tahun 2008 dan 2009 yang sebelumnya dari tahun 2001 hingga 2007 mengalami peningkatan Gambar 11. Pertumbuhan rata-rata volume produksi karet Indonesia
positif dengan persentase sebesar 0,05 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2006 dengan persentase pertumbuhan 0,1 persen, itu terjadi akibat volume
produksi yang meningkat dari seberat 2.270.891 ton pada tahun 2005 menjadi seberat 2.637.231 ton pada tahun 2006. Penurunan pertumbuhan yang terbesar terjadi pada
tahun 2009, dari volume produksi seberat 2.751.286 ton pada tahun 2008 menjadi 2.440.347 ton pada tahun 2009.
Daerah sentra produksi karet Indonesia berada di kawasan Sumatera Selatan, Sumatera Utara dan Riau yang dilihat dari hasil produksi pada tahun 2004 hingga
2009. Rata-rata pertumbuhan 3,9 persen hasil produksi karet Sumatera Selatan atau rata-rata produksi 490.704 ton, membuat provinsi tersebut berada di atas Sumatera
Utara yang memiliki pertumbuhan rata-rata 1,6 persen dengan produksi rata-rata 408.441 ton dan Riau dengan pertumbuhan rata-rata 5,2 persen dengan rata-rata
produksi karet seberat 325.452 ton Ditjenbun.
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan Gambar 11. Perkembangan Luas Areal dan Produksi Karet Indonesia Tahun 2001-
2009
4.2.5 Perkembangan Luas Areal, Volume Produksi dan Sentra Produksi Kayu Manis Indonesia
Hingga kini prospek kayu manis masih terbuka luas. Hal ini dibuktikan dari jumlah permintaan kayu manis baik kulit, minyak asiri dan oleoresin yang setiap
1000000 2000000
3000000 4000000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009
L u
a s
A re
a l
H a
d a
n
V ol
u m
e P
rod u
k si
T on
Tahun
Produksi Ton Luas Areal Ha
tahun mengalami peningkatan. Kebutuhan kayu manis bukan hanya di pasar mancanegara tetapi juga untuk pasar lokal. Jumlah kebutuhannya pun setiap tahun
meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Oleh karena itu jumlah permintaan kayu manis cukup banyak setiap tahunnya. untuk memenuhi permintaan
kayu manis tersebut, pemerintah telah menggalakkan upaya perluasan areal, baik melalui perkebunan rakyat maupun perkebunan besar. Namun sayangnya hingga kini
status pengelolaan perkebunan kayu manis paling banyak adalah perkebunan rakyat Rismunandar dan Paimin, 2001
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan Gambar 12. Perkembangan Luas Areal dan Volume Produksi Kayu Manis Indonesia
Tahun 2001-2009
Gambar 12 memperlihatkan luas areal kayu manis memiliki pertumbuhan rata-rata dari tahun 2001 hingga 2009 yang negatif, yaitu sebesar 3,3 persen. Dari
tahun 2001 hingga 2003 kayu manis memiliki peningkatan perluasan dengan rata-rata 138.248 Ha, namun kemudian terus turun hingga tahun 2008, dan pada tahun 2009
meningkat sebesar 0,6 persen. Pertumbuhan yang tertinggi terjadi pada tahun 2003 dengan pertumbuhan sebesar 1,9 persen. Sementara penurunan pertumbuhan yang
signifikan terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 13,2 persen dimana dari total seluas 125.093 Ha pada tahun 2005 menurun menjadi seluas 108.591 Ha pada tahun 2006.
Gambar 12 juga memperlihatkan bagaimana volume produksi kayu manis Indonesia mengalami peningkatan tertinggi dari tahun 2001 hingga tahun 2004.
Berbeda dengan luas areal kayu manis yang memilik pertumbuhan negatif, rata-rata
50000 100000
150000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009
L u
a s
A re
a l
H a
d a
n
V ol
u m
e P
rod u
k si
T on
Tahun
Produksi Ton Luas Areal Ha