Cara Pengolahan dan Penyajian Makanan

“Ya sebaiknya dua centong setengah kalo untuk anak, jika dia mau, tempe paling sepotong itu neng, ” Informan E. “Setengah mangkok sampe samangkok, atuh telorna sahiji” “Setengah mangkok sampai satu mangkok, ya telurnya satu” Informan S. “Sapiring letik, sacentong heeh, lauk mah paling geh saeutik tea” “Sepiring kecil, secentong ya, lauk tu paling juga sedikit itu” Informan SK. “Satu piring kecil satu porsi” Informan SM.

2. Cara Pengolahan dan Penyajian Makanan

Pengetahuan mengenai cara pengolahan dan penyajian makanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan mengenai cara penyiapan dan pengolahan makanan yang tepat, serta penyajian makanan yang baik bagi balita. Menurut sebagian besar informan utama baik yang balitanya mengalami peningkatan status gizi maupun yang balitanya tidak mengalami peningkatan status gizi, cara penyiapan dan pengolahan makanan yang baik adalah bahan makanan dimasak sampai matang, dengan cara dikukus dan direbus untuk bahan makanan seperti beras, digoreng untuk bahan makanan sejenis lauk, dan direbus atau ditumis untuk bahan makanan sejenis sayuran. Selain itu beberapa informan menambahkan bahan makanan seperti telur dan sayuran sebaiknya dimasak setengah matang agar mengandung banyak vitamin untuk balita. Berikut kutipannya: “Lamun bayem setengah asak, lamun kangkung setengah asak, endog mah pan didadar, tahu mah di semur” “Kalo bayem setengah matang, kalo kangkung setengah matang, te lur di dadar, kalo tahu disemur” Informan E. “Masak makanan biasa bae, sampe asak, kadang-kadang setengah mateng, lamun jeung budak mah setengah mateng, misalken telor kitu setengah mateng, sok loba vitamina lamun setengah mateng” “Masak makanan biasa saja, sampe matang, kadang-kadang setengah mateng, kalo untuk anak setengah mateng, misalkan telur gitu setengah matang, nanti banyak vitaminnya kalo setengah matang” Informan S. “Oh bagusna setengah mateng atau sampe asak, kos telor teh setengah mateng , lamun nu asak teh kos sayur sop, sangu” “Oh sebaiknya setengah matang atau sampe matang, kaya telur gitu setengah matang, kalo yang matang tuh kaya sayur sop, nasi” Informan SK. Sedangkan pengetahuan mengenai penyajian makanan yang baik, menurut mayoritas informan yang balitanya mengalami peningkatan status gizi, adalah sebaiknya makanan dihias atau memiliki tampilan yang menarik, dan dibedakan rasanya seperti tidak terlalu asin. Sedangkan dua informan yang balitanya tidak mengalami peningkatan status gizi, menjawab sebaiknya tampilan makanan berupa nasi dan lauk pauknya saja. Berikut kutipannya: “Atuh bagusan dihias jadi budak teh rareusepen, komo lamun ku anu beureum-beureum kos wortol jeung bayem bereum tah, budak mah raresepen sok di comotan tea, di hias- hias mah” “Ya sebaiknya makanan dihias sehingga anak menjadi suka makan, apalagi kalo pake yang merah-merah seperti wortel dan bayam merah gitu, pada suka jadi sering di ambilin gitu, kalo dihias-hias gitu” Informan E. “Lamun anu boga mah heeh di hias-hias, anu di meja makan tea, bagusnamah dihias jeung budak mah, hayi jeung budak mah dibedaken rasana, bedana ulah terlalu asin kitu ulah terlalu enak- enak kitu nyah” “Kalo yang punya ya dihias-hias, yang di meja makan gitu, sebaiknya dihias buat anak mah, kalo buat anak dibedakan rasanya, bedanya jangan terlalu asin gitu jangan terlalu enak-enak gurih gitu ya” Informan S. “Paling atuh sangu jeung tempe, sayur kangkung kadang-kadang, bayem atuh hayi ker aya duitna” “Mungkin sangu sama tempe, sayur kangkung kadang-kadang, bayam kalo lagi ada duitnya” Informan A. “Dihias make tempe tahu lauk, daun bayem sok di pake” “Dihias pakai tempe tahu lauk, daun bayem suka di pake” Informan SK.

3. Frekuensi Pemberian Makan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Konseling Gizi Pada Ibu Balita terhadap Pola Asuh dan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Amplas

3 67 84

Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat Tahun 2008

5 71 83

Hubungan Pola Asuh Anak Dengan Status Gizi Balita Umur 24-59 Bulan Di Wilayah Terkena Tsunami Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2008

1 38 105

Hubungan Status Gizi Balita Dan Pola Asuh Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2006

0 41 93

Kecukupan Energi Dan Protein Serta Status Gizi Siswa Smp Yang Mendapat Makan Siang Dan Tidak Mendapat Makan Siang Dari Sekolah Dengan Sisitem Fullday School

4 79 130

Hubungan Antara Pola Konsumsi, Penyakit Infeksi Dan Pantang Makanan Terhadap Risiko Kurang Energi Kronis (Kek) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

2 14 169

Pengaruh Penyuluhan Media Lembar Balik Gizi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurang Di Puskesmas Pamulang, Tangerang Selatan Tahun 2015

0 19 97

Pengetahuan Gizi dan Persepsi Ibu Rumahtangga Kader dan Bukan Kader Posyandu tentang Kurang Energi Protein (KEP) Balita Serta Pertisipasi Penanggulangannya

0 10 67

Pola Asuh Orang Tua yang Melatarbelakangi Terjadinya Kurang Energi Protein pada Balita di Desa Kedung Rejo Kabupaten Grobogan 2010 - UDiNus Repository

0 0 2

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POLA ASUH GIZI IBU BALITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) YANG MENDAPAT PMT-P DI PUSKESMAS PLAYEN I KABUPATEN GUNUNGKIDUL

0 0 23