Profil Ekonomi dan Pertumbuhannya di Kabupaten Pasuruan Profil Ekonomi Kabupaten Pasuruan.

Tabel 16. Potensi SDA Kabupaten Pasuruan No Nama Objek Lokasi Jenis Objek Wisata 1 Kebun Mangga Sedap Malam Kec. Bangil Perkebunan 2 Agro Aneka Mangga Kec. Grati Perkebunan 3 Agro KGA Kec. Grati Kebun Mangga 4 Agro Wisata PG.Kedawung Kec. Grati Panorama Alam Perkebunan Tebu, Nostalgia Wisatawan Belanda 5 Taman Anggrek Sien Kec. Prigen Taman Anggrek 6 Agro Bunga Krisan Kec. Purwodadi Perkebunan 7 Agro Wisata Petik Apel Kec. Tutur Petik Apel, Panorama Alam 8 Agri Friga Kec. Tutur Perkebunan, Penginapan, Restaurant 9 Agro Durian Montong Kec. Tutur Perkebunan 10 Agro Paprika Kec. Tutur Perkebunan Sumber: BPS Kabupaten Pasuruan dalam angka, 2008. Pada Bab Gambaran Umum Wilayah Tutur pada Bab IV telah ditunjukkan bahwa di Kecamatan Tutur banyak terdapat potensi hasil pertanian, mulai dari kopi, apel, kentang, kubis, wortel, cengkeh, dsb. Hasil-hasil pertanian tersebut memberikan nilai tambah bagi Kecamatan Tutur sehingga berpotensi untuk dikembangkan agrowisata. Pengolahan produk pertanian sebagai suvenir untuk wisatawan banyak diusahakan di Kecamatan Tutur dengan apel sebagai basis bahan baku. Dibandingkan dengan hasil pertanian lainnya seperti mangga, nangka dan pisang yang produksinya lebih besar, apel lebih diminati sebagai buah-buahan yang memiliki karakteristik yang khas. Oleh karena itu, komoditas apel sangat berperan dalam menarik wisatawan baik dalam bentuk segar maupun olahan.

3. Potensi sumber daya manusia

Sumberdaya manusia yang tersedia di Kabupaten Pasuruan cukup besar dengan total penduduk mencapai 1,5 juta jiwa. Sebagian besar pekerjaan yang ditekuni adalah sebagai petani sekitar 30. Di Kecamatan Tutur sendiri, jumlah penduduk yang bermatapencaharian sebagai petani mencapai 9.552 jiwa. Hal tersebut semakin mendukung Kecamatan Tutur sebagai kawasan yang sesuai untuk dikembangkan agrowisata. Kecamatan Tutur sebagai prioritas tertinggi pengembangan agrowisata didukung potensi sumberdaya manusia yang besar. Tenaga kerja sektor pertanian di Kecamatan Tutur didominasi oleh petani apel maupun buruh taninya.

4. Potensi pengembangan agroindustri mendukung utama agrowisata

Potensi pengembangan agroindustri di Kecamatan Tutur didasari potensi komoditas apel. Industri pengolahan berbahan dasar apel banyak tumbuh di Kecamatan Tutur seperti produk Apel Mia. Olahan berbasis apel memiliki variansi yang banyak seperti sari apel, jenang apel, keripik apel. Selain bahan dasar apel, agroindustri di Kecamatan Tutur juga banyak mengolah produk lainnya sebagai paket suvenir untuk wisata.

5. Dukungan kelembagaan

Kelembagaan yang dapat mendukung pengembangan Kecamatan Tutur sebagai kawasan agrowisata adalah keberadaan pemerintah dan banyaknya lembaga kredit yang terdapat di Kecamatan Tutur seperti Koperasi dan Lembaga Pembiayaan yang lain.

6. Tingkat kompetisi dengan wisata lain

Kecamatan Tutur terletak di Kecamatan Tosari yang merupakan kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Kompetisi agrowisata di Kecamatan Tutur dengan objek wisata lain sangat kecil, karena potensi agrowisata Kecamatan Tutur saling mendukung dengan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

7. Ketersediaan Infrastruktur

Infrastruktur untuk pengembangan agrowisata merupakan hal yang penting diperhatikan. Hal ini karena akan mempengaruhi minat wisatawan sekaligus mempengaruhi kenyamanan dan kepuasannya. Ketersediaan prasarana jalan yang memadai, sarana transportasi dan fasilitas lainnya akan mendukung dan perlu diperhatikan dalam pengembangan agrowisata. Infrastruktur di Kecamatan Tutur yang dapat mendukung pengembangan agrowisata ini antara lain, system transportasi yang meliputi jaringan jalan dengan jalan utama yang sudah hampir menyeluruh beraspal. Kecamatan Tutur memiliki jalan nasional sepanjang 94,517 km dan jalan provinsi sepanjang 88,374 km. Sedangkan orbitrasi Kecamatan Tutur meliputi jarak dengan Pemerintahan kecamatan 2 km, dari pusat pemerintahan kabupaten 7 km, dan dari pemerintahan provinsi 132 km.

8. Selera Konsumen dan Kecenderungannya

Pemilihan lokasi wisata harus juga memperhatikan selera konsumen dan kecenderungannya, sehingga dapat memberikan daya tarik optimal. Wisatawan yang mengunjungi agrowisata memiliki beberapa minat yang patut dipertimbangkan terutama keasrian dan kealamian, fasilitas umum dan fasilitas wisata penunjang.

5.2. Strategi Pengembangan Kawasan Agrowisata Kecamatan Tutur

Kawasan agrowisata yang sudah berkembang memiliki kriteria-kriteria, karakter dan ciri-ciri yang dapat dikenali. Menurut Bappenas 2004, Kawasan agrowisata merupakan suatu kawasan yang memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Memiliki potensi atau basis kawasan di sektor agro baik pertanian, hortikultura, perikanan maupun peternakan, misalnya: a. Sub sistem usaha pertanian primer on farm yang antara lain terdiri dari pertanian tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan. b. Sub sistem industri pertanian yang antara lain terdiri industri pengolahan, kerajinan, pengemasan, dan pemasaran baik lokal maupun ekspor. Sub sistem pelayanan yang menunjang kesinambungan dan daya dukung kawasan baik terhadap industri layanan wisata maupun sektor agro, misalnya transportasi dan akomodasi, penelitian dan pengembangan, perbankan dan asuransi, fasilitas telekomunikasi dan infrastruktur. 2. Adanya kegiatan masyarakat yang didominasi oleh kegiatan pertanian dan wisata dengan keterkaitan dan ketergantungan yang cukup tinggi. Kegiatan pertanian yang mendorong tumbuhnya industri pariwisata, dan sebaliknya kegiatan pariwisata yang memacu berkembangnya sektor agro. 3. Adanya interaksi yang intensif dan saling mendukung bagi kegiatan agro dengan kegiatan pariwisata dalam kesatuan kawasan. Berbagai kegiatan dan produk wisata dapat dikembangkan secara berkelanjutan Kecamatan Tutur mempunyai dua belas desa dan rencana pengembangan agrowisata ditetapkan pada lima desa sebagai kawasan prioritas yaitu Desa Ngembal, Desa Tutur, Desa Wonosari, Desa Tlogosari dan Desa Andonosari dan tujuh desa lainnya sebagai desa pendukung dalam paket wisata.

5.2.1 Identifikasi Permasalahan Penting Pendukung Terbentuknya

Kawasan Agrowisata Pengembangan agrowisata banyak menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan tiga hal pokok yaitu pertanian, wisata dan masyarakat. Permasalahan yang dihadapi pelaku pengembangan agrowisata disajikan pada Tabel 6 di halaman 49. Selanjutnya bobot masing-masing permasalahan tersebut ditentukan untuk dibuat prioritas dan dicari alternatif penyelesaiannya. Hasil pembobotan terhadap permasalahan dalam pengembangan agrowisata dapat dilihat pada Tabel 17. Berdasarkan hasil pembobotan pada Tabel 17 dapat diketahui bahwa pada masing-masing komponen pelaku memiliki prioritas masalah dalam pengembangan agrowisata, untuk itu dalam penyelesaiannya dapat diutamakan manakah dari masalah tersebut yang diperlukan penanganan terlebih dahulu. Bagi pemerintah daerah sebagai pelaku sistem ternyata rendahnya jaminan berusaha di daerah pedesaan membuat mereka cenderung pesimis dalam mengupayakan pengembangan daerah seperti agrowisata. Karena pada kenyataannya memang pola fikir masyarakat daerah terutama di Kecamatan Tutur masih sangat primitif atau sempit dalam menerima penerapan adanya rencana pengembangan agrowisata yang menurut mereka terkesan lama jangka panjang. Masyarakat lebih memilih berusaha sendiri dengan menjual hasil pertanian langsung kepada kelompok pedagang dengan alasan hasil bisa terjual dengan cepat, keuntungan cepat kembali dan seterusnya tanpa terpikir untuk menciptakan produk hasil komoditas dengan ciri khas daerah. Hal ini menimbulkan usaha pengembangan jadi macet dan perlu penanganan lebih dini sebelum melaksanakan tindakan selanjutnya, penanganan masalah ini dapat dilakukan melalui cara – cara berikut : a. Memberikan penyuluhan secara berkelanjutan. Sebenarnya, untuk program penyuluhan hingga saat ini sudah sering dilakukan, namun kembali seperti sebelumnya, apa yang diperoleh masyarakat dalam penyuluhan tidak diimbangi dengan fasilitas – fasilias pendukung dengan alasan keterbatasan biaya atau modal. Perlu bagi pemerintah untuk lebih memberikan pandangan yang lebih jelas mengenai bagaimana cara memperoleh modal bagi masyarakat; baik melalui anggaran pemerintah untuk pembangunan pedesaan maupun membentuk sistem pinjaman terstruktur dengan syarat-syarat tertentu dan terarah, sehingga petani menjadi termotivasi. b. Melakukan riset-riset atau penelitian yang mampu ditindaklanjuti. Untuk kegiatan riset-riset terhadap potensi daerah di kabupaten kecamatan sebenarnya sudah sering dilakukan tapi hingga saat ini hanya dijadikan wacana saja tanpa implikasi yang terprogram sehingga pemerintah seharusnya bisa memanfaatkan riset-riset yang ada untuk dijadikan rujukan dalam membuat program pengembangan daerah yang lebih baik. c. Membuat percontohan paket pengelolaan agrowisata. Paket program pengelolaan agrowisata dimaksudkan utuk mengelola potensi wisata dari hulu sampai ke hilir pengolahan. Paket agrowisata milik pemerintah sudah diawali oleh Dinas Pertanian yang didirikan di Kecamatan Tutur, akan tetapi pengelolaanya masih belum serius. Hal ini disebabkan investasi yang tidak memadai sehingga produk, sarana dan prasarana yang ada masih relatif sederhana dan tidak didukung perencanaan yang maksimal.