a. Dari 10 sepuluh kendala yang ada, elemen kendala utama adalah rendahnya kualitas sumberdaya manusia baik ditingkat petani maupun ditingkat
pengelola bisnis b. Elemen kunci pelaku terkait dalam pengembangan agrowisata berbasis
masyarakat ternyata terletak pada pengusaha agrowisata itu sendiri. Hal ini sejalan dengan keinginan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan
agrowisata, sehingga peningkatan pengetahuan dan ketrampilan bagi pengelola merupakan elemen kunci keberhasilan.
c. Aktivitas kunci pengembangan agrowisata berbasis`masyarakat menunjukkan bahwa pembinaan sumberdaya manusia menjadikan syarat mutlak, disamping
peningkatan kebijakan yang mendorong iklim usaha yang kondusif.
8.2 Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka secara konsepsional sistem pengembangan Agrowisata berbasis masyarakat di kecamatan Tutur layak
dilaksanakan, namun demikian hasil yang dicapai belum maksimal ditinjau dari keterbatasan metodologi, alat analisis dan ruang lingkup kajian, sehingga perlu
diajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Perlu dikaji lebih lanjut model pengembangan agrowisata dengan mempertimbangkan peluang integrasi dengan usaha agrowisata lainnya yang
bersifat lintas wilayah sehingga terbentuk jaringan agrowisata yang kuat. 2. Perlu dikaji lebih mendalam tingkat kelayakan minimal secara keseluruhan; baik
usaha agrowisata itu sendiri maupun kelayakan agroindustri terkait. 3. Adanya risiko dan ketidakpastian usaha serta keterbatasan pengembangan
agrowisata membutuhkan adanya penguatan kelembagaan. Upaya yang dapat dilakukan adalah peningkatan hubungan kelembangaan antara pengusaha
agrowisata, usaha rumah tangga dan kecil agroindustri pendukung serta lembaga pembiayaan dan pengembangan bisnis yang terkait.
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra, H.S. 1989. Prospek dan Kendala Pengembangan Wisata Agro di Indonesia. Makalah Seminar Nasional Wisata Agro. IPB. Bogor.
Aref, F and M.B.Redzuan, 2009. Community Capacity Building for Tourism
Development. J Hum Ecol, 271: 21-25 Aref, F and Gill, S.S, 2009, Rural tourism development through rural
cooperatives, Nature and Science Vol. 7 No. 10, Marsland Press, New York
Arifin, H.S. 1992. Beberapa Pemikiran Pengembangan Agrowisata Pada Kawasan Cagar Budaya Betawi di Condet, Jakarta Timur. Makalah Seminar
Wisata Agro. IPB. Bogor. Austin JE. 1992. Agroindustrial Project Analysis Critical Design Factors. EDI
Series in Economic Development. John Hopkins Univ. Pr. Baltimore. Australian Expert Group in Industry Studies AEGIS, 2007, Tourism industry in
Australia: a report prepared for the OECD KISA project, University of Western Sydney, Sydney.
Avenzora, R. 2003. Integrated and Ecological Planning of Sustainable Tourism Development in Rural Areas in Indonesia:the case study of Tana Toraja,
Sulawesi. Doctoral Dissertation at GeorgAugust University, Germany. Avenzora, R. 2008. Ekoturisme : Evaluasi Tentang Konsep; di dalam Avenzora,
R, editor. Ekoturisme :Teori dan Praktek. BRR NAD-Nias. Aziz MA. 1993. Strategi Pengembangan Agroindustri Buah-buahan Tropis.
Bangkit. Jakarta. Bahar, H.1989. Peranan Pendidikan Pariwisata dalam Pengembangan Agrowisata
di Indonesia. Makalah Seminar Wisata Agro. IPB. Bogor. BAPPENAS. 2004. Tata Cara Perencanaan Pengembangan Kawasan Untuk
Percepatan Pembangunan Daerah. Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal. Jakarta.
Beeton, S. 2006. Community Development through Tourism. Landlinks Press. Collingwood. Australia.
Brown, JL. 1994. Agroindustrial Investment and Operation. IDE Development Studies, World Bank Pub., Washington.