pada tahun 2009, nilai RCA China masih di atas satu. Ditahun 2001 selain China, Brazil juga memiliki keunggulan komparatif di atas rata-rata dan bahkan memiliki
nilai RCA yang lebih tinggi dari pesaing utama tersebut, sedangkan Indonesia dan Thailand belum memiliki daya saing dan keunggulan komparatif yang kuat, karena
nilai RCA di bawah satu Tabel 54. Ditahun 2005 Prancis yang menemani China sebagai negara yang memiliki keunggulan komparatif di atas rata-rata dan kembali
nilai RCA Prancis sebagai pesaing kedua memiliki nilai RCA yang lebih tinggi dari China, sementara Indonesia masih belum mampu memiliki keunggulan komparatif di
atas rata-rata pada tahun ini. Prancis memiliki nilai RCA yang tinggi pada tahun 2009 sebagai pesaing utama, sementara Indonesia mulai memiliki keunggulan komparatif
di atas rata-rata dalam ekspor teh ke Jepang, sedangkan Thailand pada tahun 2009 ini juga masih belum memiliki keunggulan komparatif di atas rata-rata dunia.
Tabel 54. Nilai RCA Komoditi Teh Indonesia dan Pesaing ke Jepang
Tahun Indonesia
Pesaing 1 Pesaing 2
Thailand Filipina Negara
Nilai RCA
Negara Nilai
RCA 2001
0,34 China 3,13 Brazil
20,44 0,02
2005 0,74 China
2,48 Prancis 9,74
2009 1,14 Prancis
19,28 China 1,007
0,03
12. Komoditi Tembakau
Indonesia tidak memiliki daya saing dan keunggulan komparatif yang kuat dalam ekspor tembakau ke Jepang pada tahun 2001, 2005 dan 2009, seperti yang
terlihat pada Tabel 55, nilai RCA Indonesia masih di bawah satu, selain Indonesia pada tahun 2009 pesaing kedua yang diduduki Inggris juga belum mampu menjadi
negara dengan keunggulan komparatif di atas rata-rata.
Tabel 55. Nilai RCA Komoditi Tembakau Indonesia dan Pesaing ke Jepang
Tahun Indonesia Pesaing 1
Pesaing 2 Thailand
Filipina Negara
Nilai RCA
Negara Nilai
RCA 2001
0,05 Yunani 1588,5 Turki
766,54 2005
0,17 Turki 595,31 Macedonia
14875,86 2009
0,0001 Belgia 126,55 U K
0,63
Diantara tiga tahun tersebut Macedonia merupakan negara yang memiliki nilai RCA yang paling tinggi pada tahun 2005, kemudian ada Yunani ditahun 2001, Turki
ditahun 2001 dan 2005 serta Belgia ditahun 2009 yang mana keempat negara tersebut memiliki keunggulan komparatif di atas rata-rata.
13. Persilangan RCA dan EPD Indonesia di Jepang
Pertumbuhan nilai RCA Indonesia di Jepang bervariasi berdasarkan komoditinya masing-masing dalam tahun 2001, 2005 dan 2009, hal tersebut akibat
dari nilai RCA yang mengalami pertumbuhan tinggi, pertumbuhan rendah dan bahkan negatif. Komoditi yang memiliki pertumbuhan nilai RCA tertinggi adalah
kelapa sawit dengan persentase pertumbuhan sebesar 1190,2 persen dan bahkan nilai RCA kelapa sawit tidak pernah kurang dari satu. Sementara, beberapa komoditi
memiliki pertumbuhan positif namun dalam tiga tahun yang sama memiliki tingkat daya saing yang lemah, seperti komoditi kakao, karet, kelapa, teh dan tembakau. Nilai
RCA dengan pertumbuhan terendah bahkan negatif diperoleh pada komoditi kayu manis yang turun sebesar 77 persen. Komoditi dengan keunggulan komparatif dan
daya saing yang kuat, namun pertumbuhannya bernilai negatif adalah komoditi kopi.
Tabel 56. Persilangan RCA dan EPD Indonesia di Jepang
Komoditi Nilai RCA
Nilai EPD Posisi Daya
Saing 2001
2005 2009
Pertumbuhan Pangsa Pasar
Ekspor Pertumbuhan
Pangsa Pasar Produk
Cengkeh 3,17
1,77 -
4,5 -
Kacang Mete
1,13 -
1,19 -
4,5 -
Kakao 0,99
0,2 1,77
431,6 4,5
Rising Star Karet
0,35 0,98
0,0007 22,4
4,5 Rising Star
Kayu Manis
0,3 0,07
0,01 -77,3
4,5 Lost
Opportunity Kelapa
Sawit 1,007
25,87 3,26
1042,8 4,5
Rising Star Kelapa
0,1 0,28
22,5 4,5
Rising Star Kopi
2,53 2,31
2,36 2,1
4,5 Rising Star
Lada 2,91
4,69 5,3
39,3 4,5
Rising Star Pala
19,75 25,41
21,36 7,6
4,5 Rising Star
Teh 0,34
0,74 1,14
87,6 4,5
Rising Star Tembakau
0,05 0,17
0,0001 40,6
4,5 Rising Star