pertumbuhan tertinggi yaitu penurunan sebesar 5,8 persen, menjadi 1.291.910 Ha pada tahun 2003.
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan Gambar 15. Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kopi Indonesia Tahun 2001-
2009
Pertumbuhan rata-rata yang negatif pada luas areal kopi Indonesia tidak terjadi dalam volume produksinya, karena memiliki pertumbuhan rata-rata sebesar
2,5 persen. Pada tahun 2002 yang merupakan luas areal yang terluas untuk areal kopi menjadikan volume produksi pada tahun ini juga sangat tinggi yaitu memiliki
pertumbuhan sebesar 19,8 persen. Sementara untuk pertumbuhan terendah bahkan terjadi penurunan yaitu pada tahun 2004 yaitu sebesar 3,5 persen, walaupun disisi lain
terjadi peningkatan luas areal pada tahun tersebut. Gambar 15 juga terlihat volume produksi dengan rata-rata senilai 661.342 ton dari tahun 2001 hingga 2009.
Rata-rata produksi kopi tertinggi di Indonesia berada pada Provinsi Sumatera Selatan, dengan rata-rata pertumbuhan yang negatif sebesar 0,6 persen provinsi
tersebut harus bersaing dengan Lampung yang memiliki pertumbuhan rata-rata volume produksi yang lebih baik, yaitu sebesar 0,3 persen. Dilihat dari selisih
produksi rata-rata dari tahun 2004 hingga 2009 kedua provinsi tersebut hanya berbeda kurang lebih 2000 ton. Bengkulu menjadi provinsi dengan rata-rata produksi terbesar
ketiga Indonesia, dengan rata-rata produksi yang jauh dibawah Sumatera Selatan dan
200000 400000
600000 800000
1000000 1200000
1400000 1600000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009
L u
sa A
re a
l H
a d
a n
V ol
u m
e
E k
sp or
T on
Tahun
Produksi Ton Luas Areal Ha
Lampung. Pertumbuhan rata-rata produksi kopi Lampung juga lebih rendah dari pada Provinsi Sumatera Selatan yang negatif sebesar 2,6 persen Ditjenbun.
4.2.9 Perkembangan Luas Areal, Volume Produksi dan Sentra Produksi Lada
Indonesia
Luas areal perkebunan lada Indonesia memiliki pertumbuhan yang lambat dari rentang waktu tahun 2001 hingga 2009 yaitu sebesar 0,07 persen. Pada tahun 2002
luas areal lada mencapai pertumbuhan tertingginya yaitu dari seluas 186.022 Ha pada tahun 2001 menjadi seluas 204.068 Ha pada tahun 2002, sementara tahun 2003
menjadi lahan yang terluas yang dimiliki Indonesia untuk perkebunan lada, dengan luas 204.364 Ha Gambar 16. Pada tahun 2004 sebenarnya telah terjadi penurunan
luas areal tanaman lada, namun penurunan luas areal tertinggi terjadi pada tahun 2005 dengan persentase 4,7 persen. Tahun 2009 ditutup dengan 185.941 Ha luas areal
tanaman lada.
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan Gambar 16. Perkembangan Luas Areal dan Produksi Lada Indonesia Tahun 2001-
2009
Produksi lada pada satu dekade terkhir ini mengalami fluktuasi yang cukup tinggi. Dengan rata-rata pertumbuhan volume produksi sebesar 0,3 persen,
pertumbuhan volume produksi pada tahun 2002 merupakan pertumbuhan yang tertinggi yaitu sebesar 9,8 persen, dimana hal tersebut diakibatkan luas areal yang
50000 100000
150000 200000
250000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009
L u
a s
A re
a l
H a
d a
n V
ol u
m e
P rod
u k
si T
on
Tahun
Produksi Ton Luas Areal Ha
juga mengalami pertumbuhan tertinggi pada tahun tersebut. Sementara mengikuti luas areal yang mencapai luas tertinggi pada tahun 2003, volume produksi juga
mencapai nilai yang tertinggi pada tahun tersebut dengan berat 90.740 ton. Penurunan luas areal yang terjadi pada tahun 2004 menyebabkan volume produksi lada pada
tahun tersebut mengalami penurunan pertumbuhan yang darstis bahkan negatif yaitu sebesar 15,1 persen. Fluktuasi volume produksi lada pada Gambar 16 menjadikan
pertumbuhan volume produksi lambat seperti pertumbuhan luas areal komoditi lada. Memiliki rata-rata pertumbuhan 2,3 persen, Lampung menduduki posisi
pertama sebagai daerah produksi sentra lada dengan rata-rata produksi 21.996,5 ton. Dibawahnya ada Bangka Belitung, walaupun provinsi baru tersebut memiliki
pertumbuhan produksi rata-rata yang negatif, yaitu 5,7 persen, namun memiliki produksi rata-rata yang masih tinggi. Kalimantan Timur berada diposisi tiga,
walaupun memiliki rata-rata pertumbuhan produksi yang lebih baik yaitu 6,5 persen. Provinsi Sumatera Selatan merupakan provinsi yang memiliki rata-rata pertumbuhan
produksi yang tinggi, yaitu sebesar 37,3 persen dan duduk diposisi kelima sebagai daerah sentra lada Indonesia Ditjenbun.
4.2.10 Perkembangan Luas Areal, Volume Produksi dan Sentra Produksi Pala
Indonesia
Areal perkebunan pala memiliki pertumbuhan luas yang tinggi dibandingkan dengan luas areal perkebunan lain, yaitu sebesar lima persen dari rentang waktu 2001
hingga 2009. Penurunan luas areal pala dan bahkan negatif hanya terjadi pada tahun 2005 dan 2006, dimana pada tahun 2005 merupakan penurunan yang tertinggi yaitu
7,1 persen dan pada tahun 2006 mengalami pertumbuhan yang negatif sebesar 0,8 persen, sementara untuk tahun sebelum dan sesudahnya mengalami pertumbuhan dan
peningkatan luas areal. Tahun 2008 merupakan pertumbuhan yang tertinggi luas areal pala Indonesia yaitu sebesar 15,6 persen, namun untuk tahun yang memiliki
perkebunan pala yang terluas terjadi pada tahun 2009 dengan luas 86.854 Ha. Gambar 17 akan terlihat penurunan luas areal pada tahun 2005 dan 2006.