Gambaran Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Balita

5.3.8 Gambaran Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Balita

Perilaku pemeliharaan kesehatan yang dimaksudkan dalam penelitian ini, adalah pengetahuan, sikap, dan praktiktindakan ibu atau informan utama dalam pemeliharaan kesehatan balita yang meliputi penyakit infeksi pada balita, cara pemeliharaan kesehatan balita dan kebersihan lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran pengetahuan pemeliharaan kesehatan yang telah dipaparkan diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar informan mengetahui penyakit infeksi adalah penyakit seperti tetanus yang disebabkan terkena paku dan penyakit seperti panas, dan lebih mengenal penyakit menular daripada penyakit infeksi. Penyebab dan cara penularan penyakit infeksi secara umum menurut informan adalah karena balita melakukan aktivitas bersama atau kontak langsung dengan orang yang menderita penyakit menular, atau karena tertusuk paku. Sedangkan akibat atau dampak penyakit infeksi pada balita menurut sebagian besar informan adalah balita menjadi kurus, berat badan menurun, kurang nafsu makan, dan sulit tidur. Menurut sebagian besar informan, cara pencegahan penyakit infeksi pada balita yaitu tidak menggunakan peralatan minum yang sama dengan penderita penyakit infeksi, balita yang sehat tidak disatukan dengan balita yang sakit, balita tidak dibiarkan main saat terik matahari atau saat hujan, balita diberikan makanan sehat, tidak main ditempat yang kotor dan jauh dari rumah, dan selalu menjaga kebersihan. Pengobatan penyakit infeksi pada balita, menurut sebagian besar informan adalah dengan memberikan obat dan segera membawa balitanya ke tempat pelayanan kesehatan. Sebagian besar informan menjawab cara meningkatkan dan memantau status gizi balita adalah balita diberi makan yang banyak dan teratur, diberi vitamin dan selalu ditimbang di puskesmas atau di posyandu. Dampak KEP gizi buruk dan gizi kurang pada balita, menurut mayoritas informan adalah mata balita terlihat layu, perutnya membuncit, tidak mau makan, berat badan turun atau kurus, mengurangi kecerdasan, menghambat perkembangan, dan bisa menyebabkan kematian pada balita. Sedangkan manfaat imunisasi menurut sebagian besar informan, adalah dapat meningkatkan kekebalan tubuh, mencegah kelumpuhan, dan menyebabkan balita sehat, kuat, cerdas, dan cepat berjalan. Dan untuk pengetahuan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat, beberapa informan menjawab PHBS adalah perilaku menjaga kebersihan lingkungan, rumah, tempat tidur, makanan, pakaian dan lain-lain. Seluruh informan menyebutkan bahwa bangunan rumah sehat adalah rumah dengan ventilasi yang baik, sehingga dapat menyebabkan cahaya matahari dan udara masuk kedalam rumah, atau rumah yang selalu rapi dan bersih. Menurut seluruh informan, tempat bermain anak sebaiknya didalam atau dihalaman rumah, atau ditempat yang dapat diawasi langsung oleh informan. Adapun cara pembuangan sampah menurut seluruh informan adalah sebaiknya sampah dikumpulkan ditempat pembuangan sampah dan kemudian dibakar. Sedangkan pembuangan limbah rumah tangga, menurut empat informan sebaiknya limbah dibuang disaluran air yang mengalir ke empang atau sungai. Sedangkan dua informan yang lain mengatakan sebaiknya limbah dibuang ke saluran air yang tertutup, seperti septictank, atau saluran air yang khusus digunakan untuk pembuangan limbah. Dan tempat buang air besar atau kecil, menurut sebagian besar informan sebaiknya dilakukan di WC tertutup yang tersedia didalam rumah. Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran sikap pemeliharaan kesehatan yang telah dipaparkan diatas, dapat diketahui bahwa seluruh informan menganggap penting usaha pencegahan penyakit, pencarian pengobatan ke tempat pelayanan kesehatan, peningkatan berat badan dan status gizi balita, penimbangan balita secara teratur, pemberian imunisasi, perilaku hidup sehat dan bersih, penyediaan ruang bermain bagi balita, usaha menciptakan lingkungan sehat bagi balita, pertukaran udara dan pencahayaan yang baik didalam rumah, pembuangan sampah dan limbah rumah tangga pada tempatnya. Selain itu seluruh informan juga menganggap berbahaya jika balita menderita penyakit infeksi, mengalami penurunan berat badan atau status gizi, dan setuju dengan penyediaan WC dan kamar mandi didalam rumah. Selain itu berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran praktik pemeliharaan kesehatan yang telah dipaparkan diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar balita hampir selalu menderita penyakit infeksi setiap minggunya, dan jenis penyakit infeksi yang sering diderita seluruh balita, adalah demam, batuk, dan pilek, dan beberapa balita sering mengalami gatal- gatal, bisul dan mencret atau diare. Adapun usaha pencegahan penyakit yang menurut mereka lakukan adalah memberi makanan yang sehat dan kenyang, sering mencuci tangan balita, mencuci pakaian balita, dan melarang balita main saat terik matahari atau saat turun hujan, serta melarang balita main tanah atau main kotor dan bermain di tempat yang tidak dapat diawasi oleh informan. Namun berdasarkan hasil observasi sebagian besar informan yang balitanya tidak mengalami peningkatan status gizi terlihat memberikan makanan dengan yang porsi sedikit, selain itu masih terdapat beberapa balita baik yang mengalami peningkatan status gizi maupun yang tidak mengalami status gizi, terlihat bermain ditempat kotor dan bermain dengan temannya yang sedang menderita penyakit infeksi, serta terlihat sebagian besar informan dan balitanya tidak mencuci tangan sebelum makan. Seluruh informan mengaku selalu membawa balita mereka ke puskesmas atau bidan terdekat ketika sakit, dan terkadang menggunakan cara tradisional, dengan cara membuat campuran minyak kelapa sawit, buah asam, dan bawang merah yang dioleskan di kepala balita untuk menurunkan demam, sebelum dibawa ke puskesmas. Sebagian besar informan mengaku selalu memberikan obat sesuai anjuran petugas kesehatan. Namun terdapat seorang informan yang balitanya mengalami penurunan status gizi, yang mengatakan bahwa balitanya tidak mau memimum obat dalam bentuk puyer, sehingga obat dan suplemen vitamin yang diberikan puskesmas sebagian besar tidak dikonsumsi oleh balita. Sedangkan dalam hal pemberian suplemen vitamin, sebagian besar informan yang balitanya tidak mengalami peningkatan status gizi, mengaku jarang memberikan suplemen vitamin yang didapat dari puskesmas. Sedangkan informan yang balitanya mengalami peningkatan status gizi, mengaku selalu memberikan suplemen vitamin yang didapat dari puskesmas sampai habis. Sebagian besar informan pergi ke puskesmas setiap minggu untuk mengambil PMT-P, serta melakukan penimbangan dan pemeriksaan kesehatan, sedangkan satu informan yang balitanya mengalami penurunan status gizi terlihat dua sampai tiga kali tidak datang ke puskesmas selama pemberian PMT-P. Sebagian besar informan utama yang balitanya tidak mengalami peningkatan status gizi terlihat jarang memberikan makanan utama seperti nasi dan lauk-pauk dan lebih sering memberikan makanan jajanan berupa makanan ringan seperti ciki, astor, kerupuk, permen, biskuit, coklat, makaroni, dan snack-snack ringan lainnya. Sedangkan dalam hal upaya menjaga kebersihan balita, sebagian besar informan terlihat tidak mencuci tangan ketika memberikan makan balitanya, dan balita terlihat tidak mencuci tangan sebelum makan. Selain itu beberapa informan terlihat mengganti pakaian balita ketika balita mengompol tanpa membasuh atau membersihkan balita dengan air maupun sabun. Seluruh informan mengaku selalu membiarkan balitanya bermain dengan temannya, meskipun salah satu teman bermainnya sedang menderita penyakit, karena menurut mereka sebagian besar teman bermain balita adalah kakaknya yang tinggal serumah atau saudara-saudaranya yang tinggal didekat rumah sehingga susah untuk dipisahkan. Sumber air bersih yang digunakan seluruh informan berasal dari sumur yang jaraknya cukup dekat dengan tempat pembuangan limbah, dan digunakan informan untuk minum, memasak, mencuci pakaian dan peralatan dapur, mandi, buang air besar dan kecil, dan lain-lain. Seluruh informan yang balitanya mengalami peningkatan status gizi tidak memiliki WC didalam rumah mereka. Dan sebagian besar informan terbiasa membuang sampah di halaman depan atau belakang rumah dengan cara dikumpulkan dan dibakar.

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Pengetahuan Pemberian Makan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, dapat diketahui bahwa sebagian besar informan utama baik yang balitanya mengalami peningkatan status gizi maupun yang tidak mengalami peningkatan status gizi, memiliki pengetahuan yang sama hampir di semua aspek perilaku pemberian makan kepada balita kecuali dalam hal porsi dan penyajian makanan. Sebagian besar informan tidak mengetahui komposisi makanan atau susunan hidangan yang sebaiknya diberikan kepada balita. Meskipun demikian, terdapat satu informan utama yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai komposisi makanan, dan ternyata balitanya mengalami peningkatan status gizi. Menurut informan tersebut, komposisi makanan yang sebaiknya diberikan kepada balita, adalah terdiri dari makanan pokok, sayuran, buah-buahan, lauk pauk dan susu, atau yang lebih dikenal dengan istilah empat sehat lima sempurna. Selain itu sebagian besar informan hanya mengetahui sumber-sumber makanan yang mengandung lemak, seperti makanan yang mengandung banyak minyak, contohnya daging, coklat, susu dan mentega. Padahal sumber makanan yang bergizi lainnya, seperti protein dan karbohidrat sangat baik untuk meningkatkan asupan kalori dan protein bagi balita.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Konseling Gizi Pada Ibu Balita terhadap Pola Asuh dan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Amplas

3 67 84

Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat Tahun 2008

5 71 83

Hubungan Pola Asuh Anak Dengan Status Gizi Balita Umur 24-59 Bulan Di Wilayah Terkena Tsunami Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2008

1 38 105

Hubungan Status Gizi Balita Dan Pola Asuh Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2006

0 41 93

Kecukupan Energi Dan Protein Serta Status Gizi Siswa Smp Yang Mendapat Makan Siang Dan Tidak Mendapat Makan Siang Dari Sekolah Dengan Sisitem Fullday School

4 79 130

Hubungan Antara Pola Konsumsi, Penyakit Infeksi Dan Pantang Makanan Terhadap Risiko Kurang Energi Kronis (Kek) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

2 14 169

Pengaruh Penyuluhan Media Lembar Balik Gizi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurang Di Puskesmas Pamulang, Tangerang Selatan Tahun 2015

0 19 97

Pengetahuan Gizi dan Persepsi Ibu Rumahtangga Kader dan Bukan Kader Posyandu tentang Kurang Energi Protein (KEP) Balita Serta Pertisipasi Penanggulangannya

0 10 67

Pola Asuh Orang Tua yang Melatarbelakangi Terjadinya Kurang Energi Protein pada Balita di Desa Kedung Rejo Kabupaten Grobogan 2010 - UDiNus Repository

0 0 2

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POLA ASUH GIZI IBU BALITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) YANG MENDAPAT PMT-P DI PUSKESMAS PLAYEN I KABUPATEN GUNUNGKIDUL

0 0 23