangan
yang diklasifikasikan dalam kelompok yang nilai wajarnya diukur melalui Laporan Laba
Rugi Fair Value Through Profit and Loss. Pada setiap tanggal neraca setiap akhir bulan, BNI
mengevaluasi apakah terdapat bukti objektif bahwa Aset Keuangan atau kelompok Aset
Keuangan mengalami penurunan nilai.
Bukti objektif tersebut adalah bukti terjadinya peristiwa yang merugikan sebagai akibat dari
satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut, dan peristiwa
yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa datang atas aset
keuangan atau kelompok aset keuangan yang dapat diestimasi secara handal.
Adapun bukti objektif aset keuangan terjadi penurunan nilai adalah sebagai berikut:
a. Kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau debitur
b. Pelanggaran kontrak, yaitu terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran
kewajiban debitur baik pokok, bunga dan denda.
Given Default LGD, and Exposure at Default EAD comply with Basel II requirements. These
quantitative models are regularly reviewed and validated.
At the loan portfolio exposure level, the Loan Exposure Limit LEL provides the maximum limit
at year-end for domestic loans for each economic sectors in their respective segments, and serves
as a guide for loan expansion also an effort to reduce loan concentration risk. In addition, the
Bank also establish the Industry Risk Rating IRR, which is an assessment of the industry’s risk
level, also the financial ratios reference of each segment.
As part of the credit risk measurement, stress testing is performed in order to assess the Bank’s
resilience in terms of credit risk during extreme conditions.
Establishment of Allowance for Impairment
Impairment or the decline in value is a condition in which the book value of an asset exceeds the
recoverable value of the asset.
BNI performs impairment evaluation on all financial assets except for financial assets that
are classified as Fair Value through the Income Statement Fair Value Through Profit and Loss.
On each balance sheet date end of the month, BNI evaluate whether there is objective evidence
that the financial asset or group of financial assets has been impaired.
The objective evidence represents proof of disadvantage result as a consequence of one
or more events that occurred after the initial recognition of those assets, and the disadvantage
event have an impact on the estimated future cash flows of the financial asset or group of
financial assets that can be reliably estimated.
The objective evidence of impaired financial assets are as follows:
a. Significant financial difficulty of the issuer or debtor
b. Breach of contract, namely a default or delinquency in payment of debtor’s liability in
loan principal, loan interest or penalties.
178
2012AnnualReport• BNI
c. BNI dengan alasan ekonomi atau hukum sehubungan dengan kesulitan keuangan
yang dialami pihak peminjam, memberikan keringanan konsesi pada pihak peminjam
yang tidak mungkin diberikan jika pihak peminjam tidak mengalami kesulitan
keuangan tersebut
d. Terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau
melakukan reorganisasi keuangan lainnya e. Hilangnya pasar aktif dari aset keuangan
akibat kesulitan keuangan, atau f. Data yang dapat diobservasi
mengindikasikan adanya penurunan yang dapat diukur atas estimasi arus kas masa
datang dari kelompok aset keuangan sejak pengakuan awal aset keuangan
tersebut, meskipun penurunan belum dapat diidentifikasi terhadap aset keuangan
secara individual dalam kelompok aset keuangan tersebut.
Apabila Nilai Tercatat Aset Keuangan tersebut lebih besar daripada nilai yang dapat dipulihkan
recoverable amount maka atas aset tersebut dibentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
CKPN.
Adapun assessment penurunan nilai perhitungan CKPN di BNI menggunakan
2 dua metode yaitu assessment secara individual dan assessment secara kolektif.
Perhitungan CKPN dilakukan secara individual apabila suatu aset keuangan yang signifikan
mempunyai bukti obyektif mengalami penurunan nilai. Aset yang dikategorikan
sebagai signifikan adalah aset keuangan dari segmen Korporasi dan Usaha Menengah,
serta kepemilikan surat berharga. CKPN secara individual dihitung dengan menggunakan
metode nilai kini dari estimasi arus kas suatu aset keuangan. Proses estimasi arus kas untuk
pinjaman dilakukan langsung oleh pejabat yang mengelola masing-masing debitur.
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai secara kolektif dihitung dengan menggunakan data
kerugian historis perhitungan Incurred Loss berdasarkan estimasi Probability of Default
dan Loss Given Default dari masing-masing kelompok aset tertentu.
Manajemen Risiko
Risk Management
c. BNI, for economic or legal reasons related to the financial difficulties experienced
by the borrower, provide facilities concessions on the borrower that can not
be given if the borrower is not experiencing financial difficulties
d. There is a possibility that the borrower will enter into bankruptcy or other financial
reorganization e. Disappearance of an active market for
that financial asset because of financial difficulties, or
f. Observable data indicating a measurable decrease in the estimated future cash
flows of a group of financial assets since the initial recognition of the asset, although
the decrease can not yet be identified to the individual financial assets in the asset
group.
If the Book Value of Financial Assets is greater than the recoverable amount, then the Bank
establishes an allowance for impairment losses CKPN.
The impairment assessment calculation of CKPN at BNI uses 2 two methods: individual
assessment and collective assessment.
Individual calculation for CKPN is performed when a significant financial asset has had an
objective evidence of impairment. Assets classified as significant are financial assets
of the Corporate and Medium Enterprises segments, as well as securities portfolio.
Individual calculation of CKPN is carried out using the present value of estimated cash
flows of a financial asset. The process of cash flows estimation for loans is performed directly
by the loan officer of the respective debtor.
Collective calculation of CKPN is computed by using historical loss data calculations based
on the estimated Incurred Loss Probability of Default and Loss Given Default from each
certain assets group.
179
LaporanTahunan2012• BNI
Perhitungan CKPN secara kolektif dilakukan bagi semua aset keuangan yang:
a. Tidak dievaluasi secara individual, yaitu antara lain kredit dari segmen Usaha Kecil
Kredit Konsumtif, Kartu Kredit, Tagihan Akseptasi, Tagihan Dokumen dan Fasilitas.
b. Tidak terdapat bukti obyektif penurunan nilai dari aset keuangan yang dievaluasi,
yaitu pinjaman dalam segmen korporasi dan usaha menengah yang tidak terdapat
bukti objektif penurunan nilai.
c. Terdapat bukti obyektif penurunan nilai dari aset keuangan yang dievaluasi secara
individual namun tidak terdapat kerugian penurunan nilai.
Dalam perhitungan CKPN secara kolektif ini, suatu aset dikategorikan sebagai aset
yang telah jatuh tempo default apabila aset tersebut tercatat mempunyai jumlah hari
tunggakan atas pembayaran pokok danatau pembayaran bunga lebih dari 180 seratus
delapan puluh hari, atau telah di hapus buku.
Adapun metode perhitungan PD dan LGD untuk CKPN Kolektif tersebut menggunakan
migration analysis dan roll rate analysis dengan
periode observasi data selama 5 tahun. Pengungkapan tagihan bersih dan rincian
mutasi cadangan penurunan nilai Bank secara individu dan konsolidasi dimuat dalam Tabel
2.1.a dan b; Tabel 2.2.a dan b; Tabel 2.3.a dan b; Tabel 2.4.a dan b; Tabel 2.5.a dan b; Tabel
2.6.a dan b
Penerapan Pengukuran Risiko Kredit dengan Pendekatan Standar
Penggunaan Peringkat dari Lembaga Pemeringkat Eksternal
Kebijakan penggunaan Peringkat dalam Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko
ATMR mengacu pada Surat Edaran Bank Indonesia No. 136DPnP tanggal 18 Februari
2011 yaitu: a. Peringkat suatu perusahaan hanya berlaku
untuk perusahaan tersebut, sehingga walaupun berada dalam satu kelompok
usaha peringkat suatu perusahaan tidak dapat digunakan untuk menetapkan bobot
risiko dari perusahaan lain. Collective calculation of CKPN is performed for
all financial assets with the following condition: a. Not evaluated individually, which include
loans to the Small Enterprises sector, Consumer loans, Credit Card, Acceptances,
Bills Document and Facilities. b. There is no objective evidence of
impairment of financial assets being evaluated, namely loans in the corporate
segment and medium-sized businesses that do not show objective evidence of
impairment.
c. There is objective evidence of impairment of the financial assets that are evaluated
on an individual basis but there is no impairment loss.
In calculating collective CKPN, a particular asset is classified as a default asset if the
asset was recorded as overdue for the payment of loan principal andor loan interest
for more than 180 one hundred eighty days, or has been written off.
Calculation method of PD and LGD for collective CKPN uses a migration analysis and
roll rate analysis with a data observation period of 5 years.
Disclosure of net receivables and movements of allowance for impairment losses of the
bank - bank only and consolidated - are given in Table 2.1.a and b; Table 2.2.a and b; Table
2.3.a and b; Table 2.4.a and b; Table 2.5.a and b; Table 2.6.a and b
Implementation of Credit Risk Measurement Using the Standard
Approach
Using External Rating Agencies The policies for the use of rating in the
calculation of Risk Weighted Assets RWA refers to the Circular Letter of Bank Indonesia
No. 136DPnP dated February 18, 2011, namely:
a. Rating of a company is only applicable to
the respective company, so that a company in a group of companies cannot use the
rating of another company in the group to calculate its risk weighted assets.
180
2012AnnualReport• BNI
b. Peringkat domestik Pefindo, Fitch Indonesia dan ICRA Indonesia hanya
digunakan untuk penetapan bobot risiko tagihan dalam mata uang Rupiah,
sedangkan peringkat internasional Moody’s, SP dan Fitch digunakan untuk
penetapan bobot risiko tagihan dalam valuta asing.
c. Penetapan bobot risiko atas tagihan dalam bentuk surat berharga didasarkan pada
peringkat dari surat berharga dimaksud issue rating. Dalam hal surat berharga
tidak memiliki peringkat maka penetapan bobot risiko didasarkan pada bobot risiko
dari tagihan tanpa peringkat. Penetapan bobot risiko atas tagihan dalam bentuk
selain surat berharga, didasarkan pada peringkat debitur issuer rating. Dalam hal
tagihan dalam bentuk selain surat berharga tidak memiliki peringkat maka penetapan
bobot risiko didasarkan pada bobot risiko dari tagihan tanpa peringkat.
d. Peringkat jangka pendek digunakan untuk penetapan bobot risiko dari surat berharga
yang memiliki peringkat jangka pendek dan diterbitkan oleh pihak yang termasuk dalam
cakupan Tagihan Kepada Bank atau Tagihan Kepada Korporasi. Dalam hal tagihan jangka
pendek tidak mempunyai peringkat jangka pendek, maka penetapan bobot risiko
menggunakan peringkat jangka panjang.
e. Apabila suatu eksposur mempunyai lebih dari satu peringkat yang eligible, maka
yang digunakan adalah peringkat yang memberikan bobot risiko terendah ke-dua.
Dalam hal ini apabila hanya terdapat dua peringkat, maka yang digunakan adalah
peringkat yang terendah.
Penentuan bobot risiko berdasarkan peringkat ekposur sebagaimana tersebut di atas hanya
diberlakukan untuk kategori portofolio sebagai berikut:
a. Tagihan Kepada Pemerintah Negara lain b. Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
c. Tagihan Kepada Bank Pembangunan
Multilateral dan Lembaga Internasional d. Tagihan Kepada Bank Jangka Panjang dan
Jangka Pendek e. Tagihan Kepada Korporasi Jangka Panjang
dan Jangka Pendek
Manajemen Risiko
Risk Management
b. Domestic Rating Pefindo, Fitch and ICRA Indonesia is only used for the
determination of risk weight of receivables denominated in Rupiah, while international
ratings Moody’s, SP and Fitch are used for determining risk weight of receivables
in foreign currency.
c. Determination of risk weight on receivable in the form of securities is based on the
rating of the securities referred to issue rating. In the case of securities which
are not rated, the determination of risk weight is based on the risk weighting of
an unrated receivables. The determination of risk weight on receivables other than
securities, is based on the rating of the debtor issuer rating. In the event the
receivables other than securities are not rated, the determination of risk weight is
based on the risk weighting of an unrated receivables.
d. Short-term ratings are used for determining the risk weight of the securities that are
rated short-term and published by parties within the scope of Receivables on Bank or
Receivables on Corporations. In the event that the short-term receivables has no
short-term rating, the determination of risk weight is by done using a long-term rating.
e. If an exposure has more than one eligible rating, then the rating that gives the second
lowest risk weight is used. In case of only two ratings, the lowest rating is used
Risk weight exposures ranked as described above is only applied to the portfolio categories
as follows: a. Receivables on Government of other
countries b. Receivables on Public Sector Entities
c. Receivables on Multilateral Development Banks and International Institutions
d. Receivables on Bank Long Term and Short Term
e. Receivables on Corporations Long Term and Short Term
181
LaporanTahunan2012• BNI
Peringkat yang digunakan adalah peringkat terkini yang dikeluarkan oleh lembaga
pemeringkat yang diakui oleh Bank Indonesia sesuai Surat Edaran Bank Indonesia No.
1331DPNP tanggal 22 Desember 2011 perihal Lembaga Pemeringkat dan Peringkat
yang Diakui Bank Indonesia. Daftar lembaga pemeringkat dan peringkat yang diakui
sebagaimana diakses pada website Bank Indonesia pada tanggal 31 Desember 2012
adalah sebagai berikut: a. Fitch Ratings
b. Moody’s Investor Service c. Standard and Poor’s
d. PT Fitch Ratings Indonesia e. PT ICRA Indonesia
f. PT Pemeringkat Efek Indonesia
Pengungkapan tagihan bersih berdasarkan kategori portofolio dan skala peringkat bank
secara individu dan konsolidasi dimuat dalam Tabel 3.1.a dan b
Transaksi Derivatif
Transaksi derivatif yang sering dilakukan oleh Bank pada umumnya adalah Forward, Cross
Currency Swap CCS, dan Interest Rate Swap
IRS. Nasabah Bank yang akan melakukan transaksi derivatif harus telah memiliki limit
transaksi terlebih dahulu yang ditentukan oleh Unit Bisnis dan Unit Risiko. Dalam kebijakan
transaksi derivatif juga ditentukan jumlah Marginal Deposit minimum yang harus disetor
oleh nasabah sesuai dengan jenis dan risiko yang melekat dalam transaksi derivatif.
Pengungkapan risiko kredit pihak lawan: Transaksi Derivatif dimuat dalam Tabel 3.2.a
Transaksi Repo dan Reverse Repo
Secara umum, selama ini BNI hanya melakukan transaksi Repo maupun Reverse
Repo dengan underlying asset Surat Berharga Pemerintah Republik Indonesia Surat Utang
Negara.
BNI secara individu dan konsolidasi tidak memiliki eksposur Repo dan Reverse Repo.
The ratings used are the latest ratings issued by rating agencies approved by Bank Indonesia
in accordance with Bank Indonesia regulations as per Circular Letter of Bank Indonesia
No. 1331DPNP dated December 22, 2011 regarding Rating Agency and Ratings approved
by Bank Indonesia. The list of rating agencies and ratings as accessed on the website of
Bank Indonesia on December 31, 2012, are as follows:
a. Fitch Ratings b. Moody’s Investors Service
c. Standard and Poor’s d. PT. Fitch Ratings Indonesia
e. PT ICRA Indonesia f. PT. The Securities Indonesia
Disclosure of net receivables based on portfolio type and scale of rating - bank only
and consolidated - is presented in Table 3.1.a and 3.1.b
Derivative Transaction
Derivative transactions often carried out by the Bank in general are: Forward, Cross Currency
Swap CCS, and the Interest Rate Swap IRS. Bank customers who will undertake derivative
transactions must already have a transaction limit determined by the respective Business
Unit and Risk Units. The policy of derivative transaction also determine the minimum
margin deposit amount that must be paid by the customer in accordance with the type and
the inherent risk in derivative transactions.
Disclosure of counterparty credit risk - derivative transactions, is presented in Table
3.2.a
Repo and Reverse Repo Transactions
In general, BNI only conduct Repo and Reverse Repo transactions with underlying
assets of Indonesian Government Bonds.
BNI - bank only and consolidated - does not have exposures on repo and reverse repo
transaction.
182
2012AnnualReport• BNI
Penerapan Teknik Mitigasi Risiko Kredit dengan Pendekatan Standar
Jenis agunan utama yang diterima dalam rangka mitigasi risiko kredit adalah objek
yang dibiayai oleh Bank. Sedangkan sebagai pelengkap, Bank dapat menerima agunan
tambahan. Jenis agunan utama dan tambahan pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi:
a. Agunan, yang dapat berupa aset fisik
tanah, bangunan, mesin, peralatan, dsb. maupun aset keuangan cash collateral,
marginal deposit , emas, piutang, surat
hutang maupun surat berharga lainnya. Dalam teknik mitigasi risiko kredit, aset fisik
tidak diperhitungkan sebagai teknik mitigasi risiko kredit.
b. Garansi, yang diterima dari Pemerintah Republik Indonesia, Bank koresponden,
maupun perusahaan Asuransi. Dalam teknik mitigasi risiko kredit, garansi
yang diperhitungkan hanya garansi yang diterbitkan oleh pihak yang termasuk
dalam cakupan kategori Tagihan Kepada Pemerintah Indonesia, Tagihan Kepada
Pemerintah Negara Lain, Tagihan Kepada Bank serta lembaga penjaminanasuransi
dengan memperhatikan pemenuhan persyaratan garansi dan penerbit garansi.
c. Asuransi Kredit, yang diterbitkan oleh perusahaan asuransi dengan
memperhatikan pemenuhan persyaratan polis asuransi, penerbit asuransi dan
kategori portofolio penerima asuransi.
BNI mengatur kebijakan, prosedur dan proses untuk menilai dan mengelola
agunan berdasarkan jenis eksposur dan skim pembiayaan yang diberikan. Penilaian
kecukupan agunan yang diterima telah memperhitungkan adanya cash equivalent
value
. Untuk eksposur kredit loan, penilaian agunan harus dilakukan minimum setiap 24
bulan. Penerbit jaminangaransi yang diakui dalam
perhitungan teknik mitigasi risiko kredit pada umumnya adalah bank koresponden yang
memenuhi persyaratan sebagai prime bank ataupun berstatus Badan Usaha Milik Negara.
Penggunaan garansi sebagai salah satu bentuk teknik mitigasi risiko masih terbatas pada
transaksi jasa perdagangan.
Manajemen Risiko
Risk Management
Implementation of Credit Risk Mitigation Techniques with the Standardized
Approach The types of primary collateral accepted
in order to mitigate credit risk is the object that are financed by the Bank. Meanwhile,
as an addition collateral, Bank may accept other collateral. The types of primary and
complementary collateral can be grouped into: a. Collateral, which may include physical
assets land, buildings, machinery, equipment, etc and financial assets
cash collateral, margin deposits, gold, receivables, debentures and
other securities. In the credit risks mitigation techniques, physical assets
are not counted as credit risk mitigation techniques.
b. Guarantee, received from the Government of the Republic of Indonesia, correspondent
bank, and insurance company. In the credit risk mitigation techniques, the guarantees
that are accepted are only guarantees that was issued by the party within the scope of
the category Receivables on the Indonesian Government, Receivables on Government
of Other States, Receivables on Banks and guarantee institutionsinsurance with
respect to the fulfillment of the warranty and warranty publishers.
c. Credit insurance, are issued by an insurance company with respect of
compliance with the requirements of the insurance policy, the insurance issuer
and recipient of the insurance portfolio category.
BNI establish the policies, procedures and processes to assess and manage the collateral
by type of exposure and financing schemes which are given. The adequacy assessment
of collateral accepted has calculated by the existence of cash equivalent value. The
collateral appraisal should be done at least every 24 months.
Issuer of guaranteeswarranties recognized in the calculation of credit risk mitigation
techniques are generally the correspondent banks that qualify as prime bank or the
acknowledged as State-Owned Enterprises. The use of guarantee as a form of risk
mitigation techniques are limited at present to trade services transactions.
183
LaporanTahunan2012• BNI
Pengungkapan tagihan bersih Bank secara individu dan konsolidasi berdasarkan bobot
risiko setelah memperhitungkan dampak mitigasi risiko kredit dimuat dalam Tabel 4.1.a
dan b
Pengungkapan tagihan bersih dan teknik mitigasi risiko kredit Bank individu dan
konsolidasi dimuat dalam Tabel 4.2.a dan b
Eksposur Sekuritisasi
Aktivitas sekuritisasi BNI hanya terbatas pada kepemilikan credit linked notes, namun
demikian per 31 Desember 2012 tidak memiliki eksposur sekuritisasi asset.
Perhitungan ATMR Risiko Kredit Pendekatan Standar
Perhitungan ATMR Risiko Kredit Pendekatan Standar – Bank secara Individual dimuat dalam
Tabel 6.1.1, 6.1.2, 6.1.3, dan 6.1.7.
Bank tidak memiliki eksposur yang menimbulkan risiko kredit akibat kegagalan
setelmen, sekuritisasi dan unit usaha syariah.
Perhitungan ATMR Risiko Kredit Pendekatan Standar – Bank secara Konsolidasi dimuat
dalam Tabel 6.2.1, 6.2.2, 6.2.3, 6.2.6 dan 6.2.7.
Bank secara konsolidasi tidak memiliki eksposur yang menimbulkan risiko kredit
akibat kegagalan setelmen dan sekuritisasi.
2. Risiko Pasar