Pengolahan dan Penyajian Makanan

badan anti, protein juga berfungsi dalam mekanisme pertahanan tubuh melawan berbagai mikroba dan zat toksik lain yang datang dari luar dan masuk kedalam milieu interieur lingkungan internal tubuh. Protein juga berfungsi sebagai zat-zat pengatur, protein mengatur proses-proses metabolisme dalam bentuk enzim dan hormone dan merupakan sumber utama energi bersama-sama dengan karbohidrat dan lemak. Adapun sumber protein yang baik menurut Almatsier 2004:100, adalah bahan makanan hewani dalam jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang. Sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya, seperti tempe, tahu, serta kacang-kacangan lain.

2.3.2 Pengolahan dan Penyajian Makanan

Sebelum di konsumsi, sebagian besar bahan makanan diolah dahulu didapur, sehingga menjadi hidangan yang bercita rasa lezat. Hal ini akan menimbulkan nafsu makan dan menghadapi hidangan merupakan sesuatu yang menyenangkan Sediaoetama, 2008:11. Menurut Santoso 1999:14, umumnya pengolahan dilakukan dengan menggunakan panas, baik panas langsung seperti membakar sate maupun panas tidak langsung yaitu menggunakan bahan perantara seperti menggoreng dan merebus. Panas ini mengubah sifat-sifat kimia dari makanan yang berakibat lebih lanjut pada sifat-sifat gizinya. Pengaruh pengolahan pada makanan yaitu: 1. Pecahnya dinding sel. Pemanasan meninggikan sifat dapat cerna atau digestibilitas makanan terutama bahan makanan nabati. 2. Melemahkan dan mematikan mikroba. 3. Mengubah berbagai zat gizi secara positif dan negatif. Pengaruh positif yaitu pemanasan membantu memudahkan proses pencernaan dengan cara memecah molekul karbohidrat dan protein. Sedangkan pengaruh negatif dari pengolahan yaitu dapat merusak sifat bahan makanan sehingga menjadi sukar atau tidak dapat dicerna oleh tubuh. Sebagai contoh karbohidrat berubah menjadi arang oleh pemanasan tinggi secara langsung pada teknik pengolahan dibakar. 4. Pemanasan yang terlau tinggi dapat menyebabkan karsinogenik 5. Panas dapat meniadakan zat-zat toksik. Selanjutnya masih menurut Sediaoetama 2008:12 dengan memasak makanan, bahan makanan menjadi lebih mudah dicerna dan zat-zat makanan menjadi tersedia untuk diserap dan dipergunakan oleh tubuh. Tetapi mengolah dan memasak bahan makanan dapat pula menyebabkan kehilangan sebagian dari zat-zat gizi, terutama vitamin-vitamin. Beberapa jenis vitamin mudah larut didalam air pencuci, sehingga hilang terbuang dan beberapa lagi dapat rusak oleh pemanasan dan penyinaran matahari. Penanganan ketika memasak bahan makanan terdiri atas membuang bagian yang tidak dapat dimakan, memotong-motong dan mencucinya, sebelum dilakukan pemasakan yang sebenarnya untuk membuat hidangan. Pada umumnya bagian yang tidak dapat dimakan, hanya sedikit saja mengandung zat-zat gizi yang berguna, sehingga tidak terlalu merugikan. Cara penanganan bahan makanan yang tidak betul, akan lebih banyak menyebabkan zat-zat makanan terbuang percuma. Pada cara menangani dan memasak makanan yang umum dikerjakan oleh para ibu rumah tangga, ternyata cukup baik, dan tidak terlalu banyak zat gizi yang ikut terbuang atau rusak percuma. Pada saat mempersiapkan makanan, kebersihan makanan perlu mendapat perhatian khusus. Makanan yang kurang bersih dan sudah tercemar dapat menyebabkan diare atau cacingan pada anak. Begitu juga dengan si pembuat makanan dan peralatan yang dipakai seperti sendok, mangkok gelas, piring dan sebagainya sangat menentukan bersih tidaknya makanan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan dan menyimpan makanan adalah Soenardi, 2000 dalam Husin 2008: 1. Simpan makanan dalam keadaan bersih, hindari pencemaran dari debu dan binatang. 2. Alat makan dan memasak harus bersih. 3. Ibu atau anggota keluarga yang memberikan makanan harus mencuci tangan dengan sabun sebelum memberi makan. 4. Makanan selingan sebaiknya dibuat sendiri. Setelah dimasak, makanan dihidangkan dan didistribusikan diantara para anggota keluarga untuk dikonsumsi. Menghidangkan makanan harus menarik, sehingga mereka yang menyantapnya akan merasa senang, bahkan puas, sehingga meningkatkan selera dan gairah untuk makan. Hidangan harus dapat merangsang secara menarik sebanyak mungkin panca indera, agar timbul selera dan nafsu makan Sediaoetama, 2008:12. Senada dengan hal tersebut menurut Febry dan Marendra 2008 dalam Kodariah 2010:53 penyajian makanan pada anak harus diperhatikan, karena dapat mempengaruhi selera makan anak, baik penampilan, tekstur, warna, aroma, besar porsi, dan pemilihan alat makan yang menarik Febry dan Marendra, 2008 dalam Kodariah, 2010:53. Moehji 2008 menyatakan bahwa bentuk potongan atau warna makanan sering dapat membangkitkan sikap anak untuk menyenangi suatu makanan yang sebelumnya tidak disenangi. Karena itu, tidak salah jika makanan anak diberi warna atau bentuk khusus yang menarik perhatian anak sehingga anak mau memakannya. Penyusunan menu makanan selain harus memperhatikan komposisi zat gizi juga harus memperhatikan variasi menu makanan agar anak tidak bosan, Sebaliknya, dibuat siklus menu tujuh atau sepuluh hari Febry dan Marendra, 2008 dalam Kodariyah, 2010:54. Pemberian makanan yang kurang bervariasi dapat pula menyebabkan anak sulit menyesuaikan diri dengan makanan baru Maulana, 2008.

2.3.3 Frekuensi Pemberian Makanan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Konseling Gizi Pada Ibu Balita terhadap Pola Asuh dan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Amplas

3 67 84

Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat Tahun 2008

5 71 83

Hubungan Pola Asuh Anak Dengan Status Gizi Balita Umur 24-59 Bulan Di Wilayah Terkena Tsunami Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2008

1 38 105

Hubungan Status Gizi Balita Dan Pola Asuh Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2006

0 41 93

Kecukupan Energi Dan Protein Serta Status Gizi Siswa Smp Yang Mendapat Makan Siang Dan Tidak Mendapat Makan Siang Dari Sekolah Dengan Sisitem Fullday School

4 79 130

Hubungan Antara Pola Konsumsi, Penyakit Infeksi Dan Pantang Makanan Terhadap Risiko Kurang Energi Kronis (Kek) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

2 14 169

Pengaruh Penyuluhan Media Lembar Balik Gizi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurang Di Puskesmas Pamulang, Tangerang Selatan Tahun 2015

0 19 97

Pengetahuan Gizi dan Persepsi Ibu Rumahtangga Kader dan Bukan Kader Posyandu tentang Kurang Energi Protein (KEP) Balita Serta Pertisipasi Penanggulangannya

0 10 67

Pola Asuh Orang Tua yang Melatarbelakangi Terjadinya Kurang Energi Protein pada Balita di Desa Kedung Rejo Kabupaten Grobogan 2010 - UDiNus Repository

0 0 2

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POLA ASUH GIZI IBU BALITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) YANG MENDAPAT PMT-P DI PUSKESMAS PLAYEN I KABUPATEN GUNUNGKIDUL

0 0 23