7
Gambar 29. Matriks dependence–power driver aktivitas yang dibutuhkan dalam pengembangan agrowisata Kecamatan Tutur, Kabupaten
Pasuruan
Gambar 29 menunjukkan bahwa aktivitas pengembangan teknologi budidaya, pengembangan teknologi pengolahan, peningkatan jumlah dan
kualitas obyek wisata dan peningkatan kualitas produk primer maupun olahan sebagai salah satu andalan kawasan agrowisata sebagai elemen yang
bersifat linkage. Aktivitas–aktivitas sehingga perlu diperhatikan secara seksama karena akan berpengaruh terhadap kinerja sistem pengembangan
agrowisata secara keseluruhan. Pengembangan dan penerapan teknologi budidaya sangat
dibutuhkan dalam mendukung tersedianya bahan baku dari aspek harga, kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Santoso 2006 menyatakan, untuk
mengembangkan suatu produk agroindustri yang berkelanjutan dibutuhkan dukungan produksi bahan baku yang juga berkualitas. Salah satu faktor
penting dalam produksi bahan baku adalah tersedianya teknologi budidaya yang efektif dan efisien dalam mendukung pengelolaan produksi.
Pengembangan dan penerapan teknologi pengolahan yang sesuai dengan tingkat kebutuhan produksi sangat diperlukan untuk mendukung
pencapaian mutu dan keamanan produk. Teknologi pengemasan sebagai bagian dari teknologi proses produksi akan sangat berpengaruh terhadap
penampilan produk, keamanan dan daya simpannya. Peningkatan jenis dan kualitas obyek wisata sangat penting dalam
mengembangan agrowisata. Menurut Puslitbangtan 2002 selain memberikan nilai kenyamanan, keindahan ataupun pengetahuan, atraksi
yang disajikan dalam agrowisata juga dapat mendatangkan pendapatan bagi petani serta masyarakat di sekitarnya. Wisatawan yang berkunjung akan
menjadi konsumen produk pertanian yang dihasilkan, sehingga pemasaran hasil menjadi lebih efisien. Selain itu, dengan adanya kesadaran petani akan
arti petingnya kelestarian sumber daya, maka kelanggengan produksi menjadi lebih terjaga yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan
petani. Bagi masyarakat sekitar, dengan banyaknya kunjungan wisatawan, mereka dapat memperoleh kesempatan berusaha dengan menyediakan jasa
dan menjual produk yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.
Atraksi wisata pertanian juga dapat menarik pihak lain untuk belajar atau magang dalam pelaksanaan kegiatan budi daya ataupun atraksi-
atraksi lainnya, sehingga dapat menambah pendapatan petani, sekaligus sebagai wahana alih teknologi kepada pihak lain. Peningkatan efektifitas
program dapat dilakukan dengan pengembangan promosi dan kerjasama yang mendukung pengembangan agrowisata.
Sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber daya alam berlimpah, pengembangan industri agrowisata akan memberikan dampak
positif dan memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia di masa depan. Hal ini karena pengembangan industri ini memberikan
manfaat sangat luas dan signifikan dalam pengembangan ekonomi daerah dan upaya-upaya pelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Melalui
perencanaan dan pengembangan yang tepat, agrowisata dapat menjadi salah satu sektor penting dalam ekonomi daerah.
Namun demikian, pengembangan industri pariwisata khususnya agrowisata memerlukan kreativitas dan inovasi usaha secara terus menerus,
melakukan kerjasama dan koordinasi serta promosi dan pemasaran dengan berbagai pihak yang terkait. Pengembangan agrowisata berbasis kawasan
berarti juga adanya keterlibatan unsur-unsur wilayah dan masyarakat secara intensif.
6. MODEL PENGEMBANGAN DAN RANCANGAN IMPLEMENTASI
6.1 Model Pengembangan Agrowisata
Mempertimbangkan berbagai hasil yang telah dipaparkan pada bagian terdahulu, maka model pengembangan agrowisata berbasis masyarakat yang ingin dicapai dalam
studi ini diformulasikan seperti terlihat pada Gambar 30. Pada gambar tersebut terlihat bahwa apabila kita akan mengembangkan agrowisata berbasis masyarakat maka hal yang
harus diperhatikan adalah pemilihan kawasan agroindustri dan sekaligus membuat pemetaan komoditas berdasarkan zona agrowisata dan pengembangannya yang
didasarkan faktor-faktor utamaya. Adapun faktor utama yang harus diperhatikan untuk hal tersebut di atas adalah potensi sumberdaya alam, potensi pasar, dan potensi
agroindustri. Sejalan dengan sifat pasar yang mampu mendorong stake holder untuk
melakukan pengembangan potensi wisata, maka untuk pencapaian tujuan tersebut suatu promosi dan kerjasama dengan berbagai pihak, baik pemerintah maupun pihak swasta,
adalah penting untuk dilakukan. Selain itu strategi lainnya adalah harus meningkatkan kualitas SDM-nya yang dapat dilakukan memberikan pelatihan serta memperbaiki
hubungan baik dengan semua stakeholder terkait sehingga pengembangan agrowisata yang dilakukan bersifat holistik dan lintas sektoral.
Pengembangan agrowisata juga harus memperhatikan produk unggulan industri terpilih yang didasarkan kajian ilmiah. Namun demikian untuk produk unggulan industri
ini sudah barang tentu sebelumnya harus diperhatikan faktor utama produk, yakni potensi pasar dari produk tersebut, ketersediaan bahan baku dan kemampuan SDM-nya, baik
dalam menghasilkan produk maupun dalam mengolah produk tersebut; yang dengan demikian pada gilirannya dari produk unggulan bisa dihasilkan prodak olahan yang
bersifat khas, unik dan mempunyai daya saing tinggi dalam mendorong semakin terciptanya pasar wisata yang diinginkan. Untuk kawasan Agrowisata Kecamatan Tutur,
produk unggulan agro industri yang saat ini dianggap terbaik adalah sari buah apel, selai apel dan kripik apel.
Gambar 30. Model pengembangan agrowisata berbasis masyarakat .
SISTEM PENGEMBANGAN:
Kendala utama Minimnya kualitas SDM pengelola terkait pengembangan agrowisata
Pelaku terkait Pelaku kunci adalah pengusaha agrowisata
Aktivitas kunci Pengembangan SDM
Kebijakan yang mendukung iklim usaha
PEMILIHAN KAWASAN Faktor Utama:
• Potensi SDA
• Potensi pasar
• Potensi agroindustri
Kawasan Unggulan:
• Kec. Tutur
Faktor Utama:
• Potensi pasar dari
produk, •
Ketersediaan bahan baku
• Kemampuan SDM
Unggulan: Apel
Produk Agroindustri:
Sari buah, Selai, dan Keripik Apel
PRODUK UNGGULAN AGROINDUSTRI
PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA
BERBASIS MASYARAKAT KECAMATAN
TUTUR STRATEGI
PENGEMBANGAN Faktor yang diperhatikan:
• Pasar
Tujuan yang ingin dicapai: Pengembangan potensi wisata
Strategi yang dilakukan:
• Promosi dan
Kerjasama •
SDM •
Hubungan Stakeholder
Dalam sistem pengembangan agrowisata hal yang tidak boleh dilupakan adalah dinamika munculnya berbagai kendala pada setiap elemen sistem yang ada dalam proses
pengembangan. Perlu disadari bahwa kendala kualitas SDM pengelola yang terkait dengan pengembangan agrowisata adalah akan menimbulkan suatu domino effect yang
bisa memicu timbulnya kendala lain dalam proses pembangunan yang dilaksanakan. Kualitas SDM bukanlah hanya masalah pada tingkat petani atau masyarakat lokal
melainkan juga kerap terjadi pada pengusaha agrowisata yang merupakan pelaku kunci pada pengembangan agrowisata.
Atas hal tersebut, maka proses peningkatan kualitas SDM adalah perlu dilakukan secara taktis dan efisien serta efektif. Salah satu pendekatan yang perlu dipakai dalam
peningkatan kualitas SDM adalah penerapan metoda learning by doing dan snow ball strategy yang dilengkapi dengan kebijakan yang mendukung iklim usaha. Melalu
pendekatan ini maka rentang waktu proses peningkatan kualitas SDM kiranya dapat diefisienkan; dimana dinamika trial by error yang sering terjadi dalam proses
pengembangan dapat dikontrol serta dikendalikan dengan lebih baik melalui kesadaran bersama.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya pada pengembangan kawasan agrowisata adalah ketersediaan sarana pokok seperti transportasi, akomodasi, rumah makan dan
tempat makan lainnya, serta toko cindera mata, sarana pelengkap seperti fasilitas olahraga dan fasilitas permainan dan sarana pendukung seperti fasilitas hiburan. Selain
itu dalam pengembangan agrowisata tersebut juga harus tersedia sarana khusus sehingga dapat mendukung untuk kegiatan agrowisata.
Sebagai contoh, agar di kawasan kajian dapat mendukung kegiatan agrowisata ilmiah, maka kawasan agrowisata harus dapat menyediakan fasilitas seperti laboratorium,
tempat penelitian, literatur pendukung dan tenaga peneliti pada obyek yang dimaksud. Namun demikian apabila juga ingin dikembangkan menjadi agrowisata bisnis, maka
fasilitas yang harus tersedia antara lain adalah ruang pamer atau promosi, informasi khusus tentang bisnis dan fasilitas untuk lobby bisnis. Dan apabila diinginkan
agrowisata rekreasi, maka harus disiapkan fasilitas seperti yang tercakup pada sarana umum untuk wisata. Lebih lanjut, jika ditujukan untuk agrowisata budaya, maka fasilitas
yang sebaiknya juga tersedia antara lain adalah museum budaya, tempat pagelaran budaya masyarakat, dan tempat penjualan hasil budaya masyarakat.
Selain hal tersebut di atas, pada sistem pengembangan agrowisata, faktor prasarana yang juga sangat penting untuk diperhatikan adalah prasarana perekonomian,
seperti prasarana transportasi, prasarana komunikasi, prasarana perbankan dan prasarana utilitas. Prasarana yang juga tidak kalah pentingnya adalah prasarana sosial, seperti
pendidikan kepariwisataan, kesehatan, keamanan, dan Tourist Information Centre.
6.2 Pengelolaan Kelembagaan Pengembangan Agrowisata
Selain model pengembangan agrowisata berbasis masyarakat, pada penelitian ini juga dihasilkan model struktural hubungan kelembagaan agrowisata untuk menunjang
pengelolaannya. Model ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk membangun hubungan kelembagaan antara petani, pengrajinpengusaha mikro-kecil agroindustri dan produk
suvenir serta lembaga pendukung lainnya seperti lembaga pembiayaan, maupun pembinaan dari instansi terkait. Model hubungan kelembagaan untuk menunjang
pengembangan agrowisata berbasis masyarakat disajikan pada Gambar 31.
Petani
Gambar 31. Model hubungan kelembagaan untuk menunjang pengembangan agrowisata
6.3 Rekayasa Sistem Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat
Pengembangan suatu kawasan tidak terlepas dari kondisi awal yang ada pada kawasan tersebut. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah dan kegiatan yang akan
dilakukan dalam rangka pengembangan perlu dilakukan evaluasi dan inventarisasi dari kondisi awal tersebut. Hal ini untuk menghindari adanya kegiatan yang kontraproduktif
dan merusak lingkungan, sehingga mendapat dukungan dan respon yang positif dari masyarakat setempat.
Untuk merekayasa pengembangan kawasan agrowisata secara terintergrasi perlu disusun dalam Master Plan yang akan menjadi acuan penyusunan progam
pengembangan. Muatan utama yang terkandung didalamnya adalah : 1 penetapan kawasan pengembangan dan zonasi, 2 penetapan komoditas unggulan dan produk olahan
agroindustri, 3 penetapan sarana prasarana, 4 sistem pengelolaan. Tahapan lengkap ditunjukkan oleh Gambar 32.
Penetapan kawasan dan zonasi merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan, hal ini berkaitan dengan akses dan aksessibilitas bagi wisatawan untuk
berkunjung, sehingga wisatawan dapat memperkirakan durasi waktu yang dapat mereka habiskan dan banyaknya tempat yang akan dikunjungi. Oleh karenanya pengaturan
jalurrute transportasi dan pembagian zonasi perlu disesuaikan dengan kondisi geografis, administratif, dan skala usaha yang dapat dikelola masing-masing zonasi, sehingga dapat
saling berhubungan dan mendukung satu sama lainnya. Sebagai daya tarik objek wisata, perlu adanya suatu keunikan yang memang
dapat menjadi brand image dari suatu lokasi wisata. Kecamatan Tutur yang mempunyai lahan komoditi apel seluas 933 Ha dengan produksi per tahun sebesar 6.315.506 ton pada
tahun 2009 cukup beralasan untuk menjadikan komoditi ini sebagai komoditi unggulan. Hal ini didukung dari hasil penelitian yang menunjukkan komoditi apel merupakan
komoditi unggulan dengan agroindustri sari buah apel sebagai produk olahannya. Untuk kenyamanan dan kelancaran dalam berwisata sangatlah perlu didukung
oleh sarana dan prasarana yang baik. Kecamatan Tutur, walaupun telah memiliki akses jalan yang cukup baik dengan panjang jalan yang beraspal ± 150 Km yang menghubungi
antar desa, namun untuk pengembangan selanjutnya diperlukan adanya pelebaran jalan dan kegiatan pengaspalan dari kondisi jalan yang baru pengerasan sepanjang ± 80,4 Km.
Untuk mendukung kegiatan agrowisata sarana dan prasarana lainnya seperti balai penelitian, museum, perpustakaan, tempat penginapan, rumah makan, pusat layanan
kesehatan, keamanan, terminal, dan pusat pemasaran perlu disediakan dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang baik. Sedangkan agar kawasan agrowisata tersebut diharapkan
dapat berkembang dengan baik yang dapat dirasakan oleh masyarakat setempat manfaatnya serta terjamin kesinambungannya, maka pengelolaannya dilakukan oleh
wakil dari masyarakat tersebut.
Gambar 32. Model Rekayasa pengembangan kawasan agrowisata berbasis masyarakat
Master Plan yang akan dijadikan sebagai sumber utama dalam kegiatan pengembangan harus memuat visi dan misi dari pengembangan itu sendiri yang dapat
diwujudkan dalam bentuk konsep-konsep sesuai dengan pendekatan yang dilakukan. Pendekatan yang dapat dipilih adalah indigenous approach Avenzora, 2008 , yaitu
Agrowisata Berbasis CBM
program yang disusun atas dasar kebutuhan dasar masyarakat lokal. Berdasarkan pendekatan ini, maka visi dan misi dalam pengembangan kawasan di Kecamatan Tutur
tidak terlepas dari keberpihakan pada masyarakat dalam hal kepemilikan dan kesejahteraan. Oleh karenanya, untuk mewujudkan kondisi di atas konsep pengelolaan
kawasan perlu mengadopsi manajemen yang berbasis masyarakat community based management.
Dengan mengacu pada master plan, maka hal berikutnya yang perlu untuk dielaborasi adalah suatu Site Plan yang harus memuat fungsi dan daya dukung dari
kawasan; baik dalam bentuk daya dukung fisik, ekologi, psikologi dan daya dukung sosial budaya. Melalui penentuan daya dukung ini, maka keberlanjutan pengembangan
agrowisata di Kecamatan Tutur dapat dijaga untuk memberikan berbagai manfaat yang diinginkan secara pastil; baik dalam bentuk manfaat ekonomi bagi berbagai pihak
maupun dalam bentuk manfaat rekreasi dan wisata bagi wisatawan. Selanjutnya, untuk merealisasikan pengembangan kawasan yang diinginkan,
maka site plan di atas perlu diimplementasikan dalam bentuk detail plan yang berisi program dan strategi yang akan dilakukan. Sebagai program unggulan adalah
pengembangan budidaya komoditas apel dengan produk olahan sari buah apel dengan tidak menutup kemungkinan pengembangan komoditi lainnya seperti; durian, paprika,
bunga krisan, cengkeh, dan kopi untuk keberagaman. Strategi pengembangan diharapkan dapat dimulai dari peningkatan kualitas wisata dan penyediaan infrastruktur; yang dari
hasil penelitian nampaknya dianggap perlu untuk diciptakan melalui kegiatan promosi dan kerjasama antar wilayah agrowisata.
Untuk mengelola kawasan agrowisata sesuai dengan visi dan misi pada master plan, maka sistem dan strategi yang digunakan disusun dalam bentuk management plan.
Sistem disini mengarahkan bahwa mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan sebagai pelaku utama adalah dari pihak masyarakat lokal, sedangkan pelaku
pendukung sebagai lembaga terkait diharapkan dari pemerintah daerah dan dinas instansi. Untuk mengimplementasikan program yang dikelola oleh pihak masyarakat lokal
ini agar mempunyai kinerja yang baik maka semua stakeholder dapat menerapkan taktik sesuai pada posisi masing-masing. Kinerja yang diharapkan tentunya yang dapat
memberikan manfaat dan kesejahteraan dari semua stakeholder .
Sebagai wujud dari keberhasilan suatu pengembangan tentunya dapat dilihat dari apa yang telah didapat atau dinikmati oleh stakeholder. Untuk mengetahuinya perlu
dilakukan suatu evaluasi terhadap kinerja yang telah dilaksanakan apakah telah memberikan manfaat ataupun kepuasan. Hal ini tentunya sangat berkaitan dengan
kualitas pelayanan dan loyalitas dari semua stakeholder. Dari hasil evaluasi dapat memberikan masukan-masukan yang berarti dalam rangka reinvestasi baik pada
pengayaan visi maupun pengayaan misi, sehingga dapat diharapkan adanya perbaikan dan penyempurnaan strategi pada rencana selanjutnya.
7. BANGUNAN DAN KONTRIBUSI PENELITIAN
7.1. Faktor Penentu Kawasan Agrowisata 7.1.1. Akses Jalan
Dalam konteks pemberian nilai atas “akses jalan”, maka ada 3 hal penting yang menjadi acuan dan tolok ukur untuk melakukan wisata, yaitu jarak, kondisi
jalan dan rute. Panjangnya jarak tempuh untuk mencapai lokasi bukan hanya berkaitan dengan kebutuhan biaya transportasi bagi para pengunjung, melainkan
juga sangat berpengaruh terhadap lamanya waktu berkunjung yang bisa dinikmati oleh para wisatawan serta menentukan pola kunjungan wisatawan. Kondisi jalan
dapat mempengaruhi kenyamanan dan waktu tempuh dalam suatu perjalanan. Dengan demikian rute perjalanan adalah sangat penting dan mempengaruhi
kepuasan wisatawan dalam fase perjalanan menuju dan dari destinasi wisata. Berdasarkan akses tersebut maka pada pengembangan Kawasan Agrowisata
di Kabupaten Pasuruan yang mempunyai 24 kecamatan, Kecamatan Tutur paling potensial untuk dikembangkan dalam kegiatan agrowisata. Kecamatan Tutur
merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Pasuruan yang mempunyai akses jalan yang bagus dan mudah dijangkau, sehingga akan memudahkan para
wisatawan untuk datang ke kawasan Kecamatan Tutur tanpa mengalami hambatan masalah transportasi.
Kondisi jalan yang bagus, juga mempunyai orbitrasi ke pusat kabupaten tujuh kilometer dan ke pusat pemerintahan provinsi 132 Km. Secara keseluruhan
jalan yang menghubungi antar desa sudah beraspal dan mempunyai panjang jalan ±150 Km.
Namun demikian, jalan lokal yang menuju ke lokasi daerah wisata seperti kawasan petik apel jalannya masih terlalu sempit untuk dilalui kendaraan wisata
bus wisata dan ada beberapa yang masih berupa pengerasan dan belum diaspal, ada yang masih berupa jalan tanah biasa. Panjang jalan yang perlu ditingkatkan
dalam bentuk pengaspalan ± 84 Km, disamping adanya program pelebaran jalan khususnya jalan yang menuju pusat-pusat kegiatan wisata, seperti daerah-daerah