Komoditi Lada Amerika Serikat

pada tahun 2005 dan Bulgaria pada tahun 2009. Thailand dan Filipina sama-sama belum memiliki keunggulan komparatif dan tingkat daya saing yang tinggi pada tahun 2001, sedangkan Filipina yang kembali ekspor tembakau ke Amerika Serikat pada tahun 2005 dan 2009 memiliki daya saing yang kuat. Tabel 133. Nilai RCA Komoditi Tembakau Indonesia dan Pesaing ke Amerika Serikat Tahun Indonesia Pesaing 1 Pesaing 2 Thailand Filipina Negara Nilai RCA Negara Nilai RCA 2001 2,71 Turki 175,73 Lebanon 1579,69 0,06 0,95 2005 2,14 Turki 146,67 Yunani 293,56 1,17 2009 3,9 Turki 216,37 Bulgaria 789,45 5,51

13. Persilangan RCA dan EPD Indonesia di Amerika Serikat

Rising Star dan Lost Opportunity merupakan dua posisi daya saing yang mungkin dimiliki oleh komoditi perkebunan Indonesia di pasar Amerika Serikat, karena permintaan komoditi perkebunan Amerika Serikat meningkat sebesar 5,3 persen dalam tahun 2001, 2005 dan 2009. Ada delapan komoditi Tabel 134 yang masuk kedalam posisi daya saing Rising Star, komoditi tersebut adalah, cengkeh, kacang mete, kayu manis, kopi, lada, pala, teh dan tembakau. Nilai estimasi pangsa ekspor kedelapan komoditi tersebut positif sehingga kompetitif di pasar Amerika Serikat. Sementara nilai pertumbuhan RCA komoditi tersebut selalu bernilai positif, kecuali kayu manis yang memiliki pertumbuhan nilai RCA negatif, namun komoditi yang memiliki pertumbuhan nilai RCA negatif belum tentu memiliki tingkat daya saing yang lemah, hal itu terbukti bahwa komoditi kayu manis memiliki tingkat daysaing yang kuat dalam tahun 2001, 2005 dan 2009. Posisi daya saing Lost Opportunity diperoleh oleh komoditi kakao, karet dan kelapa, karena komoditi tersebut tidak kompetitif di pasar Amerika Serikat yang tinggi akan permintaan komoditi perkebunan. Disisi nilai RCA, dua diantara tiga komoditi tersebut, yaitu kakao dan karet memiliki tingkat daya saing yang kuat pada tahun 2001, 2005 dan 2009, namun dengan pertumbuhan nilai RCA yang negatif, yaitu sebesar 10,6 persen dan 69,8 persen, begitu pula dengan kelapa yang memiliki pertumbuhan nilai RCA yang negatif sebesar 82,4 persen.