Frekuensi Pemberian Makan Pemberian ASI

“Penting, yang bagusnyah kan ditutup biar gak kejatohan apa gitu, biar bersih” Informan B. “Penting, atuh pan abeh ulah kena debu kitu, karagagan naon kitu, penting atuh ja lamun kotor mah urang nageh te betah nempona ” “Penting, ya kan supaya ulah kena debu gitu, kejatohan apa gitu, penting dong, ya kalo kotor tuh kan kita juga gak betah ngeliatnya ” Informan A. “Penting yah, seharusnya kan tertutup gitu lemarinya terus ada lubangnya buat pertukaran udara, penting dong, ya untuk menjaga kesehatan ” Informan SM.

3. Frekuensi Pemberian Makan

Sikap terhadap frekuensi pemberian makan yang dimaksud dalam penelitian ini, adalah pendapat informan utama dalam hal frekuensi atau seringnya pemberian makan yang ideal bagi balita, serta pendapat informan utama dalam hal waktu yang tepat dalam pemberian makan untuk balita. Dari hasil wawancara yang dilakukan, dapat diketahui seluruh informan berpendapat bahwa, frekuensi pemberian makan minimal tiga kali dalam sehari merupakan hal yang penting dalam usaha meningkatkan status gizi balita. Ketika ditanya alasannya, mereka menjawab supaya balita tidak lapar, tidak jajan terus, tidak sakit dan menjadi kuat. Begitu pula ketika ditanya apakah penting pemberian makan dilakukan pada waktu yang tepat, seluruh informan menjawab hal tersebut merupakan hal yang penting supaya balita mau memakan makanannya. Berikut kutipannya: “Penting, yah takut dia laper gitu biasa dikasi makan, iya udah rutin, kalo gak dikasi makan suka ngeliatin aja, lapar kali ya, udah biasa dikasi makan, kalo dikasi jajan juga suka gak mau, dikasi makan aja” Informan B. “Penting atuh, abeh ulah keuna jajan bae lah, keuna dahar pan kurang hayi jajan bae mah, penting, soalna ja te sambari ulin mah te daeken” “Penting dong, supaya tidak jajan terus lah, makan jadi berkurang kalo jajan terus mah, penting, soalnya kalo gak sambil main mah gak mau” Informan E. “Penting atuh, atuh abeh ulah gering, abeh kuat, hehe, abeh sebehen heeh” “Penting dong, supaya tidak sakit, supaya kuat, hehe, supaya kenyang ya” Informan A.

4. Pemberian ASI

Sikap terhadap pemberian ASI yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pendapat informan utama dalam hal pemberian ASI, dan pemberian ASI saja sampai balita menginjak usia enam bulan atau pemberian ASI eksklusif 4 . Dari hasil wawancara yang dilakukan, seluruh informan berpendapat bahwa pemberian ASI kepada balita merupakan hal yang penting. Ketika ditanya alasannya, mereka menjawab karena ASI merupakan makanan yang lengkap untuk balita dan tidak merepotkan dalam pemberiannya dibandingkan dengan susu formula, serta dapat menyebabkan balita mereka sehat. Namun meskipun demikian, satu informan baik dari kelompok yang mengalami peningkatan maupun tidak mengalami peningkatan status gizi, mengaku tidak memberikan ASI pada balitanya karena ASI informan tidak keluar. Berikut kutipannya: 4 ASI eksklusif adalah ASI eksklusif adalah Asi Eksklusif adalah pemberian Air Susu Ibu saja kepada bayi umur 0 – 6 bulan tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan selain obat untuk terapi pengobatan penyakit. “Penting, lamun cara bisamah, penting dibere ASI, soalna lamun di ASI mah aya segala macam makanan, segala aya jeung budak” “Penting, kalo emang bisa, penting dikasi ASI, soalnya klo ASI mah ada segala macam makanan, segala ada buat anak” Informan S. “Penting dong, ya tidak menyusu mah mungkin meninggal dianya, yang bagus kan susu ASI, kan kalo susu botol mah repot, harus cuci dulu, kan susu kita mah tinggal di lap doang tinggal disusukan gak ada masalah”Informan A. “Penting, atuh abeh sehat lamun selain ASI kurang bagus” “Penting, supaya sehat, selain ASI kurang bagus” Informan SK. Selain itu sebagian besar informan setuju jika balita hanya diberikan ASI saja sampai usia enam bulan, atau pemberian ASI eksklusif. Karena menurut mereka hal tersebut dapat menyebabkan balita sehat dan terhindar dari penyakit. Namun dua informan yang balitanya mengalami peningkatan status gizi menyatakan tidak setuju jika balita hanya diberikan ASI saja sampai usia enam bulan, karena menurut mereka sebaiknya balita diberi makanan pendamping ASI sebelum berusia enam bulan, yaitu mulai usia tiga hari, dua bulan atau tiga bulan. Berikut kutipannya: “Penting, atuh abeh sehat lamun selain ASI kurang bagus” “Penting, ya supaya sehat kalo selain ASI kurang bagus” Informan SK. “Penting, pentingna karna iye, naon karah, manehna na nahan iye, nahan panyakit ka budak teh” “Penting, pentingna karena ini, apa tuh, dianya bisa menahan ini, menahan penyakit buat anak gitu” Informan N. “Kurang setuju ya, saya mah biasa ini suka dikasih makanan pisang mulai tiga hari, paling sampe umur enam bulan suka diganti, kalo udah berhenti pisang suka dikasih bubur bayi instan “X” atau apa, abis gimana anaknya mau, kalo gak dikasi pisang suka nangis” Informan B. “Te nyaho nyah, umur dua bulan kitu tilu bulan tos dibere dahar” “Tidak tahu ya, umur dua bulan gitu tiga bulan sudah diberi makan” Informan S.

5. Pemberian Makanan Tambahan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Konseling Gizi Pada Ibu Balita terhadap Pola Asuh dan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Amplas

3 67 84

Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat Tahun 2008

5 71 83

Hubungan Pola Asuh Anak Dengan Status Gizi Balita Umur 24-59 Bulan Di Wilayah Terkena Tsunami Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2008

1 38 105

Hubungan Status Gizi Balita Dan Pola Asuh Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2006

0 41 93

Kecukupan Energi Dan Protein Serta Status Gizi Siswa Smp Yang Mendapat Makan Siang Dan Tidak Mendapat Makan Siang Dari Sekolah Dengan Sisitem Fullday School

4 79 130

Hubungan Antara Pola Konsumsi, Penyakit Infeksi Dan Pantang Makanan Terhadap Risiko Kurang Energi Kronis (Kek) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

2 14 169

Pengaruh Penyuluhan Media Lembar Balik Gizi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurang Di Puskesmas Pamulang, Tangerang Selatan Tahun 2015

0 19 97

Pengetahuan Gizi dan Persepsi Ibu Rumahtangga Kader dan Bukan Kader Posyandu tentang Kurang Energi Protein (KEP) Balita Serta Pertisipasi Penanggulangannya

0 10 67

Pola Asuh Orang Tua yang Melatarbelakangi Terjadinya Kurang Energi Protein pada Balita di Desa Kedung Rejo Kabupaten Grobogan 2010 - UDiNus Repository

0 0 2

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POLA ASUH GIZI IBU BALITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) YANG MENDAPAT PMT-P DI PUSKESMAS PLAYEN I KABUPATEN GUNUNGKIDUL

0 0 23