Jenis  jumlah  dan  frekuensi  makan  pada  bayi  dan  anak  balita, hendaknya  diatur  sesuai  dengan  perkembangan  usia  dan  kemampuan  organ
pencernaannya Depkes RI, 2006 dalam Husin, 2008:13.
Tabel 2.1 Pengukuran Makanan Balita
Umur bulan
Jenisbentuk makanan
Porsi Per hari Frekuensi
0-6 bulan
ASI Disesuaikan dengan kebutuhan
ASI diberikan setiap anak menangis siang atau malam hari
makin sering makin baik Min 6 kali
6-9 bulan
ASI MP-ASI
Makanan Lunak Disesuaikan dengan kebutuhan
Usia 6 bulan: 6 sendok makan setiap kenaikan usia anak 1 bulan
porsi ditambah 1 sdm Min 6 kali
2 kali
9-12 bulan
ASI Makanan Lembik
Makanan Selingan Disesuaikan dengan kebutuhan
1 piring ukuran sedang 1 piring ukuran sedang
Min 6 kali 4-5 kali
1 kali
1-2 tahun
ASI Makanan Keluarga
Makanan Selingan Disesuaikan dengan kebutuhan
½ porsi orang dewasa ½ porsi orang dewasa
3 kali
2 kali 24
bulan Makanan Keluarga
Makanan Selingan Disesuaikan kebutuhan
Disesuaikan kebutuhan 3 kali
2 kali Sumber: Depkes RI 2006 dalam Husin 2008:13
2.3.4 Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI MP-ASI
Air  susu  ibu  merupakan  makanan  yang  ideal  untuk  bayi  terutama pada  bulan-bulan  pertama.  ASI  mengandung  semua  zat  gizi  untuk
membangun dan penyediaan energi dalam susunan yang belum berfungsi baik pada  bayi  yang  baru  lahir,  serta  menghasilkan  pertumbuhan  fisik  yang
optimum.  Lagipula  ASI  memiliki  berbagai  zat  anti  infeksi,  mengurangi
kejadian  eksim  atopic
1
,  dan  proses  menyusui  menguntungkan  ibunya  dengan terdapat  lactational  infertility
2
,  hingga  memperpanjang  child  spacing  atau jarak kelahiran Pudjiadi, 2005:14.
Menurut  Pudjiadi  2005:18,  ASI  pada  lima  hari  pertama  warnanya lebih kuning dan lebih kental, dan dinamakan kolostrum. Walaupun kolostrum
berwarna  lain  daripada  ASI  yang  dikeluarkan  kemudian,  jangan  sekali-kali dianggap  produk  basi,  melainkan  susu  yang  bernilai  gizi  baik  sekali.
Disamping mengandung kadar protein tinggi, kolostrum mengandung banyak zat  anti  infeksi,  hingga  baik  sekali  bagi  bayi  pada  hari-hari  pertama  setelah
dilahirkan. Walaupun  ASI  merupakan  makanan  terbaik  bagi  bayi,  dengan
bertambahnya  umur  pada  suatu  saat  bayi  yang  sedang  bertumbuh  cepat memerlukan sehari-harinya energi dan zat-zat gizi yang melebihi jumlah yang
didapati  dari  ASI  saja.  Bayi  harus  mendapat  makanan  tambahan  disamping ASI jika kebutuhannya sudah melampaui jumlah yang didapati dari ASI. Pada
umumnya  setelah  berumur  4  sampai  6  bulan  bayi  memerlukan  makanan tambahan Pudjiadi, 2005:33.
Jika  produksi  ASI  cukup,  maka  pertumbuhan  bayi  untuk  4-5  bulan pertama  akan  memuaskan,  pada  umur  5-6  bulan  berat  badan  bayi  akan
menjadi  dua  kali  lipat  daripada  berat  badan  lahir.  Maka  sampai  umur  4-5 bulan  tidak  perlu  memberi  makanan  tambahan  pada  bayi  tersebut,  terkecuali
1
Eksim  atopic  adalah  penyakit  radang  kulit  umum  yang  sering  telah  mulai  diderita  sejak  masa  kanak- kanak
2
Lactational infertility adalah keadaan di mana seseorang tidak dapat hamil karena menyusui.
sedikit jus buah seperti tomat, jeruk, pisang dan sebagainya. Setelah berumur empat  atau  lima  bulan  bayi  harus  dapat  makanan  tambahan  berupa  makanan
padat  berupa  bubur  susu,  nasi  tim.  Pada  bayi  yang  bertumbuh  terlalu  cepat, maka  dimulainya  makanan  padat  dapat  diundurkan  sampai  umur  6-7  bulan
untuk mencegah bayi menjadi terlalu gemuk Pudjiadi, 2005:18. Pemberian  ASI  kepada  anak  balita  hendaknya  dilakukan  secara
kontinyu  dalam  jangka  waktu  berkisar  24  bulan,  namun  seiring  dengan pertumbuhan bayi yang demikian pesat disatu sisi dan kualitas ASI yang tidak
lagi  dapat  mencukupi  disisi  lain,  maka  dipandang  perlu  adanya  pemberian makanan  sebagai  pendamping  ASI  MP-ASI.  Pemberian  MP-ASI  ini
hendaknya  diberikan  secara  bertahap,  namun  yang  perlu  mendapatkan perhatian adalah bahwa  ASI merupakan  makanan utama bagi  balita sehingga
kedudukannya tidak dapat digantikan oleh MP-ASI, sehingga walaupun telah diberikan MP-ASI, pemberian  ASI harus terus diberikan sampai  batas waktu
pemberiannya Rosmana, 2003:16. Menurut  Soenardi  2000,  MP-ASI  sebaiknya  diberikan  pada  usia
enam  bulan,  karena  pencernaan  bayi  sebelum  usia  enam  bulan  belum sempurna. Bila dipaksa bisa menyebabkan pencernaan sakit karena pemberian
terlalu  cepat,  lagi  pula  kekebalan  terhadap  bakteri  masih  kecil  dan  bisa tercemar melalui alat makan dan cara pengolahan yang kurang higienis.
Usia  penyapihan  yang  terlalu  dini  pada  bayi  merupakan  salah  satu penyebab  terjadinya  gizi  kurang  pada  bayi.  Begitu  pula  sebaliknya,  usia
penyapihan yang terlalu lama tanpa diimbangi pemberian makanan yang tepat,
jenis, bentuk dan waktunya dapat mengakibatkan timbulnya masalah gizi pada anak  balita  yang  dapat  berlanjut  menjadi  lebih  berat.  Keadaan  demikian
kemungkinan  besar  disebabkan  kurang  atau  tidak  terpenuhinya  kebutuhan energi  pada  usia  penyapihan.  Keadaan  gizi  buruk  pada  anak  balita  akan
menimbulkan  konsekuensi  fungsional,  antara  lain  pertumbuhan  fisik  dan perkembangan mental terlambat Jahari, 1988 dalam Zulkarnaen 2008:21.
2.3.5 Pemberian Makanan Tambahan