timbul selera dan nafsu makan Sediaoetama, 2008:12. Senada dengan hal tersebut menurut Febry dan Marendra 2008 dalam Kodariah 2010:53
penyajian makanan pada anak harus diperhatikan, karena dapat mempengaruhi selera makan anak, baik penampilan, tekstur, warna, aroma, besar porsi, dan
pemilihan alat makan yang menarik Febry dan Marendra, 2008 dalam Kodariah, 2010:53.
Moehji 2008 menyatakan bahwa bentuk potongan atau warna makanan sering dapat membangkitkan sikap anak untuk menyenangi suatu
makanan yang sebelumnya tidak disenangi. Karena itu, tidak salah jika makanan anak diberi warna atau bentuk khusus yang menarik perhatian anak
sehingga anak mau memakannya. Penyusunan menu makanan selain harus memperhatikan komposisi
zat gizi juga harus memperhatikan variasi menu makanan agar anak tidak bosan, Sebaliknya, dibuat siklus menu tujuh atau sepuluh hari Febry dan
Marendra, 2008 dalam Kodariyah, 2010:54. Pemberian makanan yang kurang bervariasi dapat pula menyebabkan anak sulit menyesuaikan diri
dengan makanan baru Maulana, 2008.
2.3.3 Frekuensi Pemberian Makanan
Frekuensi makan merupakan seringnya seseorang melakukan kegiatan makan dalam sehari baik makanan utama maupun selingan.
Frekuensi makan dikatakan baik bila frekuensi makan setiap harinya tiga kali makanan utama atau dua kali makanan utama dengan satu kali makanan
selingan, dan dinilai kurang bila frekuensi makan setiap harinya dua kali makan utama atau kurang Suhardjo, 1990 dalam Yuniarti, 2010:43.
Menginjak usia sembilan bulan bayi telah mempunyai gigi dan mulai pandai mengunyah kepingan makanan orang dewasa. Pada saat itu ia makan
mungkin empat sampai lima kali sehari. Anak usia dua tahun memerlukan makanan separuh takaran orang dewasa Arisman, 2002:52.
Menurut Moehji 1988:78 waktu makan anak hendaknya dapat diatur sesuai dengan kebiasaan makan keluarga dengan demikian anak diberi makan
selingan sehingga dapat menambah masukan kalori dan zat gizi yang lain. Sedangkan menurut Kusumadewi 1998 dalam Kodariyah, 2010:54, waktu
pemberian makan yang tidak tepat seperti pada saat anak sedang mengantuk, atau belum merasa lapar akan membuat anak tidak menikmati makanannya.
Oleh karena itu, penerapan jadwal makan disertai dengan kondisi anak pada saat makan akan mempengaruhi anak dalam menerima makanan
Kusumadewi, 1998 dalam Kodariyah, 2010:54. Selanjutnya Latief dkk 2002 menyatakan bahwa jadwal makan anak
adalah 3 kali makan dan diantaranya dapat diberikan makanan kecilselingan. Makanan yang dianjurkan terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, buah, dan
tambahan susu 2 kali sehari, yaitu 250 ml setiap kali minum. Waktu makan yaitu pada pagi, siang, dan malam. Sedangkan waktu makan untuk makanan
selingan ialah jam 11.00 dan jam 16.00.
Jenis jumlah dan frekuensi makan pada bayi dan anak balita, hendaknya diatur sesuai dengan perkembangan usia dan kemampuan organ
pencernaannya Depkes RI, 2006 dalam Husin, 2008:13.
Tabel 2.1 Pengukuran Makanan Balita
Umur bulan
Jenisbentuk makanan
Porsi Per hari Frekuensi
0-6 bulan
ASI Disesuaikan dengan kebutuhan
ASI diberikan setiap anak menangis siang atau malam hari
makin sering makin baik Min 6 kali
6-9 bulan
ASI MP-ASI
Makanan Lunak Disesuaikan dengan kebutuhan
Usia 6 bulan: 6 sendok makan setiap kenaikan usia anak 1 bulan
porsi ditambah 1 sdm Min 6 kali
2 kali
9-12 bulan
ASI Makanan Lembik
Makanan Selingan Disesuaikan dengan kebutuhan
1 piring ukuran sedang 1 piring ukuran sedang
Min 6 kali 4-5 kali
1 kali
1-2 tahun
ASI Makanan Keluarga
Makanan Selingan Disesuaikan dengan kebutuhan
½ porsi orang dewasa ½ porsi orang dewasa
3 kali
2 kali 24
bulan Makanan Keluarga
Makanan Selingan Disesuaikan kebutuhan
Disesuaikan kebutuhan 3 kali
2 kali Sumber: Depkes RI 2006 dalam Husin 2008:13
2.3.4 Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI MP-ASI