169
LaporanTahunan2012• BNI
Proses manajemen risiko di BNI digambarkan dalam building block
sebagai berikut:
1 2
3 4
Tata Kelola Kebijakan
Governance Policy
Identifikasi Pengukuran
Risiko
Risk Identification
Measurement
Pengendalian Risiko
Risk Controlling
Pemantauan Risiko
Risk Monitoring
Menerapkan pengendalian risiko
secara efektif Implementing effective
risk control
Memantau kejadian risiko untuk mendeteksi
dan mencegah kerugian Monitoring risk event to
detect and prevent loss Mencegah bank dari kerugian yang tidak terduga melalui
pengukuran risiko, yang mencakup: 1. Mengidentifikasi risiko pada proses dan aktivitas
perbankan yang ada dan proses dan aktivitas perbankan baru
2. Mengukur potensi risiko 3. Mengukur kerugian aktual
Preventing bank from unexpected loss through risk measurement, which include:
1. Identifying risk in the existing and new banking process and activities.
2. Measuring risk potential. 3. Measuring actual loss.
Menyampaikan laporan risiko, yang mencakup: 1. Laporan Manajemen Risiko kepada Direksi
2. Laporan Informasi Manajemen Risiko kepada publik To submit risk report, which include:
1. Risk Management Report for BOD 2. Risk Management Information for public
5
Pengungkapan
Disclosure Menetapkan governance dan kebijakan manajemen risiko,
yang mencakup: 1. Penetapan Kerangka Kerja Manajemen Risiko
2. Penetapan Risk Appetite dan Risk Tolerance 3. Penetapan Pedoman Penerapan Manajemen Risiko
Secara Umum Deciding risk governance and risk management policies,
which include: 1. Risk Management Framework
2. Risk Appetite and Risk Tolerance 3. General Guidelines for Risk Management
Implementation
Permodalan
Permodalan yang kuat sangat diperlukan untuk menunjang ekspansi bisnis dan mempertahankan
market share , selain untuk memenuhi ketentuan Bank
Indonesia mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum KPMM.
A. BNI Secara Individual
Struktur permodalan BNI secara individu didominasi oleh modal inti 91,0 dari total
modal, yang terdiri dari modal disetor dan cadangan tambahan modal.
Modal disetor terdiri dari saham Seri A, saham Seri B dan saham Biasa Atas Nama Seri C, tidak ada
fitur opsi beli atas saham-saham tersebut. Tingkat imbal hasil atas modal disetor tersebut berupa
Dividen dan Capital Gain atas kenaikan harga saham. Besarnya Dividend Payout Ratio setiap
tahun berbeda-beda tergantung dari keputusan Rapat Umum Pemegang Saham. Dividen Payout
Ratio
selama 3 tahun terakhir 2009-2011 berkisar antara 20 sampai dengan 35, dengan tingkat
Dividend Payout Ratio tertinggi di tahun 2009 dan
terendah di tahun 2011. Selain dividen, tingkat imbal hasil juga berasal dari kenaikan harga saham.
Selama tahun 2012 harga saham terendah tercatat adalah Rp3.325 dan tertinggi Rp4.275 sehingga
terdapat potensial capital gain sebesar 28,6. The process of risk management in BNI is described
in the following building blocks:
Capital
Strong capital base is needed to support business expansion and to maintain market share, as well as to
comply with Bank Indonesia requirement regarding Minimum Capital Adequacy Ratio CAR.
A. BNI Bank Only
The capital structure of BNI bank only is dominated by core capital 91.0 of total capital,
that consists of paid-in capital and additional paid- in capital reserves.
Paid-in capital consists of Series A shares, Series B shares and Series C common stock, with
no callable options on those stocks. Return on paid-up capital is in the form of Dividends as well
as Capital Gain on the increase in stock price. The Dividend Payout Ratio varies each year
depending on the decision of the General Meeting of Shareholders. The Dividend Payout Ratio over
the last 3 years 2009-2011 ranges from 20 to 35, with the highest rate of Dividend Payout
Ratio in 2009 and the lowest in 2011. In addition to dividends, the return is also derived from
increased price of the stock. During 2012, the lowest and highest stock prices were recorded at
Rp3,325 and Rp4,275, respectively, resulting in a potential capital gain of 28.6.
170
2012AnnualReport• BNI
Realisasi modal BNI secara individu posisi Desember 2012 adalah Rp39,2 triliun, dengan
rasio KPMM sebesar 16,7 memenuhi ketentuan Bank Indonesia minimal 8.
Perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR untuk menghitung rasio kecukupan
modal tersebut dilakukan dengan metode sebagai berikut:
1 Risiko Kredit dengan Metode Standar 2 Risiko Pasar dengan Metode Standar
3 Risiko Operasional dengan Pendekatan
Indikator Dasar Berdasarkan jumlah modal dan ATMR serta
hasil perhitungan rasio KPMM tersebut, posisi permodalan BNI secara individu dapat
dikategorikan sangat kuat dan mampu mendukung pertumbuhan bisnis BNI saat ini maupun yang
akan datang melalui ekspansi kredit dan bisnis yang berkualitas.
B. BNI Secara Konsolidasi