Jenis Tanah Kondisi Demografi

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pemilihan Kawasan Agrowisata Unggulan Kabupaten Pasuruan

Agrowisata merupakan bagian dari obyek kepariwisataan yang memanfaatkan usaha pertanian agro sebagai obyek utama. Agrowisata dapat diartikan suatu kegiatan yang secara sadar ingin menempatkan sektor primer pertanian di kawasan sektor tersier pariwisata, agar perkembangan sektor primer itu dapat lebih dipercepat, dan petani mendapatkan peningkatan pendapatan dari kegiatan pariwisata yang memanfaatkan sektor pertanian tersebut. Model seperti ini akan lebih mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat yang bekerja di sektor primer, sehingga sektor pertanian tidak semakin terpinggirkan dengan perkembangan kegiatan di sektor pariwisata. Kegiatan agrowisata dapat disebutkan sebagai kegiatan yang memihak pada rakyat miskin Goodwin, 2000. Pada prinsipnya, agrowisata merupakan kegiatan industri yang mengharapkan kedatangan konsumen secara langsung di tempat pariwisata yang diselenggarakan. Aset utama untuk menarik kunjungan wisatawan adalah keaslian, keunikan, kenyamanan dan keindahan alam. Oleh karena itu faktor kualitas lingkungan menjadi modal penting yang harus disediakan, terutama wilayah yang dimanfaatkan untuk dijelajahi oleh wisatawan. Agrowisata merupakan kegiatan yang berupaya mengembangkan sumberdaya alam suatu daerah yang memiliki potensi di bidang pertanian untuk dijadikan kawasan wisata. Daerah perkebunan, sentra penghasil sayuran tertentu dan wilayah perdesaan berpotensi besar menjadi objek agrowisata. Potensi yang terkandung tersebut harus dilihat dari segi lingkungan alam, letak geografis, jenis produk, atau komoditas pertanian yang dihasilkan, serta sarana dan prasarananya Sumarwoto, 1990. Berdasarkan pertimbangan diatas, Kabupaten Pasuruan merupakan salah satu dari kabupaten yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi kawasan agrowisata. Di Kabupaten Pasuruan terdapat 24 kecamatan yang dapat dikembangkan menjadi kawasan agrowisata. Pemilihan kawasan agrowisata dilakukan berdasarkan metode Bayes dengan membandingkan beberapa alternatif kecamatan pada sejumlah kriteria. Kriteria-kriteria tersebut meliputi: 1. Potensi pasar dan pertumbuhannya, 2. Potensi sumber daya alam dan lingkungan 3. Potensi sumber daya manusia 4. Potensi pengembangan agroindustri yang mendukung agrowisata 5. Dukungan kelembagaaan 6. Tingkat kompetisi dengan wisata lain 7. Ketersediaan infrastruktur 8. Selera konsumen dan kecenderungannya. Masing-masing kriteria diberi bobot untuk mengetahui kriteria yang paling menentukan dalam pemilihan kawasan yang akan dijadikan kawasan agrowisata. Pembobotan tersebut dilakukan oleh pakar yang sudah dipilih. Bobot masing- masing kriteria dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Parameter pemilihan kawasan agrowisata unggulan No Parameter Bobot 1 Potensi pasar dan pertumbuhannya, 0.19 2 Potensi sumberdaya alam dan lingkungan, 0.20 3 Potensi sumber daya manusia, 0.07 4 Potensi pengembangan agroindustri mendukung utama agrowisata, 0.18 5 Dukungan kelembagaan, 0.05 6 Tingkat kompetisi dengan wisata lain, 0.06 7 Ketersediaan infrastruktur, 0.15 8 Selera konsumen dan kecenderungannya. 0.10 Dalam pemilihan menggunakan metode Bayes, kawasan yang mampu mengumpulkan nilai tinggi pada kriteria dengan bobot yang besar memiliki kemungkinan semakin besar untuk terpilih. Hasil dari penilaian pakar pada masing-masing kawasan dengan kriteria tersebut diperoleh nilai seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 15.