b. Jenis Tanah
Berdasarkan perkembangan jenis tanah yang ada, ternyata terdapat jenis tanah alluvial yang cukup luas 23.192,5 Ha dan jenis tanah ini
mendominasi dataran rendah di wilayah Kabupaten Pasuruan yang sangat memungkinkan dipergunakan sebagai lahan pertanian. Jenis tanah regosol
dan latosol memiliki luasan terbesar dibanding jenis tanah lainnya. Jenis tanah ini cocok untuk perkebunan dan kehutanan. Seperti yang terdapat
pada Kecamatan Tutur yaitu 4.672,5 jenis tanah latosol dan 3.957,5 jenis tanah androsol BPS Kabupaten Pasuruan, 2007.
4.2 Kondisi Demografi
Aspek kependudukan di Kabupaten Pasuruan dapat dibedakan menjadi dinamikaperubahan penduduk dan aspek ketenagakerjaan.
Dinamika Penduduk. Berdasarkan data akhir tahun 2007, jumlah penduduk
di Kecamatan Tutur sebanyak 51.507 jiwa, terdiri dari 25.772 laki – laki dan 25.735 perempuan dengan kepadatan penduduk 596 km
2
Ketenagakerjaan. Komposisi dan Persebaran Tenaga Kerja di Kecamatan
Tutur dapat dilihat dari jumlah angkatan kerja di Kecamatan Tutur meliputi 17.939 orang laki-laki dan 11.086 orang perempuan. Komposisi tenaga kerja jika
dilihat persektor kegiatan, memperlihatkan bahwa sektor pertanian masih mendominasi dengan jumlah tenaga kerja mencapai 9.522 jiwa atau sekitar 48,32
dari total penduduk yang bekerja. Tenaga kerja terendah pada sektor lain seperti jasa, hanya menyerap 664 orang 3,36 tenaga kerja pada tahun 2007.
Hal ini dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 10. Sedangkan berdasarkan data survey terakhir diketahui penduduk usia produktif 15 tahun yang bekerja di
Kecamatan Tutur sebanyak 12.098 jiwa dan yang tidak bekerja sebanyak 5.765 jiwa.
jiwa Kabupaten Pasuruan Dalam Angka, 2007.
Tabel 10. Jumlah tenaga kerja berdasarkan jenis pekerjaan Kecamatan Tutur pada tahun 2007
S Sumber : BPS Pasuruan 2008
Kesempatan Kerja. Jika dilihat berdasarkan kesempatan kerja yang ada di
Kecamatan Tutur pada tahun 2007 dapat diketahui bahwa prosentase penduduk bekerja terhadap total penduduk dalam angkatan kerja yaitu 58 untuk semua
tingkat pendidikan.
4.2 Sarana dan Prasarana Wilayah
Pemukiman. Penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Tutur tahun 2007
baik untuk lahan permukiman maupun pertanan mempunyai luasan sebesar 8958,47 Km
2
Perdagangan dan Jasa. Fasilitas pasar yang ada di Kecamatan Tutur antara
lain Pasar Besar Nongkojajar, Pasar Tosari, dan Pasar Wonokitri. Pelayanan jasa perbankan secara umum di Kabupaten Pasuruan didukung keberadaan Bank BNI,
Bank Jatim, Bank Mandiri, Bank BCA, Bank Bukopin, Bank ANK, dan beberapa Bank Perkreditan Rakyat BPR. Sedangkan untuk sarana koperasi di Kabupaten
Pasuruan terdiri dari Koperasi Unit Desa KUD, Koperasi Susu Sapi Perah,
Koperasi Perikanan, Koperasi Kerajinan, dan Koperasi Simpan Pinjam. Data . Sebagian besar permukiman berupa rumah klenengan yaitu
sebanyak 3.122 buah dan berupa rumah bambo sebanyak 388 buah. Pola permukiman di kecamatan Tutur sebagian besar linier, yakni mengikuti arah
jaringan jalan yang ada. Hal ini disebabkan antara lain oleh pola perkembangan perdagangan dan jasa banyak berkembang di sepanjang ruas-ruas jalan sehingga
permukiman pun mengikuti pola tersebut.
No. Jenis Pekerjaan
Jumlah jiwa
1. Pegawai Negeri
442 2.
Petani 9.522
3. Buruh tani
3.686 4.
Pegawai Swasta 557
5. Peternak
4.900 6.
Lain-lain 664
jumlah dan persebaran Koperasi untuk kecamatan Tutur yaitu sebanyak 1 buah KUD, 1 buah KUD mandiri, 13 buah Non KUD dengan total jumlah sebanyak 15
buah Dinas Koperasi Kabupaten Pasuruan, 2002.
Sistem Transportasi. Sistem transportasi baik sistem jaringan, sistem
pergerakan, maupun sistem kegiatan memiliki kaitan yang sangat erat dengan proses perkembangan sebuah wilayah. Faktor transportasi baik sarana
transportasi maupun prasarana pendukung seperti jalan merupakan faktor pendukung terjalinnya network system yang baik antar wilayah dalam
pengembangan konsep agrowisata di Kecamatan Tutur.
Jaringan Jalan . Bentuk jalan yang terdapat di Kecamatan Tutur ada yang
sudah beraspal dan yang belum beraspal. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada Tabel 11. Seluruh jalan utama hampir semuanya berupa aspal, namun demikian
jalan lokal dan lingkungan utama menuju ke lokasi yang potensial dijadikan daerah wisata seperti petik apel, sudah beraspal, namun lebar jalannya masih
terlalu sempit untuk dilalui kendaraan wisata bus wisata dan ada beberapa yang masih berupa jalan yang sudah mengalami pengerasan namun belum diaspal dan
masih ada jalan tanah biasa. Di bagian lain, kondisi jalan penghubung atau jalan kolektor dengan kecamatan lain, seperti Kecamatan Puspo dengan Kecamatan
Tutur masih banyak bagian jalan yang rusak dan berlubang akibat terlalu sering dilalui kendaraan berat seperti truk trailer dan puso. Data mengenai luas jaringan
jalan di Kabupaten Pasuruan sesuai dengan hirarkinya dapat dilihat pada Tabel 12.
Orbitrasi Kecamatan Tutur – Nongkojajar adalah berjarak 2 km dari pusat Pemerintahan Kecamatan, berjarak 7 km dari Pusat Pemerintahan Kabupaten, dan
berjarak 132 km dari Pemerintahan Propinsi. Atas hal ini, maka dapat dikatakan bahwa objek studi adalah termasuk dalam golden distance dari pusat populasi.
Tabel 11. Bentuk jalan yang terdapat di Kecamatan Tutur
Sumber : Bappeda Kabupaten Pasuruan 2009
Sistem Utilitas Air Bersih. Pelayanan air bersih di Kecamatan Tutur
sudah menjangkau keseluruh bagian desa. Secara keseluruhan kebutuh-an air bersih untuk penduduk Kabupaten Pasuruan diperoleh dari dua mata air di
Kecamatan Winongan Umbulan dan Banyubiru dengan debit air total 5.525 pada musim kemarau dan 11.070 pada musim penghujan Bapedalda, 2002.
Tabel 12. Panjang jalan menurut nama dan fungsi jalan di Kabupaten Pasuruan tahun 2005
No. Nama Jalan
Panjang Km
1. Nama
Nasional Provinsi
Kabupaten 94.517
88.374
2.
Fungsi Jalan
Arteri Kolektor
Lokal 94.517
52.884 35.49
Sumber : Pembantu Balai Pemeliharan Jalan Malang di Kabupaten Pasuruan, Tahun 2005
Desa Panjang Jalan
Aspal km Tidak Aspal km
Ngadirejo 12
4.7 Blarang
10.8 8.5
Kayukebek 10.15
8.5 Andonosari
19.25 5.3
Wonosari 15.05
- Gendro
5.7 0.91
Tlogosari 20.05
4.3 Tutur
13.5 3.5
Pungging 10.2
4.4 Kalipucung
14.75 14.3
Sumberpitu 6.16
11 Ngembal
11.95 15
Listrik. Pelayanan listrik oleh PLN sudah dapat menjangkau sebagian
besar daerah di Kecamatan Tutur. Hal ini terlihat dari sudah terpenuhinya
kebutuhan listrik penduduk di 15.162 keluarga, atau sudah 100. Produksi listrik
sebesar 78.481 kwh sudah terdistribusikan sebesar 69.974 mwh 89,16 dari daya yang mampu disediakan dan dapat terdistribusikan secara merata untuk
kebutuhan penduduk yakni kebutuhan rumah tangga, industri, sosial dan lainnya. Telekomunikasi.
Sebagai jaringan komunikasi utama, pelayanan telepon menjadi bagian penting dalam usaha pengembangan konsep kawasan agrowisata
di Kecamatan Tutur. Termasuk menunjang alat yang memperlancar proses penyediaan bahan baku, percepatan informasi teknologi, dan perluasan jangkauan
pemasaran produk dari masing-masing kawasan agrowisata yang akan dikembangkan serta hubungan antar kawasan tersebut dan antara kawasan
tersebut dengan wilayah pendukung di sekitarnya.
4.3. Profil Ekonomi dan Pertumbuhannya di Kabupaten Pasuruan Profil Ekonomi Kabupaten Pasuruan.
Melihat data PDRB, volume ekonomi Kabupaten Pasuruan tahun 2007 sebesar 10,66 trilyun rupiah, dengan
penyumbang terbesar berasal dari industri pengolahan dengan 3,41 trilyun rupiah atau sekitar 32,01 persen. Sektor pertanian berada pada urutan kedua.
Perkembangan volume ekonomi terus mengalami penurunan dalam 3 tahun terakhir selama kurun waktu tahun 2004-2007. Perkembangan volume ekonomi
pada tahun 2004-2005, tahun 2005-2006 dan 2006-2007 masing-masing sebesar 18,99 persen, 17,09 persen dan 13,75 persen. Dalam 3 kurun waktu tersebut
masing-masing mengalami penurunan sebesar 1,9 persen dan 3,34 persen.
Namun hal ini sangat berkebalikan jika dilihat dari perkembangan antara sektor industri dengan sektor pertanian. Sebagaimana terlihat pada Gambar 8,
industri pengolahan menyumbang 32,01 terlihat kekontrasan antar sektor industri pengolahan dengan sektor pertanian dalam interval tahun 2004-2007. Sektor
industri pengolahan selama tahun 2004-2007 terus mengalami kenaikan, sedangkan pada sektor pertanian terus mengalami penurunan. Kondisi ini diduga
karena terjadi pergeseran dalam perekonomian masyarakat dengan mulai menyusutnya lahan dan pembukaan industri baru terutama pada kawasan industri.