Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

kerugian yang didapat, walaupun dapat meningkatkan pemasukkan devisa, namun dengan adanya pembatasan di Uni Eropa secara non tarif dalam bentuk anti perusakkan lingkungan produk Indonesia menjadi terhambat untuk masuk pasar Belgia, Belanda dan Inggris, sehingga devisa yang harusnya diterima lebih besar akan berkurang. 2. Masih terdapat komoditi Indonesia yang berada pada posisi Lost Opportunity pada pasar China, Jepang, Singapura, India, Amerika Serikat dan Jerman serta Dunia, sehingga perlu dilakukannya kebijakan promosi ekspor seperti yang dilakukan di Sao Paolo Brazil, yaitu dengan mendirikan Indonesian Trade Promotion Centre , dan ditambah dengan daya tarik berupa produk dengan identitas geografis dengan begitu komoditi kita akan menarik dan dikenal sehingga memiliki merk tersendiri yang diminati untuk dikonsumsi yang bertujuan untuk memperkenalkan produk yang memiliki permintaan menurun sehingga akan menghasilkan devisa dan juga akan meningkatkan daya saing produk. 3. Strategi yang dapat dilakukan selain promosi adalah menjalin hubungan bilateral yang lebih kuat dengan negara lain, sehingga Indonesia dapat membuka akses untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan baik mengenai kebutuhan impor negara tersebut maupun informasi strategi kebijakan ekonomi yang dilakukan negara pesaing. Karena dengan begitu kemampuan dalam menyediakan komoditi perkebunan dipasar yang permintaannya meningkat akan terjamin sehingga pemasukkan devisa bagi negara juga akan terjamin. 4. Kebijakan dalam negeri yang baik dilakukan adalah Gerakan Nasional setiap komodti perkebunan Indonesia, bukan hanya komoditi kakao dan kopi saja, karena dengan adanya gerakan tersebut akan adanya tenaga pendamping yang disediakan pemerintah dari kalangan akademis sehingga dapat meningkatkan kemampuan petani perkebunan sehingga berimplikasi pula terhadap peningkatan produksi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani pula.