keunggulan komparatif di atas rata-rata dunia dalam ekspor kacang mete ke Malaysia, berbeda dengan Indonesia yang sudah memiliki nilai RCA yang lebih dari satu.
Tabel 32. Nilai RCA Komoditi Kacang Mete Indonesia dan Pesaing ke Malaysia
Tahun Indonesia Pesaing 1
Pesaing 2 Thailand Filipina
Negara Nilai
RCA Negara
Nilai RCA
2001 0,35 Singapura
3,35 -
- 2005
0,01 Singapura 3,51 India
0,09 2009
7,64 Singapura 2,37 India
0,03
3. Komoditi Kakao
Nilai RCA komoditi kakao Singapura ke Malaysia tidak seperti dua komoditi sebelumnya, karena pada tahun 2001, Singapura belum memiliki keunggulan
komparatif di atas rata-rata dunia, sedangkan Pantai Gading sebagai pesaing kedua dan Indonesia memiliki nilai RCA yang jauh di atas satu Tabel 33. Tahun 2005
Ghana menggantikan posisi Singapura sebagai pesaing utama, Pantai Gading sebagai pesaing kedua dan Indonesia memiliki daya saing dan keunggulan komparatif yang
kuat. Tahun 2009, Inggris sebagai pesaing kedua belum mampu menjadi negara yang memiliki keunggulan komparatif di atas rata-rata dalam ekspor kakao ke Malaysia,
sementara Pantai Gading dan Indonesia masih menjadi negara yang memiliki keunggulan komparatif dan daya saing yang kuat.
Tabel 33. Nilai RCA Komoditi Kakao Indonesia dan Pesaing ke Malaysia
Tahun Indonesia Pesaing 1
Pesaing 2 Thailand
Filipina Negara
Nilai RCA
Negara Nilai
RCA 2001
36,65 Singapura 0,27 P. Gading
82,58 2005
21,42 Ghana 372,15 P. Gading
323,4 2009
16,44 P. Gading 90,07 U K
0,66 0,03
4. Komoditi Karet
Nilai RCA beberapa pesaing termasuk Indonesia sendiri dalam tahun 2001, 2005 dan 2009 masih belum memiliki keunggulan kompartif dalam ekspor karet ke
Malaysia seperti yang terlihat pada Tabel 34, yang diakibatkan karena Malaysia merupakan negara pesaing utama dalam memiliki nilai ekspor karet alam ke dunia
dalam tiga tahun tersebut. Hanya Sri Lanka yang memiliki keunggulan komparatif di atas rata-rata pada tahun 2009, sementara negara lainnya tidak memiliki nilai RCA
yang lebih dari satu, dan bahkan Filipina tidak ekspor pada tahun 2001 dan 2005, sementara Indonesia tidak ekspor karet alam pada tahun 2005.
Tabel 34. Nilai RCA Komoditi Karet Indonesia dan Pesaing ke Malaysia
Tahun Indonesia Pesaing 1
Pesaing 2 Thailand
Filipina Negara
Nilai RCA
Negara Nilai
RCA 2001
0,04 Australia 0,16 U S
0,011 26,1
2005 Vietnam
0,07 U K 0,033
18,75 2009
0,02 Sri Lanka 10,63 U S
0,002 16,29
0,03
5. Komoditi Kayu Manis
Ekspor kayu manis ke Malaysia pada tahun 2001, 2005 dan 2009, didominasi oleh China dan Sri Lanka, serta Indonesia. Seperti yang terlihat pada Tabel 35, pada
tahun 2001 dan 2005 ketiga negara tersebut memiliki daya saing yang kuat dan Sri Lanka merupakan negara yang memiliki nilai RCA tertinggi pada dua tahun tersebut,
sementara untuk tahun 2009, Sri Lanka dan Indonesia masih menjadi negara yang memiliki nilai RCA yang tinggi dan lebih dari satu, sedangkan China dan Filipina
memiliki nilai RCA yang kurang dari satu.
Tabel 35. Nilai RCA Komoditi Kayu Manis Indonesia dan Pesaing ke Malaysia
Tahun Indonesia Pesaing 1
Pesaing 2 Thailand
Filipina Negara
Nilai RCA
Negara Nilai
RCA 2001
22,3 China 5,33 Sri Lanka
980,39 2005
22,24 China 1,16 Sri Lanka
804,1 2009
15,62 China 0,62 Sri Lanka
130,63 0,26
6. Komoditi Kelapa Sawit
Tabel 36 memperlihatkan bagaimana Indonesia dalam tahun 2001, 2005 dan 2009 memiliki nilai RCA yang lebih dari satu. Sementara pada tahun 2001 hanya
Thailand yang juga memiliki keunggulan komparatif dalam ekspor CPO ke Malaysia. Nilai RCA negara pesaing lainnya yang kurang dari satu bisa disebabkan karena hal