Komoditi Tembakau Persilangan RCA dan EPD Indonesia di Singapura

Tabel 95 menunjukan posisi daya saing komoditi perkebunan Indonesia di pasar Singapura dalam tahun 2001, 2005 dan 2009, dimana pada Tabel 95 tersebut terlihat bagaimana pangsa pasar produk Singapura yang positif sehingga menyebabkan dinamisnya pasar Singapura untuk komoditi perkebunan. Tabel 95. Persilangan RCA dan EPD Indonesia di Singapura Komoditi Nilai RCA Nilai EPD Posisi Daya Saing 2001 2005 2009 Pertumbuhan Pangsa Pasar Ekspor Pertumbuhan Pangsa Pasar Produk Cengkeh 1,33 4,08 0,08 35,9 0,7 Rising Star Kacang Mete 0,92 0,05 1,01 992,8 0,7 Rising Star Kakao 13,88 15,37 16,39 9,2 0,7 Rising Star Karet 1,56 2,75 -21,8 0,7 Lost Opportunity Kayu Manis 5,22 10,03 5,19 14,1 0,7 Rising Star Kelapa Sawit 15,89 21,04 18,6 8,6 0,7 Rising Star Kelapa 18,62 16,34 15,92 -6,1 0,7 Lost Opportunity Kopi 4,6 8,12 11,7 59,4 0,7 Rising Star Lada 10,66 15,59 10,36 2,1 0,7 Rising Star Pala 17,65 20,17 7,13 -29,5 0,7 Lost Opportunity Teh 0,6 7,98 5,19 515,53 0,71 Rising Star Tembakau 5,06 - 0,71 - Akibat pangsa produk yang selalu meningkat dalam tiga tahun tersebut, posisi daya saing Indonesia akan berada pada posisi Rising Star atau Lost Opportunity dan tentu saja posisi yang paling diinginkan adalah posisi yang disebutkan pertama. Hasil estimasi EPD yang dilakukan menempatkan tiga komoditi Indonesia pada posisi dayasing Lost Opportunity, karena memiliki pangsa ekspor yang bernilai negatif, komoditi tersebut adalah karet yang menurun sebesar 21,8 persen, kelapa yang menurun sebesar 6,1 persen dan pala yang menurun sebesar 29,5 persen, sehingga menyebabkan komoditi Indonesia tersebut tidak kompetitif di pasar Singapura yang dinamis. Sementara komoditi lainnya kecuali tembakau yang tidak dapat diestimasi, berada pada posisi Rising Star, komoditi tersebut adalah cengkeh, kacang mete, kakao, kayu manis, kelapa sawit, kopi, lada dan teh, sehingga komoditi-komoditi tersebut kompetitif di pasar Singapura yang dinamis.

5.1.8 India

Menurut data tahun 2009 India merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar kedua di dunia setelah China, penduduk India mencapai 1.155.348.000 jiwa yang menduduki wilayah seluas 3.287.590 km 2 yang merupakan wilayah ketujuh terluas yang dimiliki sebuah negara. Gambar 46 memperlihatkan neraca perdagangan komoditi perkebunan India, dimana hanya beberapa komoditi yang memiliki neraca yang defisit. Komoditi yang memiliki defisit terbesar adalah kelapa sawit dan kacang mete sedangkan komoditi lainnya hanya memiliki defisit yang kecil. Sumber : UNComtrade Gambar 46. Neraca Perdagangan Perkebunan India Tahun 2001, 2005 dan 2009 Kelapa sawit masih menjadi andalan utama ekspor Indonesia, tidak terkecuali ke India dalam tiga tahun yang ada. Selain komoditi tersebut, pada Gambar 47 juga terlihat bagaimana komoditi kacang mete Indonesia diminati di India. Rata-rata nilai ekspor kelapa sawit Indonesia ke India adalah senilai US 1.129.575.000, sedangkan rata-rata nilai ekspor komoditi kacang mete adalah senilai US 33.340.380. Komoditi yang memiliki rata-rata nilai ekspor terkecil ke India adalah karet, teh dan tembakau. -3500000 -3000000 -2500000 -2000000 -1500000 -1000000 -500000 500000 N il a i E k sp or d a lam 1000 U S Komoditi 2001 2005 2009 Komoditi perkebunan Indonesia yang menjadi tujuan impor utama India adalah kelapa sawit tahun 2001, 2005 dan 2009, kakao tahun 2001, kopi tahun 2001