Perkembangan Luas Areal, Volume Produksi dan Sentra Produksi Teh

merupakan pertumbuhan tertinggi volume produksi dengan 2,8 persen, walaupun disisi lain luas areal terus menurun. Provinsi penghasil teh terbesar di Indonesia hanya tersebar di tiga provinsi, Provinsi Jawa Barat merupakan penghasil teh utama Indonesia, walaupun demikian para pemilik perkebunan teh didaerah Jawa Barat harus terus meningkatkan produksinya, sebab rata-rata pertumbuhan produksinya negatif 0,6 persen. Provinsi Sumatera Utara dan Jawa Tengah bersaing untuk menjadi daerah kedua sentra cengkeh Indonesia, Sumatera Utara memiliki rata-rata produksi seberat 12.809 ton sedangkan Jawa Tengah berada dibawahnya dengan berat rata-rata 11.161,2 ton Ditjenbun.

4.2.12 Perkembangan Luas Areal, Volume Produksi dan Sentra Produksi

Tembakau Indonesia Perkembangan luas areal tembakau Indonesia mengalami fluktuatif dan cendrung menurun seperti yang terlihat pada Gambar 19. Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan Gambar 19. Perkembangan Luas Areal dan Produksi Tembakau Indonesia Tahun 2001-2009 Pada tahun 2001 luas areal pekebunan tembakau adalah seluas 260.738 Ha, dan pada tahun 2009 hanya seluas 204.218, dengan pertumbuhan rata-rata yang 50000 100000 150000 200000 250000 300000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 L u a s A re a l H a d a n V ol u m e P rod u k si T on Tahun Produksi Ton Luas Areal Ha negatif yaitu 2,4 persen. Penurunan luas areal terjadi dalam lima tahun yaitu; 2002, 2004, 2005, 2006 dan 2008, sedangkan tahun lainnya mengalami peningkatan luas areal, walaupun belum bisa melebihi luas areal pada tahun 2001 yang merupakan luas areal terluas tembakau Indonesia rentang waktu sembilan tahun tersebut. Setelah tiga tahun berturut-turut mengalami penurunan dan yang penurunan yang paling drastis tahun 2004 yaitu 17,8 persen, pada tahun 2007 luas areal tembakau Indonesia mengalami peningkatan yang tajam yaitu 12,7 persen dan menurun kembali pada tahun 2008 dan meningkat pada tahun 2009, namun masih tidak mampu membuat rata-rata pertumbuhan luas areal tembakau menjadi positif. Mengikuti luas areal tembakau yang cendrung fluktuatif dan memiliki pertumbuhan yang negatif, volume produksi tembakau juga memiliki perkembangan yang sama dan nilai pertumbuhan yang sama-sama negatif seperti yang terlihat juga pada Gambar 19. Pada tahun 2003 merupakan tahun dengan volume terbesar tembakau Indonesia dari rentang tahun 2001 hingga 2009. Namun untuk pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 12,7 persen dimana pada saat itu terjadi pertumbuhan tertinggi juga untuk luas areal lahan. Untuk penurunan volume produksi tembakau Indonesia terjadi pada tahun yang sama dengan luas areal, kecuali tahun 2008 yang pada saat itu terjadi peningkatan produksi sebeasr 1,9 persen, kesamaan itu juga tergambar pada tahun 2003 dimana volume produksi juga mengalami penurunan yang paling drastis yaitu 17,8 persen. Setelah melihat bagaimana luas areal dan volume produksi tembakau Indonesia secara keseluruhan, daerah yang menjadi sentra produksi tembakau Indonesia adalah Provinsi Jawa Timur. Walaupun provinsi yang beribukotakan Surabaya ini menjadi nomor satu sebagai produksi tembakau, namun memiliki pertumbuhan produksi rata-rata yang negatif sebesar 0,7 persen. Posisi kedua diduduki Nusa Tenggara Barat memiliki rata-rata pertumbuhan yang lebih baik daripada Jawa Timur, yaitu sebesar 8,2 persen. Jawa Tengah yang berada di posisi ketiga juga memiliki rata-rata pertumbuhan yang lebih baik dari posisi satu namun masih ketinggalan dari posisi dua, rata-rata pertumbuhan produksi tembakau provinsi ini adalah sebesar 3,4 persen Ditjenbun.