BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Pengetahuan Pemberian Makan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, dapat diketahui bahwa sebagian besar informan utama baik yang balitanya
mengalami peningkatan status gizi maupun yang tidak mengalami peningkatan status gizi, memiliki pengetahuan yang sama hampir di semua aspek perilaku
pemberian makan kepada balita kecuali dalam hal porsi dan penyajian makanan. Sebagian besar informan tidak mengetahui komposisi makanan atau susunan
hidangan yang sebaiknya diberikan kepada balita. Meskipun demikian, terdapat satu informan utama yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai komposisi
makanan, dan ternyata balitanya mengalami peningkatan status gizi. Menurut informan tersebut, komposisi makanan yang sebaiknya diberikan kepada balita,
adalah terdiri dari makanan pokok, sayuran, buah-buahan, lauk pauk dan susu, atau yang lebih dikenal dengan istilah empat sehat lima sempurna.
Selain itu sebagian besar informan hanya mengetahui sumber-sumber makanan yang mengandung lemak, seperti makanan yang mengandung banyak
minyak, contohnya daging, coklat, susu dan mentega. Padahal sumber makanan yang bergizi lainnya, seperti protein dan karbohidrat sangat baik untuk meningkatkan
asupan kalori dan protein bagi balita.
Sebagian besar informan utama juga memiliki pengetahuan yang buruk mengenai waktu yang tepat dalam pemberian makanan tambahan dan waktu yang
tepat dimulainya pemberian MP-ASI. Karena hanya sebagian kecil informan yang menjawab bahwa waktu pemberian makanan tambahan adalah sebaiknya disela-sela
waktu makan utama, dan waktu yang tepat dimulainya pemberian MP-ASI adalah sejak balita berusia enam bulan. Sedangkan menurut Pudjiadi 2005:53, bayi harus
mendapat makanan tambahan disamping ASI jika kebutuhannya sudah melampaui jumlah yang didapat dari ASI, yang pada umumnya setelah bayi berumur empat
sampai enam bulan. Pengetahuan informan yang buruk, mungkin disebabkan oleh rendahnya
pendidikan informan yang sebagian besar hanya setingkat SD, dan kurangnya arahan dari petugas kesehatan mengenai komposisi atau susunan hidangan yang sebaiknya
diberikan kepada balita. Sebagaimana menurut pendapat Winkel 1984 dalam Khomsan dkk 2007b:6, yang mengatakan bahwa tingkat pengetahuan seseorang
dapat dipengaruhi oleh kemampuan intelektualnya. Sedangkan pengetahuan informan utama tentang cara penyiapan atau
pengolahan makanan balita secara umum termasuk baik. Menurut mereka bahan makanan sebaiknya dimasak sampai matang dengan cara dikukus dan direbus untuk
bahan makanan seperti beras, digoreng untuk bahan makanan sejenis lauk, dan direbus atau ditumis untuk bahan makanan sejenis sayuran. Dengan memasak
makanan, menurut Sediaoetama 2008:12, bahan makanan menjadi lebih mudah dicerna dan zat-zat makanan menjadi tersedia untuk diserap dan dipergunakan oleh
tubuh.
Selain itu pengetahuan informan utama dalam hal frekuensi dan waktu pemberian makan secara umum termasuk baik, seluruh informan utama mengetahui
bahwa frekuensi pemberian makan kepada balita adalah tiga kali dalam sehari, yang mungkin dipengaruhi oleh budaya sebagian besar masyarakat setempat yang selalu
makan tiga kali dalam sehari. Sedangkan waktu pemberian makan menurut mereka adalah sebaiknya saat balita lapar atau meminta makanan, saat balita bangun atau
mau tidur dan saat balita bermain. Selain itu salah satu informan utama juga menambahkan, sebaiknya balita diberikan makanan sesuai dengan jam makan atau
teratur setiap harinya, yang ternyata balitanya mengalami peningkatan status gizi. Pengetahuan informan utama mengenai waktu yang tepat dimulainya dan
lamanya pemberian ASI, dan jenis MP-ASI yang sebaiknya diberikan kepada balita, ternyata juga termasuk baik. Menurut sebagian besar informan waktu yang tepat
dimulainya pemberian ASI adalah segera setelah bayi dilahirkan, dan lamanya pemberian ASI adalah sampai balita berusia dua tahun. Sedangkan jenis MP-ASI
yang sebaiknya diberikan kepada balita menurut informan utama adalah pisang, bubur bayi instan, nasi tim, bubur, dan lain-lain. Pengetahuan informan utama yang
baik mengenai pemberian ASI mungkin disebabkan oleh penyuluhan tentang pemberian ASI yang sering diberikan petugas kesehatan di puskesmas.
Dan pengetahuan informan utama mengenai pemberian makanan tambahan dan jajanan yang baik bagi balita secara umum termasuk baik. Menurut sebagian
besar informan utama makanan tambahan adalah makanan selain nasi, seperti biskuit, roti, kue, singkong, buah-buahan dan lain-lain. Selain itu menurut mereka
makanan jajanan yang baik untuk balita adalah makanan seperti biskuit, roti, susu,
dan buah-buahan. Makanan yang disebutkan informan tersebut umumnya diketahui sebagai makanan yang mengandung banyak kalori dan vitamin yang baik untuk
menambah asupan zat gizi bagi balita. Selain itu beberapa dari informan juga menambahkan makanan jajanan yang baik adalah makanan yang bergizi dan bersih,
ataupun makanan yang diolah sendiri dirumah. Sedangkan dalam hal pengetahuan porsi makanan dan penyajian makanan,
sebagian besar informan utama yang balitanya mengalami peningkatan status gizi, ternyata memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan informan yang
balitanya tidak mengalami peningkatan status gizi. Porsi makanan menurut informan yang balitanya mengalami peningkatan status gizi ternyata lebih besar daripada porsi
makanan menurut informan yang balitanya tidak mengalami peningkatan status gizi. Selain itu penyajian makanan menurut sebagian besar informan utama yang
balitanya mengalami peningkatan status gizi, adalah sebaiknya makanan dihias atau memiliki tampilan yang menarik dan dibedakan rasanya jika untuk balita. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sediaoetama 2008:12, yang mengatakan menghidangkan makanan harus menarik, sehingga mereka yang menyantapnya akan merasa senang,
bahkan puas, sehingga meningkatkan selera dan gairah untuk makan. Hidangan harus dapat merangsang secara menarik sebanyak mungkin panca indera, agar
timbul selera dan nafsu makan. Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
informan utama mengenai pemberian makan secara umum termasuk buruk. Karena sebagian besar informan utama tidak memiliki pengetahuan yang baik mengenai
komposisi dan porsi makanan, pemberian MP-ASI dan pemberian makanan
tambahan, yang merupakan pengetahuan yang penting dalam usaha menaikkan status gizi balita. Hal tersebut dapat pula dibuktikan dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa informan utama yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai porsi, komposisi, dan penyajian makanan ternyata memiliki balita yang
mengalami peningkatan status gizi. Namun meskipun demikian, sebagian besar informan utama memiliki pengetahuan yang baik mengenai penyiapan atau
pengolahan makanan, frekuensi pemberian makan, dan pemberian ASI kepada balita.
6.2 Sikap Pemberian Makan