Perkembangan Luas Areal, Volume Produksi dan Sentra Produksi Kayu Manis Indonesia

tahun mengalami peningkatan. Kebutuhan kayu manis bukan hanya di pasar mancanegara tetapi juga untuk pasar lokal. Jumlah kebutuhannya pun setiap tahun meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Oleh karena itu jumlah permintaan kayu manis cukup banyak setiap tahunnya. untuk memenuhi permintaan kayu manis tersebut, pemerintah telah menggalakkan upaya perluasan areal, baik melalui perkebunan rakyat maupun perkebunan besar. Namun sayangnya hingga kini status pengelolaan perkebunan kayu manis paling banyak adalah perkebunan rakyat Rismunandar dan Paimin, 2001 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan Gambar 12. Perkembangan Luas Areal dan Volume Produksi Kayu Manis Indonesia Tahun 2001-2009 Gambar 12 memperlihatkan luas areal kayu manis memiliki pertumbuhan rata-rata dari tahun 2001 hingga 2009 yang negatif, yaitu sebesar 3,3 persen. Dari tahun 2001 hingga 2003 kayu manis memiliki peningkatan perluasan dengan rata-rata 138.248 Ha, namun kemudian terus turun hingga tahun 2008, dan pada tahun 2009 meningkat sebesar 0,6 persen. Pertumbuhan yang tertinggi terjadi pada tahun 2003 dengan pertumbuhan sebesar 1,9 persen. Sementara penurunan pertumbuhan yang signifikan terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 13,2 persen dimana dari total seluas 125.093 Ha pada tahun 2005 menurun menjadi seluas 108.591 Ha pada tahun 2006. Gambar 12 juga memperlihatkan bagaimana volume produksi kayu manis Indonesia mengalami peningkatan tertinggi dari tahun 2001 hingga tahun 2004. Berbeda dengan luas areal kayu manis yang memilik pertumbuhan negatif, rata-rata 50000 100000 150000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 L u a s A re a l H a d a n V ol u m e P rod u k si T on Tahun Produksi Ton Luas Areal Ha volume produksi kayu manis Indonesia positif sebesar 13,9 persen atau 83.556 ton, dengan pertumbuhan tertinggi yang terjadi pada tahun 2004, dimana pada tahun 2003 volume produksi adalah 64.830 ton meningkat sangat tinggi hingga menjadi 99.465 ton pada tahun 2004. Jika ada pertumbuhan volume produksi tertinggi maka ada volume produksi terendah, yang terjadi pada tahun 2006 karena terjadi penurunan pertumbuhan sebesar 6,3 persen. Pada tahun 2006 tersebut merupakan satu-satunya penurunan volume produksi kayu manis Indonesia yaitu dari tahun 2005 dengan volume produksi 100.775 ton menurun menjadi 94.380 ton pada tahun 2006. Daerah sentra produksi kayu manis Indonesia adalah Provinsi Jambi dengan produksi seberat 57.768 ton, sedangkan posisi dua diduduki Sumbar dengan produksi total 36.649 ton sedangkan posisi ketiga sebagai daerah sentra kayu manis diduduki Sumatera Utara dengan volume yang jauh dibawah kedua pesaing tersebut yaitu seberat 3.235 ton Ditjenbun, 2008.

4.2.6 Perkembangan Luas Areal, Volume Produksi dan Daerah Sentra Kelapa Sawit Indonesia

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran yang cukup penting dalam perekonomian Indonesia, karena merupakan andalan ekspor sehingga menghasilkan devisa diluar minyak dan gas. Selain itu pasar dalam negeri juga masih terbuka untuk menyerap produk kelapa sawit berupa CPO dan PKO untuk minyak goreng, lemak khusus dan sabun mandi BPS, 2005. Disamping itu minyak kelapa sawit juga merupakan salah satu bahan yang dapat dijadikan sumber bahan bakar atau energi seperti biodiesel yang terbarukan untuk menggantikan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi yang semakin tipis persediaannya Ditjen Perkebunan, 2006. Kebijakan pemerintah untuk mendukung perkembangan kelapa sawit Indonesia sampai tahun 2010 antara lain Ditjenbun, 2006 : 1. Peningkatan produktivitaas dan mutu 2. Pengembangan industri hilir dan peningkatan nilai tambah 3. Pengembangan industri minyak goreng atau minyak makan terpadu 4. Fasilitasi dukungan penyediaan dana Dari kebijakan tersebut terlihat dampaknya, bagaimana luas areal kelapa sawit Indonesia yang terus meningkat dan tidak mengalami penurunan luas areal pada rentang tahun 2001 hingga 2009. Luas areal pada tahun 2001 adalah seluas 4.713.435 Ha dan pada tahun 2009 menjadi seluas 8.248.328 Ha, dengan rata-rata pertumbuhan luas areal sebesar 0,07 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2009 dengan pertumbuhan sebesar 0,1 persen dan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2004 yang berada di bawah 0,001 persen. Peningkatan yang terus terjadi pada luas areal kelapa sawit terlihat jelas pada Gambar 13. Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan Gambar 13. Perkembangan Luas Areal dan Volume Produksi Kelapa Sawit Indonesia Tahun 2001-2009 Indonesia memiliki volume produksi kelapa sawit yang meningkat dari tahun 2001 hingga 2007, kemudian turun pada tahun 2008 dan meningkat kembali pada tahun 2009 Gambar 13, kondisi ini berbeda dengan luas areal yang terus meningkat. Penurunan pertumbuhan pada tahun 2008 adalah sebesar 0,007 persen, untuk pertumbuhan tertinggi volume produksi terjadi pada tahun 2006 dengan persentase pertumbuhan 0,4 persen, dimana pada tahun 2005 volume produksi seberat 11.861.615 ton menjadi 17.350.848 ton pada tahun 2006. Rata-rata volume produksi kelapa sawit Indonesia dari tahun 2001 hingga 2009 adalah seberat 13.670.368 ton. Daerah yang menjadi sentra produksi kelapa sawit Indonesia yang dilihat dari volume produksi tahun 2003 hingga 2009 adalah provinsi Riau, dimana provinsi 5000000 10000000 15000000 20000000 25000000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 L u a s A re a l H a d a n V ol u m e P rod u k si T on Tahun Produksi Ton Luas Areal Ha