Persilangan RCA dan EPD Indonesia di China

Tabel 30. Persilangan RCA dan EPD Indonesia di China Komoditi Nilai RCA Nilai EPD Posisi Daya Saing 2001 2005 2009 Pertumbuhan Pangsa Pasar Ekspor Pertumbuhan Pangsa Pasar Produk Cengkeh 2,44 41,61 3,28 879,25 15,56 Rising Star Kacang Mete 17,48 - - 15,56 - Kakao 51,68 34,9 54,74 30,19 15,56 Rising Star Karet 0,39 0,42 1.2 128,69 15,56 Rising Star Kayu Manis 15,31 48,92 - 15,56 - Kelapa Sawit 53,03 45,22 39,2 -0,62 15,56 Lost Opportunity Kelapa 0,39 0,62 20,23 1891,07 15,56 Rising Star Kopi 5,23 15,03 19,3 139,22 15,56 Rising Star Lada 1,47 1,8 -29,75 15,56 Lost Opportunity Pala 0,86 57,52 21,66 3706,51 15,56 Rising Star Teh 21.38 - 15,56 - Tembakau 0,42 8,21 - 15,56 - Posisi daya saing perkebunan Indonesia di pasar China dapat terbagi dalam dua posisi yaitu Rising Star atau Lost Opportunity, karena pertumbuhan pangsa pasar produk China bernilai positif atau bersifat dinamis Tabel 30 atau dalam artian lain memiliki permintaan yang pasar yang terus meningkat dan apabila dalam keadaan demikian, seharusnya kondisi pangsa pasar ekspor Indonesia harus positif agar mampu menempati posisi daya saing yang menguntungkan. Namun dalam hasil identifikasi yang dilakukan ada dua komoditi yang berada pada posisi daya saing Lost Opportunity yaitu komoditi kelapa sawit dan lada, dimana kedua komoditas ini memiliki nilai pertumbuhan pangsa ekspor negatif yang berarti memiliki pasar yang tidak kompetitif di pasar China yang memiliki permintaan meningkat. Sementara terdapat enam komoditi yang memiliki posisi daya saing Rising Star yaitu cengkeh, kakao, karet, kelapa, kopi dan pala, posisi ini sangat menguntungkan dibandingkan dengan posisi dua komoditi sebelumnya, karena pada saat permintaan China yang dinamis bersamaan dengan pangsa pasar ekspor kita yang kompetitif, terdapat keuntungan untuk komoditi tersebut agar terus dikembangkan dan dipasarkan di pasar China.

5.1.3. Malaysia

Malaysia yang secara geografis berbatasan langsung dengan Indonesia pada pulau Sumatera dan Kalimantan memiliki luas wilayah 329.845 km 2 dan jumlah populasi 27.468.000 jiwa. Negara ini memiliki PDB nominal sebesar US 191.601 milyar pada tahun 2009. Malaysia adalah salah satu dari tiga negara yang menguasai Selat Malaka, perdagangan internasional berperan penting di dalam ekonominya. Malaysia dikenal sebagai penghasil timah, karet dan minyak kelapa sawit di dunia. Malaysia juga dipandang sebagai salah satu dari 18 negara berkeanekaragaman hayati terbesar di dunia. Komoditi kelapa, lada dan kelapa sawit Malaysia memiliki nilai neraca perdagangan yang surplus pada tahun 2001, 2005 dan 2009 seperti yang terlihat pada Gambar 36, sedangkan komoditi lainnya masih memiliki nilai impor yang tinggi dibandingkan nilai ekspornya. Sumber : UNComtrade Gambar 36. Neraca Perdagangan Perkebunan Malaysia Tahun 2001, 2005 dan 2009 Kelapa sawit dan kakao kembali menjadi dua komoditi yang memiliki nilai ekspor terbesar Indonesia, namun kali ini ke Negara Malaysia, sedangkan komoditi yang memiliki rata-rata nilai ekspor terendah adalah karet. Tahun 2001 dan 2005 kakao merupakan komoditi yang memiliki nilai ekspor tertinggi, sedangkan kelapa -800000 -600000 -400000 -200000 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 N il a i E k sp or d a lam 1000 U S Komoditi 2001 2005 2009 sawit yang pada dua tahun tersebut berada di bawahnya memiliki nilai ekspor yang tinggi pada tahun 2009. Kakao memiliki nilai ekspor rata-rata senilai US 239.610.700, sedangkan nilai rata-rata ekspor kelapa sawit adalah senilai US 271.233.000. Karet memiliki nilai ekspor yang rendah akibat negara tujuan ini merupakan salah satu negara penghasil karet terbesar. Gambar 37 memperlihatkan bagaimana komoditi kelapa sawit dan kakao memiliki nilai ekspor tertinggi ke Australia. Sumber : UNComtrade Gambar 37. Nilai Ekspor Dua Belas Komoditi Indonesia ke Malaysia Tahun 2001,