Perkebunan Dunia GAMBARAN UMUM

posisi dua diduduki Ghana, sedangkan posisi empat dan lima diduduki Nigeria dan Brazil FAO. 4. Karet Indonesia berada pada posisi satu pada tahun 2001 dan posisi dua pada tahun 2005 dan 2008 sebagai negara produsen karet terbesar di dunia dengan rata-rata produksi seberat 8.251.247 ton. Tahun 2001 posisi dua hingga posisi lima diduduki Malaysia, Nigeria, Thailand dan Kolombia. Tahun 2005 dan 2008 posisi satu diduduki Thailand, sedangkan posisi tiga hingga posisi lima diduduki Malaysia, India dan Vietnam FAO. 5. Kayu Manis Rata-rata produksi dalam tiga tahun yang ada seberat 68.429,67 ton, Indonesia berada pada posisi satu sebagai produsen kayu manis terbesar di dunia, dimana dalam tiga tahun yang ada posisi dua hingga posisi lima selalu diduduki China, Sri Lanka, Vietnam dan Madagaskar FAO. 6. Kelapa Sawit Indonesia memiliki rata-rata produksi CPO seberat 13.595.000 ton dalam tiga tahun yang ada, dimana pada tahun 2001 dan 2005 Indonesia sebagai produsen CPO terbesar kedua dibawah Malaysia, sedangkan pada tahun 2008 Indonesia merupakan negara produsen CPO tertinggi dan berada di atas Malaysia. Tahun 2001 dan 2005 negara yang berada pada posisi tiga hingga posisi lima adalah Nigeria, Thailand dan Kolombia FAO. 7. Kelapa Indonesia berada pada posisi satu sebagai negara produsen kelapa di dunia, dengan rata-rata produksi seberat 17.855.000 ton dalam tahun 2001, 2005 dan 2008. Dalam tiga tahun tersebut pula posisi dua hingga posisi lima negara produsen kelapa diduduki Filipina, India, Brazil dan Sri Lanka FAO. 8. Kopi Indonesia berada pada posisi keempat sebagai negara produsen kopi terbesar di dunia dengan produksi rata-rata dalam tiga tahun seberat 630.845,7 ton. Posisi satu hingga posisi tiga dalam tiga tahun yang ada diduduki Brazil, Veitnam, serta Kolombia. Sementara posisi kelima diduduki Meksiko pada tahun 2001 dan 2005 serta Peru pada tahun 2008 FAO. 9. Lada Indonesia berada pada posisi enam pada tahun 2001 dan posisi dua pada tahun 2005 dan 2008 sebagai negara produsen lada terbesar di dunia dengan rata-rata produksi seberat 117.242 ton dalam tiga tahun tersebut. Posisi satu hingga posisi lima pada tahun 2001 diduduki China, India, Kenya, Sri Lanka dan Turki. Tahun 2005 dan tahun 2008 posisi satu diduduki Vietnam sedangkan posisi tiga hingga posisi lima diduduki Brazil, India dan China FAO. 10. Pala Tahun 2001 Indonesia berada pada posisi satu sebagai negara produsen pala terbesar didunia, sedangkan pada tahun 2005 Indonesia berada pada posisi empat dan pada tahun 2008 berada pada posisi tiga, dengan rata-rata produksi seberat 13.896,67 ton. Tahun 2001 posisi dua hingga posisi lima diduduki Guatemala, India, Nepal dan Bhutan. Tahun 2005 posisi satu hingga posisi tiga diduduki Guatemala, India dan Bhutan, sedangkan Nepal berada dibawah Indonesia. Tahun 2008 Guatemala dan India berada pada posisi satu dan dua, sedangkan Nepal dan Bhutan berada dibawah Indonesia FAO. 11. Teh Tahun 2001 Indonesia berada pada posisi keempat sebagai negara produsen teh terbesar di dunia, sedangkan pada tahun 2005 dan 2008 berada pada posisi tujuh dengan rata-rata produksi seberat 290.312 ton. Posisi satu hingga posisi tiga pada tahun 2001 diduduki Brazil, Vietnam dan Kolombia, sedangkan Meksiko berada pada posisi kelima. Tahun 2005 dan 2008 posisi satu hingga posisi lima diduduki China, India, Kenya, Sri Lanka dan Turki FAO. 12. Tembakau Tahun 2001 dan 2008 Indonesia berada pada posisi lima sebagai negara dengan produksi tembakau terbesar di dunia, sedangkan pada tahun 2005, Indonesia berada pada posisi keenam, rata-rata produksi yang dimiliki dalam tiga tahun tersebut adalah seberat 175.012,7 ton. Tahun 2001 posisi satu hingga posisi empat diduduki China, Brazil, Amerika Serikat dan India. Tahun 2005 posisi satu hingga posisi lima diduduki China, Brazil, India, Amerika Serikat dan Argentina. Tahun 2008 China, Brazil, India dan Amerika Serikat berada pada posisi satu hingga lima produsen tembakau terbesar didunia.

4.2 Perkebunan Indonesia

Alam Indonesia yang sangat luas memberikan dampak yang baik bagi perkebunan Indonesia, sebab dari luasnya lahan tersebut, sektor perkebunan yang notabene harus memiliki lahan yang luas untuk bercocok tanam menjadi terbantu. Lahan yang luas belum tentu termanfaatkan secara optimal oleh sektor perkebunan Indonesia, karena produktivitas merupakan suatu tolak ukur bagaimana lahan tersebut dimanfaatkan. Secara keseluruhan rendahnya mutu komoditi perkebunan Indonesia menjadi sorotan, karena rata-rata perkebunan dikelola oleh perkebunan rakyat yang masih kurang penyuluhan pemerintah. Dalam subbab perkebunan Indonesia akan dipaparkan bagaimana luas areal, produksi dan daerah sentra produksi perkebunan Indonesia masing-masing komoditi.

4.2.1 Perkembangan Luas Areal, Volume Produksi dan Daerah Sentra Produksi Cengkeh Indonesia

Pesatnya industri rokok kretek di Indonesia menyebabkan tanaman cengkeh yang dulunya merupakan komoditas ekspor berubah menjadi komoditas impor, sehingga pada tahun 1970 muncul program swasembada cengkeh, melalui perluasan areal. Program swasemabada tersebut berhasil pada tahun 1991, namun dengan melimpahnya produksi cengkeh menyebabkan harga komoditas tersebut turun. Permasalahan tersebut membuat pemerintah membuat kebijakan dengan mengatur tata niaga cengkeh melalui pembentukan Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh BPPC. Program ini tidak berhasil dan petani menelantarkan areal pertanaman cengkeh Deptan, 2005 Sekitar tahun 2001-2002 harga cengkeh di pasar dalam negeri melonjak cukup tajam. Kenyataan ini mengejutkan semua pihak, baik petani maupun pengusaha rokok kretek yang merupakan satu-satunya konsumen komoditas tersebut. Harga cengkeh yang telah lama terpuruk yaitu dengan harga Rp2.500kg – Rp8.500kg kini menjadi sekitar Rp70.000kg. Kondisi ini menggambarkan dua fakta kontradiktif. Dari sisi produsen rokok kretek mengalami kesusahan akibat harga yang tinggi, sedangkan dari petani juga tidak bergembira dengan melambungnya harga cengkeh tersebut, karena bukan hasil dari panen petani, melainkan stok timbunan para pedagang besar 1 . Luas areal cengkeh Indonesia dari tahun 2001 hingga 2006 mengalami fluktuasi, sementara pada tahun 2007 sampai 2009 mengalami peningkatan, seperti yang tertera pada Gambar 8. Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan Gambar 8. Perkembangan Luas Areal dan Produksi Cengkeh Indonesia Tahun 2001-