Pariwisata Sebagai Industri TINJAUAN PUSTAKA

masarakat dalam tiga level kapasitas, yaitu komunitas, organisasi dan individu. Komunitas mengarah pada peran kelompok masyarakat yang terikat secara informal dalam lingkup geografis yang sama. Organisasi dan individu mengarah pada organisasi pariwisata dan peran perorangan dalam agrowisata. Pembangunan berbasis masyarakat membutuhkan kepemimpinan, manjemen sumberdaya manusia, koordinasi kegiatan dan pengaturan lainnya sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kemampuan anggota menjadi lebih berdaya. Proses pemberdayaan seyogyanya dapat memberikan peluang bagi anggotanya untuk ambil bagian dalam pengambilan keputusan, tanggung jawab kolektif dan kepemimpinan kolektif Rana, 2008. Proses dan hasil pemberdayaan terjadi pada semua tingkat analisis. Proses pemberdayaan individu dapat berupa konsultasi yang membantu seseorang dapat memahami peran dan tanggung jawabnya sekaligus memberikan keterampilan, keahlian dan pengalaman yang berguna. Pemberdayaan organisasi dapat berupa kelompok kerjasama yang membantu anggotanya dalam memahami dan memiliki keterampilan berorganisasi dan kepemimpinan Perkins dan Zimmerman, 1995; Stenning and Miyoshi, 2008. Pembangunan yang berbasis masyarakat dapat diartikan sebagai pembangunan yang bertumpu dan berpihak pada masyarakat luas. Menurut William dan Gill 1998 dan Barlian 2003 keberpihakan ini mempunyai dua sisi yaitu: a. Dari sisi pengelola ekonomi, yaitu masyarakat diberi kesempatan untuk berpartisipasi lebih banyak dalam pengelolaan ekonomi dalam sistem produksi dan distribusi. b. Dari sisi kemauan masyarakat, yaitu kemauan tentang apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh masyarakat di daerah itu melalui proses seleksi atas pertimbangan lingkungan, adat istiadat, selera, serta kebiasaan dari masyarakat. Lagarense 2003 menyatakan, agrowisata merupakan salah satu alternatif pariwisata yang potensial untuk dikembangkan dengan pendekatan community based development. Pendekatan ini ditujukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, menyediakan lapangan kerja dan juga berperan dalam peningkatan kesadaran konservasi. Peningkatan pendapatan masyarakat dan penyediaan lapangan kerja dilakukan melalui kegiatan produksi dan jasa yang terkait dengan pengembangan agrowisata. Upaya peningkatan pendapatan masyarakat harus tetap dalam kerangka pembangunan yang menjamin konservasi sumberdaya alam. Pariwisata merupakan salah satu industri yang seharusnya berperan aktif dalam mendukung program pembangunan berkelanjutan. Hal ini karena industri pariwisata termasuk di dalamnya agrowisata sangat tergantung pada kelestarian alam. Dengan demikian sektor agrowisata bekerja sama dengan sektor lain, industri dan pemerintah menjamin terpeliharanya kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam Murphy,1994; Rana, 2008. Konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan sebenarnya sudah populer di dunia sejak akhir Tahun 1980-an. Konsep ini muncul sebagai masukan terhadap paradigma dari konsep pariwisata yang pada awalnya hanya mementingkan segi ekonominya saja, yaitu pemasukan dan banyaknya jumlah pengunjung. Adanya potensi ekonomi yang tidak terkendali dengan tanpa memperhatikan faktor kelestarian lingkungan tersebut pada dasarnya akan dapat merusak kawasan pengembangan itu sendiri. Hal ini telah ditunjukan oleh terjadinya konsep pembangunan pariwisata yang keliru, yakni dengan adanya bukti-bukti berupa terjadinya kerusakan aset-aset lingkungan, hilangnya biodiversity, polusi, kemiskinan dan tersisihnya penduduk lokal. Kondisi tersebut di atas, pada akhirnya mengakibatkan munculnya kesadaran bersama untuk mencegah dan memperbaiki kerusakan tersebut. Oleh karenanya maka lembaga-lembaga dunia, seperti Commision on Sustainable CSD dan World Tourism Organization WTO, bersepakat untuk menyusun langkah nyata dan sistematis dalam melakukan penanggulangan kerusakan lingkungan tersebut Cooper et al. 1998. Faktor yang berpengaruh dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat meliputi sejumlah aspek yakni ekonomi, kebijakan pemerintah, pengalaman pengelola wisata, ketersediaan sarana prasarana, pengalaman wisatawan dan sistem ekologi wilayah. Faktor–faktor tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi sehingga diperlukan suatu koordinasi dan kepemimpinan yang dapat mengarahkan pada tercapainya tujuan bersama yakni peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di daerah wisata William dan Gill, 1998; Dey and Kanagaratnam, 2007. Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat ditujukan untuk : 1 meningkatkan pendapatan dan kualitas hidup dari masyarakat lokal, 2 mengembangkan karakter dan perilaku masyarakat lokal yang mendukung bagi pengelolaan potensi sosial budaya dan sumberdaya alam dan lingkungan, 3 mengembangkan pelayanan terhadap wisatawan tanpa merusak atau mengganggu kelestarian sumberdaya lokal Pigram, 1990; Dey and Kanagaratnam, 2007; Rashidpour et al., 2010. Pemberdayaan masyarakat merupakan strategi pembangunan yang menitik beratkan pada kepentingan dan kebutuhan rakyat yang mengarah pada kemandirian masyarakat, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan. Pemberdayaan juga diartikan sebagai pemberian kekuasaan karena kata daya tidak saja berarti mampu, namun maknanya lebih dalam yakni selain mampu juga mempunyai kuasa. Menurut Nasution et al. 2007 konsep pemberdayaan merupakan upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, maka pada pemberdayaan yang ditekankan adalah pentingnya masyarakat yang mandiri dalam mengorganisasi dirinya sendiri. Pemberdayaan juga bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan dari masyarakat. Menurut Ife dan Tesoriero 2008 pada pemberdayaan dilakukan beberapa proses, yakni penyadaran, pengkapasitasan dan ppendayaan. Menurut Cohen dan Uphoff 1977 dalam melakukan pengelolaan sumberdaya alam, setidaknya mengapa masyarakat perlu dilibatkan, mengingat ada tiga alasan utama untuk mencapai hal tersebut, yaitu: 1 Sebagai langkah awal dalam rangka mempersiapkan masyarakat untuk menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat setempat terhadap program pengelolaan Iingkungan yang dilaksanakan, 2 Sebagai alat untuk memperoleh informasi mengenai kebutuhan, kondisi dan sikap masyarakat setempat, dan 3 Masyarakat mempunyai hak untuk urun rembug dalam menentukan program-program pengelolaan lingkungan yang akan dilaksanakan di wilayah mereka. Pada pemberdayaan masyarakat ini hendaknya juga terdapat kelembagaannya, mengingat kelembagaan akan dapat mengatur dan memadukan kewenangan antar sektor terintegrasi dalam peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan suatu sumberdaya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bandaragoda 2000 yang menjelaskan bahwa terdapat tiga komponen yang perlu diperhatikan pada lembaga pengelolaan yaitu hukum, kebijakan dan administrasi. Namun demikian agar program tetap berlanjut, Hidayat 2004 mengemukakan bahwa agar suatu program keberlanjutan dapat terjadi maka terdapat beberapa faktor penting untuk diperhatikan dalam kelembagaannya, yaitu : a pembentukan badan pengelola; b pemanfaatan badankelompok masyarakat eksisting sebagai pengelola; c penguatan kapasitas; d regenerasi; e kerjasamakemitraan. Perlunya kelembagaan dalam pemberdayaan masyarakat sesuai dengan pendapat Bandaragoda 2000 bahwa dalam melakukan pengelolaan sumberdaya apapun, hendaknya dibuat organisasi yakni jaringan dari peran yang diatur dalam hirarki dengan tujuan membatasi kewenangan individual dan mengkoordinasi kegiatan sesuai dengan sistem aturan dan prosedur. Serta pendapat Scott 2001 bahwa organisasi atau lembaga dapat berfungsi memberikan batasan dan sekaligus keleluasaan bagi suatu kelompok untuk melakukan suatu kegiatan. Pendekatan sistem dalam pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat perlu memperhatikan sejumlah aspek penting yaitu : 1 pengembangan tujuan pariwisata yang terintegrasi dengan perencanaan wilayah, 2 menggunakan sejumlah indikator kinerja yang merefleksikan tujuan pengembangan pariwisata, 3 mengimplementasikan manajemen strategis yang mengarah pada peningkatan tujuan pembangunan wilayah, 4 memonitor dan mengevaluasi efektifitas manajemen strategis dalam pengembangan pariwisata. 2.7.Social Representation Theory Social representation theory SRT adalah serangkaian konsep yang terfokus pada sistem nilai, ide, pandangan dan praktek-praktek dengan fungsi utama memfasilitasi komunikasi antara anggota komunitas. SRT sangat tepat diaplikasikan pada kasus yang melibatkan perspektif sosial, tantangan, hambatan dan konflik yang diakibatkan karena adanya perubahan dan juga dilengkapi