Keterbukaan Masyarakat Faktor Penentu Kawasan Agrowisata 1. Akses Jalan

karenanya perlu ada nya perekrutan dan peningkatan kualitas pengetahuan agar dapat melayani pengunjung dengan baik. Kesemua layanan di atas diharapkan tersedia disetiap desa sebagai sub kawasan agar tidak terlalu jauh bagi pengunjung untuk memanfaatkannya.

7.2.5 Layanan Beranda

Layanan beranda diperuntukkan bagi pengunjung yang ingin menikmati keindahan alam terutama keindahan bunga-bungaan secara alami. Bunga-bungaan yang menjadi unggulan di Kecamatan Tutur adalah bunga krisan yang terdapat di desa Tlogosari dan Gendro.

7.3. Bangunan Teori dan Kontribusi Penelitian terhadap Perencanaan Wilayah.

Dari uraian di atas jelas bahwa pengembangan suatu kawasan menjadi agrowisata harus mempertimbangkan faktor : 1 akses jalan, 2 aksesibilitas, 3lokasi kawasan, 4prasarana pendukung, 5komoditas unggulan, dan 6 keterbukaan masyarakat. Hubungan antar faktor tersebut dapat digambarkan secara fungsional sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 33. Gambar 33 menunjukkan bahwa untuk melakukan pengembangan suatu kawasan khususnya kawasan agrowisata yang berbasis masyarakat, sangatlah perlu memperhatikan kelima faktor di atas, yaitu: zonasi kawasan agrowisata, daya tarik objek wisata, sarana berwisata, prasarana berwisata, dan pelaku pengelola lembaga agrowisata. Zonasi di sini dimaksudkan adalah penentuan lokasi kawasan berdasarkan akses dan aksesibilitas yang dibagi menjadi sub-sub kawasan yang saling mendukung satu sama lainnya sesuai dengan fungsinya berdasarkan pertimbangan administratif, keseimbangan, skala usaha, keberagaman, geografis, dan jalurrute perjalanan. Zonasi ini dapat dibedakan menjadi : zonasi utama, zonasi pendukung, dan zonasi seni budaya.Daya tarik objek wisata merupakan cerminan dari suatu objek yang menjadi unggulan dan memberikan ciri khusus yang unik, sehingga diharapkan dapat memberi kepuasan terhadap pengunjung sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk agrowisata, daya tarik ini dibedakan dalam empat hal, yaitu: agrowisata ilmiah, agrowisata bisnis, agrowisata rekreasi, dan agrowisata budaya. Kawasan Pendukung Kawasan Seni Budaya Kawasan Utama Zonasi Kawasan Agrowisata Agro- wisata Bisnis Agro- wisata Rekreasi Agro- wisata Budaya Daya Tarik Obyek Wisata Sarana rerkreasi Sarana publik Sarana berwisata Pengembangan Kawasan Agrowisata Berbasis Masyarakat CBM CBM CBM CBM CBM Agro- wisata Ilmiah Prasarana Ekonomi Prasarana sosial Prasarana Berwisata Pemerintah Wisata- wan Pelaku Pengelola Lembaga Prasarana Amenitas Pengusaha NGO Masyarakat lokal Sarana Usaha Komunitas Gambar 33. Model fungsional pembangunan agrowisata berbasis masyarakat Prasarana berwisata merupakan faktor yang sangat mendukung lancarnya fungsi dari faktor-faktor lainnya seperti prasarana amenitas, prasarana ekonomi, dan prasarana sosial. Prasarana disini merupakan satu kesatuan baik prasarana berwisata maupun prasarana yang mendukung produksi budidaya dan produksi agroindustri. Sarana berwisata terdiri dari sarana rekreasi, sarana usaha, sarana publik, dan sarana komunitas yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam kenyamanan dan keamanan berwisata, kelancaran beraktivitas, kelancaran berproduksi, dan kelancaran bertransaksi. Pelaku pengelola lembaga dibedakan menjadi pelaku utama dan pelaku terkait. Pelaku utama adalah pelaku yang bertanggungjawab dalam hal merencanakan, mengoperasikan, dan mengawasi pelaksanaan kegiatan yang merupakan wakil dari masyarakat. Sedangkan pelaku terkait adalah pelaku pendukung yang sifat nya membantu kelancaran berbentuk stimulus baik dalam hal pembinaan maupun dalam hal keberlanjutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan instansi terkait. Dengan adanya kesadaran memiliki oleh masyarakat diharapkan dapat memberikan rasa toleransi atas masuknya informasi dan budaya luar sehingga timbulnya suatu kondisi keterbukaan masyarakat. Pengembangan suatu kawasan tidak terlepas dari adanya perencanaan wilayah yang tertuang dalam rencana tata ruang wilayah baik secara regional maupun secara nasional. Namun demikian dalam era otonomi daerah, sebagaimana diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom, maka penyelenggaraan daerah diserahkan pada daerah, dengan tetap berkoordinasi dengan pemerintah pusat. Hal tersebut juga berlaku untuk pembentukan wilayah dan penyediaan dukungan pengelolaan wilayah tersebut, termasuk di dalamnya dalam mengembangkan kawasan agrowisata seperti yang terjadi di Kecamatan Tutur. Untuk kesempurnaannya, maka pengembangan kawasan tersebut perlu di dukung dengan keharmonisan dan sinergi kebijakan yang satu dengan kebijakan yang lain, termasuk di dalamnya kebijakan tata ruang wilayah Kabupaten Pasuruan. Dalam hal ini, untuk melakukan pembangunan kawasan agrowisata tersebut, harus didasarkan pada arahan pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Pasuruan yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan. Berkaitan dengan fungsinya sebagai kawasan agrowisata, maka kebijakan pengelolaan kawasan agrowisata Kabupaten Pasuruan harus dilaksanakan untuk: a Melestarikan dan menata fungsi ekosistem untuk pengembangan pendidikan dan pariwisata, b Meningkatkan kualitas lingkungan di dalam dan di sekitar kawasan agrowisata, c Terbentuknya pusat pertumbuhan ekonomi, d Adanya bangkitan ekonomi daerah melalui agrowisata sekaligus merangsang pertumbuhan ekonomi dan peningkatan PAD, e Menularkan pertumbuhan ekonomi ke daerah hintherland, f Mencegah dan atau meminimalisir terjadinya urbanisasi, g Mempersempit ketimpangan antara desa dan kota dan h Implementasi tataruang