Sistem Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat
pemberdayaan sumber daya manusia. Menurut Bryant dan White 1982 pemberdayaan adalah pemberian kesempatan untuk secara bebas memilih
berbagai alternatif dan mengambil keputusan sesuai dengan tingkat kesadaran, kemampuan dan keinginan mereka serta memberi kesempatan
kepada mereka belajar dari keberhasilan serta kegagalan dalam merespon terhadap perubahan sehingga mampu mengendalikan masa depannya.
Sebagai pembanding Scott dan Jaffe 1994 mencirikan pemberdayaan sebagai upaya :
1 Meningkatkan kepuasan kerja. 2 Memperluas pengetahuan dan ketrampilan meningkatkan kualitas
kerja. 3 Memberikan kebebasan berkreasi serta mengembangkan hal-hal baru.
4 Pengawasan dilakukan melalui keputusan bersama. 5 Pemberian tugas lengkap tidak parsial.
6 Berorientasi pada kepuasan orang yang dilayani. 7 Memenuhi kebutuhan pasar.
Mengacu pada konsep-konsep tersebut, pemberdayaan masyarakat atau sumber daya manusia ke arah kemandirian dalam
berusaha tani merupakan kondisi yang dapat ditumbuhkan melalui pendidikan, pelatihan dan penyuluhan dalam bentuk perubahan perilaku,
yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat untuk dapat menentukan sendiri pilihannya, dan memberikan respon yang tepat terhadap berbagai
perubahan sehingga mampu mengendalikan masa depannya dan dorongan untuk lebih mandiri.
Pemberdayaan ini penting karena sumber daya manusia berperan sebagai pelaku utama dalam keberhasilan pengembangan kawasan
agrowisata. Secara umum strategi pengembangan SDM dalam Konsep Agrowisata Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan dititikberatkan pada
usaha-usaha :
1
Meningkatkan peran serta aktif masyarakat di kawasan agrowisata mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pengendalian.
Perencanaan disusun secara partisipatif dan hasilnya digunakan untuk
bahan master plan atau program pengembangan kawasan agrowisata. Dengan melibatkan masyarakat, mereka akan merasa memiliki
program-program yang akan dikembangkan pada kawasan agrowisata. Peran pemerintah di sini hanya sebatas memfasilitasi apa
yang sebenarnya diperlukan masyarakat.
2
Meningkatkan kemampuan masyarakat pada kawasan agrowisata dalam pengelolaan usaha pertanian yang tidak hanya terbatas pada
aspek produksi budidaya tetapi juga pada aspek agribisnis secara keseluruhan. Peningkatan kemampuan masyarakat ini dilakukan
salah satunya melalui pendidikan dan pelatihan diklat secara berjenjang dari pusat, propinsi, kabupatenkota dan kawasan
agrowisata. Tujuan dari diklat tersebut adalah untuk menciptakan : a Manajer profesional skala usaha kecil dan menengah yang
mempunyai wawasan global, b Tenaga terampil di bidang teknis untuk mengoperasionalkan alat dan mesin pertanian, finansial,
pembukuan, pengolahan hasil, pemasaran dan promosi dan c Tenaga ahli hukum corporate lawyer sebagai konsultan dalam
mengembangkan mitra antara perusahaan nasional dengan perusahaan asing.
3
Mengembangkan kelembagaan agribisnis dalam upaya meningkatkan posisi tawar pelaku agribisnis, menunjang pengembangan dan
keberlanjutan usaha, dan meningkatkan daya saing produk dalam kaitanya dalam pengembangan kawasan agrowisata. Kelembagaan
yang perlu ditingkatkan keberadaannya diantaranya kelembagaan petani seperti kelompok tani, kelembagaan kemitraan antara petani
dengan pengusaha penyedia sarana produksi, pemasaran dan pengolahan, kelembagaan pendanaan perdesaaan seperti lembaga
keuangan perdesaan seperti bank, lembaga perkreditan desa, dan bahkan kemitraan dengan lembaga pemodalan yang lebih besar.
4
Meningkatkan kemampuan analisis pasar dan pemasaran sumberdaya manusia di kawasan agrowisata dengan mengembangkan sarana dan
prasarana pemasaran terutama :
Penataan struktur pasar dalam negeri untuk meningkatkan efisiensi pasar, menjamin perdagangan yang transparan dan
distribusi nilai tambah yang lebih proporsional. Prasarana angkutan dan jalan perdesaan untuk menjamin akses
produk pertanian ke pusat konsumen dan perdagangan. Fasilitas pergudangan storage yang memadai terutama bagi
komoditas yang mudah rusak seperti produk hortikultura dan peternakan.
Dalam aplikasinya arahan rencana pengembangan SDM pertanian hortikultura andalan Kawasan Agrowisata Kecamatan Tutur dapat
dijelaskan sebagai berikut : Peningkatan pengetahuan para petani mengenai pemilihan bibit unggul,
proses produksi ramah lingkungan, serta pemasaran hasil pertanian hortikultura.
Pengenalan varietas unggul dari produk hortikultura buah dan sayur. Peningkatan wawasan agribisnis berupa pengenalan metode pengolahan
lanjutan dari produk hortikultur unggulan apel, kentang, tomat, paprika, dan kubis sehingga memiliki daya jual yang tinggi sekaligus
merangsang tumbuhnya agro-industri berbasis hortikultur. Pengembangan teknologi tepat guna TTG yang sesuai dengan ciri
teknologi yang berwawasan lingkungan.
c Aktivitas yang Diperlukan
Berdasarkan hasil analisis, terdapat 12 aktivitas utama yang dibutuhkan dalam pengembangan agrowisata. Hubungan dan keterkaitan
antar aktivitas yang dibutuhkan dalam pengembangan agrowisata dapat digambarkan dalam bentuk model struktural disajikan pada Gambar 28 dan
Gambar 29.
Peningkatan
Gambar 28. Model struktural dari aktivitas yang dibutuhkan dalam
pengembangan agrowisata Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan
Gambar 28 menunjukkan bahwa aktivitas kunci yang dibutuhkan dalam pengembangan agrowisata adalah pengembangan SDM dan
peningkatan kebijakan yang mendukung iklim usaha yang kondusif. Peningkatan kualitas SDM menjadi syarat mutlak dalam upaya
pengembangan agrowisata. Hal ini disebabkan SDM merupakan modal utama untuk melakukan berbagai kebijakan lain terkait dengan
pengembangan agrowisata. Selain aktivitas pengembangan SDM, yang juga perlu dilakukan
adalah adanya kebijakan pemerintah dalam mendorong dan membangun suatu iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan agrowisata.
Pemerintah Daerah sebagai fasilitator dapat berkontribusi positif dalam hal berbagai kebijakan iklim usaha, penyediaan infrastruktur, promosi daerah
wisata, dan sebagainya.
7
Gambar 29. Matriks dependence–power driver aktivitas yang dibutuhkan dalam pengembangan agrowisata Kecamatan Tutur, Kabupaten
Pasuruan
Gambar 29 menunjukkan bahwa aktivitas pengembangan teknologi budidaya, pengembangan teknologi pengolahan, peningkatan jumlah dan
kualitas obyek wisata dan peningkatan kualitas produk primer maupun olahan sebagai salah satu andalan kawasan agrowisata sebagai elemen yang
bersifat linkage. Aktivitas–aktivitas sehingga perlu diperhatikan secara seksama karena akan berpengaruh terhadap kinerja sistem pengembangan
agrowisata secara keseluruhan. Pengembangan dan penerapan teknologi budidaya sangat
dibutuhkan dalam mendukung tersedianya bahan baku dari aspek harga, kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Santoso 2006 menyatakan, untuk