7. BANGUNAN DAN KONTRIBUSI PENELITIAN
7.1. Faktor Penentu Kawasan Agrowisata 7.1.1. Akses Jalan
Dalam konteks pemberian nilai atas “akses jalan”,  maka ada 3 hal penting yang menjadi acuan dan tolok ukur untuk melakukan wisata, yaitu jarak, kondisi
jalan dan rute.   Panjangnya jarak tempuh untuk mencapai lokasi bukan hanya berkaitan dengan kebutuhan biaya transportasi bagi para pengunjung,  melainkan
juga  sangat berpengaruh terhadap lamanya waktu berkunjung yang bisa dinikmati oleh para wisatawan serta menentukan pola kunjungan wisatawan.  Kondisi jalan
dapat mempengaruhi kenyamanan  dan waktu tempuh  dalam  suatu  perjalanan. Dengan demikian  rute perjalanan adalah sangat penting dan mempengaruhi
kepuasan wisatawan dalam fase perjalanan menuju dan dari destinasi wisata. Berdasarkan akses tersebut maka pada pengembangan Kawasan Agrowisata
di Kabupaten Pasuruan yang mempunyai 24 kecamatan,  Kecamatan Tutur paling potensial untuk dikembangkan dalam  kegiatan  agrowisata.  Kecamatan Tutur
merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Pasuruan yang mempunyai akses jalan yang bagus dan mudah dijangkau, sehingga akan memudahkan para
wisatawan untuk datang ke kawasan Kecamatan Tutur tanpa mengalami hambatan masalah transportasi.
Kondisi jalan yang bagus, juga mempunyai orbitrasi ke pusat kabupaten tujuh kilometer dan ke pusat pemerintahan provinsi 132 Km. Secara keseluruhan
jalan yang menghubungi antar desa sudah beraspal dan mempunyai panjang jalan ±150 Km.
Namun demikian, jalan lokal yang menuju ke lokasi daerah wisata seperti kawasan petik apel jalannya masih terlalu sempit untuk dilalui kendaraan wisata
bus wisata dan ada beberapa yang masih berupa pengerasan dan belum diaspal, ada yang masih berupa jalan tanah biasa. Panjang  jalan yang perlu ditingkatkan
dalam bentuk pengaspalan ±  84 Km, disamping adanya program pelebaran jalan khususnya jalan yang menuju pusat-pusat kegiatan wisata, seperti daerah-daerah
penghasil apel, paprika, durian, bunga krisan dan sayur-sayuran. Adapun daerah yang dimaksud adalah Desa Blarang, Kayukebek, Wonosari, Ngembal, dan
Ngadirejo.
7.1.2 Aksesibilitas
Penilaian aksesibiltas merupakan faktor penting   yang menjadi pertimbangan dalam menentukan tujuan objek wisata yang diinginkan.
Banyaknya moda transportasi dan waktu layanan yang panjang menentukan penilaian aksesibiltas yang positif bagi wisatawan. Pertimbangan akan moda
transportasi adalah gambaran terhadap ada tidaknya pilihan transportasi  yang dapat  digunakan    sesuai dengan kemampuan  keuangan dan kenyamanan yang
diinginkan  pengunjung. Demikian pula waktu layanan transportasi, semakin panjang waktu yang tersedia, maka pengunjung  akan semakin leluasa untuk
menentukan durasi waktu di lokasi wisata, dan semakin banyak objek yang dapat dinikmati  oleh wisatawan. Saat ini moda transportasi yang melayani jalur  yang
ada belum banyak pilihan, begitu juga waktu layanan masih terbatas.    Oleh karenanya  dalam pengembangan kawasan Agrowisata di Kecamatan Tutur telah
dipertimbangkan untuk adanya  penambahan,  baik dari jenis angkutan maupun waktu pelayanan.
Kecamatan Tutur, selain mempunyai orbitrasi yang baik dan kondisi jalan yang beraspal, juga mempunyai aksesibilitas yang cukup strategis,  dimana pada
perbatasan bagian Timur dengan Kecamatan Tosari itu merupakan pintu masuk ke daerah kawasan wisata Gunung Bromo dan kawasan wisata Gunung Semeru.
Wisatawan yang ingin mengunjungi kawasan Gunung Bromo dapat menikmati terlebih dahulu kawasan agrowisata Kecamatan Tutur sebagai daerah
persinggahan untuk persiapan. Perbatasan sebelah Selatan Kecamatan Tutur yaitu Desa Tlogosari ini langsung berbatasan dengan Kabupaten Malang, sehingga
memberikan akses yang baik bagi wisatawan dari luar Kabupaten Pasuruan, khususnya dari Kabupaten Malang dan sekitarnya. Jarak tempuh dari kota malang
menuju kawasan Agrowisata Tutur dapat ditempuh ±  1,5 jam dengan menggunakan kendaraan pribadi atau ± 1,75 jam jika menggunakan kendaraan
umum. Sebelah Barat Kecamatan Tutur ini merupakan pintu masuk utama dari arah Surabaya melewati kecamatan Purwodadi, yang mempunyai jarak tempuh
dari Surabaya selama ± 2,5 jam perjalanan menggunakan kendaraan pribadi.
7.1.3 Lokasi Kawasan Agrowisata
Kenyamanan dan keindahan lokasi wisata merupakan faktor yang menjadi salah satu  ukuran bagi wisatawan dalam menentukan  tujuan wisata.  Beberapa
alasan wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata adalah untuk berekreasi, istirahat dan untuk menghilangkan kepenatan serta keluar dari kesibukan aktivitas
keseharian. Untuk itu lokasi wisata yang nyaman dan indah yang berbeda dari tempat kesehariannya beraktivitas merupakan lokasi yang diinginkan.
Pengembangan  Kawasan  Agrowisata Tutur berada dalam kawasan pegunungan pada ketinggian ±1000 mdpl di lereng Barat  Pegunungan Tengger
yang berudara sejuk dan berpemandangan yang indah, mempunyai luas dataran ± 94 Km
2
Kecamatan Tutur  merupakan satu kecamatan yang mempunyai pemandangan sebagai umumnya pedesaan “Ndeso”  sebagai karakteristik utama
agrowisata.  Dari luas lahan yang telah dipergunakan di  Kecamatan ini terdapat lokasi pembudidayaan komoditas pertanian yang hampir tersebar di seluruh
wilayah  Kecamatan Tutur,  yaitu untuk  budidaya  apel seluas  933 Ha,    untuk budidaya kopi seluas 985,604 Ha dan untuk budidaya cengkeh seluas 262,787 Ha.
Dengan demikian  Kecamatan Tutur   mempunyai potensi besar  untuk dikembangkan menjadi  kawasan agrowisata. Hal tersebut  sejalan    dengan
pernyataan Snajzder et al. 2009 yang menyatakan bahwa agrowisata merupakan sub-sektor wisata pedesaan yang dapat melibatkan wisatawan dalam aktivitas
rekreasi dengan setting  pertanian  sebagaimana juga didefinisikan oleh  Beeton 2006 dalam Aref dan Gill 2009 yaitu wisata pedesaan rural tourism. Kondisi
demikian lebih diuntungkan dengan adanya lokasi wisata lain di  sekitar Kecamatan Tutur yang sudah dikenal sangat luas, seperti kawasan wisata Gunung
Bromo. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Che 2005 yang menyatakan bahwa dayatarik wisata akan meningkat apabila dapat dikombinasikan dengan
dayatarik wisata lainnya. dan sebagian besar merupakan lahan pertanian dan persawahan.
7.1.4 Prasarana Pendukung
Prasarana pendukung merupakan hal yang menjadi pertimbangan dalam kelancaran dan kenyamanan  berwisata.  Ketersediaan  prasarana pendukung ini
merupakan syarat kecukupan yang harus disesuaikan dengan kualitas persyaratan umumnya.    Prasarana pendukung untuk kegiatan agrowisata meliputi prasarana
perekonomian dan prasarana sosial.   Prasarana perekonomian terdiri dari prasarana    komunikasi, perbankan, dan utilitas, sedangkan prasarana sosial
diantaranya yang berkenaan dengan kesehatan,  akomodasi, restoran,   keamanan, pendidikan  dan  pusat informasi.  Ketersediaan  prasarana pendukung tersebut
tentunya  harus  menyebar  pada    setiap objek wisata, tidak terpusatkan pada satu sub kawasan saja.
Sebagai jaringan komunikasi utama, saluran jaringan telepon dengan menggunakan jasa telekomunikasi PT.Telkom sudah masuk ke semua desa yang
ada di Kecamatan  Tutur, selain  letak geografis Kecamatan  Tutur yang berupa pegunungan yang memungkinkan beberapa jaringan telepon seluler dapat diakses.
Hal yang perlu disiapkan adalah  pusat pelayanan telekomunikasi yang tersebar di setiap desa. Suatu ketersediaan pelayanan telepon akan dapat menunjang dan
memperlancar proses penyediaan input produksi, percepatan informasi teknologi, dan perluasan jangkauan pemasaran produk dari masing-masing kawasan
agrowisata. Kondisi lain yang juga mendukung pengembangan kawasan  agrowisata
adalah kondisi tata air yang cukup baik, karena di Kecamatan Tutur terdapat sungai yang melalui kecamatan ini yang semuanya bermuara di Selat Madura
serta bermata air  di bagian selatan wilayah Kabupaten Pasuruan.  Dukungan utilitas air bersih  sudah menjangkau ke seluruh desa, yang diperoleh dari dua
sumber mata air di Kecamatan Winongan Umbulan dan Banyubiru dengan debit air pada musim kemarau 5,525  m
3
detik  dan 11.070 m
3
Fasilitas pasar yang terdapat  di Kecamatan Tutur berupa  beberapa pasar tradisional yang dapat mendukung kegiatan agrowisata, antara lain Pasar Besar
Nongkojajar, Pasar Tosari, dan Pasar Wonokitri.   Pasar-  pasar ini dalam kondisi baik, bahkan Pasar besar Nongkojajar merupakan salah satu rujukan harga
detik  pada musim penghujan.