Usaha Menjaga Kebersihan Lingkungan

balitanya mengalami penurunan status gizi terlihat dua sampai tiga kali tidak datang ke puskesmas selama pemberian PMT-P. Seluruh informan yang balitanya mengalami peningkatan status gizi terlihat sering memberikan makanan utama, serta sering memberikan makanan tambahan berupa biskuit. Sedangkan informan yang balitanya tidak mengalami peningkatan status gizi terlihat lebih sering memberikan makanan jajanan berupa makanan ringan, daripada makanan utama seperti nasi dan lauk-pauk. Sedangkan untuk upaya imunisasi hanya satu informan yang dapat di observasi, yaitu dengan cara melihat catatan pemberian imunisasi pada KMS, yang menunjukkan balita telah diimunisasi lengkap, sedangkan informan yang lain tidak dapat diobservasi karena tidak dapat memperlihatkan KMSnya. Sedangkan untuk upaya menjaga kebersihan balita, sebagian besar informan terlihat tidak mencuci tangan ketika memberikan makan balitanya, selain itu balita juga tidak terlihat mencuci tangan sebelum makan. Beberapa informan terlihat mengganti pakaian balita ketika balita mengompol tanpa membasuh atau membersihkan balita dengan air maupun sabun.

3. Usaha Menjaga Kebersihan Lingkungan

Usaha menjaga kebersihan lingkungan yang dimaksudkan dalam penelitian ini, adalah meliputi usaha menjaga kebersihan lingkungan bermain balita, penggunaan air bersih, cara pembuangan sampah dan limbah rumah tangga, usaha mengatur pertukaran udara dan pencahayaan rumah, dan usaha menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar. Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan, dapat diketahui bahwa enam balita informan terbiasa bermain didalam atau dihalaman rumah, dan terdapat satu balita yang terbiasa bermain di lapangan atau di tempat yang kotor seperti di kubangan air hujan, yang ternyata mengalami peningkatan status gizi. Seluruh informan mengaku selalu membiarkan balitanya bermain dengan temannya, meskipun salah satu teman bermainnya sedang menderita penyakit, karena menurut mereka sebagian besar teman bermain balita adalah kakaknya yang tinggal serumah atau saudara-saudaranya yang tinggal didekat rumah sehingga susah untuk dipisahkan. Pada umumnya penyakit yang diderita teman bermain balita sama dengan penyakit yang diderita balita yaitu seperti demam, flu, batuk dan diare. Berikut kutipannya: “Mainnya disini sama didepan maennya ma anak-anak sini aja, kalo temennya lagi sakit juga pada maen aja pada nyamperin dia, paling temennya suka sakit pilek, batuk” Informan B. “Tuh ulin jeung baturna, lamun geuring geh ulin bae, ja tah ulah mah sok ngadat, baturna geuring atuh biasa panas, batuk, sok ulin diharep, dilapangan, bangkong di nubucak geh sok diulinkeun tea, bangor nyana mah” “Ya main sama temennya, kalo sakit juga main aja, ya kalo dilarang juga suka nangis, temennya suka sakit biasa panas,batuk, suka main didepan, dilapangan, kodok di tempat becek juga suka dimainkan gitu, nakal dia tuh” Informan E. “Atuh ulina jeung baturna alo ibu, panas nyana geh sarua, batuk bae, pilek, laju utah- utahan, mencret, lamun pilek geh arulin bae” “Ya mainnya sama temennya keponakan ibu, panas juga sama, batuk aja, pilek, terus muntah-muntah, mencret, kalo pilek juga sama main aja” Informan N. Sumber air bersih yang digunakan seluruh informan berasal dari sumur yang jaraknya cukup dekat dengan tempat pembuangan limbah, dan digunakan informan untuk minum, memasak, mencuci pakaian dan peralatan dapur, mandi, buang air besar dan kecil, dan lain-lain. Selain itu tiga informan yang balitanya mengalami peningkatan status gizi mengaku tidak memiliki WC didalam rumah mereka, dua informan diantaranya terbiasa buang air besar di jamban yang terletak di atas empang dibelakang rumah, dan satu informan yang lain terbiasa buang air besar di kebun belakang rumah dengan cara menggali tanah. Sedangkan sebagian besar informan yang balitanya tidak mengalami peningkatan status gizi, mengaku memiliki WC didalam rumah mereka. Berikut kutipannya: “Dari sumur aja buat minum, masak, cuci tangan, mandi, berak, sumurnya deket comberan si, tapi kalo BAB kan rame-rame gali tanah aja di kebon bel akang kalo dah penuh ditutup, gali lagi” Informan B. “Atuh nimba ti sumur bae, deket si ka empang, jeung nginum, mandi segala, masak, ngumbahan piring atuh” “Ya dari sumur aja, dekat si ke empang, buat minum, mandi segala masak, cuci piring gitu” Informan E. “Iye amun jeung nginum jeung masak mah ti imah bibi tah digigir, lamun mandi nyeseh sagala mah ti sumur bae, rada kiruh emang” “Ini kalo buat minum sama masak tuh dari rumah bibi tuh disamping, kalo mandi nyuci segala tuh disumur aja, agak keruh emang” Informan N. “Yah ini dari sumur, jaraknya ada lima meter dari saluran limbah, yah buat minum, masak, cuci, mandi gitu aja” Informan SM. Sebagian besar informan terbiasa membuang sampah di halaman depan atau belakang rumah dengan cara dikumpulkan dan dibakar, selain itu mayoritas informan tidak memiliki tempat pembuangan sampah didalam rumah. Sedangkan saluran pembuangan limbah rumah tangga yang dimiliki sebagian besar informan, mengalir kedalam saluran air yang terbuka atau berbentuk empang. Meskipun demikian, terdapat satu informan yang balitanya mengalami penurunan status gizi, yang terbiasa membuang sampah dengan cara dikumpulkan didepan rumah yang kemudian di bawa petugas ke tempat pengolahan sampah, serta memiliki saluran pembuangan limbah yang mengalir ke saluran pembuangan yang berbentuk got dan septictank 5 . Berikut kutipannya: “Buang sampah iye di imah dikumpulken heula, dikumpulken laju dibeuleu m ditukang, lamun cai WC mah ka empang” “Buang sampah ini dirumah dikumpulkan dulu, dikumpulkan terus dibakar di belakang, kalo air WC tuh ke empang” Informan S. “Buang sampah dipipir dikumpulken dibeuleum, cai WCna dipicen ka empang lain septic tank, WC namah dijero imah” “Buang sampah dibelakang dikumpulkan dibakar, air WCnya dibuang ke empang bukan septic tank, WCnya didalam rumah” Informan SK. “Dikumpulkan didepan rumah pake plastic aja, tar ada petugas yang ngambil, air limbah di got, kalo buangan WC ya ke septictank, ada kali jaraknya lima meter dari sumur” Informan SM. 5 Septictank adalah adalah bak untuk menampung air limbah yang digelontorkan dari WC water closet, konstruksi septictank ada disekat dengan dinding bata dan diatasnya diberi penutup dengan pelat beton dilengkapi penutup control dan diberi pipa hawa T dengan diameter 1 ½ “, sebagai hubungan agar ada udaraoksigen ke dalam septictank sehingga bakteri-bakteri menjadi subur sebagai pemusnah kotoran- kotoran atau tinja yang masuk ke dalam bak penampungannya Bochari, 2009. Selain itu seluruh informan terbiasa membuka gorden dan jendela rumah pada pagi hari, sehingga udara segar dan cahaya matahari pagi bisa masuk kedalam rumah. Berikut kutipannya: “Lamun isuk-isuk teh buka jandela, buka hordeng neng abeh asup, lamun sore mah jeung tibeu rang ditutup, paling peting make lampu” “Kalo pagi-pagi tuh dibuka jendela buka hordeng neng supaya masuk, kalo sore sama siang tuh ditutup, paling malam pakai lampu” Informan E. “Atuh urang jendela naon dibuka ja unggal isuk” “Ya kita jendela apa dibuka tiap pagi” Informan A. Upaya menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar menurut seluruh informan, adalah dengan cara menyapu dan mengepel rumah setiap hari, dan menyapu dan menyiram halaman rumah dengan air supaya tidak berdebu. Namun terdapat dua informan mengaku jarang melakukan kegiatan tersebut karena tidak sempat melakukannya, dan satu informan diantaranya mengaku hanya membersihkan rumah ketika hari libur. Berikut kutipannya: “Paling ngepel nyapu tiap hari, satu hari tuh bisa berkali-kali kan dia suka ngompol, paling kalo diluar doang tuh dua kali sehari” Informan B. “Atuh disapuan, dipel, elap kaca, nyapuan luar disiram abeh ulah ngebul, iye rama tna dibersihan” “Ya disapu, dipel, dielap kaca, disapu halaman disiram supaya tidak berdebu, sarang laba- laba dibersihkan” Informan N. “Disapuan, dipel atuh, iye bae can sempet, lamun hari libur tah karak rapih- rapih” “Disapu, dipel dong, ini aja belum sempat, kalo hari libur baru rapih- rapih” Informan SK. Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan dengan informan keluarga, didapatkan informasi yang hampir sama dengan yang diceritakan informan utama. Berikut kutipannya: “Kalo temennya lagi sakit juga suka maen aja, kalo buang sampah ditempat sampah, kalo buang air besar dibelakang aja di kebon deket tempat sampah, paling ngepel sama nyapu” Informan keluarga B. “Nyapuan, ngepel, maen iye di lapangan bola, di harep imah, heeh sok garering, titah balik si lamun gering, tapina sok te nurut, micen sampah atuh di luar, limbah mah di empang” “Menyapu, mengepel, main dia tuh di lapangan bola, didepan rumah, ya suka pada sakit, suka disuruh pulang kalo sakit, tapinya suka gak nur ut, buang sampah ya di luar, limbah tuh di empang” Informan keluarga E. “Di imah ulina, atuh buktina ayena aya di imah, atuh ka harep geh paling geh sok dijagaan di gendong, jeung kakana bae, geringna sarua bae, micen sampah di belakang, atuh nyapuan, ngepel, buktina gak ada, hehe, disebut bersih ja ambalayah, hehe” “Di rumah mainnya, ya buktinya sekarang ada di rumah, ke depan juga suka dijagain digendong, sama kakaknya aja, sakitnya sama aja, buang sampah di tukang, ya disapu, dipel, buktinya gak ada, hehe, disebut bersih tapi berantakan, hehe” Informan keluarga SK. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di rumah informan, didapatkan hasil yang hampir sama dengan yang diceritakan informan utama maupun pendukung. Yaitu sebagian besar balita terlihat bermain didalam atau dihalaman rumah, mayoritas informan memiliki rumah yang terlihat bersih atau bebas dari sampah, sedangkan halaman rumah yang menjadi tempat bermain balita terlihat kotor dan dekat dengan lokasi pembuangan sampah. Selain itu terdapat beberapa teman bermain balita yang terlihat sedang menderita flu, dan tetap bermain dengan balita. Dan sumber air seluruh informan berasal dari sumur yang terletak cukup dekat atau kurang dari 10 meter dari saluran limbah, tapi terlihat bening dan bersih. Sedangkan untuk pencahayaan dan penerangan rumah, didapatkan hasil yang sedikit berbeda dari keterangan informan, yaitu sebagian besar informan terlihat memiliki rumah dengan pencahayaan yang kurang di beberapa ruangan seperti ruang tengah, kamar tidur dan dapur, selain itu jendela hanya terletak didepan rumah atau kamar tidur yang menyebabkan udara terasa pengap dan lembab, dan sebagian besar informan menggunakan kayu bakar untuk memasak. Lokasi pembuangan sampah terletak di halaman depan atau belakang rumah dan lokasi pembuangan limbah mayoritas terletak di halaman depan atau belakang rumah, yang berbentuk empang terbuka. Sedangkan satu informan yang balitanya mengalami penurunan status gizi, terlihat memiliki saluran pembuangan limbah yang cukup baik yaitu saluran air yang tertutup atau berbentuk septictank. Sedangkan mengenai upaya menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar, dua informan terlihat tidak berupaya membersihkan lantai yang terkena air kencing balita pada salah satu observasi, sebagian besar rumah informan terlihat kurang bersih, dan terdapat informan yang menggunakan salah satu ruangan di dapur sebagai kandang ayam, dengan alasan takut dicuri dan juga memiliki kandang kambing yang terletak dibelakang rumah dengan jarak yang cukup dekat dengan rumah informan.

5.3.8 Gambaran Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Balita

Dokumen yang terkait

Pengaruh Konseling Gizi Pada Ibu Balita terhadap Pola Asuh dan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Amplas

3 67 84

Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat Tahun 2008

5 71 83

Hubungan Pola Asuh Anak Dengan Status Gizi Balita Umur 24-59 Bulan Di Wilayah Terkena Tsunami Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2008

1 38 105

Hubungan Status Gizi Balita Dan Pola Asuh Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2006

0 41 93

Kecukupan Energi Dan Protein Serta Status Gizi Siswa Smp Yang Mendapat Makan Siang Dan Tidak Mendapat Makan Siang Dari Sekolah Dengan Sisitem Fullday School

4 79 130

Hubungan Antara Pola Konsumsi, Penyakit Infeksi Dan Pantang Makanan Terhadap Risiko Kurang Energi Kronis (Kek) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

2 14 169

Pengaruh Penyuluhan Media Lembar Balik Gizi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurang Di Puskesmas Pamulang, Tangerang Selatan Tahun 2015

0 19 97

Pengetahuan Gizi dan Persepsi Ibu Rumahtangga Kader dan Bukan Kader Posyandu tentang Kurang Energi Protein (KEP) Balita Serta Pertisipasi Penanggulangannya

0 10 67

Pola Asuh Orang Tua yang Melatarbelakangi Terjadinya Kurang Energi Protein pada Balita di Desa Kedung Rejo Kabupaten Grobogan 2010 - UDiNus Repository

0 0 2

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POLA ASUH GIZI IBU BALITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) YANG MENDAPAT PMT-P DI PUSKESMAS PLAYEN I KABUPATEN GUNUNGKIDUL

0 0 23