Pengertian PMT Tujuan PMT

7. Terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman lalu terkelupas crazy pavement dermatosis. 8. Sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut. 9. Anemia dan diare Depkes, 2009:vi.

2.6.3 Marasmik-Kwashiorkor

Menurut Depkes 2009:vi marasmik-kwashiorkor adalah tanda klinis pada balita gizi buruk yaitu gabungan marasmik dan kwashiorkor. Menurut Arisman 2002:105, bentuk kelainan ini merupakan gabungan antara KEP yang disertai dengan edema, dengan tanda dan gejala khas kwashiorkor dan marasmus. Gambaran yang utama adalah kwashiorkor edema dengan atau tanpa lesi kulit, pengecilan otot, dan pengurangan lemak bawah kulit seperti marasmus. Jika edema dapat hilang pada awal pengobatan, penampakan penderita akan meyerupai marasmus. Gambaran marasmus dan kwasiorkor muncul secara bersamaan dan didominasi oleh kekurangan protein yang parah Arisman, 2002:105.

2.7 Pemberian Makanan Tambahan PMT

2.7.1 Pengertian PMT

Pemberian Makanan Tambahan PMT adalah suatu program gizi melalui pemberian makanan tambahan khusus kepada keluarga miskin yang rawan gizi Austin, 1981. Sedangkan pendapat Underwood 1983 dalam Yunarto 2003:21, menyatakan bahwa PMT merupakan suatu program yang telah lama dikenal dalam bentuk intervensi untuk mengatasi masalah gizi kurang undernutrition. Adanya PMT diharapkan dapat memberikan konstribusi terhadap total konsumsi makanan sehari. Namun demikian, PMT hanya dilaksanakan sebagai program penanggulangan masalah gizi jangka pendek. Pemberian PMT ditujukan untuk mengatasi penyebab langsung terjadinya gizi kurang. Sedangkan untuk jangka panjang, dibutuhkan suatu program berupa kegiatan yang secara tidak langsung dapat mengatasi akar masalah dari penyebab tersebut. Kegiatan tersebut meliputi usaha peningkatan pendapatan keluarga, pemanfaatan pekarangan, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, penyediaan sumber daya yang mendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan gizi Depkes RI, 1997 dalam Yunarto, 2003:21.

2.7.2 Tujuan PMT

Pemberian makanan tambahan bertujuan untuk memperbaiki keadaan gizi pada anak golongan rawan gizi yang menderita kurang gizi, dan diberikan dengan kriteria anak balita yang tiga kali berturut-turut tidak naik timbangannya serta yang berat badannya pada KMS terletak dibawah garis merah. Bahan makanan yang digunakan dalam PMT hendaknya bahan-bahan yang ada atau dapat dihasilkan setempat, sehingga kemungkinan kelestarian program lebih besar. Diutamakan bahan makanan sumber kalori dan protein tanpa mengesampingkan sumber zat gizi lain seperti: padi-padian, umbi- umbian, kacang-kacangan, ikan, sayuran hijau, kelapa dan hasil olahannya Anonim, 2009. Saat ini menurunnya kecukupan zat gizi masyarakat berlanjut dengan menurunnya status gizi, terutama pada kelompok bayi, balita, dan ibu hamil yang merupakan dampak dari krisis ekonomi. Program PMT dilaksanakan sebagai bentuk intervensi gizi dengan tujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan status gizi, khususnya pada kelompok resikok tinggi yaitu, bayi, balita, ibu hamil, ibu nifas yang menderita KEK Depkes RI, 1999 dalam Yunarto, 2003:22. Lebih lanjut lagi dijelaskan oleh Jahari, dkk 2000 jika tidak dilakukan upaya khusus selama terjadinya krisis, maka masalah gizi akan semakin bertambah. Karena pada kondisi tersebut tubuh akan menggunakan cadangan zat gizi yang ada didalam tubuhnya. Sehingga pemecahan jaringan tubuh akan semakin meningkat, yang akan mengakibatkan anak mengalami gizi kurang bahkan gizi buruk. Oleh karena itu, program PMT merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan status gizi anak sesuai dengan tujuan utama program ini. Tujuan lain yang ingin dicapai adalah untuk mencegah semakin memburuknya status gizi anak, dan untuk memfasilitasi program KIE bagi orang tua dan anak. Pelaksanaan program PMT ini dapat menjadi media transformasi pengetahuan tentang masalah gizi dan khususnya tentang PMT itu sendiri, sehingga ibu bisa berpartisipasi dalam kegiatan PMT ini. Informasi yang didapat dari Gordon dkk 1963 dalam Underwood 1983 disebutkan bahwa usia 4-36 bulan anak rawan menderita gizi buruk dan infeksi. Untuk itu agar program PMT dapat memberikan efek yang terbaik bagi kesehatan dan gizi, maka dilakukan bagi keluarga miskin di Indonesia, selain mendapat pelayanan perbaikan gizi melalui PMT, juga mendapat pelayanan kesehatan dasar, pelayanan rujukan, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular Depkes RI, 1999 dalam Yunarto, 2003:23.

2.7.3 Jenis-Jenis PMT

Dokumen yang terkait

Pengaruh Konseling Gizi Pada Ibu Balita terhadap Pola Asuh dan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Amplas

3 67 84

Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat Tahun 2008

5 71 83

Hubungan Pola Asuh Anak Dengan Status Gizi Balita Umur 24-59 Bulan Di Wilayah Terkena Tsunami Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2008

1 38 105

Hubungan Status Gizi Balita Dan Pola Asuh Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2006

0 41 93

Kecukupan Energi Dan Protein Serta Status Gizi Siswa Smp Yang Mendapat Makan Siang Dan Tidak Mendapat Makan Siang Dari Sekolah Dengan Sisitem Fullday School

4 79 130

Hubungan Antara Pola Konsumsi, Penyakit Infeksi Dan Pantang Makanan Terhadap Risiko Kurang Energi Kronis (Kek) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

2 14 169

Pengaruh Penyuluhan Media Lembar Balik Gizi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurang Di Puskesmas Pamulang, Tangerang Selatan Tahun 2015

0 19 97

Pengetahuan Gizi dan Persepsi Ibu Rumahtangga Kader dan Bukan Kader Posyandu tentang Kurang Energi Protein (KEP) Balita Serta Pertisipasi Penanggulangannya

0 10 67

Pola Asuh Orang Tua yang Melatarbelakangi Terjadinya Kurang Energi Protein pada Balita di Desa Kedung Rejo Kabupaten Grobogan 2010 - UDiNus Repository

0 0 2

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POLA ASUH GIZI IBU BALITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) YANG MENDAPAT PMT-P DI PUSKESMAS PLAYEN I KABUPATEN GUNUNGKIDUL

0 0 23