dikembangkan menjadi kawasan agrowisata. Pemilihan kawasan agrowisata dilakukan berdasarkan metode Bayes dengan membandingkan beberapa alternatif
kecamatan pada sejumlah kriteria. Kriteria-kriteria tersebut meliputi: 1. Potensi pasar dan pertumbuhannya,
2. Potensi sumber daya alam dan lingkungan 3. Potensi sumber daya manusia
4. Potensi pengembangan agroindustri yang mendukung agrowisata 5. Dukungan kelembagaaan
6. Tingkat kompetisi dengan wisata lain 7. Ketersediaan infrastruktur
8. Selera konsumen dan kecenderungannya. Masing-masing kriteria diberi bobot untuk mengetahui kriteria yang paling
menentukan dalam pemilihan kawasan yang akan dijadikan kawasan agrowisata. Pembobotan tersebut dilakukan oleh pakar yang sudah dipilih. Bobot masing-
masing kriteria dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Parameter pemilihan kawasan agrowisata unggulan
No Parameter
Bobot
1 Potensi pasar dan pertumbuhannya,
0.19 2
Potensi sumberdaya alam dan lingkungan, 0.20
3 Potensi sumber daya manusia,
0.07 4
Potensi pengembangan agroindustri mendukung utama agrowisata, 0.18
5 Dukungan kelembagaan,
0.05 6
Tingkat kompetisi dengan wisata lain, 0.06
7 Ketersediaan infrastruktur,
0.15 8
Selera konsumen dan kecenderungannya. 0.10
Dalam pemilihan menggunakan metode Bayes, kawasan yang mampu mengumpulkan nilai tinggi pada kriteria dengan bobot yang besar memiliki
kemungkinan semakin besar untuk terpilih. Hasil dari penilaian pakar pada masing-masing kawasan dengan kriteria tersebut diperoleh nilai seperti yang
ditunjukkan oleh Tabel 15.
Tabel 15. Pemilihan prioritas pengembangan berdasarkan metode bayes
No Kecamatan
Nilai Bayes Prioritas
1 Purwodadi
4.18 4
2 Tutur
4.94 1
3 Puspo
4.18 5
4 Tosari
4.37 3
5 Lumbang
3.8 10
6 Pasrepan
3.8 11
7 Kejayan
3.8 12
8 Wonorejo
3.8 13
9 Purwosari
3.99 7
10 Prigen
3.8 14
11 Sukorejo
3.8 15
12 Pandaan
4.37 2
13 Gempol
4.18 6
14 Beji
3.61 16
15 Bangil
3.99 8
16 Rembang
3.61 17
17 Kraton
3.61 18
18 Pohjentrek
3.61 19
19 Gondangwetan
3.61 20
20 Rejoso
3.61 21
21 Winongan
3.61 22
22 Grati
3.99 9
23 Lekok
3.61 23
24 Nguling
3.61 24
Berdasarkan hasil di Tabel 15, terdapat tiga kecamatan prioritas yang layak dikembangkan untuk menjadi kawasan agrowisata, yaitu Kecamatan Tutur,
Kecamatan Pandaan, dan Kecamatan Tosari. Akan tetapi, kawasan yang memiliki prioritas tertinggi untuk dikembangkan adalah Kecamatan Tutur. Beberapa hal
yang mendukung Kecamatan Tutur sebagai pusat pengembangan agrowisata berdasarkan kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut:
1. Potensi pasar dan pertumbuhannya
World Tourism Organization WTO meramalkan bahwa kedatangan turis internasional akan meningkat dari tahun ke tahun, dan pada 2010 terdapat 1 juta
wisatawan dan 1,6 juta. Secara general, pertumbuhan kunjungan wisatawan rutin setiap tahunnya meningkat 6 dan 2 secara keseluruhan WTO 2002;
European Commission, 2003. Berdasarkan potensi pasar dan pertumbuhannya, Kecamatan Tutur sangat
strategis dalam membidik wisatawan yang akan berkunjung ke Gunung Bromo. Wisatawan yang berkunjung ke Gunung Bromo lewat jalur Nongkojajar
merupakan pasar potensial karena para wisatawan biasanya berhenti dan mempersiapkan bekal terakhir mereka di Kecamatan Tutur sebelum naik ke
Gunung Bromo. Selain itu, pertumbuhan wisatawan banyak disebabkan karena meningkatnya jumlah lokasi tujuan agrowisata di kecamatan Tutur dan sekitarnya,
misalnya Bhakti Alam, Bukit Flora dan Kresna, dengan semakin banyaknya lokasi tujuan agrowisata maka pertumbuhan pasar bergerak ke arah yang positif.
2. Potensi sumberdaya alam dan lingkungan
Potensi sumber daya alam dan lingkungan khususnya di bidang agrowisata di Kabupaten Pasuruan dapat dilihat pada Tabel 16. Data tersebut
menunjukkan bahwa di Kecamatan Tutur terdapat empat agrowisata yang menjadi potensi, Kecamatan Grati juga memiliki wisata potensi agrowisata terbanyak
setelah Tutur. Kecamatan Tutur memiliki banyak potensi sumberdaya alam untuk agrowisata karena didukung oleh kondisi geografis kecamatan terabut. Dari segi
geografis, Kecamatan Tutur berada di lereng Gunung Bromo dengan potensi dasar perkebunan. Potensi perkebunan ini kemudian berkembang menjadi agrowisata
yang dikelola oleh swasta dengan tambahan investasi. Potensi agrowisata didukung dengan tersedianya komoditas hasil pertanian
dan perkebunan yang diusahakan petani maupun perusahaan yang lebih besar. Komoditas ini merupakan bagian penting pembangunan agrowisata karena
merupakan komoditas yang dapat dijual langsung ataupun sebagai bahan baku untuk produk hilir. Tabel 17 menunjukkan potensi komoditas pertanian.
Tabel 16. Potensi SDA Kabupaten Pasuruan
No Nama Objek
Lokasi Jenis Objek Wisata
1 Kebun Mangga Sedap
Malam Kec. Bangil
Perkebunan 2
Agro Aneka Mangga Kec. Grati
Perkebunan 3
Agro KGA Kec. Grati
Kebun Mangga 4
Agro Wisata PG.Kedawung
Kec. Grati Panorama Alam Perkebunan
Tebu, Nostalgia Wisatawan Belanda
5 Taman Anggrek Sien
Kec. Prigen Taman Anggrek
6 Agro Bunga Krisan
Kec. Purwodadi Perkebunan 7
Agro Wisata Petik Apel
Kec. Tutur Petik Apel, Panorama Alam
8 Agri Friga
Kec. Tutur Perkebunan, Penginapan,
Restaurant
9 Agro Durian
Montong Kec. Tutur
Perkebunan 10 Agro Paprika
Kec. Tutur Perkebunan
Sumber: BPS Kabupaten Pasuruan dalam angka, 2008.
Pada Bab Gambaran Umum Wilayah Tutur pada Bab IV telah ditunjukkan bahwa di Kecamatan Tutur banyak terdapat potensi hasil pertanian, mulai dari
kopi, apel, kentang, kubis, wortel, cengkeh, dsb. Hasil-hasil pertanian tersebut memberikan nilai tambah bagi Kecamatan Tutur sehingga berpotensi untuk
dikembangkan agrowisata. Pengolahan produk pertanian sebagai suvenir untuk wisatawan banyak
diusahakan di Kecamatan Tutur dengan apel sebagai basis bahan baku. Dibandingkan dengan hasil pertanian lainnya seperti mangga, nangka dan pisang
yang produksinya lebih besar, apel lebih diminati sebagai buah-buahan yang memiliki karakteristik yang khas. Oleh karena itu, komoditas apel sangat
berperan dalam menarik wisatawan baik dalam bentuk segar maupun olahan.
3. Potensi sumber daya manusia
Sumberdaya manusia yang tersedia di Kabupaten Pasuruan cukup besar dengan total penduduk mencapai 1,5 juta jiwa. Sebagian besar pekerjaan yang
ditekuni adalah sebagai petani sekitar 30. Di Kecamatan Tutur sendiri, jumlah