1. Usaha Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Infeksi pada Balita
Usaha pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi pada balita yang dimaksudkan dalam penelitian ini, adalah meliputi jenis penyakit infeksi
yang diderita balita selama mengikuti program PMT-P, serta upaya informan utama dalam pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi pada
balita. Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan, dapat
diketahui bahwa jenis penyakit infeksi yang sering diderita seluruh balita, adalah demam, batuk, dan pilek, dan beberapa balita sering mengalami
gatal-gatal, bisul dan mencret atau diare. Selain itu terdapat informan yang balitanya tidak mengalami peningkatan status gizi, mengeluh balitanya
sering muntah beberapa malam terakhir meskipun balitanya suka makan. Dan terdapat informan yang balitanya mengalami penurunan status gizi,
yang mengaku balitanya hampir selalu demam setiap minggu dan batuk sebulan sekali. Berikut kutipannya:
“Panas, batuk, araratel, bararentol, laju pan manehna mah sok bisul, bisulan laleu
tik tea” “Panas, batuk, gatal-gatal, bentol-bentol, terus kan dia tuh suka
bisul, bisul kecil gitu” Informan E.
“Iye nyorang batuk bae nyah dua minggu sakali, panas, kitu bae” “Ini pernah batuk aja yah dua minggu sekali, panas gitu aja”
Informan S. “Tuh itu kan pararanas, mentes ti ditu teu hudang-hudang, iye keur
utah-utahan bae asal ti peuting geh, laju eta bae nyana sok batuk, sok panas lamun geuring, eta geh geuring kamari eta manehna
mangkana kuru geh, keu r iye mah sok mencret”
“Ya itu kan panas aja, habis dari sana gak bangun-bangun, ini kaya muntah-muntah aja tiap malam juga, terus dia tu suka batuk,
suka panas kalo sakit, itu juga lagi sakit kemarin itu dia jadinya kurus juga,waktu dulu mah suka mencret” Informan A.
“Dia suka panas, batuk ada sebulan sekali, kalo panas sering ampir tiap minggu, kalo pilek kadang-
kadang si” Informan SM. Sedangkan untuk usaha pencegahan penyakit, mayoritas informan
mengaku bahwa pencegahan yang mereka lakukan, yaitu dengan cara memberi makanan yang sehat dan kenyang, sering mencuci tangan balita,
mencuci pakaian balita, dan melarang balita main saat terik matahari atau saat turun hujan, serta melarang balita main tanah atau main kotor dan
bermain di tempat yang tidak dapat diawasi oleh informan. Berikut kutipannya:
“Teu dibiken ulin papanasan, huhujanan, ju ulah ngomean taneh, ulah ulin ka jauh-
jauh kitu tah neng” “Tidak dibiarkan main panas, hujan, terus jangan main tanah,
jangan main ke jauh- jauh gitu neng” Informan E.
“Dibere dahar bae, ulah gupak kalaluar asal aya taneh manehna mah didahar, mangkana teu
menang meleng, kudu dijagaan bae” “Dikasi makan aja, ya jangan main kotor diluar asal ada tanah dia
tuh dimakan, jadinya gak boleh lengah, harus dijaga terus” Informan SK.
“Lamun dahar lengena dikobokan, ulah darapon urangna, indungna
kudu sing apik, dikobokan pokona kudu bebersih bae lah” “Kalo makan tangannya dicuci, jangan ceroboh kitanya, ibunya
harus rapih dicuci pokoknya harus bersih- bersih aja” Informan
N. Untuk upaya pengobatan balita, seluruh informan mengaku selalu
membawa balita mereka ke puskesmas atau bidan terdekat. Selain itu beberapa informan terkadang menggunakan cara tradisional, dengan cara
membuat campuran minyak kelapa sawit, buah asam, dan bawang merah
yang dioleskan di kepala balita untuk menurunkan demam, sebelum dibawa ke puskesmas. Selain itu terdapat dua informan yang balitanya tidak
mengalami peningkatan status gizi, yang terkadang membawa balitanya ke dukun beranak untuk dipijat, dan salah satu informan diantaranya terkadang
meminta air putih yang telah didoakan ke orang pintar jika penyakit balita belum sembuh.
Sebagian besar informan mengaku selalu memberikan obat sesuai anjuran petugas kesehatan. Namun sebagian besar informan yang balitanya
tidak mengalami peningkatan status gizi, mengaku jarang memberikan suplemen vitamin yang didapat dari puskesmas. Sedangkan informan yang
balitanya mengalami peningkatan status gizi, mengaku selalu memberikan suplemen vitamin yang didapat dari puskesmas sampai habis, dan selalu
mengikuti petunjuk petugas kesehatan dalam pemberian obat pada balita. Selain itu terdapat seorang informan yang balitanya mengalami penurunan
status gizi, yang mengatakan bahwa balitanya tidak mau memimum obat dalam bentuk puyer, sehingga obat dan vitamin yang diberikan sebagian
besar tidak dikonsumsi oleh balita. Berikut kutipannya: “Paling dijagain aja terus dibawa ke puskesmas aja, gak pernah
berobat ke bidan-bidan lain gitu, ya dukun-dukun yang deket-deket udah gak ada, terus dikasi obatnya aja sampe abis, kalo
dibungkusnya ditulis tiga hari sekali yah saya mah ngikutin aja tiga kali, kemaren mah dikasi vitamin aja kaya puyer” Informan B.
“Atuh ke puskesmas, lamun obat batuk mah diseepken, lamun paracetamol mah lamun panas bae dibere, aya keneh vitamin mah,
vitamin sirup geh aya keneh nyana mah, jarang diinumken ja diburah-burahken bae ku nyana jadina sok dihakan ku emakna bae
vitaminna, kan biasana diboborehan tea, urang marud bawang putih, bawang beureum sareng asem jeung minyak sayur, memeh
dibawa ka bidan, lamun aya mah bonteng diboborehkeun bae ka sirah, lamun teu turun karak dibawa ka bidan, sok dijampeken
lamun dibawa ka bidan can cager, dipentaken cai, pentaken sareat ka emak kolot, cai na ti imahna dibawakena, lamun budak panas bae
teu hade-hade menta cai bae ka imah na ja Alhamdulilah sok laju cager”
“Ya ke puskesmas, kalo obat batuk tuh dihabiskan, kalo paracetamol tuh kalo panas aja dikasi, masih ada vitaminnya,
vitamin sirup juga masih ada tuh, jarang diminumkan soalnya dimuntahin dia jadinya suka dimakan ke ibunya aja vitaminnya ini
dikompres gitu, kan biasanya dibalurkan gitu, kita parut bawang putih, bawang merah sama asam dan minyak sayur, sebelum dibawa
ke bidan, kalo ada timun dibalurkan aja ke kepala, kalo gak turun baru dibawa kebidan, suka didoain kalo dibawa ke bidan belum
sembuh, dipintakan air, dimintakan doa ke nenek, airnya dari rumahnya dibawakan, kalo anak panas tidak sembuh-sembuh minta
air aja ke rumah nya
Alhamdulillah suka sembuh” Informan N. “Kalo belum parah saya pake cara tradisional, kaya di urut, kaya di
minuman apa gitu, kalo udah parah ya dibawa ke dokter aja, cuman ini banyak obatnya gak dimakan” Informan SM.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan dengan
informan keluarga, didapatkan informasi yang hampir sama dengan yang diceritakan informan utama. Namun meskipun demikian, seluruh informan
keluarga mengaku kurang begitu tahu upaya pencegahan penyakit yang dilakukan informan utama. Berikut kutipannya:
“Panas, batuk, pilek, gak tau yah ibu suka ngapain kalo sakit, paling diba
wa ke puskesmas aja” Informan keluarga B. “Ensok, paling geh panas, ka puskesmas bae, rutin nyana mah,
lamun ti kesmas teu cager karak menta cai dijampeken, atuh caina diinum diboborehkeun, ensok diboborehan asem, bawang, jeung
minyak, obatna geh sok diseepken bae nyah, sapoe tilu kali”
“Sering, paling juga panas, ke puskesmas aja, rutun dia tuh, kalo dari puskesmas beluum sembuh baru minta air didoakan, airnya
diminum dioleskan, sering dioleskan asam, bawang sama minyak, obatnya juga suka dihabiskan aja yah, sehari tiga kali” Informan
keluarga N. “Ke puskesmas, kalo parah baru ke dokter, gak suka habis sih
obatnya, kalo yang sirop dia seneng, kalo yang puyer mah dia susah
” Informan keluarga SM.
Selain itu berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan
pendukung lain, yaitu dua staf Puskesmas Pagedangan yang turut serta dalam pengobatan balita, didapatkan hasil sebagian besar balita yang
mengikuti program PMT-P sering menderita ISPA, diare, dan koreng atau penyakit kulit. Pengobatan dilakukan dengan cara pemberian obat sesuai
dengan diagnosa penyakit, serta pemberian suplemen vitamin setiap minggunya. Vitamin yang diberikan berupa vitamin C dan B komplek, serta
vitamin yang mengandung lysin untuk meningkatkan nafsu makan balita. Pada umumnya obat dan vitamin diberikan dalam bentuk puyer, karena obat
dan vitamin dalam bentuk sirup persediannya sangat terbatas. Berikut kutipannya:
“ISPA diare yang paling banyak, soalnya kan berat badannya turun otomatis diare, obat-obatan yang dikasi tergantung dengan
penyakitnya ya, vitaminnya itu kan ada lysinnya buat nafsu makan, kan ada daya tahan tubuh, vitamin C, B komplek, susu” Informan
staf puskesmas P. “Nomor satu si ini ISPA yah, diare, koreng, koreng kan bisa aja
karena gizi buruk yah, oh ya tergantung kasusnya, sesuai diagnose, tergantung ketersedian obatnya juga, kan kadang-kadang obatnya
susah, vitamin ya B complex, B, C, sama mineral, kadang ada kalsiumnya ju
ga” Informan staf puskesmas S.
Dan berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di rumah informan dan beberapa kali dipuskesmas setiap kamis, didapatkan hasil yang hampir
sama dengan yang diceritakan informan, yaitu untuk balita dari kelompok yang mengalami peningkatan status gizi, terlihat balita pertama menderita
demam pada salah satu kunjungannya ke puskesmas, balita kedua terlihat pilek, bisul dan koreng pada dua kali kunjungannya ke puskesmas, dan
balita ketiga terlihat menderita batuk pada dua kunjungannya ke puskesmas. Sedangkan untuk balita dari kelompok yang tidak mengalami
peningkatan status gizi, terlihat balita pertama menderita batuk, flu serta muntah ketika diberi makan pada dua kali observasi, balita kedua terlihat flu
dan demam pada dua kunjungannya ke puskesmas, sedangkan informan ketiga mengeluh balitanya muntah setiap malam di salah satu kunjungannya
ke puskesmas, dan balita keempat terlihat demam pada salah satu observasi dirumah informan.
Namun dalam hal usaha pencegahan penyakit, informasi dari hasil observasi yang didapatkan, terlihat berbeda dari yang diceritakan informan
utama, yaitu sebagian besar informan yang balitanya tidak mengalami peningkatan status gizi terlihat memberikan makanan dengan yang porsi
sedikit, selain itu masih terdapat beberapa balita yang bermain ditempat kotor atau main dengan temannya yang terlihat menderita penyakit infeksi,
serta terlihat informan maupun balitanya tidak mencuci tangan sebelum makan.
Sebagian besar informan terlihat membawa balitanya ke puskesmas ketika sakit, dan obat yang diberikan terlihat diminum oleh balita. Namun
salah satu informan yang balitanya mengalami penurunan status gizi terlihat masih menyimpan obat dan vitamin yang didapat dari puskesmas maupun
instansi kesehatan lain, dan seorang informan yang balitanya tidak mengalami peningkatan status gizi terlihat masih menyimpan suplemen
vitamin yang diberikan dari puskesmas. Selain itu berdasarkan studi dokumen yang dilakukan dengan cara
melihat catatan rekam medik balita, didapatkan hasil yang sama dengan yang diceritakan informan, yaitu penyakit yang rata-rata diderita balita
adalah demam, batuk, influenza atau flu, diare dan penyakit kulit.
2. Cara Pemeliharaan Kesehatan Balita