1. Utara–Selatan, menggambarkan keterkaitan antarwilayah dalam suatu negara yang menggambarkan dua kutub
2. Perkotaan–Perdesaan, menggambarkan keterkaitan intra wilayah 3. Formal–Informal, menggambarkan keterkaitan antarwilayah pada kegiatannya.
Ketiga hubungan dualistik tersebut dihubungkan dan diintegrasikan dalam perilaku yang kompleks, berbeda antara satu negara dengan negara lain yang
tergantung pada faktor dominan dan sejarah masing-masing negara. Faktor dominan tersebut adalah: 1 Resource endowment: pertanian, mineral dan sumber
daya alam lainnya; 2 Karakteristik demografi: kepadatan penduduk, tingkat pertumbuhan dan urbanisasi; 3 Teknologi: tipe-tipe teknologi yang diadopsi dan
pembangunan modal; dan 4 Development ideologi: ideologi dalam pembangunan negaranya.
Keterkaitan antarwilayah tidak dapat terjalin jika tidak didukung prasarana dan sarana penghubung antar kedua wilayah. Dukungan tersebut dapat merupakan
prasarana dan sarana transportasi maupun dalam bentuk lainnya. Keterkaitan antarwilayah dapat menguntungkan, merugikan maupun saling
mendukung salah satu maupun kedua wilayah yang berinteraksi tersebut. Douglas 1998 serta Harris dan Harris 1984 diacu dalam Pradhan 2003 mengemukakan
bahwa apabila keterkaitan antarwilayah saling mendukung atau saling memperkuat mutually reinforcing atau generatif atau disebut partisipatif, maka
kedua wilayah tersebut akan mendapat keuntungan atau manfaat dengan adanya hubungan tersebut. Tetapi bila keterkaitan antarwilayah lebih berbentuk
eksploitatif atau parasitik, maka akan terjadi suatu wilayah yang semakin kaya dan semakin miskin.
2.3 Indikator PembangunanPerkembangan DaerahWilayah
Pada dasarnya, indikator adalah suatu alat ukur yang menunjukkan suatu isu atau kondisi. Tujuannya adalah menunjukkan seberapa jauh suatu sistem bekerja,
baik sistem kegiatanprogram maupun sistem organisasi. Indikator dapat membantu memahami posisi pelaksanaan kegiatan atau organisasi berada, ke arah
mana berjalannya, dan seberapa jauh perjalanan ke arah yang dikehendaki. Dalam konteks pembangunan secara umum, telah dikembangkan berbagai
indikator kinerja pembangunan. United Nations Research Institute on Social
Development UNRISD pada tahun 1970 merumuskan indikator kunci
pembangunan sosial ekonomi 7 indikator ekonomi dan 9 indikator sosial yaitu: 1. Harapan Hidup
2. Persentase penduduk di daerah sebanyak 20.000 atau lebih kota 3. Konsumsi protein hewani per kapita per hari
4. Kombinasi tingkat pendidikan dasar dan menengah Persentase anak-anak
belajar di SD dan SMP 5. Rasio pendidikan luar sekolah
6. Rata-rata jumlah orang per kamar 7. Sirkulasi surat kabar per 1000 penduduk
8. Persentase penduduk usia kerja yang bekerja di sektor listrik, gas, air dsb 9. Produksi pertanian per pekerja pria di sektor pertanian
10. Persentase tenaga kerja pria dewasa di pertanian 11. Konsumsi listrik, kw per kapita
12. Konsumsi baja, kg per kapita 13. konsumsi energi, ekuivalen kg batu bara per kapita
14. Persentase sector manufaktur dalam GDP 15. Perdagangan luar negeri per kapita
16. Persentase penerima gaji dan upah terhadap angkatan kerja.
Sejak Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan tahun 1992 yang menghasilkan The Rio Declaration on Environtment and Development,
Bank Dunia mengadopsi konsep “Pembangunan Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan” yang mengintegrasikan aspek perlindungan lingkungan dalam
kegiatan pembangunan dan sebaliknya mempertimbangkan aspek pembangunan dalam program-program perlindungan lingkungan Darnela 2007. Pembangunan
berkelanjutan adalah proses pembangunan yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan.
Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan
kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial. Pembangunan berkelanjutan berorientasi pada tiga pilar tujuan yaitu
ekonomi, sosial dan ekologi Munasinghe 1993. Pilar pertama, pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan, stabilitas dan efisiensi. Pilar kedua,
pembangunan sosial yang bertujuan pengentasan kemiskinan, pengakuan jati diri dan pemberdayaan masyarakat. Pilar ketiga adalah pembangunan lingkungan
yang berorientasi pada perbaikan lingkungnan seperti sanitasi lingkungan, industri yang lebih bersih dan rendah emisi, dan kelestarian sumber daya alam.
Gambar 2 Pilar-pilar pembangunan berkelanjutan.
Sumber: Munasinghe 1993
Berdasarkan hasil KTT KTT Bumi – Agenda 21 di Rio de Janeiro Tahun 1992, pada Tahun 1995 dibentuk Coomission on Sustainable Development CSD.
Komisi ini merumuskan indikator untuk mengukur pembangunan berkelanjutan dengan rumusan terakhir pada tahun 2007 diberikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Indikator pembangunan berkelanjutan
Tema Sub-tema
Indikator Kemiskinan
Kemiskinan pendapatan Persen dari penduduk yang berada di bawah
garis kemiskinan nasional Proporsi penduduk dibawah garis kemiskinan
internasional 1 danatau 2 Ketidakmerataaan
pendapatan Rasio bagian pendapatan nasional dari kuintil
tertinggi terhadap kuintil terendah Sanitasi
Proporsi penduduk yang menggunakan sanitasi layak
Air minum Proporsi penduduk yang menggunakan sumber
air layak Akses terhadap energi
Proporsi rumah tangga tangga tanpa listrik atau jasa energi modern lainnya
Persentase penduduk menggunakan bahan bakar padat untuk memasak
Kondisi tempat tinggal Proporsi penduduk perkotaan yang tinggal di
permukiman kumuh Pemerintahan
Korupsi Persentase penduduk yang membayar suap
Kriminal Jumlah pembunuhan disengaja per 100.000
penduduk Kesehatan
Mortalitas Tingkat kematian balita
Harapan hidup waktu lahir Harapan hidup sehat waktu lahir
Tabel 4 Lanjutan Tema
Sub-Tema Indikator
Cakupan pelayanan kesehatan
Persentase penduduk dengan akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan primer
Tingkat prevalensi kontrasepsi Imunisasi
Status gizi Status gizi anak
Status dan resiko kesehatan
Morbiditas dari penyakit-penyakit utama seperti HIVAIDS, malaria tuberkolosis
Prevalensi penggunaan tembakau Tingkat bunuh diri
Pendidikan Demografi
Tingkat pendidikan Rasio murid baru terhadap murid kelas akhir
pada pendidikan dasar Pembelajaran seumur hidup
Tingkat penerimaan bersih net enrolment rate pada pendidikan dasar
Tingkat pencapaian pendidikan sekunder tersier pada penduduk dewasa
Melek huruf Tingkat melek huruf dewasa
Penduduk Tingkat pertumbuhan penduduk
Tingkat Fertilitas Total TFR Rasio beban ketergantungan
Pariwisata Rasio penduduk lokal terhadap wisatawan pada
daerah dan tujuan pariwisata utama Diversifikasi
Lahan yang terpengaruh oleh desertifikasi pertanian
Area lahan pertanian permanen dan subur Efisiensi penggunaan pupuk
Penggunaan pestisida pertanian Area dengan pertanian organis
Kehutanan Proporsi lahan untuk hutan
Persentase hutan rusak karena penggundulan Area hutan yang dikelola secara berkelanjutan
Laut dan Pesisir
Zona pesisir Persentase penduduk yang tinggal di pesisir
Kualitas air laut untuk berenang Perikanan
Proporsi cadangan ikan dalam batas aman secara biologi
Marine trophic index Area ekosistem terumbu karang dan persentase
yang terlindungi Air Tawar
Kuantitas air Proporsi penggunaan sumber air
Intensitas penggunaan air oleh aktivitas ekonomi Kualitas air
Konsentrasi bakteri koli di air tawar BOD di badan air
Perlakuan air limbah Biodiversitas
Ekosistem Proporsi kawasan lindung, total dan berdasarkan
area ekologis Efektivitas pengelolaan kawasan lindung
Kawasan dari ekosistem terpilih Fragmentasi habitat
Spesies Perubahan pada status terancam dari spesies
Kelimpahan spesies terpilih Kelimpahan serbuan spesies asing