Pemilihan Kawasan Agrowisata Unggulan Kabupaten Pasuruan

pengembangan jadi macet dan perlu penanganan lebih dini sebelum melaksanakan tindakan selanjutnya, penanganan masalah ini dapat dilakukan melalui cara – cara berikut : a. Memberikan penyuluhan secara berkelanjutan. Sebenarnya, untuk program penyuluhan hingga saat ini sudah sering dilakukan, namun kembali seperti sebelumnya, apa yang diperoleh masyarakat dalam penyuluhan tidak diimbangi dengan fasilitas – fasilias pendukung dengan alasan keterbatasan biaya atau modal. Perlu bagi pemerintah untuk lebih memberikan pandangan yang lebih jelas mengenai bagaimana cara memperoleh modal bagi masyarakat; baik melalui anggaran pemerintah untuk pembangunan pedesaan maupun membentuk sistem pinjaman terstruktur dengan syarat-syarat tertentu dan terarah, sehingga petani menjadi termotivasi. b. Melakukan riset-riset atau penelitian yang mampu ditindaklanjuti. Untuk kegiatan riset-riset terhadap potensi daerah di kabupaten kecamatan sebenarnya sudah sering dilakukan tapi hingga saat ini hanya dijadikan wacana saja tanpa implikasi yang terprogram sehingga pemerintah seharusnya bisa memanfaatkan riset-riset yang ada untuk dijadikan rujukan dalam membuat program pengembangan daerah yang lebih baik. c. Membuat percontohan paket pengelolaan agrowisata. Paket program pengelolaan agrowisata dimaksudkan utuk mengelola potensi wisata dari hulu sampai ke hilir pengolahan. Paket agrowisata milik pemerintah sudah diawali oleh Dinas Pertanian yang didirikan di Kecamatan Tutur, akan tetapi pengelolaanya masih belum serius. Hal ini disebabkan investasi yang tidak memadai sehingga produk, sarana dan prasarana yang ada masih relatif sederhana dan tidak didukung perencanaan yang maksimal. Tabel 17. Rekapitulasi hasil pembobotan terhadap permasalahan dalam pengembangan agrowisata No Komponen Pelaku Sistem Formulasi Permasalahan Bobot 1. Pemerintah daerah dan Dinas terkait Dinas pariwisata, Deptan, Dinas KUKM, Dinas Indag dan Dinas yang terkait lainnya Rendahnya dukungan pemerintah baik langsung maupun tidak langsung Lemahnya birokrasi untuk pendirian usaha di bidang agrowisata Belum terkoordinasi baik lembaga terkait Rendahnya jaminan berusaha di daerah pedesaan Lemahnya dukungan pemerintah perdesaan atas sarana infrastruktur 0.096 0.125 0.058 0.250 0.156 2. Petani produsen kelompok pekebun dan koperasi pekebun Biaya produksi yang cukup besar Tingginya suku bunga perbankan dan sulit mengakses permodalan Kemampuan keterampilan dan manajerial masih rendah 0.146 0.030 0.321 3. Pengelola industri agrowisata Persaingan ketat dalam mendapatkan paket wisata Belum ada formulasi yang saling menguntungkan semua pihak Lemahnya usaha kecilpengrajin dalam akses peluang wisata 0.251 0.629 0.156 4. Lembaga keuangan dan donor serta departemen terkait lainnya Risiko pengembalian kredit tinggi Waktu pengembalian kredit yang relatif lama Tidak berfungsinya fasilitasi pemerintah sebagai mediator dalam permodalan 0.210 0.123 0.330 5. Wisatawan Daya beli rendah Fasilitas dan Keamanan kurang memadai di tempat wisata Biaya wisata yang tidak terjangkau 0.232 0.305 0.014 6. Masyarakat sekitar kawasan agrowisata Rendahnya skill tenaga kerja Belum kuatnya budaya industri wisata Dampak kerusakan lingkungan dan sosial budaya yang tidak terkontrol 0.256 0.104 0.111 Pada petani produsen, masalah utama yang dihadapi adalah dalam hal biaya produksi yang cukup besar untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian. Selama ini, untuk pembiayaan dilakukan oleh individu petani pemilik sendiri. Dengan kondisi yang demikian, petani merasa terbebani dan tidak mampu jika harus mengeluarkan biaya lebih untuk pembelian peralatan dan bahan – bahan pertanian seperti pupuk, pestisida dan sebagainya sedangkan selama ini penjualan hasil saja hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Rencana penanggulangan permasalahan ini dapat dilakukan dengan : a. Adanya pembentukan lembaga bantuan seperti koperasi usaha tani yang khusus untuk memberikan kemudahan dalam bantuan modal dengan bunga rendah. b. Untuk penjualan hasil tani yang selama ini dilakukan secara langsung dengan harga rendah bisa diubah dengan memberian sarana penjualan hasil pertanian yang lebih terkoordinasi melalui koperasi-koperasi tertentu sehingga, disamping bisa meningkatkan harga penjualan, namun juga bisa menciptakan brand image produk hasil pertanian Kecamatan Tutur. c. Merevitalisasi fungsi pasar sayur sebagai pusat perkembangan agroindustri sekaligus objek agrowisata. Pasar sayur di Kecamatan Tutur selama ini hanya sebagai tempat transaksi antara produsen dengan tengkulak. Pasar sayur dengan lingkungan yang tidak representatif membuat konsumen lebih memilih membeli tidak dari petani produsen langsung. Dengan adanya revitalisasi pasar sebagai objek agrowisata diharapkan petani produsen dapat menjual hasil panen langsung ke konsumen tanpa harus melalui perantara. Bagi pengelola industri dan agrowisata, permasalahan terpenting saat ini adalah belum ada formulasi yang saling menguntungkan semua pihak. Secara umum memang koordinasi antar pihak pelaku industri dan produsen penghasil sumber bahan baku belum terintergasi dengan baik. Semua masih bersifat